To see the other types of publications on this topic, follow the link: Kromosom.

Journal articles on the topic 'Kromosom'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Kromosom.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Ramadhani, Dwi, Yanti Lusiyanti, Zubaidah Alatas, and Sofiati Purnami. "SEMI OTOMATISASI KARIOTIPE UNTUK DETEKSI ABERASI KROMOSOM AKIBAT PAPARAN RADIASI." Jurnal Forum Nuklir 6, no. 2 (November 1, 2012): 178. http://dx.doi.org/10.17146/jfn.2012.6.2.3448.

Full text
Abstract:
SEMI OTOMATISASI KARIOTIPE UNTUK DETEKSI ABERASI KROMOSOM AKIBAT PAPARAN RADIASI. Proses analisis citra kromosom dilakukan dengan mengklasifikasikan kromosom berdasarkan panjang dan bentuknya sehingga dihasilkan ideogram. Proses tersebut dinamakan kariotipe. Kariotipe umumnya dilakukan dengan cara mengambil citra sel pada saat metafase sehingga kromosom terlihat jelas terlebih dahulu, kemudian menggunting setiap citra kromosom dan mengidentifikasi masing­masing kromosom untuk dibuat ideogramnya. Proses kariotipe dapat digunakan untuk mendeteksi aberasi kromosom akibat paparan radiasi. Proses pembuatan kariotipe sangat menyita waktu dan tenaga sehingga telah banyak dikembangkan perangkat lunak untuk membantu kariotipe kromosom baik yang otomatis maupun semiotomatis. Salah satu perangkat lunak tersebut adalah Cytovision 3.6. Selain perangkat lunak yang bersifat komersil terdapat perangkat lunak lain yang dapat di unduh dan digunakan secara bebas uotuk membantu proses kariotipe yaitu SmartType Express. Tujuan kegiatan yang dilakukan adalah untuk membandingkan kemampuan perangkat lunak semi otomatis komersil dan yang bersifat bebas dalam membantu proses pembuatan ideogram untuk mendetek si aberasi kromosom akibat paparan radiasi. Metode yang digunakan adalah membandingkan waktu yang dibutuhkan oleh Cytovision 3.6 dan SmartType Express untuk menghilangkan kesepuluh background citra dan meningkatkan intensitas warna gelap pada pita kromosom juga pemisahan citra kromosom tumpang tindih hingga terbentuk citra kromosom yang lebih mudah untuk diklasifikasi dan dibuat ideogramnya. Data yang didapat kemudian diolah secara statistik menggunakan Uji Wilcoxon dengan hipotesis bahwa H0 adalah tidak terdapat perbedaan waktu secara nyata menggunakan kedua perangkat lunak untuk menghasilkan citra kromosom yang lebih baik dan H1 terdapat perbedaan secara nyata menggunakan kedua perangkat lunak untuk menghasilkan citra kromosom yang lebih baik. Taraf nyata yang digunakan (a) adalah 0,05. Hasil pengolahan secara statistik menunjukkan bahwa pengolahan citra kromosom mengunakan SmartType Express cukup baik dan tidak berbeda dengan perangkat lunak komersil Cytovision 3.6.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Sulmartiwi, Laksmi, Syifa Fauziyah, and Widjiati Widjiati. "Identifikasi Kromosom Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Strain Merah Jatimbulan dan Larasati yang Diambil dari Lokasi Berbeda." Journal of Marine and Coastal Science 9, no. 2 (June 30, 2020): 76. http://dx.doi.org/10.20473/jmcs.v9i2.20064.

Full text
Abstract:
Ikan nila merah Jatimbulan dan ikan nila Larasati merupakan hasil rekayasa genetik dari dua lokasi yang berbeda. Ikan yang berasal dari lokasi yang berbeda mempunyai karakter yang berbeda karena adanya pengaruh interaksi antara genetik dan lingkungannya. Lingkungan merupakan salah satu faktor pembatas dari tiap populasi ikan dari segi morfometrik ataupun genetik. Perbedaan suhu, cahaya, nutrisi dan faktor lingkungan lain memiliki dampak perbedaan kromosom pada setiap strain ikan. Dalam upaya mendapatkan informasi mengenai hal tersebut, maka penelitian ini akan membahas bagaimana gambaran kromosom dari dua strain ikan nila merah yang dibudidayakan di lokasi yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kromosom (jumlah kromosom, bentuk kromosom dan susunan kromosom) ikan nila merah Jatimbulan dan ikan nila Larasati. Hasil dari penelitian ini menunjukkan jumlah kromosom ikan nila merah Jatimbulan dan ikan Larasati adalah 44 pasang (2n=44). Bentuk dan susunan kromosom (karyotipe) ikan nila merah Jatimbulan adalah 4 pasang sub metasentrik, 9 pasang sub telosentrik dan 9 pasang telosentrik (4SM-9ST-9T), sedangkan kromosom dari ikan nila Larasati adalah 3 pasang sub metasentrik, 14 pasang sub telosentrik dan 5 pasang telosentrik (3SM- 14ST-5T).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Purnami, Sofiati, Masnelli Lubis, Viria Agesti S, Yanti Lusiyanti, and Zubaidah Alatas. "Studi aberasi kromosom pada pekerja radiasi di rumah sakit." Jurnal Forum Nuklir 5, no. 2 (November 1, 2011): 143. http://dx.doi.org/10.17146/jfn.2011.5.2.3334.

Full text
Abstract:
Studi aberasi kromosom pada pekerja radiasi di rumah sakit. Pekerja radiasi di rumah sakit merupakan kelompok pekerja yang beresiko menerima paparan dari radiasi pengion seperti sinar-X dan Cobalt 60 secara terus menerus yang dapat menyebabkan kerusakan materi genetik. Studi sitogenetik memperlihatkan bahwa paparan radiasi dosis rendah secara terus menerus dapat meningkatkan frekuensi kerusakan (aberasi) kromosom. Aberasi kromosom berkaitan erat dengan perubahan genetik yang dapat memicu perkembangan kanker sehingga meningkatnya frekuensi aberasi kromosom juga berarti meningkatnya resiko kecenderungan kanker.Oleh karena hal tersebut maka deteksi aberasi kromosom dapat digunakan untuk memprediksi resiko paparan radiaso ionosasi pada pekerja radiasi di rumah sakit. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah kondisi tingkat kerusakan kromosom pada sel darah yang diinduksi oleh paparan radiasi akibat kerja pada para pekerja radiasi di rumah sakit. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah kondisi tingkat kerusakan kromosom pada sel darah yang diinduksi oleh paparan radiasi akibat kerja pada para pekerja radiasi di rumah sakit. Sebanyak 1 mL sampel darah masing-masing dari 4 non pekerja radiasi dan 34 pekerja radiasi rumah sakit yang bertugas sebagai operator radioterapi dan radiodiagnostik serta dokter dan perawat dan juga fisikiawan medis dikultur selama 48 jam dan dipanen kemudian dibuat preparatnya untuk diamati keberadaan aberasi kromosom dengan mikroskop sebanyak 250-500 sel metafase tiap sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe aberasi kromosom yang ditemukan adalah fragmen asentrik. Hal tersebut kemungkinan karena dosis radiasi yang diterima para pekerja belum cukup untuk menginduksi terbentuknya disentrik maupun ring.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Purnami, Sofiati, Masnelli Lubis, Viria Agesti S, Yanti Lusiyanti, and Zubaidah Alatas. "STUDI ABERASI KROMOSOM PADA PEKERJA RADIASI DI RUMAH SAKIT." Jurnal Forum Nuklir 8, no. 1 (May 1, 2014): 7. http://dx.doi.org/10.17146/jfn.2014.8.1.3475.

Full text
Abstract:
STUDI ABERASI KROMOSOM PADA PEKERJA RADIASI DI RUMAH SAKIT. Pekerja radiasi di rumah sakit merupakan kelompok pekerja yang berisiko menerima paparan radiasi pengion seperti sinar-X dan gamma secara terus menerus yang dapat menyebabkan kerusakan materi genetik. Studi sitogenetik memperlihatkan bahwa paparan radiasi dosis rendah secara terus menerus dapat meningkatkan frekuensi kerusakan (aberasi) kromosom. Aberasi kromosom berkaitan erat dengan perubahan genetik yang dapat memicu perkembangan kanker sehingga meningkatnya frekuensi aberasi kromosom juga berarti meningkatnya risiko kecenderungan kanker. Oleh karena hal tersebut maka deteksi aberasi kromosom dapal digunakan untuk memprediksi risiko paparan radiasi ionisasi pada pekerja radiasi di rumah sakit. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengelahui apakah kondisi tingkat kerusakan kromosom pada sel darah yang diinduksi oleh paparan radiasi akibat kerja pada para pekerja radiasi di rumah sakit. Sebanyak 1 mL sampel darah masing-masing dari 4 non pekerja radiasi dan 34 pekerja radiasi rumah sakit yang bertugas sebagai operator radioterapi dan radiodiagnostik serta dokter dan perawat dan juga fisikawan medis dikultur selama 48 jam dan dipanen kemudian dibuat preparatnya untuk diamati keberadaan aberasi kromosom dengan mikroskop sebanyak 250-500 sel metafase tiap sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe aberasi kromosom yang ditemukan adalah fragmen asentrik. Hal tersebut kemungkinan karen a dosis radiasi yang diterima para pekerja belum cukup untuk menginduksi terbentuknya disentrik maupun ring.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Mulansari, Nadia Ayu. "Prediksi Respons Terapi Leukemia Granulositik Kronis: Skor Mana yang Lebih Baik?" Jurnal Penyakit Dalam Indonesia 6, no. 4 (January 1, 2020): 162. http://dx.doi.org/10.7454/jpdi.v6i4.386.

Full text
Abstract:
Leukemia granulositik kronik (LGK) merupakan suatu keganasan myeloproliferatif dengan karakteristik ditemukannya kromosom Philadelphia (Ph). Kromosom Ph ini disebabkan oleh translokasi resiprokal antara kromosom 9 dan 22 [t(9;22)] dan terbentuknya fusi gen BCR-ABL1. Fusi gen tersebut akan menghasilkan suatu protein yang menderegulasi aktivitas dari tirosin kinase (p210) yang berperan pada patogenesis LGK.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Winarto, Budi. "Studi Penyiapan Akar Berkualitas untuk Uji Kromosom dan Penggandaan Kromosom Planlet Hasil Kultur Anter Anthurium." Jurnal Hortikultura 23, no. 3 (May 25, 2016): 203. http://dx.doi.org/10.21082/jhort.v23n3.2013.p203-217.

Full text
Abstract:
<p>Pengakaran berkualitas yang sesuai untuk uji kromosom dan penggandaan kromosom merupakan masalah kritikal dalam pengembangan teknologi kultur anter Anthurium. Penelitian bertujuan untuk mengetahui (1) pengaruh media dan arang aktif dalam mempersiapkan akar berkualitas yang sesuai untuk uji kromosom dan (2) pengaruh konsentrasi dan waktu aplikasi kolkisin terhadap keberhasilan penggandaan kromosom. Studi penyiapan akar berualitas dan penggandaan kromosom planlet hasil kultur anter Anthurium telah dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan dan Rumah Kaca, Balai Penelitian Tanaman Hias Segunung dari Bulan Februari sampai September 2009. Pembentukan akar berkualitas yang sesuai untuk uji kromosom dipengaruhi oleh media pengakaran dan penambahan arang aktif. MP-7 [medium Winarto-Teixeira (WT) tanpa hormon yang ditambah 1% arang aktif] merupakan medium induksi pembentukan jumlah dan kualitas akar terbaik dengan 4,5 akar per tunas dan 83% nya ialah akar yang sesuai untuk uji kromosom. MPH-1 [Murashige dan Skoog (MS) yang ditambah 0,2 mg/l N6-benzylaminopurin (BAP) dan 0,02 mg/l asam asetat naftalen (NAA)] merupakan medium pengakaran tunas haploid yang sesuai untuk induksi pembentukan akar hingga 2,5 akar per tunas. Konsentrasi kolkisin 0,25% dengan 7 hari waktu aplikasi dan 0,05% dengan 10 hari periode aplikasi merupakan perlakuan yang sesuai untuk mendapatkan tanaman haploid ganda dengan persentase yang tinggi yaitu 80 dan 76,5% secara berurutan. Ini berarti 19–20 tanaman haploid ganda diperoleh dengan perlakuan tersebut. Hasil penelitian ini sangat bermanfaat terutama dalam mempersiapkan akar berkualitas yang sesuai untuk uji kromosom dan mendapatkan tanaman haploid ganda yang optimal melalui perlakuan kolkisin. </p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Abdy, Muhammad, Maya Sari Wahyuni, and Nur Ilmi. "Algoritma Genetika dan Penerapannya dalam Mencari Akar Persamaan Polinomial." SAINTIFIK 2, no. 1 (November 10, 2017): 1–8. http://dx.doi.org/10.31605/saintifik.v2i1.90.

Full text
Abstract:
Algoritma Genetika (AG) adalah algoritma pencarian untuk menyelesaikan masalah yang didasarkan pada evolusi genetika yang terjadi pada makhluk hidup. Masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah pencarian akar persamaan polinomial dengan menggunakan algoritma genetika. Tujuan penulisan skripsi ini adalah menjelaskan implementasi algoritma genetika dengan metode seleksi roullette wheel untuk mencari akar persamaan polinomial.Langkah-langkah pencarian akar persamaan polinomial menggunakan algoritma genetika adalah membangkitkan populasi secara random, evaluasi fitness tiap individu, seleksi kromosom denga metode roullette wheel, melakukan crossover pada kromosom yang terpilih, mutasi gen pada kromosom yang terpilih, menyusun populasi baru sampai memperoleh individu dengan nilai fitness optimum.Hasil implementasi algoritma genetika untuk mencari akar persamaan dari sebuah fungsi P(x) pada interval [0.3] didapat bahwa pada generasi pertama kromosom kedua belas telah dihasilkan fitness 1,000, dengan kromosom 10101010 yang akarnya adalah .2,000Kata Kunci:Algoritma Genetika, Akar Persamaan, Fungsi Polinomial
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Probowati, Wiwit, and Alifiani Hikmah Putranti. "Indeks Mitosis dan Jumlah Kromosom Kentang Hitam (Coleus tuberosus)." Vegetalika 9, no. 4 (November 27, 2020): 562. http://dx.doi.org/10.22146/veg.50565.

Full text
Abstract:
Kentang hitam (Coleus tuberosus) merupakan jenis kentang yang paling langka dari jenis kentang lainnya. Tanaman kentang hitam yang berasal dari Afrika Barat ini memiliki umbi yang tergolong kecil dan daging umbi berwarna hitam. Kurang optimalnya pemanfaatan kentang hitam sebagai sumber karbohidrat non beras sejalan dengan berkurangnya penelitian dan pengembangan komoditas tersebut. Pemanfaatan kentang hitam sebagai sumber karbohidrat masih sangat kurang sehingga ketertarikan riset dan pengembangan komoditas kentang hitam juga rendah. Tanaman Solanaceae merupakan tanaman yang memiliki variasi morfologi dan jumlah kromosom terbesar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui waktu mitosis aktif dan jumlah kromosom kentang hitam. Sehingga hal ini akan menambah data base bank genetik. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2019 hingga Desember 2019 di Laboratorium Terpadu, Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. Bahan tanaman yang digunakan adalah ujung akar kentang hitam yang dipreparasi kromosomnya menggunakan metode squashing. Preparasi kromosom dimulai dari pukul 06.00 WIB sampai pukul 13.00 WIB dengan interval waktu preparasi kromosom setiap 30 menit dengan 3 ulangan. Hasil penelitian didapatkan bahwa waktu mitosis kentang hitam (Coleus tuberosus) berkisar antara pukul 07.00-11.00 WIB, sedangkan fase prometafase ditemukan pada pukul 07.30 WIB. Jumlah kromosom diploid (2n) kentang hitam adalah 32 kromosom.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Winarto, Budi. "Pewarnaan Kromosom dan Pemanfaatannya dalam Penentuan Tingkat Ploidi Eksplan Hasil Kultur Anter Anthurium." Jurnal Hortikultura 21, no. 2 (October 13, 2016): 113. http://dx.doi.org/10.21082/jhort.v21n2.2011.p113-123.

Full text
Abstract:
Metode pewarnaan Kromosom yang optimal merupakan prasarat penting dalam penentuan level ploidi tanaman hasil kultur anter, termasuk variasi eksplan hasil kultur anter Anthurium. Aplikasi dan modifikasi metode pewarnaan kromosom pada berbagai eksplan dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Balai Penelitian Tanaman Hias dari bulan Februari sampai dengan Agustus 2009 untuk mengetahui keragaman dan tingkat ploidi regeneran hasil kultur anter Anthurium. Penelitian bertujuan mendapatkan metode pewarnaan kromosom dan modifikasinya, jenis eksplan dan akar yang sesuai untuk mempelajari tingkat ploidi regeneran hasil kultur anter Anthurium. Bahan yang digunakan ialah kalus, pucuk tunas, dan ujung akar udara. Penelitian terdiri atas tiga kegiatan, yaitu (1) modifikasi metode pewarnaan kromosom, (2) seleksi eksplan yang sesuai untuk pewarnaan kromosom, dan (3) optimasi metode pewarnaan kromosom terseleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ujung akar dan akar yang ditumbuhkan pada medium yang mengandung 1% arang aktif merupakan jenis eksplan dan akar yang sesuai untuk mendapatkan hasil pewarnaan kromosom yang baik. Modifikasi metode pewarnaan kromosom dengan pemanasan ujung akar pada 1N HCl : asam asetat glasial 45% (3:1, v/v) selama 10 menit pada suhu 60oC dan perlakuan aseto-orcein selama 15 menit merupakan metode pewarnaan kromosom yang lebih baik dalam menghasilkan obyek kromosom yang mudah dihitung. Penerapan metode pewarnaan kromosom pada kultur anter Anthurium dapat memisahkan tingkat ploidi regeneran. Pada penelitian ini rasio ploidi regeneran kultur anter ialah 33,5% haploid, 62,7% diploid, dan 5,7% triploid. Metode pewarnaan kromosom yang berhasil dikembangkan dalam penelitian ini sangat bermanfaat dalam pengembangan teknologi haploid pada jenis Araceae yang lain.<br /><br />Optimal chromosome staining method is important pre-requisite in determination of plant ploidy level derived from anther culture, involving varied explants regenerated from Anthurium anther culture. Application and modification of chromosome staining methods on different explants were conducted at the Tissue Culture Laboratory of Indonesian Ornamental Crops Research Institute from February to August 2009 for determination of the ploidy level of regenerants derived from anther culture of Anthurium. The aim of this research was to determine the chromosome staining method and its modifications, type of explant and root suitable to study the ploidy level of explants derived from anther culture of Anthurium. Callus, shoot tips, and root tips were utilized in the experiment. The research was consisted of three experiments, i.e. (1) modification of chromosome staining methods (2) selection of explants suitable for chromosome staining, and (3) improvement of the selected chromosome staining method. Results of the study indicated that root tips and roots cultured on medium containing 1% active carchoal were the most appropriate explants and the root type in obtaining better chromosome staining results. The modification method with root tip boiled in 1N HCl : 45% of acetic acid glacial (3:1, v/v) for 10 minutes in 60ºC and aceto-orcein treatment for 15 minutes gave appropriate chromosome staining results exhibited clearer chromosome pictures and was easy to be counted. The application of chromosome staining on anther culture of Anthurium was able to distinguish the ploidy level of regenerants. Ploidy ratio of regenerants derived from anther culture was 33.5% of haploid, 62.7% of diploid, and 5.7% of triploid. Chromosome staining method resulted from the study give high benefit in developing haploid technologies on other Araceae plants.<br /><br />
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Iswantari, Widya, Tri Mulyaningsih, and Aida Muspiah. "Karyomorfologi dan Jumlah Kromosom Empat Grup Gyrinops versteegii (Gilg.) Domke. di Lombok." Jurnal Ilmu Kehutanan 11, no. 2 (July 10, 2017): 205. http://dx.doi.org/10.22146/jik.28284.

Full text
Abstract:
Lombok memiliki empat grup Gyrinops versteegii yang merupakan penghasil gaharu, yaitu grup Pantai, Buaya, Madu, dan Beringin. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karyotipe dan jumlah kromosom empat grup G. versteegii yang bermanfaat dalam taksonomi dan program pemuliaan. Dalam penelitian ini pembuatan preparat kromosom ujung akar menggunakan metode squash. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah semua grup G.versteegii memiliki jumlah kromosom yang sama (n = 9) dan bentuk kromosom yang sama, yaitu berbentuk metasentrik dan memiliki pola karyotipe yang sama (2n = 18m). Ukuran kromosom setiap grup bervariasi, yaitu grup Pantai memiliki ukuran yang paling panjang yaitu 0,53 μm dari ketiga grup yang lain: Buaya (0,27 μm), Madu (0,21 μm), dan Beringin (0,18 μm).Kata kunci: gaharu; Gyrinops versteegii; karyotipe; kromosom; Lombok Karyomorphology and Chromosome Number of Four Groups of Gyrinops versteegii (Gilg.) Domke. in LombokAbstractLombok has four groups of Gyrinops versteegii i.e. Pantai, Buaya, Madu, and Beringin group. Studies of karyomorphology and the number of chromosomes could be very useful for taxonomy and plant breeding. In this study, the preparation used a root tip squash method. The results obtained from this study: groups of G. versteegii had similar chromosome number (n = 9), and similar metacentric chromosomes. Therefore, the karyotype formula of the four groups of G. versteegii was 2n = 18m. Each group of G. versteegii showed a variation of chromosome size: Pantai group has a size of 0.53 ìm which is the longest than the other three groups: Buaya (0.27 ìm), Madu (0.21 ìm), and Beringin (0.18 ìm).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Kusumawati, Siska Apriliana, Astari Dwiranti, and Andi Salamah. "Pengamatan Fase Mitosis Hibiscus rosa-Sinensis L. Variasi Double Red Pada Beberapa Waktu Pengambilan Pucuk Daun." Proceeding of Biology Education 2, no. 1 (October 31, 2018): 9–17. http://dx.doi.org/10.21009/pbe.2-1.2.

Full text
Abstract:
Pengamatan fase mitosis Hibiscus rosa-sinensis L. variasi double red telah dilakukan. Tujuan dari penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh waktu pengambilan pucuk daun terhadap fase mitosis H. rosa-sinensis L. variasi double red dan menentukan waktu optimum pengambilan pucuk daun untuk studi kromosom. Tahap pengambilan bahan merupakan tahapan yang krusial karena dapat memengaruhi fase mitosis. Pembuatan preparat kromosom H. rosa-sinensis L. variasi double red dilakukan menggunakan metode squashing yang terdiri dari tahap pengambilan bahan, pretreatment menggunakan air dingin selama 3 jam, fiksasi dengan larutan Carnoy selama 24 jam, hidrolisis dengan HCl 5 N selama 30 menit, dan squashing/pemencetan. Pengambilan pucuk daun pada penelitian ini dilakukan pada lima waktu yang berbeda, yaitu pukul 08.00, 09.00, 10.00 , 11.00 , dan 12.00 WIB. Waktu pengambilan pucuk yang menunjukkan persentase profase akhir tertinggi dan interfase yang rendah dijadikan parameter waktu terbaik pengambilan pucuk daun H. rosa-sinensis L. variasi double red untuk studi kromosom. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengambilan sampel pukul 10.00 WIB merupakan waktu terbaik untuk pengamatan kromosom. Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan adanya pengaruh waktu pengambilan pucuk daun terhadap fase interfase dan profase akhir sel pucuk daun H. rosa-sinensis L. variasi double red. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk studi kromosom selanjutnya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Tkalčić Švabek, Željka, Marina Josipović, and Ivana Franić Šimić. "Učestalost varijantne translokacije kod pacijenata s novodijagnosticiranom kroničnom mijeloičnom leukemijom (KML) u hrvatskoj populaciji." Medicina Fluminensis 56, no. 1 (March 1, 2020): 45–50. http://dx.doi.org/10.21860/medflum2020_232819.

Full text
Abstract:
Cilj: Obilježje kronične mijeloične leukemije (KML) je hibridni BCR-ABL gen nastao kao posljedica recipročne translokacije između kromosoma 9 i 22, čime se stvara Philadelphia (Ph) kromosom. Klasičnu translokaciju t(9;22) ima 90 % pacijenata, dok ostalih 5 – 10 % ima varijantnu translokaciju koja uključuje više kromosoma, izuzev kromosoma 9 i 22. Cilj ovog istraživanja je odrediti postotak pacijenata s novodijagnosticiranim KML-om koji imaju varijantnu translokaciju te postotak kompletnog citogenetičkog odgovora (KCgO) pacijenata s varijantnom translokacijom u usporedbi s pacijentima koji imaju klasičnu t(9;22). Materijali i metode: U istraživanje je uključena koštana srž (KS) 177 pacijenata s novodijagnosticiranim KML-om. Za analizu Ph kromosoma koristio se kariogram kao klasična citogenetska analiza i fluorescentna in situ hibridizacija (FISH) kao molekularna citogenetska analiza. Rezultati: Varijantna translokacija dokazana je kod 14 pacijenata u razdoblju od 5 godina i 3 mjeseca, dok 163 pacijenta ima klasičnu translokaciju t(9;22). Zaključak: Postotak pacijenata s varijantnom translokacijom u istraživanju slaže se s rezultatima istraživanja u svijetu. Ne postoji statistički značajna razlika u postizanju KCgO-a kod pacijenata s varijantnom translokacijom t(9;22) u usporedbi s KCgO-om pacijenata s klasičnom translokacijom.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Aristya, Ganies Riza, Chalvia Zuyyina, Dea Febiansi, Rifa Ayuningsih, Kusnah Dian Prasiwi, Triska Ayu Nurwijayanti, Uswatun Mujahidah, and Bartolomius Renaldy. "Karakterisasi Kromosom Spesies Anggota Familia Solanaceae." Biotropic : The Journal of Tropical Biology 3, no. 1 (February 28, 2019): 24–38. http://dx.doi.org/10.29080/biotropic.2019.3.1.24-38.

Full text
Abstract:
Indonesia is known as a country rich in various agricultural and plantation products, including vegetables. One effort to improve quality of the production by identifying and characterizing chromosomes. The purpose study to characterize number, shape and size of the chromosomes in Solanaceae family. The study using modified Squash method. Chromosome preparation including fixation, maceration, staining, and analyzed using Image Raster 3 application, then Corel Draw X6. The results showed study to characterize the number, shape and size in the Capsicum annum L. Tm 999 (2n=20m+4sm and 2,41 s/d 9,99 µm) then Capsicum frutescens L. Kencana (2n=16m+8sm and 3,12 s/d 10,49 µm). In Solanum lycopersicum Or Diana and Marta (2n=16m+8sm and 3,12 s/d 10,49 µm) then (2n=22m+2sm and 2,65 s/d 7,28 μm). In Lycopersicon esculentum Mill. Juliet and Tropical Ruby (2n=18m+6sm and 0,77 s/d 1,81 μm) then (2n=20m+4sm and 0,39 s/d 0,94 μm). Solanum melongena L. Or Valerie and Mustang (2n=24m and 0.29 s/d 0.87 μm) then (2n=22m+2sm and 0,5 s/d 1.28 μm). In Solanum melongena L. Kania and Pulus (2n=20m+4sm and 0.64 s/d 3.43 μm) then (2n=16m+8sm and 0.84 s/d 2.51 μm). In Solanum melongena L. Jeno and Planet Hijau (2n=18m+6sm and 0.65 s/d 2.423 μm) then (2n=14m+10sm and 0.46 s/d 1.73 μm). In Capsicum annum var. Grossum L. Red Star and Purple Star (2n=22m+2sm and 3.19 s/d 8.49 μm) then (2n=24m and 5.5 s/d 11.92 μm).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Alfaraby, Abdul Aziz, Atiqah Meutia Hilda, and Mia Kamayani. "Penjadwalan Hafalan Alquran dengan Algoritma Genetika." Prosiding Seminar Nasional Teknoka 3 (January 10, 2019): 35. http://dx.doi.org/10.22236/teknoka.v3i0.2898.

Full text
Abstract:
Jadwal merupakan tahapan yang paling menentukan keberhasilan suatu hafalan Alquran. Hal ini dikarenakan jadwal adalah tahap ketergantungan antar aktivitas yang membangun secara keseluruhan. Pemecahan masalah jadwal yang baik dari suatu hafalan Alquran merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam pelaksanaannya, dan menerapkan algoritma genetika untuk memecahkan masalah dalam jadwal hafalan Alquran serta dapat menjadi solusi dalam menangani masalah dalam mengatur jadwal secara otomatis. Algoritma genetika merepresentasikan kandidat solusi optimasi jadwal ke dalam kromosom-kromosom secara acak, lalu dievaluasi menggunakan fungsi fitness dan seterusnya dilakukan seleksi. Metode seleksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode seleksi roda roulette, kemudian dilakukan pindah silang dan mutasi. Pada setiap generasi, kromosom dievaluasi berdasarkan nilai fungsi fitness. Setelah beberapa generasi maka algoritma genetika akan menghasilkan kromosom terbaik, yang merupakan solusi optimal. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian blackbox. Hasil dari sistem jadwal hafalan Alquran menggunakan algoritma genetika adalah jadwal kegiatan-kegiatan dalam sebuah hafalan dalam waktu satu minggu, dan berdasarkan hasil pengujian performansi yang dilakukan sebanyak 6 kali dapat disimpulkan bahwa algoritma genetika membutuhkan waktu yang lama jika nilai iterasinya besar, karena dalam algoritma ini terdapat proses penggenerasian.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Iriani, Nur Annisa, Astari Dwiranti, and Andi Salamah. "INDEKS MITOSIS PUCUK DAUN Hibiscus rosa-sinensis L. VARIASI SINGLE PINK PADA BEBERAPA VARIASI WAKTU." Al-Kauniyah: Jurnal Biologi 13, no. 1 (April 30, 2020): 1–8. http://dx.doi.org/10.15408/kauniyah.v13i1.9454.

Full text
Abstract:
AbstrakHibiscus rosa-sinensis L. atau kembang sepatu merupakan tanaman hias yang memiliki banyak manfaat dan merepresentasikan sifat poliploidi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui Indeks Mitosis (IM) dan jumlah kromosom pucuk daun H. rosa-sinensis pada beberapa variasi waktu. Indeks Mitosis dan waktu pengambilan pucuk sangat diperlukan untuk studi kromosom karena pada tahap tersebut karakter-karakter kromosom dapat diamati dengan jelas dan mudah dihitung. Waktu pengambilan pucuk yang dilakukan yaitu pada 08:00, 10:00, 12:00, 14:00, 16:00 WIB. Pembuatan sediaan kromosom dilakukan menggunakan metode squash menggunakan pewarna Aceto-orcein. Tahapan perlakuan meliputi perendaman pucuk daun di dalam air dingin selama 3 jam, fiksasi dalam larutan Carnoy selama ±24 jam, dan hidrolisis dalam larutan HCl 5N selama 30 menit. Hasil penelitian menunjukkan nilai IM tertinggi meristem pucuk daun H. rosa-sinensis variasi single pink besar muncul pada pukul 10:00 sebesar 94%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa waktu sampling yang optimal untuk analisis kromosom H. rosa-sinensis L. variasi single pink besar adalah pukul 10:00 dengan jumlah kromosom 2n= ca. 69-111. Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk studi kromosom selanjutnya serta acuan untuk sampling variasi lainnya.Abstract Hibiscus rosa-sinensis L. is an ornamental plant that has many benefits and represents the character of polyploidy. The purpose of this study is to find out the Mitotic Index of leaf shoots Hibiscus rosa-sinensis on several shoots sampling times. The Mitotic Index and the timing of shoots sampling time are very necessary for chromosome studies because at this stage chromosomes characters can be clearly observed and easily calculated. Period time of collection the leaf shoots is from 08:00 AM to 16:00 PM, with two hours interval each at 08:00, 10:00, 12:00, 14:00, 16:00 . The chromosome preparation was carried out by using the squash method and aceto-orcein staining. The treatment steps included soaking the leaf shoots in cold water for 3 hours, fixation in Carnoy solution for ± 24 hours, and hydrolysis in 5N HCl solution for 30 minutes. The results showed that chromosomes were clearly visualized during the phase with the highest Mitotic Index. In addition, the percentage of Mitotic Index was found to be in line with the percentage of cells in late prophase. Among several sampling time variations, the highest Mitotic Index of Hibiscus rosa-sinensis leaf shoots appeared at 10:00 at 94% with the chromosome numbers of 2n= ca. 69-111. According to the data obtained, it is concluded that 10 AM is the most optimum sampling time that can be used as the basic information for further chromosome studies.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Andriani, I., N. Sugiri, Odang Carman, and D. S. Sjafei. "The Caryotipe of Endemic Ornamental Fish Celebes Rainbow (Telmatherina ladigesi) from Maros River, South Sulawesi." Jurnal Akuakultur Indonesia 3, no. 2 (August 1, 2007): 13. http://dx.doi.org/10.19027/jai.3.13-18.

Full text
Abstract:
<p>The objective of this research was to find the caryotype of the endemic ornamental fish, Celebes rainbow <em>(Telmatherina ladigesi) </em>from Maros River South Sulawesi, Indonesia. The experimental fish were caught from the branches of Maros River, those are Bantimurung River, Pattunuangasue River and Makkatoang River. Tissue collection and slide preparation were carried out using the solid tissue technique with slight modification. The amount of chromosome pairs found from those three rivers (three population) were 2n = 48. These chromosomes were divided into 13 pairs big chromosomes (>1 urn) and 11 pairs small chromosomes (<1 u.m). The caryotype of each population were 3 submetacentric (Sm), 7 subtelocentric (St) and 14 telocentric (t) for population in Pattunuangasue River, 2Sm-8St-14t in Bantimurung River and lSm-7St-16t in Makkatoang River. Based on the above caryotype datas it was concluded that the population of Celebes rainbow in Maros River have been different.</p> <p>Key words : <em>Celebes Rainbow, endemic, caryotype, chromosome, Maros River </em></p> <p> </p> <p>ABSTRAK</p> <p>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kariotip dari ikan hias endemik rainbow Sulawesi <em>(Telmatherina ladigesi). </em>Ikan uji rainbow Sulawesi diambil dari beberapa anak Sungai Maros yaitu Sungai Bantimurung, Sungai Pattunuangasue dan Sungai Makkatoang. Pembuatan preparat kromosom dilakukan dengan menggunakan teknik jaringan padat dengan sedikit modifikasi. Jumlah kromosom semua ikan uji rainbow Sulawesi adalah 48 buah atau 24 pasang (2n = 48). Kromosom tersebut terdiri atas 13 pasang kromosom besar (>I u,m) dan 11 pasang kromosom kecil (<1 urn ). Pola kariotip yang diperoleh yaitu masing-masing 3 submetasentrik (Sm), 7 subtelosentrik (St) dan 14 telosentrik (t) untuk ikan rainbow Sulawesi di Sungai Pattunuangasue, 2Sm-8St-14t di Sungai Bantimurung dan lSm-7St-16t di Sungai Makkatoang. Perbedaan pola kariotip ini menunjukkan adanya kemungkinan perbedaan populasi.</p> Kata kunci : <em>rainbow Sulawesi, endemik, kariotip, kromosom, Sungai Maros</em>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Marzuki, Nanis S., Lita P. Suciati, Chrysantine Paramayuda, and Hannie D. Kartapradja. "Cara Pengasuhan Anak Sebelum Ditegakkan Diagnosis Gangguan Perkembangan Sistem Reproduksi 46,XY." Sari Pediatri 13, no. 6 (November 17, 2016): 391. http://dx.doi.org/10.14238/sp13.6.2012.391-6.

Full text
Abstract:
Latar belakang.Gangguan perkembangan sistem reproduksi 46,XY (GPSR 46,XY) bermanifestasi klinis beranekaragam, sehingga dapat dibesarkan sebagai anak laki-laki atau perempuan. Tujuan. Melihat sebaran cara pengasuhan individu dengan GPSR 46,XY dan dihubungkan dengan kemungkinan diagnosisnya. Metode.Penelitian deskriptif retrospektif dengan subyek GPSR yang dirujuk untuk analisis kromosom pada tahun 2009-2010 dan hasil analisis kromosom 46,XY. Hasil.Tujuh puluh pasien GPSR 46,XY dianalisis, dan ditemukan 45 dibesarkan sebagai laki-laki, 22 kasus dibesarkan sebagai perempuan, dan 3 kasus belum ditentukan cara pengasuhan jendernya. Sebagian besar pasien dirujuk pada usia antara >3 bulan-8 tahun, (32/70) pasien, dan 12 pasien dirujuk setelah usia 18 tahun. Alasan pasien dirujuk untuk analisis kromosom terutama adalah genitalia ambigu (44/70 kasus). Kesimpulan.Dengan pendekatan diagnosis yang tepat pada individu GPSR 46,XY orangtua dapat diarahkan untuk mengasuh jender yang sesuai. Untuk itu sangat diperlukan pemeriksaan klinis yang teliti
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Mukti, Akhmad Taufiq. "METODE PENENTUAN PLOIDI PADA IKAN NILA OREOCHROMIS NILOTICUS MENGGUNAKAN KOMBINASI SEBARAN KROMOSOM DAN NUKLEOLI SECARA BERSAMAAN." Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau 2, no. 1 (June 15, 2017): 43. http://dx.doi.org/10.33087/akuakultur.v2i1.16.

Full text
Abstract:
AbstractPloidy determination in fish was need the accurate, simple and rapid method. This research was aimed to develop ploidy determination method in Nile tilapia use combination of chromosome and nucleoli spreads simultaneously. Ten fish of 30-day-old Nile tilapias were used in this research. Solid tissues for preparation were collected on the caudal fin of the fish. The result showed that chromosome and nucleoli spreads simultaneously were easily observed in same preparate. Ploidy determination in Nile tilapia can done very accurate and fast use combination of chromosome and nucleoli spreads simultaneously as indicators to ploidy level determination in fish. Keywords: chromosome spread, nucleoli spread, simultaneously, ploidy level, tilapia AbstrakPenentuan ploidi pada ikan diperlukan metode yang akurat, mudah dan cepat. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan metode penentuan ploidi pada ikan nila menggunakan kombinasi sebaran kromosom dan nukleoli secara bersamaan. Sebanyak sepuluh ekor ikan nila umur 30 hari digunakan dalam penelitian ini. Jaringan padat untuk preparasi dikoleksi untuk preparasi adalah sirip ekor ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran kromosom dan nukleoli secara bersamaan mudah diamati pada preparat yang sama. Penentuan ploidi pada ikan nila dapat dilakukan secara lebih akurat dan cepat menggunakan kombinasi sebaran kromosom dan nukleoli secara bersamaan sebagai indikator penentu tingkat ploidi pada ikan.Kata kunci: sebaran kromosom, sebaran nukleoli, secara bersamaan, penentuan ploidi, ikan nila
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Gultom, Tumiur. "PENGARUH PEMBERIAN KOLKISIN TERHADAP JUMLAH KROMOSOM BAWANG PUTIH (Allium sativum) LOKAL KULTIVAR DOULU." JURNAL BIOSAINS 2, no. 3 (December 1, 2016): 165. http://dx.doi.org/10.24114/jbio.v2i3.4959.

Full text
Abstract:
Bawang putih lokal kultivar Doulu berasal dari Desa Doulu Kabupaten Karo Sumatera Utara. Bawang putih lokal Doulu dikenal luas oleh masyarakat di Sumatera Utara karena rasa yang pedas dan aromanya yang tajam. Jumlah kromosom bawang putih lokal ini sebanyak 16 =2n. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kolkisin terhadap jumlah kromosom bawang putih (Allium sativum) pada konsentrasi dan lama waktu perendaman yang berbeda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan metode squash. Rancangan percobaan yang digunakan adalah percobaan faktorial dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama adalah dosis pemberian larutan konsentrasi kolkisin (D) dengan 3 taraf yaitu : 0,1% (D1), 0,2% (D2), dan 0,3% (D3). Faktor kedua adalah lama waktu perendaman (T) dengan 4 taraf perlakuan yaitu 6 jam (T1), 12 jam (T2), 18 jam (T3), dan 24 jam (T4). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kromosom bertambah secara euploid dan aneuploidi yang menyebabkan terbentuknya sel-sel poliploidi. Tipe-tipe poliploidi yang terbentuk yang ditemukan yaitu euploidi yang tetraploid (4n) pada perlakuan D1T2, D2T3 dan D3T4. Kromosom yang bertambah secara aneuploid yaitu 2n + 4 pada perlakuan D2T2, 2n + 6 pada perlakuan D1T1; 3n + 6 pada perlakuan D1T3 dan D1T4 ; 4n + 1 pada perlakuan D2T1 dan T3D3; 4n +8 pada perlakuan D3T2; 5n +8 pada perlakuan D3T1 dan 6n +4 pada perlakuan D2T4. Kata kunci: Kolkisin, metode squash, poliploid, aneuploid, euploidi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Wulandari, Anggun, and Rina Dian Rahmawati. "TINGKAT PLOIDI PAKU SAYUR (Diplazium esculentum) PADA KETINGGIAN YANG BERBEDA DI GUNUNG MERBABU, BOYOLALI, JAWA TENGAH, INDONESIA." Bioeksperimen: Jurnal Penelitian Biologi 5, no. 1 (April 12, 2019): 11–15. http://dx.doi.org/10.23917/bioeksperimen.v5i1.7981.

Full text
Abstract:
Pada tumbuhan paku sering terjadi fenomena poliploidi dan salah satu penyebab yang diduga dapat menimbulkan peristiwa poliploidi adalah suhu dingin. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ploidi paku sayur (Diplazium esculentum) pada ketinggian yang berbeda di Gunung Merbabu. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Objek yang digunakan adalah tumbuhan paku Diplazium esculentum yang diambil dari ketinggian yang berbeda (±500 mdpl, ±1500 mdpl, dan ±2500 mdpl) di salahsatu gunung tinggi Indonesia, yaitu Gunung Merbabu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat ploidi Diplazium esculentum pada ketinggian yang berbeda. Tumbuhan paku Diplazium esculentum yang berada pada ketinggian ±500 mdpl menunjukkan hasil tipe sitologi diploid (2n) yang memiliki jumlah rata-rata kromosom adalah 54,2; pada ketinggian ±1500 mdpl menunjukkan hasil tipe sitologi triploid (3n) yang memiliki jumlah rata-rata kromosom adalah 80,533; sedangkan pada ketinggian ±2500 m dpl memiliki jumlah rata-rata kromosom sebanyak 105,333 dengan hasil tipe sitologi tetraploid (4n). Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat ploidi Diplazium esculentum pada masing-masing ketinggian di Gunung Merbabu.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Reflinur, Reflinur, and Puji Lestari. "PENENTUAN LOKUS GEN DALAM KROMOSOM TANAMAN DENGAN BANTUAN MARKA DNA." Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 34, no. 4 (January 26, 2016): 177. http://dx.doi.org/10.21082/jp3.v34n4.2015.p177-186.

Full text
Abstract:
Kemajuan teknik marka molekuler memberikan kemudahan bagi pemulia tanaman dalam penentuan lokasi gen yang mengendalikan karakter yang diinginkan. Penentuan gen yang mengendalikan sejumlah karakter penting dengan menggunakan marka genetik telah berhasil dilakukan pada berbagai jenis tanaman. Sebelum pemetaan suatu marka molekuler terhadap karakter yang diinginkan, diperlukan pemetaan genetik yang dikonstruksi dari sejumlah marka molekuler. Pemetaan daerah dalam kromosom yang mengendalikan karakter kualitatif dan kuantitatif mendapat perhatian yang sangat besar dalam program pemuliaan. Penentuan gen yang mengendalikan karakter kualitatif maupun kuantitatif memerlukan populasi pemetaan. Metode umum yang digunakan dalam penentuan lokasi gen yang mengendalikan karakter kualitatif ialah bulk segregant analysis (BSA). Pendekatan tersebut terbukti mampu mempercepat penentuan lokasi gen dengan biaya yang relatif rendah. Sebaliknya, penentuan lokasi gen yang mengen-dalikan sifat kuantitatif dilakukan melalui pemetaan quantitative trait loci (QTL). Dibandingkan penentuan lokasi gen pengendali sifat kualitatif, pemetaan QTL lebih kompleks dan membutuhkan kemampuan analisis statistik untuk menentukan daerah kromosom yang terkait dengan karakter kuantitatif tersebut. Tulisan ini membahas metode penentuan lokasi gen di dalam kromosom yang bertanggung jawab terhadap karakter penting tanaman dengan memanfaatkan marka molekuler dalam pemetaan genetik dan analisis QTL.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

SETIJOWATI, EVA DIAH, DORTA SIMAMORA, and RETNO DWI WULANDARI. "Deteksi Penyebab Retardasi Mental pada Keluarga Penyandang Retardasi Mental di Desa Padangan Kediri." Hang Tuah Medical journal 15, no. 2 (June 6, 2018): 133. http://dx.doi.org/10.30649/htmj.v15i2.68.

Full text
Abstract:
<p><strong>Abstrak</strong></p><p><strong>Latar Belakang Masalah: </strong>Di desa Padangan kecamatan Kayenkidul Kabupaten Kediri, banyak dijumpai keluarga dengan beberapa anggota keluarga merupakan penyandang retardasi mental. Penelitian awal pada 15 siswa SLB Pelita Hati tempat anak-anak desa Padangan menempuh pendidikan ditemukan adanya siswa dengan trisomi 21, sindroma Triple X dan siswa dengan kecurigaan sindroma FragileX <strong></strong></p><p><strong>Tujuan</strong>: Untuk mengetahui gambaran kromosom dan adanya pemanjangan pengulangan CGG gen <em>FMR1</em> pada keluarga dengan lebih dari satu anggota keluarga yang merupakan penyandang retardasi mental.<strong></strong></p><p><strong>Metode: </strong>Analisis sitogenetik dan analisis PCR untuk melihat pemanjangan pengulangan CGG pada gen FMR1.</p><p><strong>Hasil: </strong>Dari 12 orang (siswa dan orang tuanya), terdapat dua orang dengan inversi perisentris kromosom 9 dan satusiswa dengan sindroma Down.<strong></strong></p><p><strong>Kesimpulan:</strong>Terdapat satu siswa dengan kelainan jumlah kromosom, serta satu siswa dan orang tuanya (ayah) yang disertai dengan kelainan struktur kromosom;<strong></strong></p><p>Tidak ditemukan kelainan pada gen <em>FMR1</em> penyebab <em>fragile X syndrome</em> pada siswa maupun keluarganya.</p>Kata kunci: Mental retardasi, sitogenetika, analisa molekuler
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Rachmawati, Ratu Anita, Widandi Soetopo, and Pitojo Tri Juwono. "Studi Perencanaan Pola Operasi Waduk Kuningan Untuk Memenuhi Kebutuhan Air Baku, Irigasi, dan PLTA di Kabupaten Kuningan Jawa Barat." Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air 1, no. 1 (January 31, 2021): 206–18. http://dx.doi.org/10.21776/ub.jtresda.2021.001.01.18.

Full text
Abstract:
Perkembangan Kabupaten Kuningan dari tahun ke tahun semakin pesat sehingga menyebababkan turut pesatnya kebutuhan air penduduknya. Pembangunan Waduk Kunigan diharapkan bisa mencukupi kebutuhan air penduduk Kabupaten Kuningan. Pada penelitian ini melihat besarnya kebutuhan air maka perlu adanya optimasi guna memenuhi kebutuhan air yang diperlukan dan metode optimasi yang dipilih adalah Algoritma Genetik. Mode ini dijalankan dengan spreadsheet Excel dari Microsoft Office versi 2007. Menurut hasil analisis, Pusat tahapan optimasi dengan Algoritma genetik pada struktur daripada kromosom. Kromosom dalam hal ini adalah aturan lepasan waduk yang mewakili alternatif solusi, jadi kromosom ini bisa dikatakan interfal lepasan waduk yang bermacam macam variasinya & mempunyai nilai kinerja Menurut fungsi tujuan. Setelah dilakukan optimasi, rata-rata kebutuhan air meningkat 63,83%, dan kebutuhan air minimal meningkat 44,57%. Keadaan tampungan waduk minimal 2,55 juta meter kubik, dan kapasitas tampungan air rata-rata 17,01 juta meter kubik. Ratarata energi yang dihasilkan PLTA meningkat 14,72%, dan energi minimum yang dihasilkan PLTA meningkat 72,53%. Sehingga dapat memaksimalkan kinerja reservoir tanpa mengalami kerusakan. Hal ini diharapkan dapat memberikan acuan untuk pedoman lepasan teroptimal pada pengoperasiannya waduk Kuningan agar keperluan irigasi, air baku, dan PLTA terpenuhi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Octarina, Rezia, Tjahjo Djojo Tanojo, and Rina Yudiwati. "HIPOSPADIA SUBKORONAL PADA PASIEN SINDROM KLINEFELTER ANAK." Jurnal Kedokteran Mulawarman 7, no. 1 (June 29, 2020): 29. http://dx.doi.org/10.30872/j.ked.mulawarman.v7i1.3860.

Full text
Abstract:
Sindrom Klinfelter merupakan kelainan kromosom seks yang banyak ditemukan pada laki-laki. Sindrom Klinefelter umumnya muncul pada masa pubertas dan dewasa dengan ciri khasnya: infertilitas, testis kecil, ginekomastia dan mikropenis. Anak-anak dengan Sindrom Klinefelter dapat memiliki manifestasi klinis mikropenis, hipospadia, kriptorkismus atau keterlambatan perkembangan. Namun, hipospadia merupakan manifestasi klinis yang jarang ditemukan pada sindrom ini. Pada laporan kasus ini, kami melaporkan satu kasus seorang anak laki-laki yang memiliki hipospadia dan disertai kelainan kromosom 47, XXY. Laporan kasus ini menggambarkan Sindrom Klinefelter pada anak-anak dengan manifestasi klinis hipospadia, skrotum bifidum, kriptorkismus dan DSD di mana hal ini merupakan manifestasi klinis yang jarang ditemui pada kelainan ini.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Harmin, Samuel, and Bambang Tridjaja A. A. P. "Sindrom Klinefelter." Sari Pediatri 10, no. 6 (November 29, 2016): 373. http://dx.doi.org/10.14238/sp10.6.2009.373-7.

Full text
Abstract:
Sindrom Klinefelter (SK) merupakan kelainan akibat adanya kromosom seks tambahan (47,XXY) yang menyebabkan hipergonadotropik hipogonadisme, dan infertilitas. Penampilan pasien SK hampir tidak berbeda dengan mereka yang berkariotip normal, tanpa gejala klinis yang khas selama masa anak, sehingga diagnosis ditegakkan setelah usia remaja atau dewasa muda. Keterlambatan dalam penegakkan diagnosis dapat menyebabkan hilangnya kesempatan tata laksana untuk memperbaiki hipogonadisme, gangguan kognitif, dan faktor-faktor psikososial. Dilaporkan kasus anak laki-laki 13 tahun dengan keluhan ginekomastia. Pada pemeriksaan fisis ditemukan bentuk tubuh eunokoid, volume testis yang kecil dan teraba keras. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan kadar LH dan FSH, dengan kadar testosteron yang masih dalam rentang normal. Diagnosis SK ditegakkan melalui pemeriksaan analisis kromosom dengan hasil 47, XXY.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Tefu, Meti OFI, and Ferry Fredy Karwur. "Pitarah Manusia Nusa Tenggara Timur Berdasarkan Ceritera Kromosom Y." Scientiae Educatia 6, no. 2 (December 28, 2017): 143. http://dx.doi.org/10.24235/sc.educatia.v6i2.1622.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Joni, I. Dewa Made Adi Baskara, and Vivine Nurcahyawati. "Penentuan Jarak Terpendek Pada Jalur Distribusi Barang di Pulau Jawa dengan Menggunakan Algoritma Genetika." Jurnal Nasional Pendidikan Teknik Informatika (JANAPATI) 1, no. 3 (December 8, 2012): 244. http://dx.doi.org/10.23887/janapati.v1i3.9816.

Full text
Abstract:
Terdapat banyak kemungkinan kombinasi jalur distribusi barang melalui darat yangdapat digunakan untuk mengoptimalkan waktu dan biaya perjalanan. Namun demikian, tidak semua kombinasi jalur distribusi tersebut akan memberikan solusi terbaik. Agar solusi terbaik dapat dicapai, suatu penelitian untuk menentukan jalur distribusi barang melalui jalur darat dilakukan. Untuk mempermudah proses penentuan jalur distribusi barang tersebut didukung dengan pembangunan perangkat lunak.Algoritma genetika memiliki kehandalan dalam menghasilkan output yang optimal dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah tersebut. Penerapan metode algoritma genetika diaplikasikan dalam suatu perangkat lunak. Pada perangkat lunak yang dibangun terdapat beberapa input yang dibutuhkan, yaitu: kota-kota tujuan distribusi sebagai jumlah kromosom awal, jumlah generasi, probabilitas crossover dan probabilitas mutasi. Hasil pemrosesan merupakan kombinasi jalur distribusi barang yang akan diambil yang merepresentasikan penyelesaian masalah ini. Hanya kromosom terbaik yang akan diberikan sebagai hasil. Melalui perangkat lunak yang dibangun, penentuan jalur distribusi barang diharapkan dapat dilakukan dengan lebih baik dan dapat mengoptimalkan waktu dan biaya perjalanan.Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, digunakan 5 kombinasi kota sebagai tujuan distribusi yang digunakan pada pengujian. Melalui pengujian yang telah dilakukan terhadap tiga skenario didapatkan bahwa penerapan skenario pertama dengan nilai PC dan PM yang rendah (PC & PM < 50). Skenario tersebut menghasilkan rute distribusi dengan nilai fitness yang lebih rendah daripada nilai fitness pada tahap inisialiasi data awal. Nilai fitness pada tahap inisialiasi dari kromosom adalah 931 dan setelah melalui proses algoritma genetika menghasilkan nilai fitness 762.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Goba, Hadijah. "UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA DENGAN MODEL STAD DI SMK NEGERI 2 MAUMERE TAHUN AJARAN 2019/2020." Journal on Teacher Education 2, no. 1 (September 30, 2020): 94–100. http://dx.doi.org/10.31004/jote.v2i1.990.

Full text
Abstract:
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan hasil belajar Biologi siswa dengan menggunakan model Student Teams Achievement Divisions (STAD) yang di variasikan dengan LKS Word Square pada siswa kelas XI API SMK Negeri 2 Maumere. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan dua siklus untuk materi kompetensi dasar Keterkaitan antara struktur dan fungsi gen, DNA, kromosom dalam proses penurunan/pewarisan. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI API SMK Negeri 2 Maumere sebanyak 17 siswa. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan analisis persentase rata-rata hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh. Kesimpulan bahwa penerapan model Student Teams Achievement Divisions (STAD) yang divariasikan dengan LKS Word Square meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI API SMK Negeri 2 Maumere pada materi kompetensi dasar Keterkaitan antara struktur dan fungsi gen, DNA, kromosom dalam proses penurunan atau pewarisan mata pelajaran Biologi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

JUNITHA, I. KETUT, and SANG KETUT SUDIRGA. "Variasi DNA Mikrosatelit Kromosom Y pada Masyarakat Bali Mula Terunyan." HAYATI Journal of Biosciences 14, no. 2 (June 2007): 59–64. http://dx.doi.org/10.4308/hjb.14.2.59.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Arifin, Otong Zenal, Muhammad Hunaina Fariddudin Ath-thar, and Rudhy Gustiano. "APLIKASI REKAYASA GENETIK PADA BUDIDAYA IKAN DI INDONESIA." Media Akuakultur 4, no. 1 (June 30, 2009): 76. http://dx.doi.org/10.15578/ma.4.1.2009.76-83.

Full text
Abstract:
Perbaikan mutu genetik ikan merupakan suatu langkah lanjut dari kegiatan budidaya ikan yang bertujuan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas suatu komoditas apabila teknologi budidaya sudah optimal diterapkan. Strategi perbaikan mutu genetik dapat dilakukan baik secara konvensional melalui seleksi dan hibridisasi atau molekuler melalui rekayasa genetik. Di Indonesia, upaya perbaikan mutu genetik melalui rekayasa genetik telah mulai dilakukan sejak tahun 1980. Rekayasa genetik yang pertama kali diterapkan adalah manipulasi set kromosom untuk menghasilkan klon ginogen yang dapat mempercepat pemurnian galur dan poliploidi untuk menghasilkan populasi ikan yang memiliki set kromosom lebih dari 2N. Aplikasi rekayasa genetik yang kedua adalah manipulasi kelamin untuk memanfaatkan potensi “sexual dimorphisms” pada pertumbuhan ikan konsumsi dan sifat eksotis pada ikan hias. Aplikasi rekayasa genetik yang ketiga adalah transgenik atau DNA rekombinan. Teknologi, aplikasi, perkembangan, potensi, dan manfaat rekayasa genetik di atas bagi perkembangan budidaya ikan di Indonesia diuraikan dalam makalah ini.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Lesnussa, Yopi Andry, F. Y. Rumlawang, and V. Hukubun. "aplikasi algoritma genetika untuk memperoleh jalur optimum studi kasus : penentuan rute optimum ferry di pulau ambon, pulau seram, dan pulau-pulau lease." APOTEMA : Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika 4, no. 1 (January 31, 2018): 24–31. http://dx.doi.org/10.31597/ja.v4i1.317.

Full text
Abstract:
Jalur atau rute terpendek kadang diperlukan dalam melakukan perjalanan menuju sejumlah tempat.Hal ini dilakukan untuk meminimalkan biaya dan waktu yang diperlukan.Terdapat permasalahan transportasi angkutan ferry di Pulau Ambon, Pulau Seram, dan Pulau-Pulau Lease seperti minimnya fasilitas penunjang untukmencapai daerah-daerah tersebutantara lain dermaga dan armada ferry serta jalur optimum. Salah satu cara yang dapat digunakan yakni dengan algoritma genetika. Algoritma genetika merupakan suatu teknik pencarian nilai optimum berdasarkan mekanisme seleksi alam teori genetika.Sistem algoritma genetika menggunakan representasi kromosom.Kromosom yang baik akan terus hidup, sedangkan kromosom yang buruk akan mati dengan sendirinya. Algoritma genetika menggunakan hukum transisi probabilistik untuk memilih solusi (kromosom) sesuai dengan ketentuan yang diinginkan.Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan algoritma genetika diperoleh rute optimum ferry di Pulau Ambon, Pulau Seram, dan Pulau-Pulau Lease yang optimal yaitu Tulehu (Tulehu), Wainama (Kailolo), Umeputih (Kulur), Wailey (Latu), Amahai (Amahai), dan Nalahia (Nalahia) dengan jarak tempuh 133 km.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Panjaitan, Tonggo Gerdina, Delita Prihatni, Agnes Rengga Indrati, and Amaylia Oehadian. "COMPARATIVE RATIO OF BCR-ABL GENES WITH PCR METHOD USING THE CODIFICATION OF G6PD AND ABL GENES IN CHRONIC MYELOID LEUKEMIA PATIENTS (Perbandingan Angka Banding Gen BCR-ABL Metode PCR Menggunakan Baku Gen Glucosa-6-Phosphate Dehidrogenase dan Gen Abelson Kinase di Pasien Chronic Myeloid Leukemia)." INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY 23, no. 1 (April 11, 2018): 61. http://dx.doi.org/10.24293/ijcpml.v23i1.1186.

Full text
Abstract:
Chronic Myeloid Leukemia (CML) adalah keganasan hematopoetik pertama yang dihubungkan dengan jejas genetik. Chronic MyeloidLeukemia digolongkan sebagai penyakit mieloproliferatif kronis disebabkan translokasi resiprokal kromosom 9 dan 22 yang disebutkromosom Philadelphia (Ph). Kromosom Ph membentuk gen yang disebut BCR-ABL. Pemeriksaan molekuler CML bertujuan untukmengetahui aktivitas transkripsi mRNA gen BCR-ABL, yang berguna untuk menetapkan diagnosis dan pemantauan pengobatan pasienCML. Saat ini, WHO mempublikasikan ada sembilan (9) gen baku yang digunakan secara luas. Tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui angka banding gen BCR-ABL/G6PD dan BCR-ABL/ABL di pasien CML dengan kromosom Ph (+) secara membandingkan.Penelitian ini menggunakan 79 bahan biologis tersimpan (BBT) mRNA Ph (+) dari leukosit pasien CML yang datang ke RSUPDr. Hasan Sadikin Bandung selama masa waktu antara bulan April 2012−April 2014. Pemeriksaan angka banding gen BCR-ABL/G6PDdengan metode Real-time Quantification PCR menggunakan alat LightCycler® Roche. Angka banding gen BCR-ABL/ABL diperiksamenggunakan alat Bioneer®. Gen baku G6PD dapat mendeteksi tipe b2a2, b3a2 dan e1a2. Gen baku ABL hanya dapat mendeteksi tipeb2a2 dan b3a2, tetapi lebih stabil bila dibandingkan dengan gen baku G6PD. Bentuk penelitian adalah perbandingan analitik denganrancangan kajian potong lintang. Analisis statistik menggunakan uji nonparametrik Wilcoxon. Hasil angka banding mRNA gen BCRABL/G6PD dan gen BCR-ABL/ABL [1,93% (0,0–59,7 fg) vs 15,37% (0,04–35,7 kopi), p<0,001]. Gen BCR-ABL tidak terdeteksi di 3 BBTdengan menggunakan gen baku ABL. Berdasarkan telitian ini, dapat disimpulkan, bahwa terdapat perbedaan bermakna antara angkabanding gen BCR-ABL/G6PD dan yang terkait BCR-ABL/ABL. Gen baku yang sama diperlukan untuk mendiagnosis dan memantaurespons pengobatan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Krisnandi, Kevin, and Halim Agung. "IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK MEMPREDIKSI WAKTU DAN BIAYA PENGERJAAN PROYEK KONSTRUKSI." Jurnal Ilmiah FIFO 9, no. 2 (November 1, 2017): 90. http://dx.doi.org/10.22441/fifo.2017.v9i2.001.

Full text
Abstract:
Pada beberapa proyek konstruksi yang dikerjakan oleh beberapa perusahaan memiliki tahapan dalam pengerjaannya. Dalam pengerjaan proyek tentu akan mengalami banyak kendala baik berasal dari internal atau dari eksternal. kendala yang dihadapi adalah waktu dan biaya penyelesaiannya. Untuk menyelesaikan persoalan tersebut maka dip erlukannya sebuah aplikasi yang dapat memprediksi penggunaan biaya dan waktu sehingga proyek yang dikerjakan sesuai dengan harga dan waktu yang telah disepakati. Algoritma yang digunakan untuk membangun aplikasi yang dapat memprediksi waktu dan biaya pengerjaan proyek konstruksi adalah algoritma genetika. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 98.72% keakuratannya dalam memprediksi waktu dan biaya pengerjaan proyek konstruksi yang dimana aplikasi ini dapat memberikan output berupa hasil prediksi waktu dan biaya pengerjaan proyek konstruksi berdasarkan luas tanah yang di input dan pemilihan kromosom. Kromosom yang dimaksud adalah salah satu pekerjaan dari masing - masing proyek, yang memiliki luas tanah dengan selisih 5 angka dari luas tanah yang di input. Hasil ini didapat dengan total pengujian sebanyak 25 kali pengujian.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Indika, Deru R., Rini Widyastuti, and Mas Rizky Anggun Adipurna Syamsunarno. "Peningkatan Nilai Ekonomi Peternakan Kambing Perah PE dengan Metode Peternakan Sexing." Creative Research Journal 4, no. 01 (December 31, 2018): 29. http://dx.doi.org/10.34147/crj.v4i01.170.

Full text
Abstract:
Sedikitnya jumlah kambing yang diternak dengan model pengelolaan yang masih tradisional serta orientasi beternak yang masih mengutamakan menjual kambing untuk memenuhi kebutuhan daging menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kesejateraan peternak tidak terlalu meningkat. Salah satu upaya yang memungkinkan terjadinya peningkatan ekonomi dan kesejateraan masyarakat peternak tersebut adalah dengan melakukan penetrasi teknologi sexing spermatozoa kromosom X pembawa sifat betina. Dengan adanya penetrasi teknologi ini diharapkan dapat meningkatkan populasi kambing perah betina sehingga produksi susu kambing dapat ditingkatkan dan dapat menjadi alternatif tambahan pendapatan bagi masyarakat. Penelitian ini akan menggunakan metode campuran antara pengujian laboratorium dan juga pendekatan kualitatif. Kedua hal ini dilakukan untuk mengetahui peluang peningkatan populasi ternak dengan metode sexing pembawa kromosom X dan juga untuk mengetahui kendala dan hambatan yang ditemui masyarakat secara sosial. Hasilnya, sistem peternakan sexing pendapatan yang didapat oleh peternak jauh lebih besar dibandingkan peternakan tradisional. Namun untuk dapat berhasil yang perlu diupayakan adalah untuk mengubah kebiasaan peternak agar mau dan mampu menerapkan perternakan sexing.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Mustofa, M. Samsul. "Jenis Kelamin dan Pengaruhnya terhadap Pemendekan Telomer." Majalah Kesehatan Pharmamedika 9, no. 2 (November 26, 2018): 096. http://dx.doi.org/10.33476/mkp.v9i2.681.

Full text
Abstract:
<p>Berbagai studi tentang telomer mengindikasikan pemendekan telomer terkait dengan<br />penuaan, dan usia laki-laki lebih pendek dibanding perempuan. Kajian pustaka ini bertujuan mengkaji hubungan jenis kelamin, hormon estrogen dan tingkat stres oksidatif terhadap pemendekan telomer.Telomer adalah struktur DNA non-coding untai tunggal tersusun oleh urutan pasangan basa TTAGGG yang berulang. Fungsi telomer adalah menjaga stabilitas dan integritas kromosom agar tidak terjadi penggabungan dengan kromosom lain atau terdegradasi oleh enzim nuklease. DNA telomer disintesis, dan dipelihara oleh telomerase dengan menyalin urutan RNA template. Telomerase terdiri dari Telomerase Reverse Transcriptase (TERT), Telomerase RNA Componen (TERC), dan dyskerin. Setiap terjadi pembelahan sel, telomer menjadi pendek dan memicu penuaan. Panjang telomer pada bayi normal laki-laki dan perempuan tidak berbeda bermakna. Pada usia tertentu, panjang telomer pada laki-laki lebih cepat memendek yang dipengaruhi faktor mutasi dyskerin, hormon estrogen dan peningkatan stres oksidatif. Hormon estrogen berperan sebagai antioksidan, yang berpengaruh terhadap aktivitas telomerase dan pemendekan telomer pada perempuan.</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Dwiranti, Astari, Isnaenisa Rachma, Siska Apriliani, and Andi Salamah. "STUDI JUMLAH KROMOSOM TIGA VARIASI KEMBANG SEPATU (Hibiscus rosa-sinensis L.)." BIOTIKA Jurnal Ilmiah Biologi 16, no. 2 (December 20, 2018): 58. http://dx.doi.org/10.24198/bjib.v16i2.19831.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

ALI, JONI. "INOVASI PEMBELAJARAN DENGAN GENOM 1 DAN 2 (PENGEMASAN DNA DALAM KROMOSOM)." TEACHING : Jurnal Inovasi Keguruan dan Ilmu Pendidikan 1, no. 2 (July 4, 2021): 93–101. http://dx.doi.org/10.51878/teaching.v1i2.275.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk pengembangan profesionalisme dalam pembelajaran dan mengembangkan penggunaan alat bantu pembelajaran dalam rangka meningkatkan efektivitas pembelajaran dan prestasi belajar siswa. Alat peraga diberi judul “Genom 1 dan 2” dan digunakan di salah-satu Kelas XII IPA. Prosedur pembuatan alat terdiri dari Pembuatan Genom 1 dan Genom 2. Alat Peraga ini digunakan di kelas XII IPA-2 SMAN 1 Batanghari untuk memperoleh data tentang apakah penggunaan alat peraga ini efektif meningkatkan antusias, perhatian, dan prestasi belajar siswa. Data diperoleh dari pengamatan sikap selama proses pembelajaran dan hasil evaluasi belajar mereka. Lalu data tersebut dibandingkan dengan kelas paralelnya yang proses pembelajarannya tidak menggunakan alat peraga tersebut. Kemampuan akademik rata-rata kelas paralel hampir sama. Data yang diperoleh lalu dibandingkan, dan ternyata dengan menggunakan alat peraga ini, dengan baik dapat meningkatkan efektifitas proses pembelajaran di kelas XII IPA-2, yang ditandai dengan meningkatnya antusias, perhatian dan prestasi belajar mereka.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Pramanik, Dewi, Nisa Istiqomah, and Liberty Chaidir. "Studi Tingkat Ploidi pada Lili (Lilium sp.) Hasil Kultur Antera Melalui Penghitungan Jumlah Kloroplas dan Kromosom." Jurnal Agro 3, no. 2 (December 31, 2016): 34–42. http://dx.doi.org/10.15575/864.

Full text
Abstract:
Lili (Lilium sp.) termasuk famili Liliaceae, merupakan tanaman hias yang memiliki nilai ekonomi tinggi karena permintaan konsumen terus meningkat. Permintaan varietas tanaman yang seragam menuntut pengembangan hibrida F1. Perakitan tanaman hibrida dapat dihasilkan melalui pembentukan tanaman haploid. Salah satu metode untuk memproduksi tanaman haploid adalah dengan kultur antera. Pengecekan tanaman hasil kultur antera dapat dilakukan dengan penghitungan jumlah kloroplas dan jumlah kromosom, namun untuk lili hasil belum diperoleh informasi mengenai korelasi antara jumlah kloroplas pada sel penjaga stomata dengan jumlah kromosom, sehingga tujuan penelitian ini adalah untuk mengatahui korelasi antara jumlah kloroplas dengan jumlah kromosom serta mengetahui tingkat ploidi pada regeneran lili hasil kultur antera. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Balai Penelitian Tanaman Hias (BALITHI) Cianjur dari Januari-Juni 2016. Terdapat 5 nomor lili yang diuji tingkat ploidinya. Setiap nomor terdiri dari 4 ulangan, setiap ulangan ada 4 botol dan masing-masing botol terdiri dari 3 planlet. Metode analisis yang digunakan yaitu statistik sederhana rata-rata dan standar eror dan dikorelasikan. Hasil penelitian menunjukkan planlet haploid terbanyak ditemukan pada nomor 2015.1.1 kelompok Longiflorum dengan jumlah 26,67% sedangkan planlet haploid yang jumlahnya paling sedikit ditemukan pada nomor 2015.S2.3 kelompok Oriental dengan jumlah 11,11%. Metode kultur antera dapat menghasilkan planlet haploid namun pada Lilium sp. persentase keberhasilannya masih rendah. Tidak diperoleh korelasi antara jumlah kloroplas dan kromosom. Penelitian lebih lanjut terkait tingkat ploidi tanaman lili dan pengujian jumlah kromosom dengan menggunakan flowcytometer perlu dilakukan. Lily (Lilium sp.), Liliaceae family, is an ornamental plant that has a high economic value as consumer demand continues to rise. The uniformity of crop varieties requires the development of F1 hybrids that can be generated through the formation of haploid plants. A method for producing haploid plant is by anther culture. Evaluation of anther culture can be done by counting the number of chloroplasts and the number of chromosomes in the regenerants. However, lilies yet obtained information on the correlation between the numbers of chloroplasts in stomatal guard cells with chromosome numbers. Therefore, the purpose of this research aimed to know the correlation between the number of chloroplasts and chromosomes and to determine ploidy level in the regenerants of lily from anther culture. This research was conducted at Tissue Culture Laboratory of Indonesian Ornamental Crops Research Institute (IOCRI), Cianjur from January to June 2016. There were 5 numbers of lilies regenerant from anther culture that evaluate for ploidy level test. Each number has four replications, each replication contained four bottles, and each bottle has three plantlets. The statistical analysis used statistical descriptive with average, standard error and correlation. The results showed, haploid plantlets were observed in 2015.1.1 plantlets from Longiflorum group with 26,67% while least number of haploid plantlets is found in 2015.S2.3 plantlets from Oriental group (11,11%). The method of anther culture is able to produce haploid plantlets but the success rate was low in Lilium sp. There were no correlation between the number of chloroplasts and chromosomes. Further studies related to the ploidy level of lilies from anther culture and the evaluation of chromosomes number by using flow cytometry requires to develop haploid plant of Lily.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Masrie, Marshaly Safira, and Jonas Nara Baringbing. "AMNIOSENTESIS: TINJAUAN MENYELURUH." Damianus: Journal of Medicine 19, no. 2 (November 27, 2020): 161–66. http://dx.doi.org/10.25170/djm.v19i2.1276.

Full text
Abstract:
Pendahuluan: Amniosentesis adalah suatu prosedur invasif pengambilan cairan amnion untuk mendapatkan sel-sel janin dalam rangka pemeriksaan kromosom, salah satu teknik dan prosedur diagnosis prenatal yang diperkenalkan selama 10 tahun terakhir. Hal ini penting diperkenalkan karena besarnya insiden kelainan kromosom pada bayi yaitu 90 kejadian per 10.000 kelahiran.Tujuan: Artikel ini digunakan sebagai bahan pembelajaran untuk meningkatkan wawasan mengenai amniosentesis yang merupakan metode diagnostik prenatal invasif yang paling sering digunakan dengan tingkat keberhasilan yang cukup tinggi serta membantu agar dapat melakukan pencegahan dan deteksi dini penyakit keturunan dan kelainan bawaan pada janin yang belum lahir.Metode: Penulisan artikel ini menggunakan metode tinjauan naratif sebagai bagian dari studi literatureDiskusi: Amniosentesis memiliki tujuan lainnya seperti menilai tingkat pematangan paru janin dan mengetahui apakah terdapat infeksi pada janin. Prosedur amniosentesis biasanya dilakukan pada usia kehamilan 15 – 20 minggu. Jika prosedur amniosentesis dilakukan di bawah usia kehamilan 15 minggu, dapat meningkatkan kejadian keguguran. Analisis fosfolipid cairan amnion dapat menentukan tingkat pematangan paru janin. Cairan amnion juga dapat digunakan untuk analisis biokimia, studi molekuler, dan microarray chromosome analysis (CMA).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Agustia, Mila, Eva Chundrayeti, and Nur Indrawaty Lipoeto. "Hubungan Kadar Superoksida Dismutase dengan Tingkat Intelegensi Anak Sindrom Down." Sari Pediatri 20, no. 4 (January 28, 2019): 202. http://dx.doi.org/10.14238/sp20.4.2018.202-6.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Sindrom Down merupakan suatu keterbelakangan perkembangan fisik dan mental yang disebabkan oleh abnormalitas kromosom 21. Stres oksidatif diekspresikan berlebih pada anak SD karena gen yang mengodenya terletak pada kromosom 21. Kormobiditi yang terdapat pada SD ini disebabkan oleh stres oksidatif.Tujuan. Mengetahui kadar stres oksidatif melalui pemeriksaan superoksida dismutase (SOD) serta tingkat intelegensi dan mencari hubungan di antara keduanya pada anak SD di Sekolah Luar Biasa Kota Padang.Metode. Merupakan penelitian comparative cross sectional yang dilakukan di Sekolah Luar Biasa dan panti asuhan Kota Padang mulai September 2016 sampai Juli 2017. Hasil. Masing masing 40 sampel kontrol dan SD terdiri dari 25 orang (62,5%) dan perempuan 15 orang (37,5%). Tingkat intelegensi dibagi menjadi dua kelompok yaitu retardasi mental ringan 25(67,5%), dan retardasi sedang-berat 15(37,5%). Rerata kadar SOD pada kelompok kontrol adalah 4,84 (4,48-6,41) dan pada SD 5,26 (3,95-9,41), perbedaan ini bermakna secara statistik (p<0,05). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kadar SOD dengan tingkat intelegensi anak SD pada penelitian ini (p>0,05).Kesimpulan. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kadar SOD dengan tingkat intelegensi pada anak SD di Sekolah Luar Biasa Kota Padang.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Lailiyah, Fahlevi, Pudji Srianto, Amung Logam Saputro, Sri Pantja Madyawati, Bodhi Agustono, and Ragil Angga Prastiya. "Efektifitas Daya Pisah Electric Separating Sperm (ESS) terhadap Spermatozoa Kromosom X dan Y pada Kambing Sapera." Jurnal Medik Veteriner 1, no. 3 (September 30, 2018): 93. http://dx.doi.org/10.20473/jmv.vol1.iss3.2018.93-98.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pemisahan alat Electric Separating Sperm (ESS) terhadap spermatozoa kromosom X dan Y pada sisi anoda dan katoda dengan variabel meliputi presentase viabilitas, motilitas, abnormalitas dan morfometri spermatozoa. Metode pengambilan semen menggunakan vagina buatan, kemudian dilakukan pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis, apabila menunjukkan hasil yang baik dilanjutkan dengan pengenceran semen dengan Tris Kuning Telur dan dilakukan pemisahan. Terdapat tiga perlakuan pada penelitian ini yaitu P1 (3 menit), P2 (7 menit), P3 (10 menit) dengan enam kali pengulangan pada sisi anoda dan katoda. Data pada tiap variabel (viabilitas, motilitas dan abnormalitas) diperiksa menggunakan analisis statistik ANOVA dan untuk melihat adanya pemisahan spermatozoa kromosom X dan Y dilakukan pengukuran terhadap kepala menggunakan morfometri. Hasil pemisahan tertinggi yaitu pada P3 dengan perbandingan pemisahan X : Y sejumlah 65,00:35,00 pada sisi katoda, kemudian pada sisi anoda persentase perbandingan X : Y yaitu 59,00:41,00. Hasil kualitas spermatozoa setelah pemisahahn menunjukkan presentase viabilitas terbaik terdapat pada P1 yaitu 75,00a±2,00 pada sisi anoda dan 76,50a±2,17 pada sisi katoda. Motilitas spermatozoa P1 menunjukkan motilitas progresif spermatozoa dengan rataan 60,83a±2,04 pada anoda dan 61,67a±2,58 pada sisi katoda. Presentase abnormalitas tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antar perlakuan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Muhlisyah, Nurul, Cut Muthiadin, Baiq Farhatul Wahidah, and Isna Rasdianah Aziz. "Preparasi Kromosom Fase Mitosis Markisa Ungu (Passiflora edulis) Varietas Edulis Sulawesi Selatan." Biogenesis: Jurnal Ilmiah Biologi 2, no. 1 (June 30, 2014): 48–55. http://dx.doi.org/10.24252/bio.v2i1.467.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Mirawati, Mirawati, Trisnawati Mundijo, and KHM Arsyad. "Distribusi Jumlah Anak Dengan Down Syndrome Pada Dua Kelompok Usia Ibu Di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Palembang Tahun 2012." Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan 3, no. 2 (February 7, 2019): 71. http://dx.doi.org/10.32502/sm.v3i2.1429.

Full text
Abstract:
Down Syndrome merupakan penyebab umum dari 25-30 % retardasi mental di dunia. merupakan suatukelainan genetik dimana adanya kromosom abnormal pada kromosom autosom nomor 21. Studisitogenik menunjukkan bahwa 94% dari kasus Down Syndrome adalah trisomi disebabkannondisjunction, 3,5% translokasi dan 2,55 mosaik. Nondisjunction sering terjadi pada kelahiran bayidari ibu dengan usia ? 35 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi jumlah anakdengan Down Syndrome pada dua kelompok usia ibu di YPAC Palembang. Jenis penelitian adalahdeskriptif analitik. Sampel pada penelitian seluruh anak penderita Down Syndrome di YPACPalembang. Data penelitian didapatkan data primer dari kuisioner dan check list sedangkan datasekunder berdasarkan rekam medik dan data kesiswaan di YPAC Pelembang. Hasil penelitiandidapatkan dari 33 orang ibu yang memiliki anak Down Syndrome didapatkan 20 ibu (61%) yanghamil dengan usia <35 tahun dan 13 orang (39%) yang hamil pada usia ?35 tahun. Faktor resiko laindidapatkan hasil untuk faktor genetik 6 orang (18%) yang memiliki riwayat keluarga Down Syndromeyang merupakan kelompok ibu yang berusia <35 tahun saat kehamilan berlangsung, faktor resiko usiaayah ? 35 tahun saat ibu hamil 16 orang (48%) dan 17(52%) yang berusia <35. usia ayah ?35 yangberkorelasi dengan kelompok usia ibu ?35 sebanyak 13 orang, faktor infeksi didapatkan tiga orang(9%) dan termasuk dalam kelompok usia ibu <35 tahun yang mengalami infeksi saat kehamilanberlangsung, sedangkan untuk faktor radiasi didapatkan 33 orang tidak didapati adanya pengaruhradiasi saat kehamilan berlangsung.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Rahman, Qisthi Kustia, and Syarifah Iis Aisyah. "Induksi Mutasi Fisik pada Paku Bintik (Microsorum punctatum) melalui Iradiasi Sinar Gamma." Buletin Agrohorti 6, no. 3 (September 3, 2018): 422–29. http://dx.doi.org/10.29244/agrob.v6i3.21112.

Full text
Abstract:
Pemuliaan mutasi dengan iradiasi sinar gamma merupakan salah satu cara dalam meningkatkan keragaman genetik tanaman. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui radiosensitivitas dan nilai LD50 (Lethal dose 50) sinar gamma pada M. punctatum serta mengamati keragaan tanaman M. punctatum hasil iradiasi sinar gamma pada MV1. Nilai LD50 merupakan salah satu parameter untuk mengukur tingkat sensitivitas suatu jaringan terhadap iradiasi. Semakin rendah nilai LD50 suatu jaringan tanaman, semakin tinggi tingkat radiosensitivitasnya, sehingga semakin besar peluang terjadinya mutasi. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktor tunggal (dosis iradiasi sinar gamma) dengan 3 ulangan. Iradiasi sinar gamma diberikan terhadap stek rimpang dengan satu daun dari tanaman M. punctatum secara tunggal (acute irradiation) menggunakan Gamma Cell 220 dengan dosis 0, 10, 20, 30, 40, dan 50 gray. Semua rimpang dengan satu daun hasil iradiasi ditanam di lapangan hingga 16 minggu setelah iradiasi (MSI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian iradiasi sinar gamma pada M. punctatum menghasilkan LD50 sebesar 86,25 gray dan perlakuan iradiasi sinar gamma antar perlakuan berbeda nyata terhadap tinggi dan lebar daun, sedangkan karakter jumlah daun tidak berbeda nyata. Perlakuan iradiasi juga menyebabkan defisiensi warna hijau pada daun M. punctatum. Secara morfologi, perlakuan iradiasi sinar gamma terhadap M. punctatum belum menghasilkan mutan-mutan yang diinginkan, namun secara genetik, terdapat penggandaan jumlah kromosom dan aberasi kromosom pada perlakuan dosis iradiasi tertinggi (50 gray).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Setiawati, Gusti Ayu Dewi. "Lesson Study dalam Mata Kuliah Genetika Melalui Model Problem Based Learning pada Program Studi Pendidikan Biologi UNMAS Denpasar." Indonesian Journal of Educational Science (IJES) 1, no. 2 (March 3, 2019): 63–71. http://dx.doi.org/10.31605/ijes.v1i2.257.

Full text
Abstract:
Lesson study merupakan suatu bentuk upaya pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok pengajar secara kolaboratif dan berkesinambungan dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi, dan melaporkan hasil pembelajaran. Lesson study dapat diterapkan pada berbagai jenjang pendidikan, dari dasar hingga perguruan tinggi. Pelaksanaan lesson study mendukung UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen untuk meningkatkan kompetensi-kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial. Lesson study pada mata kuliah genetika dilaksanakan pada semester gasal 2017/2018, di mana tahap pembelajaran yang dilakukan meliputi; perencanaan pembelajaran (plan), pelaksanaan pembelajaran (do), dan refleksi (see). Pelaksanaannya juga terdiri dari tiga siklus, di antaranya; siklus 1 dengan topik perubahan jumlah kromosom, siklus 2 dengan topik analisis pedigri dan siklus 3 dengan topik perubahan struktur kromosom. Implementasi ketiga siklus tersebut melalui model problem based learning, sehingga menampilkan topik permasalahan yang sesuai dengan model pembelajaran tersebut, yaitu siklus 1 dengan mengangkat permasalahan Sindrom Down, siklus 2 dengan mengangkat permasalahan pewarisan sifat rambut gimbal, dan siklus 3 dengan mengangkat permasalahan Sindrom Cri-Du-Chat. Hasil lesson study menunjukkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran pada mata kuliah genetika, yaitu meliputi; variasi metode pembelajaran, variasi media, interaksi komponen pembelajaran, serta evaluasi. Dengan implementasi lesson study, pengajar menjadi lebih terbuka menerima masukan agar pembelajaran menjadi lebih baik, karena sesungguhnya tidak ada pembelajaran yang sempurna. Implementasinya secara berkelanjutan akan dapat meningkatkan profesionalisme dosen pada pelaksanaan pembelajaran pada mata kuliah masing-masing sehingga nantinya akan berdampak pada peningkatan mutu pembelajaran di perguruan tinggi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Anggeriyane, Esme. "HUBUNGAN USIA, PARITAS IBU DAN USIA AYAH DENGAN KEJADIAN ANAK SINDROM DOWN DI SLB NEGERI PELAMBUAN BANJARMASIN TAHUN 2019." JURNAL KEPERAWATAN SUAKA INSAN (JKSI) 4, no. 2 (November 3, 2020): 85–96. http://dx.doi.org/10.51143/jksi.v4i2.241.

Full text
Abstract:
Latar Belakang: Sindrom Down merupakan kelainan genetik trisomi yang terdapat tambahan kromosom pada kromosom 21 sehingga menyebabkan kelainan fisik dan gangguan tumbuh kembang anak. Hasil studi memaparkan insiden kelahiran anak Sindrom Down semakin meningkat di seluruh dunia. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia, paritas ibu dan usia ayah dengan kejadian anak Sindrom Down. Metode: Penelitian ini menggunakan desain survei analitik dengan Cross Sectional, teknik purposive sampling, jumlah populasi 161 dan sampel dari kekhususnan tunagrahita berjumlah 98 orang. Hasil: Usia ibu pada kategori tidak berisiko (20-35 tahun) berjumlah 53 orang (53,06%), Paritas ibu pada paritas berisiko (1 dan ≥4) berjumlah 61 orang (62,24%), usia ayah pada kategori tidak berisiko (25-40 tahun) berjumlah 77 orang (78,57%) dan kejadian Sindrom Down pada kategori bukan Sindrom Down (kelompok tunagrahita tanpa tanda klinis Sindrom Down) berjumlah 92 orang (93,8%). Hasil uji korelasi Spearman Rank antara usia ibu dengan kejadian anak Sindrom Down dengan p value 0,014, paritas ibu dengan p value 0,267 dan usia ayah dengan p value 0,192. Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup lemah antara usia Ibu dengan kejadian Sindrom Down. Selanjutnya, tidak ada hubungan significant antara paritas Ibu dan usia ayah dengan kejadian sindrom down. Penelitian ini menyarankan agar calon orang tua (Suami dan Istri) dapat mempertimbangkan secara lebih hati-hati usia Ibu (Istri) sebelum menikah dan perencanaan kehamilan, disamping usia Ayah, dan Paritas Ibu. Kata kunci : Paritas, Sindrom Down, Usia
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Friska, Meiliana. "Identifikasi kromosom hasil cangkok anakan salak Sidempuan (Salacca sumatrana Becc.) di Kecamatan Angkola Barat." Jurnal Pertanian Tropik 6, no. 3 (December 1, 2019): 466–71. http://dx.doi.org/10.32734/jpt.v6i3.3211.

Full text
Abstract:
Salak Sidimpuan (Salacca sumatrana Becc.) is one of the superior commodities in SouthTapanuli Regency. The availability of good quality zalacca varieties, high productivity,resistance to pests and diseases and tolerance to environmental stress are conditions that mustbe met in the era of agricultural industrialization. For this reason, it is necessary to assemblenew superior salacca cultivars to meet the evolving demands of consumers and to anticipatepotential cultivation constraints. Zalacca chromosome analysis is expected to be able toproduce information about the chromosome composition of these plants, which can then beuseful in supporting zalacca breeding. The aim of this study was to obtain the identity of theSalacca Sumatrana Becc. The plant-based on the morphological characteristics ofchromosomes (number, shape, and karyotype of chromosomes). This research was conductedat the Laboratory of Genetics, Faculty of Biology, University of North Sumatra, Medan inApril-May 2019. The results of this study indicate that Salak Sidempuan (Salacca sumatranaBecc.) have the number of chromosomes is 2n = 28, the shape of the chromosome and thekaryotype formula was 2n = 9m + 5 sm (9 metacentric chromosomes and 5 submetacentricchromosomes)
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Fitrianingrum, Iit, Annastasia Ediati, and Sultana MH Faradz. "STRATEGI COPING ORANGTUA YANG MEMPUNYAI ANAK DENGAN DISORDERS OF SEX DEVELOPMENT KROMOSOM SEKS MOSAIK." Jurnal Psikologi 17, no. 2 (January 16, 2019): 189. http://dx.doi.org/10.14710/jp.17.2.189-203.

Full text
Abstract:
This study aims to explore coping strategies used by parents’ of children with mosaic sex chromosome Disorders of Sex Development (DSD). The study applied the sequential explanatory mixed-methods approach that collected quantitative data prior to qualitative data. Participants were parents of the affected patients diagnosed with DSD with the following karyotype XX/XY, X/XY, XYY, or XXY variants. In total, 14 mothers and 12 fathers of 14 patients with a mosaic sex chromosome DSD participated in this study. We used the Indonesian version of BRIEF COPE to collect quantitative data on coping strategies. Furthermore, an invidual interview was conducted to all participants to elaborate the coping strategies applied by parents in raising their children. The data analysis identified the four most preferred parental coping strategies: religion, positive reframing, acceptance, and active coping whereas the least preferred coping strategies were humor, substance use, and behavior disengagement. Mothers and fathers in the study did not significantly differ in applying their coping strategies (p>.05). The study suggests health practitioners working with parents of patients affected with mosaic sex chromosome DSD to promote the religion, positive reframing, acceptance, and active coping strategies to facilitate a better acceptance of the affected children.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Muji Ermayanti, Tri, Deritha Ellfy Rantau, Aida Wulansari, Andri Fadillah Martin, and Erwin Al Haflizh. "Variasi Jumlah Kromosom Talas Bentul (Colocasia esculenta (L.) Schott) In Vitro Hasil Perlakuan Orizalin." Jurnal Biologi Indonesia 15, no. 1 (2019): 53–64. http://dx.doi.org/10.47349/jbi/15012019/53.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Milliana, Alvi. "APLIKASI SITOGENETIKA UNTUK MENDETEKSI ABNORMALITAS KROMOSOM PADA Benign Barrett’s EPITHELIUM YANG MENGALAMI TRANSFORMASI MALIGNA." el–Hayah 4, no. 2 (March 1, 2014): 47. http://dx.doi.org/10.18860/elha.v4i2.2626.

Full text
Abstract:
<em>Barrett’s esophagus is a metaplastic alteration of the normal distal esophageal epithelium. Barrett’s esophagus is present in 10%–20% of patients with gastroesophageal reflux disease (GERD). Its major significance is as a predisposing factor for esophageal adenocarcinoma, which carries a high mortality rate and a rapidly growing incidence in the United States. Esophageal adenocarcinoma carries a grave prognosis, with a relative 3-year survival rate of only 20% in the United States from 1995–1998. Cancer arises in BE through a multistep sequence of events initiated by chronic GERD that leads to metaplasia, dysplasia, and adenocarcinoma sequence. Primary pathogenetic changes in cancer result from balanced rearrangements of chromosome. Losses of chromosomes 4, 18, 21, and Y were the most frequent numeric changes. The chromosome arms most frequently rearranged were 1p, 3q, 11p and 22p. Evidence of chromosomal rearrangements [t(10;16) and dup (11q)] appeared during the early stages of the BEC model. After further validation, in-vivo, they may be clinically useful for diagnosis of BE, progressing to dysplasia or esophageal adenocarcinoma</em>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography