Relevant bibliographies by topics / Laktest

Contents

  1. Journal articles
  2. Dissertations / Theses
  3. Books
  4. Book chapters
  5. Conference papers

Academic literature on the topic 'Laktest'

Author: Grafiati
Published: 4 June 2021
Last updated: 18 February 2022

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the lists of relevant articles, books, theses, conference reports, and other scholarly sources on the topic 'Laktest.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Journal articles on the topic "Laktest"

1

Saputra, Gede Ardi. "Intoleransi Laktosa : Variasi Pemeriksaan Penunjang dan Tatalaksana." Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan 6, no. 2 (December 30, 2019): 121–25. http://dx.doi.org/10.33024/jikk.v6i2.2260.

Full text
Abstract:
Susu adalah sumber nutrisi yang sangat mendasar dalam memenuhi kebutuhan sehari hari. Tidak semua orang dapat mencerna susu dengan baik terutama mencerna laktosa karena dibutuhkan produksi laktase yang mencukupi.intoleransi laktosa didefinisikan sebagai sindrome klinis defisiensi laktase yang ditandai dengan gejala kembung, nyeri perut, flatuen, muntah, kemerahan pada anus dan diare. Defisiensi laktase primer terjadi pada bayi prematur usia kehamilan 26-32 minggu, defek kongenital, dan defek genetik autosomal resesif, sedangkan defisiensi laktase sekunder terjadi karena kerusakan epitel usus halus akibat penyakit lain. Uji hidrogen nafas merupakan pemeriksaan yang baik dalam mendiagnosis intoleransi laktosa karena sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi. Prevalensi faktor genetik sebagai penyebab intoleransi laktosa sekitar 90% penduduk asia. Tatalaksana terkini bertujuan untuk menyiasati kebutuhan nutrisi dengan cara membatasi konsumsi laktosa, konsumsi produk non-susu, enzim eksogen oral, dan adaptasi prebiotik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Mulyani, Hani, Andini Sundowo, Euis Filailla, and Teni Ernawati. "PENGARUH PENAMBAHAN STARTER DAN WAKTU INKUBASI: DARK COKLAT (Theobromo cacao L.) TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KUALITAS MINUMAN PROBIOTIK." Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi 18, no. 1 (2019): 25–32. http://dx.doi.org/10.33508/jtpg.v18i1.1984.

Full text
Abstract:
Pada pembuatan yogurt terjadi konversi gula susu (laktosa) menjadi asam laktat melalui proses fermentasi oleh bakteri asam laktat (BAL). Konsentrasi stater dan waktu fermentasi yang digunakan akan mempengaruhi kecepatan perombakan laktosa menjadi asam laktat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan stater dengan variasi sebesar : 1, 5, 10, 15 dan 20% dan waktu fermentasi pada 24 jam dan 48 jam terhadap asam laktat. Parameter yang diuji diantaranya adalah pH, kadar laktosa, kadar protein, kadar asam lakat, dan aktivitas antioksidan. Parameter yang diuji dari hasil proses fermentasi adalah pH, laktosa, asam laktat, protein terlarut. Pengujian laktosa dan asam laktat dilakukan dengan menggunakan HPLC, pengujian konsentrasi protein terlarut dengan menggunakan metode Lowry. Asam laktosa dan asam laktat tertinggi diperoleh dari fermentasi dengan variasi konsentrasi BAL starter 15% dalam waktu fermentasi selama 24 jam. Hasil analisis % inhibisi pada yogurt konsentrasi stater 10% dan waktu fermentasi 48 jam tanpa penambahan dark coklat dan penambahan dark coklat menunjukkan % inhibisi antioksidan paling tinggi dibandingkan dengan yang lainnya sebesar 20,84 % dan 95,58%. Hasil penelitian Variasi starter konsentrasi BAL dan lamanya proses fermentasi tidak mempengaruhi pH dan kadar protein terlarut.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Yohmi, Elizabeth, Aswitha D. Boediarso, Badriul Hegar, Pramita G. Dwipurwantoro, and Agus Firmansyah. "Intoleransi Laktosa pada Anak dengan Nyeri Perut Berulang." Sari Pediatri 2, no. 4 (December 6, 2016): 198. http://dx.doi.org/10.14238/sp2.4.2001.198-204.

Full text
Abstract:
Sakit perut berulang (SPB) merupakan masalah yang sering ditemukan pada anakterutama dalam hal pendekatan diagnosis dan tatalaksana. Sebagian besar penyebabSPB adalah gangguan fungsional dan hanya sebagian kecil (10%) yang disebabkan olehkelainan organik. Intoleransi laktosa dilaporkan merupakan penyebab SPB terbanyakpada anak berusia di atas 5 tahun. Intoleransi laktosa terjadi akibat ketidakmampuanlaktase menghidrolisis laktosa yang masuk ke dalam usus halus. Manifestasi klinis yangdiperlihatkan sangat bervariasi seperti mual, muntah, sakit perut, kembung, sering flatusdan diare. Berbagai pemeriksaan penunjang dapat digunakan untuk mendiagnosiskeadaan intoleransi laktosa. Uji hidrogen napas merupakan alat diagnostik pilihan saatini, karena bersifat non invasif dan mempunyai nilai sensitifitas dan spesifisitas yangtinggi, serta sangat mudah dan aman dilakukan pada anak. Biopsi usus masih merupakanuji diagnostik baku emas untuk mengukur aktivitas laktase. Prevalens intoleransi laktosadi berbagai tempat di dunia sangat beragam. Ras dan pola hidup dalam mengkonsumsisusu/produk susu dilaporkan berperan pada aktivitas laktase. Di Indonesia, prevalensintoleransi laktosa pada anak pernah dilaporkan dengan memperlihatkan peningkatanprevalens sesuai dengan bertambahnya usia, tetapi prevalens intoleransi laktosa padaanak yang menderita SPB belum pernah dilaporkan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Oktaviana, Asti Yosela, Dadang Suherman, and Endang Sulistyowati. "Pengaruh Ragi Tape terhadap pH, Bakteri Asam Laktat dan Laktosa Yogurt." Jurnal Sain Peternakan Indonesia 10, no. 1 (June 3, 2015): 22–31. http://dx.doi.org/10.31186/jspi.id.10.1.22-31.

Full text
Abstract:
Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi sifat kimia, seperti pH, kandungan bakteri asam laktat, dan kadar laktosa dalam yogurt yang difermentasi dengan ragi tape atau yogurt yang difermentasi dengan asam laktat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2014 di Gapoktan Sumber Mulya Desa Suka Sari, Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu. Desain penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan. P1 = penambahan 3% (per 1000 gram susu) plain yogurt starter sebagai kontrol; P2 = penggantian plain yogurt starter dengan 25% ragi ; P3 = penggantian plain yogurt starter dengan 50% ragi. Hasil menunjukkan bahwa penggantian 25% dan 50% ragi tidak mempengaruhi secara signifikan sifat kimia; pH 3.9-4.5, bakteri asam laktat 1.1 x 108 – 32 x 108 cfu/ml dan laktosa 2.14-3.34%. Substitusi ragi tidak mempengaruhi sifat kimia yogurt. Kata kunci : sifat kimia, ragi, yogurt.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

K.,, Trijayanti, D., Prasetiyono, B. W. H.E, and Kusumanti, E. "Laktosa, Lemak Dan Produksi Susu Pada Sapi Perah Laktasi yang Diberi Total Mixed Ration Berbasis Jerami Jagung Teramoniasi." Jurnal Pengembangan Penyuluhan Pertanian 11, no. 21 (July 31, 2015): 1. http://dx.doi.org/10.36626/jppp.v11i21.131.

Full text
Abstract:
Tujuan dari limbah penelitian ini mengevaluasi efek dari metode pemberian makan pada total ransum campuran (TMR) pada jagung strawbase amoniak pada susu laktosa, lemak susu, dan produksi susu pada sapi perah. Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan dan 5 kelompok berdasarkan bulan laktasi. Perlakuan diaplikasikan pada T0 = non TMR, T1 = TMR pada dasar jerami jagung, dan T2 = TMR pada dasar jerami jagung teramoniasi. Data dianalisis dengan analisis prosedur varians dan diikuti oleh uji kontras ortogonal. Hasil uji kontras orthogonal menunjukkan bahwa rata-rata susu laktosa dan lemak susu pada perlakuan non TMR (T0) tidak berbeda nyata (p> 0,05) dibandingkan dengan TMR pada basis jerami jagung dengan dan tanpa amoniak. Rata-rata susu laktosa dan lemak susu pada perlakuan TMR pada basis amoniak jerami jagung (T2) secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan TMR pada basis jerami jagung tanpa amoniak (T1). Rata-rata produksi susu tidak dipengaruhi oleh pengobatan (p> 0,05). TMR pada basis amoniak jerami jagung (T2) menghasilkan produksi tertinggi susu terkoreksi 4% lemak adalah 2085,83 kg / laktasi. Fenomena ini menunjukkan bahwa TMR pada amonium jagung berbasis ampas efektif diterapkan oleh masyarakat untuk meningkatkan produktivitas sapi perah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Karyana, I. Putu Gede, Nyoman Budihartawan, and I. GN Sanjaya Putra. "Pengaruh Formula Bebas Laktosa Terhadap Lama Diare dan Elektrolit Serum pada Anak dengan Diare Rotavirus." Sari Pediatri 14, no. 2 (November 17, 2016): 137. http://dx.doi.org/10.14238/sp14.2.2012.137-42.

Full text
Abstract:
Latar belakang.Diare akut rotavirus menyebabkan kerusakan mukosa, vili usus menjadi tumpul dan pendek, serta kematian sel. Proses tersebut juga mengurangi sekresi enzim laktosa yang bertanggung jawab dalam penyerapan laktosa. Laktosa yang tidak terserap menyebabkan berkembangnya diare osmotik yang mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit. Formula bebas laktosa dapat diserap tanpa membutuhkan enzim laktose, sehingga lama dari episode diare dapat dipersingkat.Tujuan.Untuk membandingkan lama diare dan elektrolit serum pada bayi dan anak dengan diare rotavirus setelah pemberian nutrisi formula bebas laktosa dibandingkan dengan formula standar.Metode.Uji klinis acak terkontrol tersamar ganda desain pararel, pada anak usia t6-d59 bulan dengan diare akut, dibagi 2 kelompok dengan besar sampel masing-masing 30 (kelompok A formula bebas laktosa; B formula standar). Latex agglutination testdigunakan untuk mendeteksi rotavirus. Setelah dilakukan rehidrasi, diberikan intervensi. Observasi dilakukan tiap 6 jam untuk mengetahui durasi diare, berat badan, dan frekuensi defekasi. Analisis statistik dengan paireddanindependent t-testdan analisis multivariat (cox regression).Hasil. Rerata lama diare pada kelompok bebas laktosa 57,59 jam (SB 9,40) dan formula standar 85,97 (SB 13,94) jam, dengan beda rerata 28,38 (SE 3,09) jam (IK95% 22,19;34,56; p=0,001). Penurunan frekuensi defekasi bermakna pada kelompok bebas laktosa, tetapi tidak bermakna pada peningkatan berat badan. Analisis multivariat menunjukkan hanya intervensi yang diberikan berpengaruh secara bermakna terhadap lama diare diare. Rerata peningkatan serum elektrolit hanya bermakna pada serum natrium, yaitu pada kelompok formula bebas laktosa dengan rerata 1,62 (SB4,20) mEq/L (IK95% -2,83;0,41; p=0,01).Kesimpulan. Formula bebas laktosa dapat mempersingkat lama diare dan meningkatkan kadar serum natrium pada diare rotavirus.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Un, Herminus Winarto, Veronika Yuneriati Beyleto, and Agustinus Agung Dethan. "Estimasi Nilai Ripitabilitas dan MPPA (Most Probable Producing Ability) Produksi Susu Sapi FH di Peternakan Noviciat Claretian Benlutu, Kabupaten Timor Tengah Selatan." JAS 1, no. 01 (January 18, 2016): 4–5. http://dx.doi.org/10.32938/ja.v1i01.30.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai ripitabilitas (angka pengulangan) dan MPPA (Most Probable Producing Ability) produksi susu perlaktasi sapi FH yang dihasilkan di peternakan Noviciat Claretian Benlutu, dilaksanakan di Peternakan Sapi Perah FH Novisiat Claretian Benlutu selama 1 bulan yakni 5 Januari sampai dengan 5 Februari 2015. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah catatatan (recording) umur sapi betina pada waktu mengalami laktasi, lama laktasi pada setiap periode laktasi, frekuensi pemerahan per hari dan produksi susu per laktase sapi FH. Catatan tersebut merupakan catatan dari 13 ekor induk sapi FH dengan jumlah laktasi 5 kali. Metode yang digunakan adalah metode survei. Data yang diambil adalah data primer tentang gambaran umum peternakan sapi perah dan data sekunder yakni catatan produksi susu per laktasi. Nilai ripitabilitas yang diperoleh dalam penelitian ini diestimasi dengan metode korelasi intra kelas karena semua induk sapi FH yang datanya digunakan dalam penelitian ini memiliki catatan produksi susu sebanyak lima kali. Hasil penelitian menunjukkan nilai estimasi ripitabilitas produksi susu sapi FH di Peternakan Noviciat Claretian Benlutu adalah 0.54% ± 0.27%. Estimasi nilai MPPA tertinggi berdasarkan lebih dari dua catatan produksi dicapai oleh induk sapi Delia yakni 1937,42 liter dan terendah dimiliki oleh induk sapi Lusia 1806,21 liter dengan rata-rata MPPA produksi susu adalah 1869,68 liter ± 47.48 liter. Hal ini menunjukkan bahwa induk sapi FH di lokasi penelitian memiliki kemampuan yang bervariasi dalam menghasilkan air susu. ©2016 dipublikasikan oleh JAS.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Martharini, Dwitiya, and Indratiningsih Indratiningsih. "Kualitas Mikrobiologis dan Kimiawi Kefir Susu Kambing dengan Penambahan Lactobacillus acidophilus FNCC 0051 dan Tepung Kulit Pisang Kepok (Musa Paradisiaca)." Agritech 37, no. 1 (March 10, 2017): 23. http://dx.doi.org/10.22146/agritech.17002.

Full text
Abstract:
This experiment was carried out to investigate the effect of plantain peel flour and Lactobacillus acidophilus FNCC 0051 on the microbiological and chemical quality of goat milk kefir. Kefir was made from goat’s milk with 3 % of kefir grain (w/v) and Lactobacillus acidophilus FNCC 0051 (0, 1 and 3 % (v/v)) and plantain peel flour (0, 1 and 2 % (w/v)). All treatments were incubated at room temperature (± 28.5 °C) for 10 hours, until the pH dropped to 4.2-4.6.The quality of Kefir was evaluated by microbiological analysis (total of lactic acid bacteria, probiotics viability, total yeast) and chemical analysis (pH, lactose content, alcohol content, fat content and dietary fiber). The data of total lactic acid bacteria, probiotics viability, total yeast, pH, lactose content, alcohol content, fat content were evaluated by analysis of variance and followed by Duncan’s New Multiple Range Test (DMRT). Data of dietary fiber was evaluated by descriptive analysis. The research result showed that the addition of Lactobacillus acidophilus FNCC 0051 had a significant effect (p ≤ 0.05) on decreasing pH, alcohol content and increasing total lactic acid bacteria and probiotic viability. Plantain peel flour had significantl effect (p ≤ 0.05) on increasing alcohol content and total lactic acid bacteria. Kefir had 9.51 log cfu mL-1 of lactic acid bacteria total; 8.65 log cfu mL-1 of probiotic viability; 6.13 log cfu mL-1 of total yeast; 4.85 of pH; 3.14 % of lactose content; 0.096 % of alcohol content; 5.33 % of fat content; and 10.49 % of dietary fiber. This research concluded that kefir quality for all treatments kefir were complied with Codex Standard 234-2003 while the best treatment was the kefir with the addition of 3 % Lactobacillus acidophilus FNCC 0051 and 1 % flour banana peel. ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung kulit pisang dan Lactobacillus acidophilus FNCC 0051 terhadap kualitas mikrobiologis dan kimiawi kefir susu kambing. Kefir dibuat dari susu kambing dengan kefir grain 3 % (w/v) dan Lactobacillus acidophilus FNCC 0051 (0, 1 dan 3 % (v/v)) serta tepung kulit pisang (0, 1 dan 2 % (w/v)). Semua perlakuan diinkubasi pada suhu ruang (± 28,5 °C) selama 10 jam, hingga pH turun menjadi 4,2 sampai 4,6. Uji kualitas kefir yang diamati yaitu mikrobiologis (total bakteri asam laktat, viabilitas probiotik, total khamir) dan kimiawi (pH, kadar laktosa, kadar alkohol, kadar lemak, serat pangan). Data hasil uji total bakteri asam laktat, viabilitas probiotik, total khamir, pH, kadar laktosa, kadar alkohol, kadar lemak dianalisis dengan analisis sidik ragam pola faktorial 3x3, dan dilanjutkan dengan Duncan’s New Multiple Range Test (DMRT). Data hasil serat pangan dianalisis dengan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Lactobacillus acidophilus FNCC 0051 berpengaruh (p ≤ 0,05) terhadap penurunan pH, kadar alkohol dan peningkatan bakteri asam laktat serta viabilitas probiotik. Tepung kulit pisang berpengaruh (p ≤ 0,05) terhadap peningkatan kadar alkohol dan bakteri asam laktat. Kefir memiliki rerata total bakteri asam laktat yakni 9,51 log cfu mL-1, viabilitas probiotik 8,65 log cfu mL-1, total khamir 6,13 log cfu mL-1, pH 4,85, laktosa 3,14 %, kadar alkohol 0,096 %, kadar lemak 5,33 %, dan total serat pangan 10,49 %. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kualitas kefir semua perlakuan memenuhi standar komposisi kefir menurut standar Codex 234-2003 dan kefir yang terbaik dengan penambahan Lactobacillus acidophilus FNCC 0051 3 % dan tepung kulit pisang 1 %.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Kluge, Stefan, Geraldine de Heer, Dominik Jarczak, Axel Nierhaus, and Valentin Fuhrmann. "Laktatazidose – Update 2018." DMW - Deutsche Medizinische Wochenschrift 143, no. 15 (July 30, 2018): 1082–85. http://dx.doi.org/10.1055/a-0585-7986.

Full text
Abstract:
Was ist neu? Schwere Hyperlaktatämie bei Intensivpatienten Die Ursachen dafür sind vielfältig, am häufigsten liegen eine Sepsis bzw. ein septischer, kardiogener oder hämorrhagischer Schock vor. Eine Hyperlaktatämie ist ein unabhängiger Prädiktor für Versterben bei verschiedenen Gruppen kritisch kranker Patienten. Bei Serum-Laktatwerten > 10 mmol/l sterben 80 % der Patienten auf der Intensivstation. Persistiert die schwere Laktatazidose über 48 Stunden, so sterben alle Patienten. Erhöhte Laktatwerte erfordern eine umgehende diagnostische Abklärung und Einordnung. Sepsis und septischer Schock Die neue Definition der Sepsis erfordert für den septischen Schock ein Serum-Laktat von > 2 mmol/l bei adäquater Volumensubstitution sowie eine Vasopressoren-Gabe, um bei persistierender Hypotonie einen mittleren arteriellen Druck ≥ 65 mmHg zu erzielen. Das 2018 publizierte „1-Stunden-Bündel“ der Surviving-Sepsis-Campaign empfiehlt als erste Maßnahme die Bestimmung des Laktatwertes – erhöhte Laktatwerte müssen engmaschig kontrolliert werden. Zudem werden die Abnahme von Blutkulturen, die Gabe eines Breitspektrum-Antibiotikums sowie die Gabe von Flüssigkeit und Vasopressoren in der ersten Stunde empfohlen. Die Gabe von Kristalloiden wird bei einem erhöhten Laktatwert (Laktat ≥ 4 mmol/l) oder bestehender Hypotension empfohlen, die Flüssigkeitsgabe kann anhand der Laktat-Clearance ausgerichtet werden. Laktat bei Lebererkrankungen Bei Patienten mit einer Leberfunktionseinschränkung ist der Laktatmetabolismus verzögert. Der Laktatwert bei Aufnahme auf die Intensivstation ist bei Leberzirrhose signifikant mit der Anzahl an versagenden Organen sowie der Mortalität assoziiert. Die 12-Stunden-Laktat-Clearance hat bei Ausgangslaktatwerten von über 5 mmol/l eine starke prädiktive Aussage für das Überleben, welche auch nach Korrektur für die Schwere der zugrunde liegenden Erkrankung ein unabhängiger Prädiktor bleibt. Je stärker der Abfall des Laktats innerhalb der initialen Therapie war, desto besser ist das Outcome.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Riadi, Selamat, Suryani M. F. Situmeang, and Musthari Musthari. "ISOLASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL) DARI YOGHURT DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Escherichia coli DAN Salmonella typhi." JURNAL BIOSAINS 3, no. 3 (December 29, 2017): 144. http://dx.doi.org/10.24114/jbio.v3i3.8302.

Full text
Abstract:
Yoghurt dikenal dan disukai sebagian masyarakat karena bila dikonsumsi: 1) dapat memperbaiki proses pencernaan protein dan lemak, 2) merangsang sekresi cairan yang diperlukan untuk proses pencernaan seperti air liur, cairan lambung, empedu dan pancreas serta 3) mengurangi timbulnya reaksi alergi terhadap laktosa. Keberadaan Bakteri Asam Laktat (BAL) pada yoghurt sebagai probiotik berpotensi dalam meningkatkan fungsi fisiologis usus, mikroflora usus yang berperan dalam mengoptimalkan kondisi kesehatan tubuh. Keberadaan bakteri probiotik dapat mencegah pertumbuhan bakteri patogen seperti Escherichia coli dan Salmonella typhi. Bakteri Escherichia coli merupakan penyebab penyakit diare, sedangkan Salmonella typhi merupakan bakteri patogen pada manusia yang menyebabkan penyakit tifus. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui kemampuan bakteri asam laktat yang diisolasi dari yoghurt dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Salmonella typhi. Metode penelitian secara eksperimen, waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni s/d September 2017 di laboratorium terpadu Poltekkes Kemenkes RI Jurusan Analis Kesehatan Medan. Jenis data adalah data primer yang diambil dari hasil uji Bakteri Asam Laktat terhadap bakteri patogen menentukan besarnya zona hambat dan diuji menggunakan uji Anova. Hasil penelitian zona hambat tertinggi pada isolat bakteri Sp4 dan Sp3 yaitu sebesar 1,36 cm dan dapat menekan pertumbuhan bakteri Escherichia coli, sedangkan zona hambat terbesar ditunjukkan oleh Isolat Sp4 yaitu sebesra 1,26 cm sehingga dapat dinyatakn dapat menekan pertumbuhan bakteri Salmonella typhi. Hasil ketahanan terhadap PH pada isolat bakteri Sp4 dapat tumbuh sebanyak 45 koloni pada PH3, sedangkan untuk variasi kadar garam isolat bakteri Sp3 dapat tumbuh sebanyak 88 koloni yang merupakan koloni tertinggi pada konsentrasi garam 0,5 %. Kata Kunci : Yoghurt, Bakteri Escherichia coli, Salmonella typhi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
More sources

Dissertations / Theses on the topic "Laktest"

1

Gustavsson, Jakob. "Identifiering av lakbara potentiellt farliga ämnen i gummiasfalt." Thesis, Linköping University, Department of Physics, Chemistry and Biology, 2010. http://urn.kb.se/resolve?urn=urn:nbn:se:liu:diva-57183.

Full text
Abstract:

The main purpose of the project was to identify potential environmentally harmful substances which can be leached from rubber asphalt. A method for analysing asphalt was developed and three rubber asphalt materials were analysed after being cryogrinded. One of the materials was also tested in a road machine made for testing of asphalt paving. The particles created in the machine were analysed in the same manner as the cryogrinded asphalt materials.

The asphalt materials were leached by water during 24 hours. The leachates were extracted with dichloromethane, dried with sodium sulphate and concentrated to a small volume. The extracts were analysed with gas chromatography-mass spectrometry (GC-MS). Due to low concentrations of substances the GC-MS was operated in SIM-mode (Selected Ion Monitoring). Thirteen substances were chosen for the analysis. The substances were aniline, benzothiazole, butyl benzyl phthalate, bisphenol-A, decanoic acid, dibutyl phthalate, diethylhexyl phthalat, phenanthrene, chrysene, naphthalene, 4-n-nonyl phenol and 4-tert-octyl phenol. Benzothiazole and 4-tert-octyl phenol were detected and quantified in the leachates.

In addition to the analysis of organic substances, pH was measured too. The leachates produced in this project were also sent to an analysis company for several analyses, for example analysis of metals and sulphur. Toxicity tests were performed on the same leachates within an exam work made by Gro Runeman at Lund University. The results of the metal analysis, sulphur analysis, and toxicity tests are not covered within the scope of this report. For the results of these tests and analyses, see Gro Runeman’s report: Evaluating toxicity of asphalt leachates.


Detta examensarbete är utfört vid Statens Geotekniska Institut (SGI). Huvudsyftet med arbetet är att identifiera potentiellt miljöfarliga ämnen som kan laka ut från gummiasfalt. En metod för analys av asfalt har tagits fram och tre olika gummiasfalter har analyserats efter att ha kryomalts. En av dessa asfalter har också använts i en provvägmaskin där det damm som bildades har samlats upp och analyserats. Inom ramen för examensarbetet har också en litteraturstudie gjorts för att bland annat ta reda på vad som är gjort inom området sedan tidigare.

För att ta reda på vad asfalten innehåller för föreningar gjordes först en fastfasextraktion av krossad (ej kryomald) asfalt där diklormetan användes som lösningsmedel. Från början var tanken att en GC/MS-screening skulle göras för att på så sätt få en överblick av samtliga organiska ämnen som finns i asfalten men på grund av de väldigt låga halterna av i gaskromatografen analyserbara föreningar var det nödvändigt att begränsa analysen till några få föreningar. De föreningar som analysen inriktade sig mot var anilin, bensotiazol, bensylbutylftalat, bisfenol-A, dekansyra, dibutylftalat, di(etylhexyl)ftalat, fenantren, krysen, naftalen, 4-n-nonylfenol, pentaklortiofenol och 4-tert-oktylfenol.

Laktester utfördes genom att de kryomalda asfaltmaterialen lakades med vatten under 24 timmar. Efter extraktion, torkning och koncentrering analyserades lakextrakten med avseende på de föreningar som hittats vid fastfasextraktionen. I lakvattnen hittades bensotiazol samt 4-tert-oktylfenol. Dessa föreningar kvantifierades genom att en enpunktskalibrering gjordes.

Utöver analyserna ovan mättes även pH på lakvattnen. Lakvattnen skickades också på metall- och svavelanalys samt turbiditets- och fenolindexmätning till ett större analysföretag. Toxicitetstester har utförts på samma lakvatten av Gro Runeman inom ramen för ett examensarbete vid Lunds Universitet. För resultaten från toxicitetstester, metallanalyser samt turbiditets- och fenolindexmätningar hänvisas till Gro Runemans rapport: Evaluating toxicity of asphalt leachates. Delar av denna rapport är skrivna i samarbete med Gro Runeman.

APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Maier, Sara. "Slagg från ArcFume-processer : lakbarhet och återvinningsmöjlighete." Thesis, Uppsala universitet, Institutionen för geovetenskaper, 2015. http://urn.kb.se/resolve?urn=urn:nbn:se:uu:diva-248039.

Full text
Abstract:
Metaller som bryts och utvinns primärt förekommer tillsammans med många andra metaller i malmer och mineral. Avfallsströmmar från metallindustrin har därför ett varierat innehåll av många olika metaller. Metallerna är ofta skadliga för miljön och kan skapa problem för metallproducenterna om halterna är så höga att avfallen inte ens kan deponeras. Det finns skräddarsydda metallurgiska processer för att upparbeta metallhaltigt avfall, i syfte att utvinna de värdefulla metallerna och producera en lakstabil slagg med lågt metallinnehåll. En lakstabil slagg kan ha miljömässiga fördelar som gör att den kan ersätta jungfruligt brutet material, exempelvis bergkross, som fyllnadsmaterial eller i andra anläggningsändamål. I detta projekt studerades två slagger som uppkommit genom behandling av metallhaltigt avfall. För båda slaggerna analyserades metallinnehåll och lakbarhet och resultaten jämfördes mot några valda bedömningsgrunder. Dels innehåller avfallsförordningen gränsvärden för det totala innehållet av metaller för att ett avfall ska betraktas som icke farligt, dels finns mottagnings-kriterier på deponier för avfall i olika farlighetsklasser. I mottagningskriterierna finns gränsvärden för koncentrationen av metaller i lakvätskan vid L/S-kvoten 0,1 l/kg samt den kumulativt utlakade mängden vid L/S-kvoten 10 l/kg. Lakbarheten testades med två olika metoder. På ackrediterat laboratorium gjordes ett standardiserat perkolationstest där materialet packas i en kolonn som sedan sakta genom-strömmas med vatten. Koncentrationen av olika ämnen mäts i lakvätskan när förutbestämda vattenvolymer passerat igenom och kan sedan räknas om till utlakad mängd. Det är endast resultat från ett sådant test som kan användas för att klassificera materialet enligt gällande deponeringskriterier. En billigare och enklare metod kan dock användas för jämförelse-provtagning. Det är ett tvåstegs skaktest där en uppvägd mängd material skakas med en bestämd vattenvolym. Fyra upprepade försök gjordes för varje slagg och lakvattnen sändes till laboratorium för analys. Koncentrationen i lakvätskan mättes och kunde räknas om till utlakad metallmängd. Vissa resultatskillnader mellan de båda metoderna noterades, men låga utlakade mängder uppmättes och materialen uppfyllde nästan alla mottagningskriterier för att kunna tas emot på deponier för inert avfall. Resultaten från kolonnlakningen visade på lägre utlakade mängder än resultaten från skakförsöken. Det kan förklaras med längre kontakttid mellan vatten och material i skakflaskorna. Där sker en nötning av materialet som frilägger nya lakbara ytor. I kolonnen är det hela tiden nytt vatten som kommer i kontakt med materialet. Fler tester bör göras för att bestämma totalhalten av metaller i slaggerna innan man beslutar att använda dem i någon tillämpning. Slaggerna bör inte nyttiggöras inom vattenskyddsområde eller annan plats där känsligt vatten riskerar att förorenas.
Primarily mined and extracted metals are in nature often found together with many other metals in ores and minerals. Therefore, waste from the metal industry might have a varied content of many different metals. These metals are often harmful to the environment and can cause problems. For the metal producers, there is a problem if the metal content in their waste is higher than what is accepted on landfills. There are accurate metallurgical processes to recover the valuable metals from the waste and produce a slag with a low metal content that also is leach stable. Such a leach stable slag might have environmental advantages though it could replace natural material such as gravel as a filler or in other construction purposes. In this project, two slags resulting from the treatment of metal-containing wastes has been studied. For both slags, the metal content and the leachability were analyzed and the results were compared against some selected criteria. The waste regulation declares limits for the total content of metals for which the waste can be considered non-hazardous. Also, there is acceptance criteria on landfills for waste in different hazard classes. The acceptance criteria describes limits for the concentration of metals in the leachate at L/S ratio of 0.1 l/kg, and the cumulative leached amount at L/S ratio of 10 l/kg. The leachability was studied with two different methods. At an accredited laboratory, a standardized percolation test was made. In such tests, material is packed in a column and then slowly perfused with water. The concentration of various substances is measured in the leachate when predetermined volumes of water has passed through the column and can then be converted into leached amount. It is only the results of such a test that can be used to classify material according to local landfill criteria. A cheaper and easier method which can be used for comparison testing is a two stage batch test. In these tests, a weighed amount of material is shaken with a given water volume for a given time. Four repeated attempts were made for each slag and the leachates was sent to the same laboratory for analysis. The concentration in the leachate were measured and could be counted on to leached metal variety. Some differences between the two methods was noticed, but low leached amounts were measured all over and the materials met almost all criteria in order to be accepted at landfills for inert waste. The results of the percolation test showed lower leached amounts than the results of the batch test. This can be explained by the longer contact time between the water and materials in the bottles. There, an abrasion of the material that uncovers new leachable surfaces occurs. In the column, there is always new water that comes in contact with the material. Extended testing should be done to determine the total content of metals in the slags before deciding to use them in any application. Slags should not be utilized in a water protection area or other place where there is a risk for contamination of any sensitive water.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Läckgren, Robin, and Yesen Osama. "Bygg- och rivningsavfall- Hanteras kakel och klinker på rätt sätt?" Thesis, Örebro universitet, Institutionen för naturvetenskap och teknik, 2014. http://urn.kb.se/resolve?urn=urn:nbn:se:oru:diva-37798.

Full text
Abstract:
Inom byggbranschen omsätts stora mängder byggavfall. Avfallet är svårt att hantera för att det består av så stora mängder. Restavfall som kommer från en byggarbetsplats källsorteras. Avfall från byggnation och rivning innehåller många olika typer av miljöfarliga ämnen, vilket förorsakar miljöföroreningar. Farliga ämnen riskerar att läcka ut i marken och ut i naturen. Branschen har funderat på om kakel och klinkers verkligen deponeras på rätt sätt idag från byggavfall och rivning. Syftet med arbetet var att undersöka om kakel och klinkers innehåller metaller som kan vara miljöfarliga. Halterna i ytskikten uppmättes och genom att utföra laktester kunde vi analysera avgivningen från materialen i olika miljöer. Det visade sig att kakel och klinker innehåller höga halter av metaller som kan läcka ut till omgivningen vid lågt pH-värde. Slutsatsen från laktesterna är att om kakel och klinker hanteras på rätt sätt i neutral eller basisk miljö är det inte miljöfarligt, eftersom samtliga utlakningsvärden vid pH åtta till tio låg inom gränserna. Men vi ser en fara om kakel och klinker hamnar i en sur miljö som har ett lågt pH runt fem till sex. Då är kakel och klinker inte inert avfall och skall alltså inte hanteras som det. Detta gör att kakel och klinker inte bör användas som till exempel fyllnadsmassor, utan att det bör deponeras som det görs idag. Arbetet bygger till stor del på diskussioner och samtal med Structor i Örebro och MTM på Örebro Universitet.
The construction industry deals with large quantities of construction waste. The waste is difficult to manage because of large amounts. Residual waste that comes from a construction site is recycled. Waste from construction and demolition includes many different types of pollutants causing environmental pollution. Hazardous substances likely to leach into the soil and into the wild. Structor have been thinking about if tile and clinkers tiles really are deposited in the right way today from construction waste and demolition. The purpose of this work is to investigate whether tile and clinker contains metals that can be harmful to the environment. The contents in the surface layers were measured and by performing leaching tests, we could analyze the leakage from materials in different surroundings. The samples proved that tile and clinker have high level of metals in the materials that can be given off to the environment at low pH. The conclusion from the leaching tests is that if the tiles are handled properly in the neutral or alkaline environment, it is not harmful to the environment because all results of leaching tests at pH values between eight and ten were within limits. But we see a danger if tiles end up in an acidic environment that has a low pH of around five to six. Then the tiles are not inert waste and therefore should not be handled like that. Tiles should thus not be used to such as aggregate, but it should be deposited as is done today. The work is largely based on discussions and conversations with Structor in Örebro and MTM at Örebro University.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Hietala, Sofia. "Cirkulära vägmaterial och miljö : En studie om möjlig miljöbedömning av krossad betong." Thesis, KTH, Hållbar utveckling, miljövetenskap och teknik, 2020. http://urn.kb.se/resolve?urn=urn:nbn:se:kth:diva-278080.

Full text
Abstract:
Vid en rent praktisk tillämpning av cirkulär ekonomi krävs det att man har kunskaper kring hur man får ett uttjänt material att bli till en ny produkt. Detta kan innefatta lagstiftning, men det finns även ett behov att se till att det inte kan orsaka negativa konsekvenser för hälsa eller miljö. Swerock önskar kunna producera ett cirkulärt ballastmaterial av överskottsmaterial från olika projekt vilket leder till frågan hur man kan miljöbedöma detta. Genom en litteraturstudie har en kunskapssammanställning genomförts för att besvara frågeställningen om vilken eller vilka testmetoder Swerock kan använda sig av för att testa material med syfte att kunna användas i vägbyggen så att materialet inte kommer att utgöra en fara för människa och miljö. Litteraturstudien i detta examensarbete behandlar bland annat lagstiftning, rapporter, studier och myndighetsdokument för att bygga en grund till förslag på miljöbedömningsförfarande som slutligen sammanställts. En jämförelse har även gjorts mellan tillhandahållna testresultat av laktestade prover från Swerock mot sammanställda haltgränser från litteraturen. Detta för att illustrera dagsläget och få en uppfattning om halter och ämnen som olika aktörer gränssatt och på vilka vis. Studien har visat att laktester är vanligt förekommande som ett sätt att bedöma miljöpåverkan hos olika typer av material och också ett tillvägagångssätt bland End of Waste-kriterier. Ekotoxikologiska test har inte befunnits vara så vanligt tillämpade men har framhållits av studier som ett lämpligt komplement till laktester. Ur litteraturstudien framkom det svenska systemet BASTA som ett sätt att farobedöma byggmaterial, där det är grundat på CLP:s faroangivelser för hälso- och miljöfarlighet. Dessa tre delar har sammanställts i det förslag på miljöbedömning som presenteras i resultatdelen. En slutsats som kan göras är att arbetet med frågeställningen om produktifiering av cirkulära material är i sin linda och att det finns möjligheter till fortsatta studier på ämnet.
In a purely practical application of circular economics it is necessary to have knowledge of how to convert a used material into a new product. This may include legislation, but there is also a need to ensure that it cannot cause negative health or environmental consequences. Swerock strives to be able to produce circular aggregate material of surplus material from various projects, which leads to the question of how this can be environmentally assessed. Through a literature study, a compilation of knowledge was made to answer the question about which test methods Swerock can use to test materials for use in road constructions to ensure that danger to humans and the environment is avoided. The literature study in this thesis covers, inter alia, legislation, reports, studies and government documents to build a basis for a proposal for an environmental assessment procedure. A comparison was also made between the provided test results of leaching test samples from Swerock and compiled content limits from the literature. This was to illustrate the current situation and get an idea of the levels and substances that different actors have set limits for and in what ways. The study has shown that leaching tests are common for assessing the environmental impact of different types of materials and also as an approach among the End of Waste criteria. Ecotoxicological tests have not been found to be as commonly applied but have been highlighted by studies as a suitable complement to leaching tests. From the literature study, the Swedish system BASTA emerged as a way of assessing hazard in building materials, where it is based on CLP's hazard statements for health and environmental hazards. These three parts have been compiled in the environmental assessment proposal presented in the results section. One conclusion that can be made is that the work on the question of the production of circular aggregate materials is in its infancy and that there are opportunities for further studies on the subject.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Lutula, Antonio, and Kevin Thorvaldsson. "Hur utförs ett step-test i simning med hög reliabilitet? : En kvantitativ studie som fördjupar sig i Pansolds step-testprotokoll." Thesis, Gymnastik- och idrottshögskolan, GIH, Institutionen för idrotts- och hälsovetenskap, 2017. http://urn.kb.se/resolve?urn=urn:nbn:se:gih:diva-4829.

Full text
Abstract:
Syfte och frågeställningar Syftet var att undersöka reliabiliteten i Pansolds step-testprotokoll i simning. Följandefrågeställningar har använts i denna uppsats: Håller Pansolds step-testprotokoll hög reliabilitet gällande erhållen laktattröskel? Håller Pansolds step-testprotokoll hög reliabilitet gällande uppmätt simtid? Skiljer sig den digitala- och analoga mätningen av hjärtfrekvensen? Hur väl kan simmare kontrollera sin hastighet utifrån uppsatta måltider? Metod Försökspersonerna var åtta till antalet, fyra män och fyra kvinnor i åldern 19,8 ± 3,6 år och innehavande av minst 650 FINA-poäng. Pansolds step-testprotokoll genomfördes i form av ett test-retest med 48 timmars mellanrum. Vid genomförandet av testet utfördes laktat- och hjärtfrekvensmätningar samt tidtagning av försökspersonerna. Variationen för laktattröskeln mellan de två testtillfällena analyserades för att undersöka testets reliabilitet. Försökspersonernas förmåga att kontrollera sin hastighet utifrån uppsatta måltider granskades. Hjärtfrekvensen mättes digitalt med Freelap Pro Coach samt analogt under tio sekunder för att undersöka om de två mätmetoderna genererade olika resultat. Resultat Det är en relativt stor differens i antal hjärtslag/minut mellan en analog och digital mätning av hjärtfrekvens då differensen låg på 8.86 slag. Av de sex försökspersoner som genomförde hela studien förbättrade fem sin förmåga att kontrollera sin hastighet utifrån uppsatta måltider. Alla försökspersoner uppvisade en variation i uppmätt laktattröskel mellan de två testen, med en beräknad variationskoefficient på 14.7%. Försökspersonernas CV% för tiden och uppsatta måltider var 4.0% vid test 1 och 3.3% vid test 2. Slutsats Pansolds step-testprotokoll bör standardiseras ytterligare då en god standardisering ökar möjligheten för reliabla testresultat. Vid utförandet av step-tester rekommenderas en digital mätning av hjärtfrekvensen eftersom att denna tros vara mest tillförlitlig. Reliabla resultat kan erhållas vid genomförandet av Pansolds step-testprotokoll. Testet ställer dock stora krav på simmares förmåga att kontrollera sin hastighet då detta tycks spela en avgörande roll i hur vida en reliabel laktattröskel kan uppmätas.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

de, Campos Pereira Hugo. "Löslighet och transport av sällsynta jordartsmetaller i Källfallsfältets gruvsandsmagasin." Thesis, Institutionen för mark och miljö, Sveriges Lantbruksuniversitet, 2014. http://urn.kb.se/resolve?urn=urn:nbn:se:uu:diva-219374.

Full text
Abstract:
Löslighet och transport av sällsynta jordartsmetaller i Källfallsfältets gruvsandsmagasin Hugo de Campos Pereira Syftet med detta arbete har varit att kartlägga vilka mekanismer som styr lösligheten av sällsynta jordartsmetaller (eng. rare earth elements, REE) i sulfidhaltig anrikningssand vid den föredetta gruvan Källfallsfältet i Västmanland. För syftet har markvatten- och grundvattenprovtagning utförts, tillsammans med laktester och geokemisk modellering med Visual MINTEQ ver. 3.0. Resultaten visade att sulfidvittring är den främsta processen som styr pH i anrikningssanden, och därmed också indirekt REEs löslighet. Däremot är sulfidvittring ingen källa till REE i sig då ämnena inte föreligger sulfidbundna, något som oxiderat tillgänglighetstest NT ENVIR 006 visade. Istället går REE ut i lösning i anrikningssanden genom vittring av lättvittrade silikatmineral. Vanligtvis betraktas metall bunden i silikatform inte som geokemiskt aktiv. Jämförelser mellan laktester med olika jämviktstid visade att en kinetisk (tidsberoende) faktor föreligger, kopplad till nämnda silikatvittring, som påverkar pH och således också metallöslighet vid laktester på anrikningssanden. Vid jämförelse mellan laktester och halter i anrikningssandens mark- och grundvatten bör denna därmed vägas in. Det pH-statiska laktestet SIS-CEN/TS 14997 visade begränsad möjlighet att undersöka kinetik med anledning av att det utförs under förhållandevis kort tid, 48 timmar. REE- och Cu-halter vid syratitrering (de behandlingar med lägst syratillsatser) och enstegslakning (SIS-CEN ISO/TS 21268-2:2010) visade god, respektive förhållandevis god, överensstämmelse med uppmätta markvattenhalter. Detta visade att syratitrering och enstegslakning är laktest som är tillämpbara, respektive förhållandevis väl tillämpbara, för att uppskatta markvattenhalter i anrikningssanden. Specieringsmodellering med Visual MINTEQ ver. 3.0 visade att pH och DOC är de viktigaste parametrarna som styr REEs speciering i anrikningssandens mark-, grund och ytvatten. Samtliga REE bildar starka komplex med löst organiskt material, men koncentrationerna av DOC var generellt sett låga. I sura sulfatrika mark-, grund och ytvatten domineras specieringen av lösta sulfatkomplex, huvudsakligen (REE)SO4+, följt av fria hydratiserade joner som näst vanligaste förekomstform. Dessa resultat överensstämmer väl med tidigare modelleringsstudier av REEs speciering i sura sulfatrika vatten resulterande från gruvavfall. Med bakgrund av detta och av att REEs ekotoxicitet verkar överensstämma med den fria jon-modellen (eng. free ion model) förväntas REE uppvisa högre toxicitet vid låga pH-värden.
Solubility and transport of rare earth elements in the mine tailings of Källfallsfältet Hugo de Campos Pereira The mechanisms which govern the solubility of rare earth elements (REEs) in sulfide-containing tailings at the former mine site of Källfallsfältet (Västmanland, Sweden) were studied by the means of soil water and ground water sampling, leaching tests and geochemical modeling using Visual MINTEQ ver. 3.0. The results showed that weathering of sulfides is the primary process governing pH in the tailings, and thus also REE solubility. However, weathering of sulfides is no source for REE in itself since the elements are not bound in sulfides, which the oxidized availability test NT ENVIR 006 showed. Instead REE are released into solution by weathering of easily weathered silicates. Usually, metal bound in silicate form is not considered geochemically active. A kinetic (time dependent) factor, associated with the weathering of silicates, was found to affect pH and thus also metal solubility in leaching tests performed on the tailings. The standardized pH static leaching test (SIS-CEN/TS 14997) showed limitations in observing kinetic effects because of its relatively short equilibration time (48 h). Thus, in future studies with similar materials, leaching test kinetics should be taken into account when comparing leached concentrations with field measured concentrations. Acid titration and one step batch test (SIS-CEN ISO/TS 21268-2:2010) proved to be applicable and relatively well applicable to the tailings, respectively, in order to estimate soil solution concentrations. Speciation calculations using Visual MINTEQ ver. 3.0 showed that pH and DOC concentration are the most important factors which affect REE speciation in soil solution, ground water and surface water associated with the tailings. In acid sulfate rich solutions, low in DOC, speciation is dominated by sulfate complexes, mainly (REE)SO4+, followed by free dissolved ions as the second most common form. These results are in accordance with previous modeling studies of REE speciation in acid sulfate rich waters resulting from tailings. This, together with previous results showing that REE ecotoxicity seems to follow the free ion model, implies that the toxicity of the elements is expected to increase with decreasing pH value.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Glanzmann, Jonas. "Bestimmung des Kristallisationsgrades von Laktose in Milchpulver /." Sion, 2007. http://doc.rero.ch/record/10761?ln=fr.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Glowatzki, Fabian [Verfasser]. "Die Rolle von Laktat produzierenden Milchsäurebakterien bei Kindern mit Kurzdarmsyndrom und D- Laktat Azidose assoziierter Encephalopathie / Fabian Glowatzki." Gießen : Universitätsbibliothek, 2016. http://d-nb.info/1102854077/34.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Iqbal, Mustafa. "Pintas jantung paru pada bedah jantung menyebabkan gangguan metabolisme laktat di hati : infus natrium laktat hipertonik memperbaiki hemodinamik dan status asam basa." Université Joseph Fourier (Grenoble), 2002. http://www.theses.fr/2002GRE10240.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Beyssell, Lena [Verfasser], Wolfgang [Akademischer Betreuer] Göpel, and Lutz [Akademischer Betreuer] Fricke. "Laktase-Persistenz und Frühgeburtlichkeit : Über die Auswirkungen des Laktase-Persistenz-Gens auf die kurz-und langfristige Entwicklung sehr kleiner Frühgeborener / Lena Beyssell ; Akademische Betreuer: Wolfgang Göpel, Lutz Fricke." Lübeck : Zentrale Hochschulbibliothek Lübeck, 2021. http://d-nb.info/1232038903/34.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
More sources

Books on the topic "Laktest"

1

Schmitt, Beate. Ohne Milch und ohne Ei: Allergien und Laktose-Intoleranz ; Rezepte und Praxistipps für den Familienalltag. Darmstadt: Pala-Verl., 2002.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Jarmoluk, Petra. Laktat- und Katecholaminbestimmungen als Mittel zur Leistungssteuerung im Judo: Eine empirische Langzeitstudie an Weltklasseathletinnen. Erlensee: SFT-Verlag, 1989.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Nurali, Erny J. N. Aktivitas bakteri asam laktat sebagai starter dalam proses fermentasi yoghurt santan kelapa dari jenis kelapa yang berbeda di Kabupaten Minahasa Utara: Laporan penelitian hibah bersaing. Manado: Fakultas Pertanian, Universitas Sam Ratulangi, 2008.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Laktat: Stoffwechselgrundlagen, Leistungsdiagnostik, Trainingssteuerung. Springer, 2020.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Laktose-Intoleranz. Wenn Milchzucker krank macht. Ehrenwirth Verlag, 2003.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Johansson, Elisabeth. Clean Cooking ohne Gluten und Laktose. Thorbecke Jan Verlag, 2017.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Klippstein, Nils. Laktose-Intoleranz: Ursachen, Symptome und Tipps für den Alltag. Start2dream, 2014.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Hof, Christiane. Köstlich kochen ohne Milchzucker. Für Laktose- und Milcheiweiß- Allergiker. Ehrenwirth, 2003.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Reeb, Stefanie. Süß & gesund: Backen ohne Zucker, Laktose, Eier und Weizen. Knaur Balance, 2015.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Kihm-Schreiber, Dagmar. Laktose- Intoleranz und Kuhmilcheiweißallergie. Die besten Alternativen zu Milch und Käse. Südwest-Verlag, 2002.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles

Book chapters on the topic "Laktest"

1

Bährle-Rapp, Marina. "Laktose." In Springer Lexikon Kosmetik und Körperpflege, 309. Berlin, Heidelberg: Springer Berlin Heidelberg, 2007. http://dx.doi.org/10.1007/978-3-540-71095-0_5786.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Lackner, K. J., and D. Peetz. "Laktat." In Springer Reference Medizin, 1425–26. Berlin, Heidelberg: Springer Berlin Heidelberg, 2019. http://dx.doi.org/10.1007/978-3-662-48986-4_1812.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Lackner, K. J., and D. Peetz. "Laktat." In Lexikon der Medizinischen Laboratoriumsdiagnostik, 1–2. Berlin, Heidelberg: Springer Berlin Heidelberg, 2018. http://dx.doi.org/10.1007/978-3-662-49054-9_1812-1.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Bährle-Rapp, Marina. "Laktat." In Springer Lexikon Kosmetik und Körperpflege, 309. Berlin, Heidelberg: Springer Berlin Heidelberg, 2007. http://dx.doi.org/10.1007/978-3-540-71095-0_5784.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Tauber, R., and F. H. Perschel. "Laktose-H2-Atemtest." In Springer Reference Medizin, 1429–30. Berlin, Heidelberg: Springer Berlin Heidelberg, 2019. http://dx.doi.org/10.1007/978-3-662-48986-4_1357.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Tauber, R., and F. H. Perschel. "Laktose-H2-Atemtest." In Lexikon der Medizinischen Laboratoriumsdiagnostik, 1. Berlin, Heidelberg: Springer Berlin Heidelberg, 2018. http://dx.doi.org/10.1007/978-3-662-49054-9_1357-1.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Hofmann, Peter, Manfred Wonisch, and Rochus Pokan. "Laktat-Leistungs-Diagnostik." In Kompendium der kardiologischen Prävention und Rehabilitation, 225–45. Vienna: Springer Vienna, 2009. http://dx.doi.org/10.1007/978-3-211-69390-2_32.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Kleine, T. O. "Liquor-D-Laktat." In Springer Reference Medizin, 1491–92. Berlin, Heidelberg: Springer Berlin Heidelberg, 2019. http://dx.doi.org/10.1007/978-3-662-48986-4_1918.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Kleine, T. O. "Liquor-L-Laktat." In Springer Reference Medizin, 1502–3. Berlin, Heidelberg: Springer Berlin Heidelberg, 2019. http://dx.doi.org/10.1007/978-3-662-48986-4_1935.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Kleine, T. O. "Liquor-D-Laktat." In Lexikon der Medizinischen Laboratoriumsdiagnostik, 1–2. Berlin, Heidelberg: Springer Berlin Heidelberg, 2018. http://dx.doi.org/10.1007/978-3-662-49054-9_1918-1.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles

Conference papers on the topic "Laktest"

1

"Fisiologi Laktasi." In MANAJEMEN LAKTASI BERBASIS EVIDENCE BASED TERKINI. SEBATIK, 2021. http://dx.doi.org/10.46984/978-623-94453-9-3-1452.

Full text
Abstract:
Menyusui merupakan proses yang alamiah sehingga seorang ibu pada saat kehamilan, bukan hanya menyiapkan persalinan tetapi juga harus mempersiapkan untuk proses pembentukan ASI. Sehingga menyusui tidak dapat dianggap sebagai suatu subjek yang berdiri sendiri ketika budaya, dukungan sosial dan pengetahuan serta keterampilan para profesional layanan kesehatan termasuk bidan, secara jelas berdampak terhadap keberhasilan dari awal inisiasi serta lamanya pemberian ASI (Renfrew; M.; Dyson; L.; McCormick; E.; et al, 2009). Belum semua perempuan memahami tentang fisiologi laktasi, meskipun menyusui merupakan proses alamiah, pengetahuan yang memadai dan sikap positif ibu diperlukan untuk mendukung keberhasilan menyusui. Pemberian ASI bukanlah sekedar memberi makanan kepada bayi, melalui ASI ibu dan bayi sama-sama belajar untuk menumbuhkan ikatan kasih sayang (bonding attachment), mencegah hipotermi, dan memberikan nutrisi yang terbaik pada bayi
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Hadi, Selasih Putri Isnawati. "Kandungan dan Manfaat ASI." In MANAJEMEN LAKTASI BERBASIS EVIDENCE BASED TERKINI. SEBATIK, 2021. http://dx.doi.org/10.46984/978-623-94453-9-3-1453.

Full text
Abstract:
Menyusui merupakan suatu kebutuhan biologis bagi semua mamalia yang hidup di bumi ini termasuk manusia. ASI merupakan suatu anugerah yang telah diciptakan oleh Tuhan. ASI memiliki kandungan yang sangat lengkap untuk memenuhi kebutuhan bayi. Walaupun saat ini sudah banyak makanan tiruan yang telah diciptakan oleh manusia menggunakan teknologi yang canggih seperti halnya susu formula, namun ASI tetap menjadi makanan yang terbaik bagi bayi. Kandungan gizi dalam ASI tidak tertandingi oleh makanan tiruan yang dibuat oleh manusia ataupun minuman yang berasal dari hewan seperti sapi atau kambing. Pemberian ASI sangat penting diberikan karena kandungan nutrisi yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang yang optimal, untuk kesehatan dan kelangsungan hidup. Selain itu ASI telah terbukti dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan bayi dan mengurangi risiko infeksi neonatal dan penyebab patogen lain yang dapat mengakibatkan penyakit serius (Pramana et al., 2020). Menurut WHO dan Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) menganjurkan agar menyusui dimulai lebih dulu jam setelah lahir, dilanjutkan secara eksklusif untuk yang pertama 6 bulan hidup, lalu diberi aman dan MPASI yang cukup, sampai 2 tahun atau lebih (Naylor, 2001).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Kumalasari, Mei Lina Fitri. "Manajemen ASI Perah." In Manajemen Laktasi Berbasis Evidence Based Terkini. Sebatik, 2021. http://dx.doi.org/10.46984/978-623-94453-9-3-1454.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Supinganto, Agus. "Peran Keluarga Terhadap Perilaku Ibu Menyusui." In Manajemen Laktasi Berbasis Evidence Based Terkini. Sebatik, 2021. http://dx.doi.org/10.46984/978-623-94453-9-3-1455.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Pramana, Cipta. "Mastitis pada Ibu Menyusui." In Manajemen Laktasi Berbasis Evidence Based Terkini. Sebatik, 2021. http://dx.doi.org/10.46984/978-623-94453-9-3-1458.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Sirait, Lenny Irmawaty. "Air Susu Ibu (ASI) sebagai Pertahanan Tubuh (Imunitas) Bayi." In Manajemen Laktasi Berbasis Evidence Based Terkini. Sebatik, 2021. http://dx.doi.org/10.46984/978-623-94453-9-3-1456.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Hadi, Selasih Putri Isnawati. "Asuhan Komplementer Untuk Peningkatan Produksi ASI." In Manajemen Laktasi Berbasis Evidence Based Terkini. Sebatik, 2021. http://dx.doi.org/10.46984/978-623-94453-9-3-1457.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Awaludin, Aan, Yudhi Ratna Nugraheni, and Nur Muhamad. "Derajat Infeksi Fasciola Sp. Pada Sapi Perah Periode Laktasi." In Kedaulatan Pangan Nasional Melalui Pengembangan Potensi Ternak Lokal di Era Kenormalan Baru. Animal Science : Polije Proceedings Series, 2020. http://dx.doi.org/10.25047/proc.anim.sci.2020.13.

Full text
Abstract:
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui derajat infeksi Fasciola sp. pada sapi perah periode laktasi. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah feses segar dari 53 ekor sapi perah pada masa laktasi yang diambil secara acak dari peternakan sapi perah di Kabupaten Jember. Indentifikasi infeksi Fasciola sp. dengan menemukan telur Fasciola sp. pada sampel feses dengan metode sedimentasi, derajat infeksi diperoleh dengan menghitung jumlah telur cacing per gram (EPG/Eggs per gram) menggunakan Whitlock chambers. Hasil penelitian didapatkan 30 sampel feses ditemukan adanya telur Fasciola sp. dengan derajat infeksi termasuk dalam kategori ringan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Lidiyawati, Anna, Binti Khopsoh, and Riska Faradila. "Kejadian Mastitis Subklinis Pada Induk Sapi Perah Laktasi di Desa Sumbersari Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar." In Kedaulatan Pangan Nasional Melalui Pengembangan Potensi Ternak Lokal di Era Kenormalan Baru. Animal Science : Polije Proceedings Series, 2020. http://dx.doi.org/10.25047/proc.anim.sci.2020.12.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jumlah induk sapi perah laktasi yang terindikasi mastitis subklinis di Desa Sumbersari Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar. Metode survei dan wawancara dilakukan terhadap 12 peternak sapi perah dengan kriteria responden adalah peternak sapi perah yang telah memelihara sapi perah selama 2 tahun. Jumlah sapi perah yang diperiksa menggunakan uji mastitis California (CMT) adalah 136 ekor dan dilakukan wawancara terhadap peternak tentang cara pencegahan yang sudah dilakukan dalam mengurangi kejadian mastitis subklinis. Data yang terkumpul kemudian dianalisa menggunakan Analisa deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan 41,91% induk laktasi ternyata terindikasi mastitis subklinis. Sisanya 58,08 % induk laktasi dalam kondisi yang sehat tidak ditemukan mastitis klinis. Pencelupan antiseptik pasca pemerahan dilakukan kepada 20 induk sapi sebagai perlakuan sedangkan sisanya 116 ekor hanya dilakukan pembilasan. Belum ditemukan peternak sapi perah yang memberikan treatment pada masa kering dan cek mastitis secara berkala, peternak hanya berfokus pada penambahan pakan untuk induk sebagai persiapan sebelum melahirkan. Untuk mengurangi kejadian mastitis maka perlu adanya edukasi ditingkat peternak berkaitan dengan penanganan susu, teat dips, treatment masa kering dan tes mastitis secara berkala.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

MELLIAWATI, RUTH. "Seleksi bakteri asam laktat sebagai penghasil enzim protease." In Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia. Masyarakat Biodiversitas Indonesia, 2015. http://dx.doi.org/10.13057/psnmbi/m010203.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
You might also be interested in the extended bibliographies on the topic 'Laktest' for particular source types:
Journal articles Dissertations / Theses
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography