To see the other types of publications on this topic, follow the link: Laktest.

Journal articles on the topic 'Laktest'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Laktest.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Saputra, Gede Ardi. "Intoleransi Laktosa : Variasi Pemeriksaan Penunjang dan Tatalaksana." Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan 6, no. 2 (December 30, 2019): 121–25. http://dx.doi.org/10.33024/jikk.v6i2.2260.

Full text
Abstract:
Susu adalah sumber nutrisi yang sangat mendasar dalam memenuhi kebutuhan sehari hari. Tidak semua orang dapat mencerna susu dengan baik terutama mencerna laktosa karena dibutuhkan produksi laktase yang mencukupi.intoleransi laktosa didefinisikan sebagai sindrome klinis defisiensi laktase yang ditandai dengan gejala kembung, nyeri perut, flatuen, muntah, kemerahan pada anus dan diare. Defisiensi laktase primer terjadi pada bayi prematur usia kehamilan 26-32 minggu, defek kongenital, dan defek genetik autosomal resesif, sedangkan defisiensi laktase sekunder terjadi karena kerusakan epitel usus halus akibat penyakit lain. Uji hidrogen nafas merupakan pemeriksaan yang baik dalam mendiagnosis intoleransi laktosa karena sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi. Prevalensi faktor genetik sebagai penyebab intoleransi laktosa sekitar 90% penduduk asia. Tatalaksana terkini bertujuan untuk menyiasati kebutuhan nutrisi dengan cara membatasi konsumsi laktosa, konsumsi produk non-susu, enzim eksogen oral, dan adaptasi prebiotik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Mulyani, Hani, Andini Sundowo, Euis Filailla, and Teni Ernawati. "PENGARUH PENAMBAHAN STARTER DAN WAKTU INKUBASI: DARK COKLAT (Theobromo cacao L.) TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KUALITAS MINUMAN PROBIOTIK." Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi 18, no. 1 (2019): 25–32. http://dx.doi.org/10.33508/jtpg.v18i1.1984.

Full text
Abstract:
Pada pembuatan yogurt terjadi konversi gula susu (laktosa) menjadi asam laktat melalui proses fermentasi oleh bakteri asam laktat (BAL). Konsentrasi stater dan waktu fermentasi yang digunakan akan mempengaruhi kecepatan perombakan laktosa menjadi asam laktat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan stater dengan variasi sebesar : 1, 5, 10, 15 dan 20% dan waktu fermentasi pada 24 jam dan 48 jam terhadap asam laktat. Parameter yang diuji diantaranya adalah pH, kadar laktosa, kadar protein, kadar asam lakat, dan aktivitas antioksidan. Parameter yang diuji dari hasil proses fermentasi adalah pH, laktosa, asam laktat, protein terlarut. Pengujian laktosa dan asam laktat dilakukan dengan menggunakan HPLC, pengujian konsentrasi protein terlarut dengan menggunakan metode Lowry. Asam laktosa dan asam laktat tertinggi diperoleh dari fermentasi dengan variasi konsentrasi BAL starter 15% dalam waktu fermentasi selama 24 jam. Hasil analisis % inhibisi pada yogurt konsentrasi stater 10% dan waktu fermentasi 48 jam tanpa penambahan dark coklat dan penambahan dark coklat menunjukkan % inhibisi antioksidan paling tinggi dibandingkan dengan yang lainnya sebesar 20,84 % dan 95,58%. Hasil penelitian Variasi starter konsentrasi BAL dan lamanya proses fermentasi tidak mempengaruhi pH dan kadar protein terlarut.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Yohmi, Elizabeth, Aswitha D. Boediarso, Badriul Hegar, Pramita G. Dwipurwantoro, and Agus Firmansyah. "Intoleransi Laktosa pada Anak dengan Nyeri Perut Berulang." Sari Pediatri 2, no. 4 (December 6, 2016): 198. http://dx.doi.org/10.14238/sp2.4.2001.198-204.

Full text
Abstract:
Sakit perut berulang (SPB) merupakan masalah yang sering ditemukan pada anakterutama dalam hal pendekatan diagnosis dan tatalaksana. Sebagian besar penyebabSPB adalah gangguan fungsional dan hanya sebagian kecil (10%) yang disebabkan olehkelainan organik. Intoleransi laktosa dilaporkan merupakan penyebab SPB terbanyakpada anak berusia di atas 5 tahun. Intoleransi laktosa terjadi akibat ketidakmampuanlaktase menghidrolisis laktosa yang masuk ke dalam usus halus. Manifestasi klinis yangdiperlihatkan sangat bervariasi seperti mual, muntah, sakit perut, kembung, sering flatusdan diare. Berbagai pemeriksaan penunjang dapat digunakan untuk mendiagnosiskeadaan intoleransi laktosa. Uji hidrogen napas merupakan alat diagnostik pilihan saatini, karena bersifat non invasif dan mempunyai nilai sensitifitas dan spesifisitas yangtinggi, serta sangat mudah dan aman dilakukan pada anak. Biopsi usus masih merupakanuji diagnostik baku emas untuk mengukur aktivitas laktase. Prevalens intoleransi laktosadi berbagai tempat di dunia sangat beragam. Ras dan pola hidup dalam mengkonsumsisusu/produk susu dilaporkan berperan pada aktivitas laktase. Di Indonesia, prevalensintoleransi laktosa pada anak pernah dilaporkan dengan memperlihatkan peningkatanprevalens sesuai dengan bertambahnya usia, tetapi prevalens intoleransi laktosa padaanak yang menderita SPB belum pernah dilaporkan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Oktaviana, Asti Yosela, Dadang Suherman, and Endang Sulistyowati. "Pengaruh Ragi Tape terhadap pH, Bakteri Asam Laktat dan Laktosa Yogurt." Jurnal Sain Peternakan Indonesia 10, no. 1 (June 3, 2015): 22–31. http://dx.doi.org/10.31186/jspi.id.10.1.22-31.

Full text
Abstract:
Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi sifat kimia, seperti pH, kandungan bakteri asam laktat, dan kadar laktosa dalam yogurt yang difermentasi dengan ragi tape atau yogurt yang difermentasi dengan asam laktat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2014 di Gapoktan Sumber Mulya Desa Suka Sari, Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu. Desain penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan. P1 = penambahan 3% (per 1000 gram susu) plain yogurt starter sebagai kontrol; P2 = penggantian plain yogurt starter dengan 25% ragi ; P3 = penggantian plain yogurt starter dengan 50% ragi. Hasil menunjukkan bahwa penggantian 25% dan 50% ragi tidak mempengaruhi secara signifikan sifat kimia; pH 3.9-4.5, bakteri asam laktat 1.1 x 108 – 32 x 108 cfu/ml dan laktosa 2.14-3.34%. Substitusi ragi tidak mempengaruhi sifat kimia yogurt. Kata kunci : sifat kimia, ragi, yogurt.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

K.,, Trijayanti, D., Prasetiyono, B. W. H.E, and Kusumanti, E. "Laktosa, Lemak Dan Produksi Susu Pada Sapi Perah Laktasi yang Diberi Total Mixed Ration Berbasis Jerami Jagung Teramoniasi." Jurnal Pengembangan Penyuluhan Pertanian 11, no. 21 (July 31, 2015): 1. http://dx.doi.org/10.36626/jppp.v11i21.131.

Full text
Abstract:
Tujuan dari limbah penelitian ini mengevaluasi efek dari metode pemberian makan pada total ransum campuran (TMR) pada jagung strawbase amoniak pada susu laktosa, lemak susu, dan produksi susu pada sapi perah. Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan dan 5 kelompok berdasarkan bulan laktasi. Perlakuan diaplikasikan pada T0 = non TMR, T1 = TMR pada dasar jerami jagung, dan T2 = TMR pada dasar jerami jagung teramoniasi. Data dianalisis dengan analisis prosedur varians dan diikuti oleh uji kontras ortogonal. Hasil uji kontras orthogonal menunjukkan bahwa rata-rata susu laktosa dan lemak susu pada perlakuan non TMR (T0) tidak berbeda nyata (p> 0,05) dibandingkan dengan TMR pada basis jerami jagung dengan dan tanpa amoniak. Rata-rata susu laktosa dan lemak susu pada perlakuan TMR pada basis amoniak jerami jagung (T2) secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan TMR pada basis jerami jagung tanpa amoniak (T1). Rata-rata produksi susu tidak dipengaruhi oleh pengobatan (p> 0,05). TMR pada basis amoniak jerami jagung (T2) menghasilkan produksi tertinggi susu terkoreksi 4% lemak adalah 2085,83 kg / laktasi. Fenomena ini menunjukkan bahwa TMR pada amonium jagung berbasis ampas efektif diterapkan oleh masyarakat untuk meningkatkan produktivitas sapi perah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Karyana, I. Putu Gede, Nyoman Budihartawan, and I. GN Sanjaya Putra. "Pengaruh Formula Bebas Laktosa Terhadap Lama Diare dan Elektrolit Serum pada Anak dengan Diare Rotavirus." Sari Pediatri 14, no. 2 (November 17, 2016): 137. http://dx.doi.org/10.14238/sp14.2.2012.137-42.

Full text
Abstract:
Latar belakang.Diare akut rotavirus menyebabkan kerusakan mukosa, vili usus menjadi tumpul dan pendek, serta kematian sel. Proses tersebut juga mengurangi sekresi enzim laktosa yang bertanggung jawab dalam penyerapan laktosa. Laktosa yang tidak terserap menyebabkan berkembangnya diare osmotik yang mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit. Formula bebas laktosa dapat diserap tanpa membutuhkan enzim laktose, sehingga lama dari episode diare dapat dipersingkat.Tujuan.Untuk membandingkan lama diare dan elektrolit serum pada bayi dan anak dengan diare rotavirus setelah pemberian nutrisi formula bebas laktosa dibandingkan dengan formula standar.Metode.Uji klinis acak terkontrol tersamar ganda desain pararel, pada anak usia t6-d59 bulan dengan diare akut, dibagi 2 kelompok dengan besar sampel masing-masing 30 (kelompok A formula bebas laktosa; B formula standar). Latex agglutination testdigunakan untuk mendeteksi rotavirus. Setelah dilakukan rehidrasi, diberikan intervensi. Observasi dilakukan tiap 6 jam untuk mengetahui durasi diare, berat badan, dan frekuensi defekasi. Analisis statistik dengan paireddanindependent t-testdan analisis multivariat (cox regression).Hasil. Rerata lama diare pada kelompok bebas laktosa 57,59 jam (SB 9,40) dan formula standar 85,97 (SB 13,94) jam, dengan beda rerata 28,38 (SE 3,09) jam (IK95% 22,19;34,56; p=0,001). Penurunan frekuensi defekasi bermakna pada kelompok bebas laktosa, tetapi tidak bermakna pada peningkatan berat badan. Analisis multivariat menunjukkan hanya intervensi yang diberikan berpengaruh secara bermakna terhadap lama diare diare. Rerata peningkatan serum elektrolit hanya bermakna pada serum natrium, yaitu pada kelompok formula bebas laktosa dengan rerata 1,62 (SB4,20) mEq/L (IK95% -2,83;0,41; p=0,01).Kesimpulan. Formula bebas laktosa dapat mempersingkat lama diare dan meningkatkan kadar serum natrium pada diare rotavirus.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Un, Herminus Winarto, Veronika Yuneriati Beyleto, and Agustinus Agung Dethan. "Estimasi Nilai Ripitabilitas dan MPPA (Most Probable Producing Ability) Produksi Susu Sapi FH di Peternakan Noviciat Claretian Benlutu, Kabupaten Timor Tengah Selatan." JAS 1, no. 01 (January 18, 2016): 4–5. http://dx.doi.org/10.32938/ja.v1i01.30.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai ripitabilitas (angka pengulangan) dan MPPA (Most Probable Producing Ability) produksi susu perlaktasi sapi FH yang dihasilkan di peternakan Noviciat Claretian Benlutu, dilaksanakan di Peternakan Sapi Perah FH Novisiat Claretian Benlutu selama 1 bulan yakni 5 Januari sampai dengan 5 Februari 2015. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah catatatan (recording) umur sapi betina pada waktu mengalami laktasi, lama laktasi pada setiap periode laktasi, frekuensi pemerahan per hari dan produksi susu per laktase sapi FH. Catatan tersebut merupakan catatan dari 13 ekor induk sapi FH dengan jumlah laktasi 5 kali. Metode yang digunakan adalah metode survei. Data yang diambil adalah data primer tentang gambaran umum peternakan sapi perah dan data sekunder yakni catatan produksi susu per laktasi. Nilai ripitabilitas yang diperoleh dalam penelitian ini diestimasi dengan metode korelasi intra kelas karena semua induk sapi FH yang datanya digunakan dalam penelitian ini memiliki catatan produksi susu sebanyak lima kali. Hasil penelitian menunjukkan nilai estimasi ripitabilitas produksi susu sapi FH di Peternakan Noviciat Claretian Benlutu adalah 0.54% ± 0.27%. Estimasi nilai MPPA tertinggi berdasarkan lebih dari dua catatan produksi dicapai oleh induk sapi Delia yakni 1937,42 liter dan terendah dimiliki oleh induk sapi Lusia 1806,21 liter dengan rata-rata MPPA produksi susu adalah 1869,68 liter ± 47.48 liter. Hal ini menunjukkan bahwa induk sapi FH di lokasi penelitian memiliki kemampuan yang bervariasi dalam menghasilkan air susu. ©2016 dipublikasikan oleh JAS.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Martharini, Dwitiya, and Indratiningsih Indratiningsih. "Kualitas Mikrobiologis dan Kimiawi Kefir Susu Kambing dengan Penambahan Lactobacillus acidophilus FNCC 0051 dan Tepung Kulit Pisang Kepok (Musa Paradisiaca)." Agritech 37, no. 1 (March 10, 2017): 23. http://dx.doi.org/10.22146/agritech.17002.

Full text
Abstract:
This experiment was carried out to investigate the effect of plantain peel flour and Lactobacillus acidophilus FNCC 0051 on the microbiological and chemical quality of goat milk kefir. Kefir was made from goat’s milk with 3 % of kefir grain (w/v) and Lactobacillus acidophilus FNCC 0051 (0, 1 and 3 % (v/v)) and plantain peel flour (0, 1 and 2 % (w/v)). All treatments were incubated at room temperature (± 28.5 °C) for 10 hours, until the pH dropped to 4.2-4.6.The quality of Kefir was evaluated by microbiological analysis (total of lactic acid bacteria, probiotics viability, total yeast) and chemical analysis (pH, lactose content, alcohol content, fat content and dietary fiber). The data of total lactic acid bacteria, probiotics viability, total yeast, pH, lactose content, alcohol content, fat content were evaluated by analysis of variance and followed by Duncan’s New Multiple Range Test (DMRT). Data of dietary fiber was evaluated by descriptive analysis. The research result showed that the addition of Lactobacillus acidophilus FNCC 0051 had a significant effect (p ≤ 0.05) on decreasing pH, alcohol content and increasing total lactic acid bacteria and probiotic viability. Plantain peel flour had significantl effect (p ≤ 0.05) on increasing alcohol content and total lactic acid bacteria. Kefir had 9.51 log cfu mL-1 of lactic acid bacteria total; 8.65 log cfu mL-1 of probiotic viability; 6.13 log cfu mL-1 of total yeast; 4.85 of pH; 3.14 % of lactose content; 0.096 % of alcohol content; 5.33 % of fat content; and 10.49 % of dietary fiber. This research concluded that kefir quality for all treatments kefir were complied with Codex Standard 234-2003 while the best treatment was the kefir with the addition of 3 % Lactobacillus acidophilus FNCC 0051 and 1 % flour banana peel. ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung kulit pisang dan Lactobacillus acidophilus FNCC 0051 terhadap kualitas mikrobiologis dan kimiawi kefir susu kambing. Kefir dibuat dari susu kambing dengan kefir grain 3 % (w/v) dan Lactobacillus acidophilus FNCC 0051 (0, 1 dan 3 % (v/v)) serta tepung kulit pisang (0, 1 dan 2 % (w/v)). Semua perlakuan diinkubasi pada suhu ruang (± 28,5 °C) selama 10 jam, hingga pH turun menjadi 4,2 sampai 4,6. Uji kualitas kefir yang diamati yaitu mikrobiologis (total bakteri asam laktat, viabilitas probiotik, total khamir) dan kimiawi (pH, kadar laktosa, kadar alkohol, kadar lemak, serat pangan). Data hasil uji total bakteri asam laktat, viabilitas probiotik, total khamir, pH, kadar laktosa, kadar alkohol, kadar lemak dianalisis dengan analisis sidik ragam pola faktorial 3x3, dan dilanjutkan dengan Duncan’s New Multiple Range Test (DMRT). Data hasil serat pangan dianalisis dengan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Lactobacillus acidophilus FNCC 0051 berpengaruh (p ≤ 0,05) terhadap penurunan pH, kadar alkohol dan peningkatan bakteri asam laktat serta viabilitas probiotik. Tepung kulit pisang berpengaruh (p ≤ 0,05) terhadap peningkatan kadar alkohol dan bakteri asam laktat. Kefir memiliki rerata total bakteri asam laktat yakni 9,51 log cfu mL-1, viabilitas probiotik 8,65 log cfu mL-1, total khamir 6,13 log cfu mL-1, pH 4,85, laktosa 3,14 %, kadar alkohol 0,096 %, kadar lemak 5,33 %, dan total serat pangan 10,49 %. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kualitas kefir semua perlakuan memenuhi standar komposisi kefir menurut standar Codex 234-2003 dan kefir yang terbaik dengan penambahan Lactobacillus acidophilus FNCC 0051 3 % dan tepung kulit pisang 1 %.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Kluge, Stefan, Geraldine de Heer, Dominik Jarczak, Axel Nierhaus, and Valentin Fuhrmann. "Laktatazidose – Update 2018." DMW - Deutsche Medizinische Wochenschrift 143, no. 15 (July 30, 2018): 1082–85. http://dx.doi.org/10.1055/a-0585-7986.

Full text
Abstract:
Was ist neu? Schwere Hyperlaktatämie bei Intensivpatienten Die Ursachen dafür sind vielfältig, am häufigsten liegen eine Sepsis bzw. ein septischer, kardiogener oder hämorrhagischer Schock vor. Eine Hyperlaktatämie ist ein unabhängiger Prädiktor für Versterben bei verschiedenen Gruppen kritisch kranker Patienten. Bei Serum-Laktatwerten > 10 mmol/l sterben 80 % der Patienten auf der Intensivstation. Persistiert die schwere Laktatazidose über 48 Stunden, so sterben alle Patienten. Erhöhte Laktatwerte erfordern eine umgehende diagnostische Abklärung und Einordnung. Sepsis und septischer Schock Die neue Definition der Sepsis erfordert für den septischen Schock ein Serum-Laktat von > 2 mmol/l bei adäquater Volumensubstitution sowie eine Vasopressoren-Gabe, um bei persistierender Hypotonie einen mittleren arteriellen Druck ≥ 65 mmHg zu erzielen. Das 2018 publizierte „1-Stunden-Bündel“ der Surviving-Sepsis-Campaign empfiehlt als erste Maßnahme die Bestimmung des Laktatwertes – erhöhte Laktatwerte müssen engmaschig kontrolliert werden. Zudem werden die Abnahme von Blutkulturen, die Gabe eines Breitspektrum-Antibiotikums sowie die Gabe von Flüssigkeit und Vasopressoren in der ersten Stunde empfohlen. Die Gabe von Kristalloiden wird bei einem erhöhten Laktatwert (Laktat ≥ 4 mmol/l) oder bestehender Hypotension empfohlen, die Flüssigkeitsgabe kann anhand der Laktat-Clearance ausgerichtet werden. Laktat bei Lebererkrankungen Bei Patienten mit einer Leberfunktionseinschränkung ist der Laktatmetabolismus verzögert. Der Laktatwert bei Aufnahme auf die Intensivstation ist bei Leberzirrhose signifikant mit der Anzahl an versagenden Organen sowie der Mortalität assoziiert. Die 12-Stunden-Laktat-Clearance hat bei Ausgangslaktatwerten von über 5 mmol/l eine starke prädiktive Aussage für das Überleben, welche auch nach Korrektur für die Schwere der zugrunde liegenden Erkrankung ein unabhängiger Prädiktor bleibt. Je stärker der Abfall des Laktats innerhalb der initialen Therapie war, desto besser ist das Outcome.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Riadi, Selamat, Suryani M. F. Situmeang, and Musthari Musthari. "ISOLASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL) DARI YOGHURT DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Escherichia coli DAN Salmonella typhi." JURNAL BIOSAINS 3, no. 3 (December 29, 2017): 144. http://dx.doi.org/10.24114/jbio.v3i3.8302.

Full text
Abstract:
Yoghurt dikenal dan disukai sebagian masyarakat karena bila dikonsumsi: 1) dapat memperbaiki proses pencernaan protein dan lemak, 2) merangsang sekresi cairan yang diperlukan untuk proses pencernaan seperti air liur, cairan lambung, empedu dan pancreas serta 3) mengurangi timbulnya reaksi alergi terhadap laktosa. Keberadaan Bakteri Asam Laktat (BAL) pada yoghurt sebagai probiotik berpotensi dalam meningkatkan fungsi fisiologis usus, mikroflora usus yang berperan dalam mengoptimalkan kondisi kesehatan tubuh. Keberadaan bakteri probiotik dapat mencegah pertumbuhan bakteri patogen seperti Escherichia coli dan Salmonella typhi. Bakteri Escherichia coli merupakan penyebab penyakit diare, sedangkan Salmonella typhi merupakan bakteri patogen pada manusia yang menyebabkan penyakit tifus. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui kemampuan bakteri asam laktat yang diisolasi dari yoghurt dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Salmonella typhi. Metode penelitian secara eksperimen, waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni s/d September 2017 di laboratorium terpadu Poltekkes Kemenkes RI Jurusan Analis Kesehatan Medan. Jenis data adalah data primer yang diambil dari hasil uji Bakteri Asam Laktat terhadap bakteri patogen menentukan besarnya zona hambat dan diuji menggunakan uji Anova. Hasil penelitian zona hambat tertinggi pada isolat bakteri Sp4 dan Sp3 yaitu sebesar 1,36 cm dan dapat menekan pertumbuhan bakteri Escherichia coli, sedangkan zona hambat terbesar ditunjukkan oleh Isolat Sp4 yaitu sebesra 1,26 cm sehingga dapat dinyatakn dapat menekan pertumbuhan bakteri Salmonella typhi. Hasil ketahanan terhadap PH pada isolat bakteri Sp4 dapat tumbuh sebanyak 45 koloni pada PH3, sedangkan untuk variasi kadar garam isolat bakteri Sp3 dapat tumbuh sebanyak 88 koloni yang merupakan koloni tertinggi pada konsentrasi garam 0,5 %. Kata Kunci : Yoghurt, Bakteri Escherichia coli, Salmonella typhi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Tati Rohayati, Raden Febrianto Christi. "KADAR PROTEIN, LAKTOSA, DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU KAMBING PERANAKAN ETTAWA YANG DIBERI KONSENTRAT TERFERMENTASI (Protein Levels, lactose, and Solid Non Fat of PE Goat Milk Which are Given Fermented Concentrate)." JANHUS: Jurnal Ilmu Peternakan Journal of Animal Husbandry Science 1, no. 2 (March 29, 2018): 19. http://dx.doi.org/10.52434/janhus.v1i2.243.

Full text
Abstract:
Abstrak Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan kambing persilangan antara kambing ettawa dan kambing kacang yang berpotensi dalam menghasilkan susu. Keragaman produksi susu yang dihasilkan akan berpengaruh terhadap komponen-komponen nutriennya. Penelitian dilakukan di Perusahaan Makanan Ternak (Top Feed), Bayongbong, Garut dan Peternakan kambing (Kelompok Tani Mekar Harapan), Cilengkrang, Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas komponen susu kambing peranakan ettawa yang diberi konsentrat terfermentasi. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kambing Peranakan Ettawa sebanyak 18 ekor periode laktasi 2 dan 3. Penelitian menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) penarikan anak contoh (subsampling). Perlakuan penelitian adalah R1 = Rumput Lapang + 100% Konsentrat biasa, R2 = Rumput Lapang + 50% Konsentrat Biasa + 50% Konsentrat Terfermentasi, R3 = Rumput Lapang + 100% Konsentrat Terfermentasi. Peubah yang diamati diantarnya kadar protein, laktosa, dan bahan kering tanpa lemak susu. Hasil penelitian menunjukkan pemberian konsentrat terfermentasi berpengaruh nyata (P
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Grude, Tanja. "Konzentration von L- und D-Laktat in Blut, Harn und Pansensaft von Kälbern, insbesondere von »Pansentrinkern«." Tierärztliche Praxis Ausgabe G: Großtiere / Nutztiere 31, no. 02 (2003): 72–77. http://dx.doi.org/10.1055/s-0038-1623009.

Full text
Abstract:
ZusammenfassungZiel der vorliegenden prospektiven Arbeit war es, bei Kälbern mit und ohne Pansentrinkerproblematik Zusammenhänge zwischen Pansenazidose und systemischer Azidose näher zu untersuchen. Für die Untersuchung wurden 81 Kälber aus dem Patientengut der II. Medizinischen Tierklinik ausgewählt, die bei der Einlieferung maximal vier Wochen alt sein durften und bei denen eine Entnahme von Blut, Harn und Pansensaft bei der Einlieferung möglich war. Nach dem Basenexzess im venösen Blut und dem pH-Wert im Pansensaft wurden die Probanden einer von vier Gruppen zugeordnet: Gruppe A: »Kontrollgruppe« (BE 0 ± 5 mmol/l, Pansensaft-pH ≥6,0); Gruppe B: Kälber mit Pansenazidose ohne Blutazidose (BE 0 ± 5 mmol/l, Pansensaft-pH <6,0); Gruppe C: Kälber mit Blutazidose ohne Pansenazidose (BE <–5 mmol/l, Pansensaft-pH ≥6,0); Gruppe D: Kälber mit Pansen- und Blutazidose (BE < –5 mmol/l, Pansensaft-pH <6,0). Bestimmt wurden die D- und L-Laktat-Konzentrationen in Blut, Harn und Pansensaft sowie Basenexzess, pH-Wert, die Konzentrationen von Bikarbonat und Harnstoff sowie die Anionenlücke im venösen Blut, relative Dichte und Kreatininkonzentration im Harn sowie pH-Wert und Chloridkonzentration im Pansensaft. Die Ergebnisse deuten darauf hin, dass bei Pansentrinkern eine durch Pansenazidose hervorgerufene erhöhte Produktion von D-Laktat im Hauben- Pansen-Raum nicht unbedingt zu Hyperlaktatämie oder Laktazidose führt. Beim Kalb können sowohl D-Hyperlaktatämie als auch D-Laktazidose auftreten, wobei die Herkunft des D-Laktats nicht geklärt werden konnte.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Fatonah, Anis, Dian Wahyu Harjanti, and Fajar Wahyono. "Evaluasi Produksi dan Kualitas Susu pada Sapi Mastitis." Jurnal Agripet 20, no. 1 (April 1, 2020): 22–31. http://dx.doi.org/10.17969/agripet.v20i1.15200.

Full text
Abstract:
ABSTRAK. Tingkat peradangan ambing merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produksi dan kualitas susu sapi. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara produksi dan kualitas susu yang dihasilkan sapi mastitis. Materi yang digunakan adalah 30 ekor sapi perah Friesian Holstein (FH) dengan periode laktasi III-V dan bulan laktasi 3-4. Tingkat peradangan ambing diuji menggunakan California mastitis test (X1) dan jumlah sel somatik (X2) dengan metode Breed dihubungkan dengan produksi (Y1) atau kualitas susu (lemak : Y2, protein = Y3 dan laktosa = Y4). Analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 30% kuartir ambing dinyatakan sehat sedangkan 70% kuartir ambing terinfeksi mastitis subklinis dengan tingkat peradangan yang berbeda. Terdapat hubungan antara tingkat peradangan ambing dengan produksi susu berpola linier negatif nyata (P 0,05) dengan persamaan Y1 = 16,126 - 3,064X1 - 0,001X2 dan koefisien korelasi kuat (r = 0,740). Hubungan antara tingkat peradangan ambing dengan kualitas susu (lemak, protein, laktosa) berpola linier negatif nyata (P 0,05) dengan persamaan Y2 = 3,481 - 0,157X1 - 0,000X2 (r = 0,739), Y3 = 3,048 - 0,124X1 - 0,000X2 (r = 0,653) dan Y4 = 4,605 - 0,106X1 - 0,001X2 (r = 0,623). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara tingkat peradangan ambing dengan produksi dan kualitas susu dimana semakin tinggi tingkat peradangan ambing maka produksi dan kualitas susu akan mengalami penurunan. (Evaluation of milk production and quality in mastitis cows) ABSTRACT. The level of udder inflammation is one of the factors that can affect the production and quality of cow's milk. This study was aimed to determine the relationship between milk production and quality produced by mastitis cows. The material used was 30 Friesian Holstein (FH) dairy cows with a lactation period of III-V and a lactation month of 3-4. Inflammation degree of the mammary gland was determined by the California mastitis test (X1) and somatic cell count (X2) with a breed method relationship between milk production (Y1) or milk quality (fat: Y2, protein: Y3, and lactose: Y4) were determined by the multiple linear regression. The results showed that 30% of the udder quarter were healthy while 70% of the udder quarter were infected with mastitis with different levels of inflammation. There was a strong negative correlation (P 0,05; r = 0.740) between milk production, CMT and SCC score with Y1 = 16.126 - 3.064X1 - 0.001X2. Moreover, the correlation between milk production and milk quality (fat, protein, lactose) also showed a strong negative linear correlation (P 0,05) with the equation Y2 = 3.481 - 0.157X1 - 0.000X2 (r = 0.739), Y3 = 3.048 - 0.124X1 - 0.000X2 (r = 0.653) and Y4 = 4.605 - 0.106X1 - 0.001X2 (r = 0.623). In conclusion, the increased mammary inflammation level will result the decrease in milk production and milk quality.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Aprilianti, Cia. "Pijat Laktasi Dan Pijat Oksitosin Terhadap Onset Laktasi Di Kota Palangka Raya." JIDAN (Jurnal Ilmiah Bidan) 6, no. 1 (July 11, 2019): 31–37. http://dx.doi.org/10.47718/jib.v6i1.629.

Full text
Abstract:
Latar Belakang : Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk merangsang hormon oksitosin agar terjadi onset laktasi adalah dengan dilakukan pijat pada ibu postpartum. Pijat yang dimaksud ialah pijat laktasi dan pijat oksitosin.Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan onset laktasi pada ibu postpartum dengan jenis pijat yang diberikan.Metode : Desain penelitian menggunakan Quasy Eksperimen, dengan rancangan Non-Equivalent Control Group Design. Besar sampel 40 ibu postpartum di Praktik Mandiri Bidan (PMB) di Kota Palangka Raya. Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Analisis yang digunakan adalah uji Chi Square dan regresi logistik berganda.Hasil : Ibu yang mendapatkan pijat laktasi semakin besar kemungkinan onset laktasinya cepat. Ibu yang mendapatkan pijat laktasi, 75% mengalami onset laktasi lebih cepat. Dari nilai OR dapat disimpulkan bahwa ibu yang mendapatkan pijat laktasi mempunyai kecenderungan dengan onset laktasi cepat sebesar 5.57 kali lebih besar dibandingkan ibu yang mendapatkan pijat oksitosin. Disimpulkan onset laktasi pada ibu postpartum yang mendapatkan pijat laktasi lebih cepat daripada ibu postpartum yang mendapatkan pijat oksitosin. Inisiasi menyusu dini, paritas, dan indeks masa tubuh terbukti tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap onset laktasi pada ibu postpartum. Rekomendasi pijat laktasi menjadi salah satu layanan dalam praktik bidan mandiri.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Merdana, I. Made, I. Nengah Wandia, I. Dewa Agung Made Wihanjana Putra, and I. Putu Sudana Agustina. "Kadar Glukosa Darah Sapi Bali Pada Periode Periparturien." Indonesia Medicus Veterinus 9, no. 2 (March 31, 2020): 295–304. http://dx.doi.org/10.19087/imv.2020.9.2.295.

Full text
Abstract:
Glukosa merupakan salah satu substrat metabolisme yang utama dibutuhkan sapi betina selama periode periparturien. Pada periode ini glukosa darah dibutuhkan dalam jumlah banyak untuk pematangan fetus, pembentukan energi persiapan kelahiran, serta produksi laktosa dan lemak susu saat laktasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar glukosa darah sapi bali betina selama periode periparturien. Sebanyak 12 ekor sapi bali bunting digunakan sebagai sampel penelitian. Setiap sapi sampel diukur kadar glukosa darahnya sebanyak tiga kali yaitu pada tiga minggu prepartus, pada hari partus, dan tiga minggu postpartus. Hasil penelitian didapatkan rerata kadar glukosa darah sapi bali betina yaitu pada tiga minggu prepartus sebesar 65,41±5,61 mg/dL, pada hari partus sebesar 46,50±3,22 mg/dL dan tiga minggu postpartus sebesar 55,07±5,81 mg/dL. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa kadar glukosa darah sapi bali betina berbeda sangat nyata pada saat prepartus dengan partus, serta berbeda nyata pada prepartus dengan postpartus. Pada saat partus berbeda nyata dengan saat postpartus. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan kadar glokusa darah selama periode periparturien, dimana kadar normal pada tiga minggu prepartus mengalami penurunan pada saat partus dan mengalami kenaikan kembali pada tiga minggu postpartus.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Wijaya, Prawiti Sugeng, and Eka Mei Susanti. "KAJIAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RUANG LAKTASI DI PT ROYAL KORINDAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017." Indonesia Jurnal Kebidanan 2, no. 1 (May 26, 2018): 1. http://dx.doi.org/10.26751/ijb.v2i1.426.

Full text
Abstract:
Pemerintah sudah menerbitkan mengenai kebijakan ruang laktasi di tempat kerja, namun implementasi kebijakan tersebut masih menemui banyak hambatan. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis implementasi kebijakan ruang laktasi di PT Royal Korindah kabupaten Purbalingga. Jenis penelitian kualitatif dengan 4 informan awal dan 2 informan tambahan. Hasil penelitian adalah Implementasi kebijakan ruang laktasi yang diselenggarakan oleh PT Royal Korindah Kabupaten Purbalingga belum dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang ada (1) perusahaan belum mempunyai aturan internal mengenai laktasi (2) penanggungjawab ruang laktasi belum memenuhi syarat menjadi konselor ASI (3) pembinaan dari dinas hanya dilaksanakan sewaktu (4) strategi pemanfaatan ruang laktasi belum optimal (5) Dukungan pendanaan masih berfokus pada sarana prasarana (6) fasilitas ruang laktasi PT Royal Korindah masuk kategori cukup Keyword : Kajian Implementasi ruang laktasi, PT Royal Korindah
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Kamp, Anne, and Christiane Schäfer. "Laktose – Fruktose – Sorbit." Ernährung & Medizin 30, no. 01 (March 20, 2015): 33–37. http://dx.doi.org/10.1055/s-0034-1384350.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Zimmer, K. P. "Laktose- und Fruktosemalabsorption." Monatsschrift Kinderheilkunde 155, no. 6 (June 2007): 565–76. http://dx.doi.org/10.1007/s00112-007-1540-7.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Rahmi, Junaida, Eryati Darwin, and Arni Amir. "KORELASI KADAR PROLAKTIN DAN OKSITOSIN DENGAN LAMA AMENORE LAKTASI PADA IBU MENYUSUI EKSKLUSIF." SEAJOM: The Southeast Asia Journal of Midwifery 3, no. 2 (August 3, 2019): 33–39. http://dx.doi.org/10.36749/seajom.v3i2.12.

Full text
Abstract:
Prolaktin dan oksitosin merupakan hormon yang berperan penting dalam proses laktasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi kadar prolaktin dan oksitosin dengan lama amenore laktasi pada ibu menyusui eksklusif. Penelitian ini mneggunakan desain cross sectional, observasional terhadap 48 ibu menyusui eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Belimbing Padang, September 2015 – Juni 2016. Sampel dipilih berdasarkan cluster random sampling. Pemeriksaan kadar prolaktin dan oksitosin dilakukan dilaboratorium Biomedik menggunakan Human Prolactin ELISA Kit dan Human Oxytocin ELISA Kit. Korelasi kadar prolaktin dan oksitosin dengan lama amenore laktasi diuji dengan menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi positif yang lemah dan signifikan antara kadar prolaktin dengan lama amenore laktasi (r=0,331; p=0,022), dan terdapat korelasi negatif yang sangat lemah dan tidak signifikan antara kadar oksitosin dengan lama amenore laktasi (r=-0,085; p=0,565). Kesimpulan, semakin tinggi kadar prolaktin maka semakin bertambah lama amenore laktasi dan semakin tinggi kadar oksitosin maka semakin berkurang lama amenore laktasi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Sulymbona, Nurdewi, Evi Soviyati, Anggit Kartikasari, and Nurrukmini Hamsah. "HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MANAJEMEN LAKTASI DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PASAWAHAN KABUPATEN KUNINGAN." Journal of Nursing Practice and Education 1, no. 2 (June 14, 2021): 124–40. http://dx.doi.org/10.34305/jnpe.v1i2.265.

Full text
Abstract:
Abstrak Manajemen laktasi adalah tatalaksana yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan menyusui. Bila manajemen laktasi tidak terlaksana maka akan berdampak penurunan pemberian ASI sehingga bisa berdampak pada peningkatan angka gizi buruk dan gizi kurang yang beresiko pada peningkatan kematian bayi. Metode penelitian menggunakan analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi penelitian ini yaitu seluruh ibu hamil di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pasawahan dengan jumlah 346 ibu hamil menjadi 185 ibu hamil yang diambil secara Stratified Random Sampling. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner kemudian dianalisis secara bivariat. Tidak terdapat hubungan antara umur ibu hamil dengan tingkat pengetahuan tentang manajemen laktasi (p=0,199), tidak terdapat hubungan antara pendidikan ibu hamil dengan tingkat pengetahuan tentang manajemen laktasi (p=0,064), tidak terdapat hubungan antara pekerjaan ibu hamil dengan tingkat pengetahuan tentang manajemen laktasi (p=0,285), dan terdapat hubungan antara paritas ibu hamil dengan tingkat pengetahuan tentang manajemen laktasi (p=0,008) dengan tingkat pengetahuan tentang manajemen laktasi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

DARMAYANTI, ROFIK, and Indah Nurul. "HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG METODE AMENOREA LAKTASI (MAL) DENGAN MINAT MELAKUKAN METODE AMENOREA LAKTASI (MAL) (Di Kelurahan Ngronggo Kecamatan Kota, Kota Kediri)." JURNAL KEBIDANAN 5, no. 2 (April 9, 2019): 115–21. http://dx.doi.org/10.35890/jkdh.v5i2.77.

Full text
Abstract:
Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan atau minuman lainnya. MAL sampai saat ini kurang diminati ibu hamil disebabkan kurangnya pengetahuan ibu, faktor dukungan dari keluarga yang kurang, norma budaya karena anggapan masyarakat bayi tidak kenyang bila hanya diberi ASI saja. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu hamil tentang Metode Amenorea Laktasi (MAL) dengan minat melakukan Metode Amenorea Laktasi (MAL). Desain penelitian menggunakan korelasional (hubungan atau asosiasi) dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian semua ibu hamil di Kelurahan Ngronggo Kecamatan Kota, Kota Kediri. Teknik sampling menggunakan purposive sampling diperoleh sampel sebanyak 35 responden dari 55 ibu hamil. Pada penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel independen adalah pengetahuan ibu hamil tentang Metode Amenorea Laktasi (MAL) dan variabel dependen adalah minat melakukan Metode Amenorea Laktasi (MAL). Instrumen penelitian menggunakan kuesioner, pengolahan data dengan editing, coding, scoring, tabulating dan analisis data menggunakan Spearman Rank. Hasil penelitian diperoleh 17 responden (48,6%) memiliki pengetahuan kurang tentang Metode Amenorea Laktasi (MAL) dan 23 responden (65,7%) memiliki minat sedang untuk melakukan Metode Amenorea Laktasi (MAL). Hasil uji statistik Z hitung sebesar 3,776 sedangkan Z tabel sebesar 1,96 dimana Z hitung > Z tabel. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang Metode Amenorea Laktasi (MAL) dengan minat melakukan Metode Amenorea Laktasi (MAL) di Kelurahan Ngronggo Kecamatan Kota, Kota Kediri. Untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang Metode Amenorea Laktasi (MAL) perlu adanya konseling yang melibatkan bidan, suami dan keluarga pada saat ibu melakukan kunjungan Antenatal Care (ANC). Kata Kunci : Pengetahuan, Minat, Ibu Hamil, Metode Amenorea Laktasi
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Windiyanto, Romy, Suparyatha I B Gd, Sidiartha IGL, and Budi Hartawan I N. "Mortalitas Asidosis Metabolik Laktat dan Non-laktat di Unit Perawatan Intensif Pediatrik RSUP Sanglah." Sari Pediatri 13, no. 5 (November 17, 2016): 351. http://dx.doi.org/10.14238/sp13.5.2012.351-6.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Hiperlaktasemia terjadi pada pasien sakit berat disebabkan karena peningkatan produksi laktat dan hambatan pengeluaran laktat. Konsentrasi laktat serum >5 mmol/L disertai pH darah <7,35 disebut asidosis laktat. Prognosis asidosis metabolik laktat lebih buruk dibandingkan asidosis metabolik non-laktat meskipun kadar asidosis lebih ringan. Tujuan. Membandingkan angka mortalitas pasien asidosis metabolik laktat dan non-laktat yang dirawat di Unit Perawatan Intensif Pediatrik RSUP Sanglah, serta mengetahui peran beberapa parameter laboratotium. Metode. Rancangan penelitian kohort prospektif dengan pembanding internal. Pasien yang mengalami asidosis metabolik, dianalisis dan angka mortalitas dibandingkan antara asidosis metabolik laktat dan asidosis metabolik non-laktat. Risiko relatif dihitung untuk mencari hubungan antara asidosis metabolik laktat dengan mortalitas. Hubungan antara beberapa variabel independen terhadap variabel dependen dilakukan analisis multivariat regresi logistik.Hasil. Di antara 80 pasien, terdapat perbedaan bermakna mortalitas kelompok asidosis metabolik laktat (p= 0,025; RR= 2,81; IK 95% 1,129-6,991). Kadar laktat (p: 0.007; IK 95% 0.037-0.121) dan pH darah (p: 0.013; IK 95% -2.264- -0.361) menunjukkan hubungan yang bermakna terhadap mortalitas. Kadar laktat >10 mmol/L dan pH darah <7,1 memperlihatkan mortalitas 100%Kesimpulan. Asidosis metabolik laktat memiliki risiko relatif 2,81 terhadap mortalitas, kadar laktat dan pH darah memiliki hubungan dengan kejadian mortalitas. Terdapat perbedaan proporsi mortalitas pada kadar laktat >10 mmol/L dan pH darah <7,1.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Safari, Agus, Muhammad Fadhlillah, Saadah D. Rachman, Nenden I. Anggraeni, Frida F. Isnanisafitri, and Safri Ishmayana. "Studi Pengaruh Kulit Ari Psyllium dan Susu Full Cream Terhadap Kandungan Laktosa, Asam Laktat dan pH Cheese Cream Menggunakan Response Surface Method." Chimica et Natura Acta 8, no. 1 (April 15, 2020): 50. http://dx.doi.org/10.24198/cna.v8.n1.29135.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Rahmawati, Rahmawati, Nurlia Naim, Nurhidayat Nurhidayat, and Musfirah Hadisul Irham. "UJI PERBEDAAN KADAR LAKTOSA PADA SUSU FORMULA DAN SUSU FERMENTASI YANG DIPERJUALBELIKAN DI SUPERMARKET KOTA MAKASSAR." Jurnal Medika 5, no. 2 (May 24, 2021): 20–24. http://dx.doi.org/10.53861/jmed.v5i2.181.

Full text
Abstract:
Susu merupakan sumber nutrisi yang penting untuk pertumbuhan bayi mammalia, termasuk manusia, yang mengandung karbohidrat (laktosa), protein, lemak, mineral dan vitamin. Susu termasuk sumber gizi utama yang dibutuhkan oleh manusia dengan penyusun utama dari susu sapi secara umum adalah air (87,10%), laktosa (4,8%), lemak (3,9%) yang didominasi oleh lemak jenuh, protein susu (3,4%), dan kadar abu (0,72%). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan perbedaan antara kadar laktosa pada susu formula dengan susu fermentasi menggunakan teknik pengambilan sampel secara random sampling. Pemeriksaan kadar laktosa dilakukan dengan analisis kuantitatif menggunakan metode iodometri. Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan uji Independent t-test untuk mengetahui perbedaan kadar laktosa pada susu formula dan susu fermentasi. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata kadar laktosa pada susu formula sebesar 22,063% dan susu fermentasi sebesar 9,964%. Hasil uji independent t-test menunjukkan bahwa nilai t-hitung > t-table (11.623 > 2.101). Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kadar laktosa susu formula dengan susu fermentasi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Anwar, Chairanisa, and Munira Munira. "Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Onset Laktasi pada Ibu Nifas 0-3 Hari Di Ruang Rawat Ibu BLUD Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh." JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE 3, no. 1 (April 15, 2017): 7. http://dx.doi.org/10.33143/jhtm.v3i1.254.

Full text
Abstract:
Pemberian ASI eksklusif secara nasional 32% masih sangat jauh dari target nasional sebesar 80%. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa onset laktasi berperan dalam pemberian makanan prelaktal ataupun susu formula. Segi lain promosi yang tidak terkendali dari susu formula dapat mengubah keputusan ibu untuk menyusui sendiri bayinya dan dapat menghambat terjadinya proses laktasi sehingga bayi segera diberikan pengganti air susu ibu. Dengan diketahuinya hubungan paritas dan metode persalinan dengan onset laktasi diharapkan dapat meningkatkan pemberian ASI secara penuh pada neonatus di Kota Banda Aceh. Tujuan Penelitian untuk mengetahui hubungan paritas dan metode persalinan dengan onset laktasi pada ibu nifas di Ruang Rawat Ibu BLUD RSIA tahun 2016. Hasil Penelitian tidak terdapat hubungan yang bermakna antara paritas dengan onset laktasi pada ibu nifas, dimana diperoleh nilai p = 0.718 (P > 0.05) dan terdapat hubungan yang bermakna antara metode persalinan dengan onset laktasi pada ibu nifas, dimana diperoleh nilai P = 0.018 (P < 0.05).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Rahajeng, Eko Putri. "Analisis Laktat, Albumin dan Rasio Laktat Albumin Sebagai Prediktor Luaran Pada Pasien Sepsis dan Syok Septik di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar." Jurnal Kesehatan Andalas 9, no. 1 (April 30, 2020): 26. http://dx.doi.org/10.25077/jka.v9i1.1192.

Full text
Abstract:
Syok septik adalah bagian dari sepsis yang ditandai adanya perubahan sirkulatorik, seluler dan metabolik. Kadar laktat dan albumin serum terbukti berpengaruh terhadap perjalanan sepsis. Tujuan: Menilai laktat, albumin dan rasio laktat albumin sebagai prediktor luaran sepsis dan syok septik. Metode: Penelitian cross-sectional ini menggunakan data rekam medik periode Januari 2017 – April 2019. Uji statistik yang digunakan adalah uji Fisher, uji-t tidak berpasangan, uji Mann-Whitney dan uji korelasi Spearman. Hasil uji signifikan jika p<0,05. Kurva ROC untuk menentukan cut-off dan Kurva Kaplan Meier untuk menggambarkan survival time. Hasil: Analisis kurva ROC, menunjukkan AUC laktat dan rasio laktat albumin dalam memprediksi syok septik (0,636 dan 0,634) dengan cut-off laktat 1,95 mmol/L (sensitivitas 82%, spesifisitas 32%) dan rasio laktat albumin 0,81 (sensitivitas 82%, spesifisitas 39%). Tidak terdapat hubungan signifikan antara laktat, albumin dan rasio laktat albumin terhadap luaran (p=0,184, p=0,595, p=0,102). Terdapat korelasi negatif dengan kekuatan korelasi lemah antara kadar laktat dan rasio laktat albumin dengan survival time. Simpulan: Laktat dan rasio laktat albumin dapat dijadikan sebagai biomarker untuk memprediksi terjadinya syok septik, namun tidak dapat dijadikan sebagai prediktor luaran pada sepsis dan syok septik.Kata kunci: rasio laktat albumin, sepsis, syok septik
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Wijayanti, Aida Ratna, and Siti Komariyah. "Pengetahuan Persiapan Laktasi bagi Primigravida di Wilayah Puskesmas Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri." JURNAL KEBIDANAN 7, no. 2 (May 24, 2019): 131–39. http://dx.doi.org/10.35890/jkdh.v7i2.106.

Full text
Abstract:
Persiapan Laktasi sangat diperlukan oleh ibu selama Antenatal Care terutama bagi Primigravida. Jika selama antenatal care tidak dipersiapkan dengan baik kemungkinan akan banyak timbul masalah mulai dari pengeluaran ASI yang tidak lancer sampai proses menyusui yang kurang tepat. Hal ini kemungkinan dikarenakan faktor ketidaktahuan ibu tentang proses laktasi terutama bebrapa posisi menyusui yang benar. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengetahuan Persiapan laktasi bagi Primigravida di Wilayah Puskesmas Tiron Kecamatan Banyakan Kota Kediri. Desain Penelitian ini adalah deskriptif, pendekatan cross sectional. Populasinya semua ibu primigravida, dengan teknik total sampling didapatkan sampel sejumlah 30 responden. Variabel dalam penelitian ini merupakan variable tunggal yaitu pengetahuan persiapan Laktasi. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang sudah di uji validitas dan realiabilitas. Pengolahan data meliputi coding, Editing, scoring, tabulating. Dianalisa dengan prosentase. Hasil penelitian menunjukkan dari 30 responden didapatkan 14 responden (46,7%) berpengetahuan baik, 15 responden (50%) berpengetahuan cukup, dan 1 responden (3,3%) berpengetahuan kurang. Hasil penelitian mayoritas ibu primigravida memiliki pengetahuan yang cukup tentang persipan laktasi. Diharapkan ibu primigravida melalui kelas ibu hamil selama proses Antenatal Care akan lebih mengerti tentang persiapan laktasi dan dapat memberikan ASI Secara Ekslusif sampai usia 6 bulan. Dukungan dari Tenaga Kesehatan dan Lingkungan juga akan memberikan stimulus tersendiri terhadap ibu untuk mempersiapkan laktasi dengan baik selama kehamilan
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Suherman, Dadang. "Korelasi Genetik dan Fenotipik Produksi Susu Laktasi Pertama dengan Daya Produksi Susu Sapi Fries Holland." Jurnal Sain Peternakan Indonesia 2, no. 1 (February 26, 2007): 27–31. http://dx.doi.org/10.31186/jspi.id.2.1.27-31.

Full text
Abstract:
ABSTRAKTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya produksi susu laktasi pertama, daya produksi susu, serta nilai korelasi genetik dan fenotipik antara produksi susu laktasi pertama dengan daya produksi susu. Data yang dianalisis berupa catatan produksi susu laktasi pertama, kedua, ketiga, dan keempat dari 161 ekor sapi perah betina keturunan 20 ekor pejantan Fries Holland. Sebelum dianalisis data produksi susu distandarkan pada 305 hari lamanya pemerahan, dua kali frekuensi pemerahan per hari, umur setara dewasa (Mature equivalent). Metode penelitian yang digunakan secara kausal komparatif, analisis statistika untuk menghitung besarnya nilai ripitabilitas produksi susu dengan korelasi dalam kelas (intra class correlation), nilai ripitabilitas produksi susu yang didapat kemudian digunakan untuk menduga daya produksi susu yaitu dengan menggunakan rumus daya produksi susu dari Lush (1979). Nilai korelasi genetik dan fenotipik antara produksi susu laktasi pertama dengan daya produksi susu digunakan analisis ragam dan peragam pola satu arah model saudara tiri sebapak. Rataan produksi susu laktasi pertama yang didapat dari hasil penelitian ini sebesar 2.919,04 kilogram, nilai ripitabilitas produksi susu sebesar 0,41, rataan daya produksi susu sebesar 2.920,23 kilogram, serta nilai korelasi genetik dan fenotipik antara produksi susu laktasi pertama dengan daya produksi susu masing-masing sebesar 0,89 dan 0,76.Kata kunci : Korelasi, genetik, fenotipik, laktasi pertama
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Ernawan, Mohamad. "ANALISIS PENDAPATAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH LAKTASI (Studi Kasus Di Desa Minggirsari Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar)." AVES: Jurnal Ilmu Peternakan 10, no. 2 (December 5, 2016): 4. http://dx.doi.org/10.35457/aves.v10i2.223.

Full text
Abstract:
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengeluaran atau biaya-biaya yang dikeluarkan dalam usaha peternakan sapi perah laktasi, mengetahui penerimaan dalam usaha peternakan sapi perah laktasi dan mengetahui pendapatan usaha peternakan sapi perah laktasi.Hasil yang diperoleh dari kegiatan penelitian ini adalah biaya total pada usaha peternakan sapi perah laktasi di Desa Minggirsari yaitu sebesar Rp. 52.934.600/tahun terdiri dari biaya tetap sebesar Rp. 8.141.100/tahun dan biaya variabel sebesar Rp. 44.793.500/tahun. Total penerimaan pada usaha peternakan sapi perah laktasi Di Desa Minggirsari yaitu sebesar Rp. 56.069.700/tahun terdiri dari penjualan susu sebesar Rp. 45.864.700/tahun, penjualan pedet sebesar Rp. 5.233.300/tahun, dan penjualan sapi afkir sebesar Rp. 3.925.000, dan penjualan limbah sebesar Rp. 1.046.700/tahun. Keuntungan usaha peternakan sapi perah laktasi di Desa Minggirsari sebesar Rp. 3.135.000/tahun. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan : sebaiknya peternak melakukan analisis pendapatan dengan teliti agar dapat mengetahui jumlh pendapatan bersih yang diperoleh, sebaiknya peternak meningkatkan jumlah sapi perah laktasi yang dipelihara sehingga keutungan yang diperoleh lebih besar, dan sebaiknya pemerintah membatasi impor susu sapi sehingga kesejahteraan pelaku usaha peternakan sapi perah meningkat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Ernawan, Mohamad. "ANALISIS PENDAPATAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH LAKTASI (Studi Kasus Di Desa Minggirsari Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar)." AVES: Jurnal Ilmu Peternakan 10, no. 2 (December 5, 2016): 4. http://dx.doi.org/10.30957/aves.v10i2.223.

Full text
Abstract:
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengeluaran atau biaya-biaya yang dikeluarkan dalam usaha peternakan sapi perah laktasi, mengetahui penerimaan dalam usaha peternakan sapi perah laktasi dan mengetahui pendapatan usaha peternakan sapi perah laktasi.Hasil yang diperoleh dari kegiatan penelitian ini adalah biaya total pada usaha peternakan sapi perah laktasi di Desa Minggirsari yaitu sebesar Rp. 52.934.600/tahun terdiri dari biaya tetap sebesar Rp. 8.141.100/tahun dan biaya variabel sebesar Rp. 44.793.500/tahun. Total penerimaan pada usaha peternakan sapi perah laktasi Di Desa Minggirsari yaitu sebesar Rp. 56.069.700/tahun terdiri dari penjualan susu sebesar Rp. 45.864.700/tahun, penjualan pedet sebesar Rp. 5.233.300/tahun, dan penjualan sapi afkir sebesar Rp. 3.925.000, dan penjualan limbah sebesar Rp. 1.046.700/tahun. Keuntungan usaha peternakan sapi perah laktasi di Desa Minggirsari sebesar Rp. 3.135.000/tahun. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan : sebaiknya peternak melakukan analisis pendapatan dengan teliti agar dapat mengetahui jumlh pendapatan bersih yang diperoleh, sebaiknya peternak meningkatkan jumlah sapi perah laktasi yang dipelihara sehingga keutungan yang diperoleh lebih besar, dan sebaiknya pemerintah membatasi impor susu sapi sehingga kesejahteraan pelaku usaha peternakan sapi perah meningkat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Widyastutik, Otik, and Amanda Distrilia. "EKSISTENSI “AYAH” ASI DI KOTA PONTIANAK." Jurnal Kesmas (Kesehatan Masyarakat) Khatulistiwa 6, no. 4 (February 17, 2020): 146. http://dx.doi.org/10.29406/jkmk.v6i4.1931.

Full text
Abstract:
Keberhasilan pemberian ASI eksklusif sangat dipengaruhi beberapa hal, diantaranya adalah rendahnya pengetahuan manfaat ASI dan manajemen laktasi dan kurangnya dukungan keluarga, terutama dukungan suami (ayah dari bayi). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran eksistensi (keberadaan) ayah ASI yang ada di Pontianak, mengetahui gambaran pengetahuan ayah ASI tentang manajemen laktasi, mengetahui gambaran sikap ayah ASI tentang manajemen laktasi, dan mengetahui gambaran dukungan ayah ASI tentang manajemen laktasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian ini merupakan studi analitik deskriptif dengan metode pendekatan potong lintang (cross sectional). Sampel penelitian sebanyak 44 responden diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan responden mengenai manajemen laktasi kurang baik (54,5%), sikap responden mengenai pemberian ASI eksklusif kurang baik (63,6%), dan perilaku responden mengenai pemberian ASI eksklusif juga kurang baik (88,6%). Adapun saran yang dapat diberikan bagi ayah adalah ikut serta dalam pemeriksaan kehamilan di pelayanan kesehatan bersama istri, belajar mengenai manajemen laktasi melalui buku ataupun pelatihan bersama tenaga kesehatan, meluangkan waktu untuk membantu ibu dalam pemberian ASI kepada bayi, dan tidak memberikan makanan lain selain ASI hingga bayi berumur 6 bulan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

SEFTIA, BELA ARISNA, NOVIANTI NOVIANTI, and DENI MARYANI. "IMPLEMENTASI MANAJEMEN PERSIAPAN LAKTASI." Journal Of Midwifery 8, no. 2 (November 11, 2020): 15–23. http://dx.doi.org/10.37676/jm.v8i2.1199.

Full text
Abstract:
Pendahuluan: ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi dilahirkan sampai usia 6 bulan. Selama itu bayi diharapkan tidak mendapatkan tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, air teh, madu ataupun air putih. Pemberian ASI secara benar akan dapat mencukupi kebutuhan bayi selama 6 bulan tanpa makanan pendamping. Usaha untuk mengoptimalkan manajemen laktasi maka perlu dilakukan dari mulai kehamilan, bersalin, dan nifas. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif pada NY ”D” dengan pemberian edukasi dan pendampingan persiapan laktasi di PMB ‘F’ Kota Bengkulu. Metode: penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik yang meliputi observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, studi dokumentasidan kepustakaan. Hasil dan Pembahasan: asuhan kebidanan secara komprehensi pada Ny ”D” dilakukan sesuai dengan rencana kebidanan. Evaluasi akhir berjalan dengan baik tanpa ada hambatan. Proses pendampingan laktasi dari masa kehamilan berjalan baik, persalinan berjalan secara spontan, bayi lahir sehat dan di lakukan IMD segera setelah lahir, nifas ibu berjalan normal dan pemberian ASI hingga 2 minggu masa nifas berjalan lancar. Pasien mendapatkan penyuluhan tentang persiapan penggunaan alat kontrasepsi dan pasien akan memilih KB dengan KB suntik 3 bulan setelah masa nifas berakhir. Kesimpulan: dari asuhan kebidanan komprehensif adalah asuhan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien / subjek yang didukung teori dan evidance based dalam kebidanan. Asuhan selama 16 minggu berjalan lancar dan normal.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Firdaus, Muhammad, Agus Sutanto, and Agus Sujarwanta. "Perbedaan Variasi Konsentrat dan Lama Masa Laktasi terhadap Produksi Susu Kambing Etawa sebagai Sumber Belajar Biologi Berupa LKPD." BIOLOVA 1, no. 2 (August 30, 2020): 108–17. http://dx.doi.org/10.24127/biolova.v1i2.207.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan variasi konsentrat dan lama masa laktasi terhadap produksi susu kambing etawa; mengetahui interaksi antara variasi konsentrat dan lama masa laktasi terhadap produksi susu kambing etawa; mengetahui hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar biologi berupa LKPD. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktorial 2x2 dengan 3 ulangan. Sampel yang digunakan ialah 12 ekor kambing etawa yang sedang dalam masa laktasi 2 dan 4. Variasi pakan konsentrat yang diberikan ialah variasi konsentrat 5 ons ampas tahu, 5 ons ampas singkong, 5 ons bekatul dan variasi konsentrat 10 ons ampas tahu, 3 ons ampas singkong, 2 ons bekatul. Parameter yang diukur ialah volume produksi susu kambing etawa. Uji organoleptik dilakukan untuk menguji adakah perbedaan warna, kekentalan, dan bau susu yang dihasilkan. Hasil perhitungan anova menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan produksi susu kambing etawa antara variasi konsentrat A dan variasi konsentrat B dengan nilai sig. 0,000 < α = 0,05; (2) ada perbedaan produksi susu kambing etawa antara masa laktasi 2 dan masa laktasi 4 dengan nilai sig. 0,000 < α = 0,05; (3) interaksi antara variasi konsentrat dan lama masa laktasi berpengaruh terhadap produksi susu kambing etawa dengan nilai sig. 0,001 < α = 0,05; (4) ada perbedaan produksi susu kambing etawa antara variasi konsentrat A dan variasi konsentrat B ditinjau dari masa laktasi 2 dengan nilai sig. 0,000 < α = 0,05; (5) ada perbedaan produksi susu kambing etawa antara variasi konsentrat A dan variasi konsentrat B ditinjau dari masa laktasi 4 dengan nilai sig. 0,000 < α = 0,05; (6) LKPD dinyatakan valid meliputi aspek materi dan desain dengan persentase rata-rata dengan sangat baik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Chandra, Ivan Haria, Rinang Mariko, and Firman Arbi. "Perbedaan Laktat Serial Syok Terkompensasi dengan Syok Dekompensasi pada Sindrom Syok Dengue." Sari Pediatri 20, no. 2 (October 19, 2018): 90. http://dx.doi.org/10.14238/sp20.2.2018.90-94.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Tahapan syok sindrom syok dengue (SSD) menurut WHO terbagi dua, yaitu SSD terkompensasi dan dekompensasi. Pada SSD terjadi gangguan perfusi yang mengakibatkan hipoksia jaringan dan peningkatan produksi laktat. Kadar laktat darah dapat digunakan sebagai marker yang dapat membedakan severitas infeksi dengue.Tujuan. Untuk mengetahui perbedaan laktat serial syok terkompensasi dan syok dekompensasi pada pasien SSD. Metode. Penelitian ini merupakan studi cross sectional yang dilakukan pada Januari 2016-Januari 2017 di bangsal anak RSUP Dr. M Djamil. Sampel dikumpulkan secara consecutive sampling. Sampel dibagi atas dua kelompok, yaitu SSD terkompensasi dan dekompensasi. Setiap sampel dilakukan pemeriksaan laktat secara serial dengan alat Accutrend lactate meter, yaitu pada jam ke-0(L1), ke-6(L2), ke-12 (L3), dan ke-24 (L4). Kadar Laktat disebut hiperlaktatemia bila didapatkan nilai >2 mmol/L. Data dianalisis dengan t-test independen.Hasil. Sampel 40 orang, setiap kelompok 20 sampel. Kadar laktat tertinggi terdapat pada L1. Peningkatan kadar laktat darah pada kelompok SSD terkompensasi dan dekompensasi berturut turut mencapai 4,7+0,97 mmol/L dan 6+1,64 mmol/L. Perbandingan kedua kelompok didapatkan perbedaan bermakna (p<0,05) pada rerata kadar laktat darah L1. Tidak didapatkan perbedaan bermakna kedua kelompok pada rerata kadar laktat darah L2, L3,L4 (p>0,05).Kesimpulan. Kadar laktat didapatkan hiperlaktemia pada setiap pemeriksaan laktat serial. Rerata kadar laktat pada kelompok SSD dekompensasi lebih tinggi dibandingkan terkompensasi dengan perbedaan yang bermakna dan didapatkan pada awal penerimaan di rumah sakit.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Nuari, Nian Afrian, Melani Kartika Sari, and Efa Nur Aini. "Optimalisasi Peran Kader Laktasi Berbasis Lactation Training sebagai Penunjang Keberhasilan ASI." Jurnal SOLMA 9, no. 2 (October 30, 2020): 428–35. http://dx.doi.org/10.22236/solma.v9i2.5433.

Full text
Abstract:
Cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih belum optimal karena beberapa faktor. Hal ini perlu mendapatkan perhatian akan pentingnya keberhasilan ASI eksklusif . Tujuan dari kegiatan ini meningkatkan optimalisasi peran kader laktasi berbasis lactation training sebagai penunjang keberhasilan asi. Metode dalam pengabdian ini meliputi pelatihan peran kader laktasi dan mendemontrasikan cara menyusui yang benar dan mendemonstrasikan cara penggunaan metode breast pump untuk meningkatkan keberhasilan ASI pada ibu yang bekerja. Kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan mitra kader laktasi yang terdiri dari 20 orang. Dari hasil kegiatan ini terdapat 20 kader laktasi yang mayoritas berusia 40 tahun, berpendidikan SMA, dan pernah mendapatkan informasi tentang keberhasilan ASI eksklusif sebelumnya. Berdasarkan uji T Test terdapat pengaruh tingkat pengetahuan setelah dilakukan lactation training yang mampu menunjang keberhasilan ASI eksklusif. Peran kader laktasi ini diharapkan mampu meningkatkan upaya keberhasilan ASI eksklusif dan mendukung ibu bekerja tetap memberikan asi eksklusif kepada bayinya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Pura T, Bonaventura, and Nurul Lailana Soeida Soeid. "Studi Pengaruh Penggunaan Asam Laktat dari Sauerkraut sebagai Bahan Pengawet terhadap Kandungan Protein dan Lemak Total Udang Werus (Metapenaeus monoceros) selama Penyimpanan." Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 3, no. 2 (May 1, 2000): 57–65. http://dx.doi.org/10.14710/jksa.3.2.57-65.

Full text
Abstract:
Asam laktat yang terkandung dalam sauerkraut telah diujikan pada udang werus (Metapenaeus monoceros) sebagai bahan pengawet dengan konsentrasi 0,02 M dan masa penyimpanan 0-8 jam. Selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap kandungan protein dan lemak total udang werus. Metode yang digunakan adalah kjeldahl untuk analisa protein dan ekstraksi padat cair (ekstraksi soklet) untuk analisa lemak total. Hasil analisa pada 8 jam penyimpanan menunjukkan bahwa dengan penambahan asam laktat kandungan protein mengalami penurunan sebesar 45,46% sedangkan tanpa penambahan asam laktat mengalami penurunan sebesar 59,23%. Kandungan lemak total dengan penambahan asam laktat turun sebesar 84,03% sedangkan tanpa penambahan asam laktat turun sebesar 84,15%. Dari hasil tersebut di atas tampak bahwa asam laktat sebagai bahan pengawet berpengaruh terhadap kandungan protein dan lemak total udang werus. Asam laktat bersifat antimikroba terhadap bakteri-bakteri pembusuk pada udang werus sehingga protein dan lemak total yang terurai/terhidrolisis lebih kecil dibandingkan apabila tanpa ditambalikan asam laktat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Mardalena, Mardalena. "Fase Pertumbuhan Isolat Bakteri Asam Laktat (BAL) Tempoyak Asal Jambi yang Disimpan Pada Suhu Kamar." Jurnal Sain Peternakan Indonesia 11, no. 1 (July 18, 2016): 58–66. http://dx.doi.org/10.31186/jspi.id.11.1.58-66.

Full text
Abstract:
Penelitian bertujuan untuk menentukan fase pertumbuhan bakteri asam laktat (BAL) dari tempoyak asal Jambi yang disimpan pada suhu kamar. Tempoyak terbuat dari daging buah durian tanpa biji yang telah ditambahkan garam dan disimpan dalam lingkungan an aerob selama seminggu. Penelitian dilakukan melalui isolasi bakteri asam laktat, menghitung koloni bakteri, identifikasi morfologi koloni bakteri asam laktat secara mikrobiologi dengan pewarnaan gram dan melihat fase pertumbuhan bakteri asam laktat pada suhu kamar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteri asam laktat yang diisolasi dari tempoyak asal Jambi menunjukkan karakteristik koloni berbentuk bulat dan berwarna putih susu, gram positif (+), reaksi katalase negatif, isolat bakteri asam laktat berbentuk batang dan mampu tumbuh pada suhu kamar selama 6 jam penyimpanan saja. Kata kunci : Bakteri asam laktat, tempoyak, suhu kamar
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Dharma, Aedi Budi, Ina Rosalina, and Nanan Sekarwana. "Hubungan Kadar Laktat Plasma dengan Derajat Disfungsi Organ Berdasarkan Skor PELOD pada Anak Sakit Kritis." Sari Pediatri 10, no. 4 (November 30, 2016): 280. http://dx.doi.org/10.14238/sp10.4.2008.280-4.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Peningkatan kadar laktat menunjukkan hipoksia jaringan dan bila berlangsung lama akan menyebabkan kematian sel dan disfungsi organ. Skor PELOD (pediatric logistic organ dysfunction) merupakan skor komposisi yang dapat digunakan untuk menilai derajat disfungsi organ dan prediksi kematian.Tujuan. Mengetahui hubungan kadar laktat plasma dengan derajat disfungsi organ berdasarkan skor PELOD pada anak sakit kritis.Metode. Penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RS dr. Hasan Sadikin Bandung pada April-Mei 2008. Pasien anak sakit kritis usia 1 bulan sampai 14 tahun dipilih secara konsekutif. Untuk menentukan korelasi antara kadar laktat plasma dan derajat disfungsi organ dilakukan dengan Spearman rank correlation. Kadar laktat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu kadar laktat <2 mmol/L dan kadar laktat ≥2 mmol/L. Perbandingan antara kelompok kadar laktat dan distribusi umur, skor PELOD, dan jumlah disfungsi organ dilakukan uji Mann-Whitney. Variabel hipoperfusi dilakukan dengan uji chi-square. Hubungan antar variabel dengan regresi logistik.Hasil. Didapatkan 45 subjek dengan umur rata-rata 48,7 bulan. Jenis kasus kegawatan terbanyak adalah kegawatan kardiovaskular. Kadar laktat rata-rata 3,45 mmol/L dan rata-rata mengalami 3 disfungsi organ. Terdapat hubungan positif yang bermakna antara kadar laktat plasma dan derajat disfungsi organ berdasarkan skor PELOD (rs=0,54 p=0,001), juga dengan jumlah organ yang mengalami disfungsi. Kadar laktat plasma ≥3,3 mmol/L berhubungan dengan keadaan hipoperfusi.Kesimpulan. Terdapat hubungan antara kadar laktat plasma dan derajat disfungsi organ berdasarkan skor PELOD
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Rühl, Thorsten, Klaus Wirth, and Christoph Raschka. "Leistungsdiagnostik mit Laktat." Arthritis und Rheuma 27, no. 01 (2007): 07–15. http://dx.doi.org/10.1055/s-0037-1619685.

Full text
Abstract:
ZusammenfassungVorgestellt werden Grundlagen der Energiebereitstellung sowie die grundlegenden Bestimmungsmethoden der aerob-anaeroben Schwelle (Mader-Schwelle versus verschiedene individuell anaerobe Schwellen). Die praktischen Empfehlungen fokussieren auf Ernährungs- und Trainingsverhalten vor der Leistungsdiagnostik, Umgebungsfaktoren, Einfluss von Stufendauer und -zahl, Interpretation der Laktatleistungskurve unter dem Aspekt der Laktatkinetik, Trainingsbereiche und dazugehörige Belastungsdauer, Unterschiede bezüglich der Belastung an der individuellen anaeroben Schwelle nach Herzfrequenzvorgabe und nach Wattvorgabe sowie das Ziel der möglichst sportartspezifischen Testung.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Taryoto, Andin H., and NFN Sunarsih. "Kajian ekonomi usahatani susu sapi perah berdasarkan status KUD di Jawa Barat dan Jawa Timur." Forum penelitian Agro Ekonomi 12, no. 2 (September 9, 2016): 24. http://dx.doi.org/10.21082/fae.v12n2.1994.24-37.

Full text
Abstract:
Berdasarkan tingkat pemilikan sapi perah, di Jawa Barat keuntungan dicapai pada tingkat pemilikan 4-9 ekor dengan keuntungan maksimal pada jumlah pemilikan 7 ekor laktasi. Sedangkan di Jawa Timur tingkat pemilikan 4-10 ekor laktasi cukup memberi jaminan keuntungan. Selanjutnya apabila ditelaah dari tingkat perkembangan KUD/Koperasi maka pada KUD Maju keuntungan mulai dicapai pada tingkat pemilikan 4 ekor laktasi, sementara itu pada KUD Kurang Maju dicapai pada tingkat pemilikan 5 ekor laktasi. Harga jual susu pada Koperasi/KUD Maju lebih tinggi dibanding KUD Kurang Maju. Hal ini terkait dengan efisiensi usaha dan aspek teknis. Harga susu seyogyanya dapat disesuaikan supaya peternak dapat menikmati keuntungan yang layak, dengan harga jual terendah di tingkat peternak di Jawa Barat dan Jawa Timur sekitar Rp.446 dan Rp.390/liter.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Muhafilah, Mia, Anna Fitri Hindriana, and Haruji Satianugraha. "PERBEDAAN KONSENTRASI STARTER TERHADAP TOTAL ASAM LAKTAT YOGHURT TERSUBTITUSI SARI BUAH LIMUS (Mangifera foetida)." Quagga : Jurnal Pendidikan dan Biologi 11, no. 1 (January 4, 2019): 13. http://dx.doi.org/10.25134/quagga.v11i1.1511.

Full text
Abstract:
Buah limus (Mangifera foetida) yang kurang dimanfaatkan sebagai buah konsumsi, dengan cara disubtitusi dapat menambah nilai dan mengangkat buah lokal ini,� subtitusi sari buah limus (Mangifera foetida) akan menambah cita rasa pada yoghurt dan meningkatkan kadar total asam laktat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan konsentrasi starter dan penambahan sari buah limus (Mangifera foetida) terhadap kualitas yoghurt serta pengaruhnya terhadap kadar asam laktat. Penelitian ini dilakukan dengan 4 perlakuan yaitu starter 1%, 3%, 5% dan kontrol, serta penambahan sari buah limus (Mangifera foetida) sebanyak 10%. Difermentasi dalam inkubator dengan suhu 37 �C selama 24 jam. Hasil penelitian menunjukan konsentrasi 1% asam laktat tertinggi adalah 1,62%, konsentrasi 3% asam laktat tertinggi adalah 1,71%, konsentrasi 5% asam laktat tertinggi adalah 1,80%, dan konsentrasi kontrol asam laktat tertinggi adalah 1,24%. Panelis lebih menyukai aroma yoghurt dengan konsentrasi starter 3%, rasa yoghurt dengan konsentrasi kontrol, tekstur yoghurt dengan konsentrasi 3%, dan warna yoghurt dengan konsentrasi 1%. Perbedaan konsetrasi starter yoghurt tidak berpengaruh secara signifikan terhadap total asam laktat, aroma, rasa, tekstur/kekentalan, dan warna. Total asam laktat pada yoghurt meningkat setelah diberi sari buah limus (Mangifera foetida). Penambahan sari buah Limus bermanfaat untuk meningkatkan cita rasa dan meningkatkan nilai gizi yoghurt serta menggantikan essens atau perisa makanan.Kata Kunci :Mangifera foetida, total asam laktat, yoghurt.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Sinaga, Fajar Apollo, and Ngolu Nasip Martua Sihombing. "PERBEDAAN PENGARUH PEMULIHAN AKTIF (JOGGING) DAN PEMULIHAN PASIF (DUDUK) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM LAKTAT." Sains Olahraga : Jurnal Ilmiah Ilmu Keolahragaan 2, no. 1 (April 6, 2019): 31. http://dx.doi.org/10.24114/so.v2i1.12873.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemulihan aktif dan pemulihan pasif serta pemulihan manakah labih baik terhadap penurunan kadar asam laktat darah setelah melakukan sprint 100 meter. Penelitian ini dilakukan di Stadion Universitas Negeri Medan pada April 2017, dengan metode eksperimen. Sampel penelitian berjumlah 10 orang Mahasiswa IKOR angkatan 2014 UNIMED. Hasil Penelitian kadar asam laktat pada saat pre tes pada kelompok pemulihan aktif (jogging) diperoleh rata-rata sebesar 13,96 mmol/L dan setelah pemulihan aktif dengan jogging selama 10 menit (post tes) terdapat penurunan kadar asam laktat menjadi 10,68 mmol/L. Sedangkan pada kelompok pasif diperoleh kadar asam laktat rata-rata 13,56 mmol/L dan setelah pemulihan pasif (duduk) selama 10 menit terjadi penurunan kadar asam laktat sebesar 12,8 mmol/L. Hasil uji antara data pre-test dan post test kadar asam laktat pada kelompok pemulihan aktif diperoleh nilai significancy 0,001 (p< 0,05) yang berarti ada perbedaan yang signifikan kadar asam laktat antara pre-test dan post-test. Sedangkan pada kelompok pemulihan pasif diperoleh nilai significancy 0,063 (p>0,05) yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan kadar asam laktat antara pre-test dan post-test. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,025. Karena nilai p< 0,05 berarti dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter yang diberi pemulihan aktif (jogging) dengan pemulihan pasif (duduk). Dari hasil data tersebut dapat ditarik kesimpulan berarti terdapat perbedaan yang signifikan pemulihan aktif dengan pemulihan pasif terhadap penurunan kadar asam laktat pada lari sprint 100 meter mahasiswa IKOR 2014 UNIMED. Kata Kunci: Kadar Asam Laktat, Pemulihan Aktif, Pemulihan Pasif
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Arfianty, Bella Noor, Salman Farisi, and Christina Nugroho Ekowati. "DINAMIKA POPULASI BAKTERI DAN TOTAL ASAM PADA FERMENTASI BEKASAM IKAN PATIN (Pangasius hypopthalmus)." Jurnal Ilmiah Biologi Eksperimen dan Keanekaragaman Hayati 4, no. 2 (December 1, 2017): 43–49. http://dx.doi.org/10.23960/jbekh.v4i2.133.

Full text
Abstract:
Bekasam merupakan produk makanan tradisional hasil fermentasi dari ikan air tawar dengan penambahan nasi dan garam. Selama proses fermentasi, sumber karbohidrat dipecah menjadi gula-gula sederhana, kemudian diubah menjadi alkohol dan asam. Penggunaan jenis ikan pada pembuatan bekasam berpengaruh terhadap jumlah bakteri asam laktat dan kadar asam laktat yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah total bakteri dan bakteri asam laktat serta kadar asam laktat yang dihasilkan selama proses fermentasi bekasam ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari 2017 di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. Penelitian ini menggunakan metode titrimetri untuk menentukan kadar asam laktat dan metode Angka Lempeng Total untuk menentukan jumlah bakteri. Pengamatan dilakukan setiap 2 hari, 4 hari, 6 hari, 7 hari, 8 hari dan 10 hari dengan 2 kali ulangan. Parameter yang diamati meliputi: penghitungan jumlah total bakteri dan bakteri asam laktat , pengukuran kadar asam laktat, pengukuran pH serta uji organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai total bakteri asam laktat meningkat sampai fermentasi hari ke-6, nilai total bakteri mengalami penurunan, total asam tertitrasi meningkat, sedangkan nilai pH menurun.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Wiguna, Yopie Wiguna, Philia Setiawan, Bambang Pujo Semedi, and Bambang Purwanto. "Syndecan-1 Laktat dan Profil Lipid sebagai Faktor Risiko Keparahan dan Mortalitas Sepsis." Jurnal Anestesi Perioperatif 9, no. 1 (2021): 18–26. http://dx.doi.org/10.15851/jap.v9n1.2251.

Full text
Abstract:
Pada sepsis, endothelial glycocalyx (EG), dapat rusak dan luruh melepaskan syndecan-1 ke dalam plasma. Kerusakan EG akan mengganggu mikrosirkulasi, menimbulkan hipoperfusi jaringan, dan meningkatkan kadar laktat. Gangguan profil lipid pada sepsis terjadi karena gangguan metabolisme dan kerusakan langsung hepatosit akibat meluruhnya EG. Penelitian ini bermaksud menganalisis syndecan-1, laktat, dan profil lipid sebagai faktor risiko keparahan dan mortalitas pada pasien sepsis. Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional pada 39 pasien dewasa yang memenuhi kritera sepsis-3. Keparahan sepsis diklasifikasikan menjadi sepsis dan syok septik dan ditentukan dalam 6 jam setelah time zero berdasarkan penggunaan vasopresor, kecukupan resusitasi cairan, dan nilai laktat ulangan. Kematian 7 hari dihitung sejak time zero sepsis. Syndecan-1, laktat, dan profil lipid diambil dalam jam pertama setelah time zero dianalisis sebagai faktor risiko keparahan dan mortalitas 7 hari. Analisis data dilakukan dengan uji logistik regresi bivariat dan multivariat. Pada penelitian ini didapatkan 20 pasien dengan sepsis, 19 pasien dengan syok septik. Berdasar atas mortalitas 7 hari, 10 pasien meninggal dan 29 pasien bertahan hidup. Laktat dan syndecan-1 merupakan prediktor keparahan pada sepsis. Laktat merupakan variabel yang lebih superior dibanding dengan syndecan-1 sebagai prediktor keparahan sepsis. Laktat merupakan prediktor untuk mortalitas 7 hari pada pasien sepsis. Simpulan penelitian ini adalah laktat dan syndecan-1 merupakan prediktor keparahan pada sepsis. Laktat merupakan prediktor kematian 7 hari pada sepsis.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Ramadhina, Nusarintowati, Endang Windiastuti, and H. I. Budiman. "Hipoksia Jaringan dan Kadar Laktat pada Leukemia Limfoblastik Akut dengan Demam Neutropenia dalam Fase Induksi." Sari Pediatri 10, no. 3 (November 30, 2016): 158. http://dx.doi.org/10.14238/sp10.3.2008.158-62.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Pada Leukemia limfoblastik akut (LLA), proses fagositosis oleh neutrofil kurang atau tidak efektif(kondisi neutropenia) memungkinkan bertahannya bakteri yang tidak dapat didigesti, sehingga timbul prosesinflamasi yang selanjutnya dapat menimbulkan gangguan mikrosirkulasi.Tujuan. Mengetahui gangguan mikrosirkulasi pada pasien LLA dengan demam neutropenia dalam fase induksidengan menggunakan 2 parameter yaitu kadar oksigen darah vena (SvO2) dan kadar laktat darah.Metode. Penelitian potong lintang, Maret 2007-Maret 2008 pada pasien LLA berusia 0-18 tahun. Pengambilansampel secara consecutive sampling, pada pasien LLA baru yang mendapat terapi sitostatika dalam fase induksi denganjumlah absolut neutrofil <1000/uL dan terdapat satu kali episode demam.Hasil. Lima belas dari 49 subjek (31%) memiliki kadar oksigen darah vena di bawah 60%. Rerata SvO2 64,11±9,24%,pada neutropenia berat rerata SvO2 lebih rendah dibandingkan pada neutropenia sedang (56,78±7,99% vs.69,16±6,18%). Tidak tampak hubungan antara beratnya neutropenia dengan kadar SvO2. Pada pemeriksaankadar laktat, 38 dari 49 subjek (78%) memiliki kadar laktat di atas 2 mmol/L. Rerata kadar laktat darah 3,04±1,14mmol/L, pada neutropenia berat rerata kadar laktat darah lebih tinggi dibandingkan neutropenia sedang (3,52±1,33mmol/L vs. 2,72±0,87 mmol/L). Beratnya neutropenia mempengaruhi kadar laktat darah, 15 subjek dengan SvO2< 60%, 13 subjek (87%) mengalami pula peningkatan kadar laktat darah di atas 2 mmol/L, 27 dari 34 subjek(79%) memiliki kadar laktat darah lebih dari 2 mmol/L meskipun kadar SvO2 dalam batas normal.Kesimpulan. Pada pasien LLA dengan demam neutropenia, kadar neutropenia mempengaruhi kadar laktat darahnamun tidak mempengaruhi kadar SvO2 sehingga hasil kadar laktat lebih dapat digunakan dengan segera untukmenunjukkan gangguan mikrosirkulasi dibandingkan hasil SvO2
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Suharyono, A. S., and Muhamad Kurniadi. "PENGARUH KONSENTRASI STARTER Streptococcus thermophillus DAN LAMA FERMENTASI TERHADAP KARAKTERISTIK MINUMAN LAKTAT DARI BENGKUANG (Pachyrrhizus erosus)." Jurnal Teknologi Hasil Pertanian 3, no. 1 (February 1, 2010): 51. http://dx.doi.org/10.20961/jthp.v0i0.13626.

Full text
Abstract:
<span class="fontstyle0">Minuman laktat adalah minuman fermentasi yang dibuat dengan menggunakan starter bakteri asam laktat. Faktor<br />penting yang mempengaruhi keberhasilan dalam pembuatan minuman laktat ini adalah konsentrasi starter dan<br />waktu fermentasi. Masalah utama yang dihadapi adalah belum diketahui konsentrasi stater yang tepat dan waktu<br />fermentasi untuk menghasilkan minuman laktat dari bengkoang yang sesuai dengan standar produk minuman<br />laktat dan dengan karakteristik terbaik.<br />Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh konsentrasi starter dan waktu fermentasi yang dapat menghasilkan<br />minuman laktat yang sesuai dengan standar produk minuman laktat dan dengan karakteristik terbaik. Percobaan<br />dalam penelitian ini terdiri atas dua faktor dan tiga kali ulangan. Faktor utama yang digunakan adalah<br />konsentrasi starter dan faktor kedua adalah waktu fermentasi pada proses pembuatan minuman laktat dari<br />bengkoang. Perlakuan konsentrasi starter (S) terdiri atas tga tahap yaitu 5%, 10% dan 15% (v/v) dan waktu<br />fermentasi (F) yang terdiri atas tiga tahap yaitu 18 jam, 20 jam dan 22 jam. Satu eksperimen menggunakan<br />volume 150 ml. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.<br />Hasil penelitian ini adalah peningkatan konsentrasi starter dan waktu fermentasi memberikan pengaruh terhadap<br />peningkatan total bakteri asam laktat dan penerimaan rasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan<br />terbaik dicapai pada perlakuan dengan konsentrasi starter 10% dan waktu fermentasi 22 jam dengan total asam<br />laktat 1,95%, pH 3,8, total bakteri asam laktat 9,67 log koloni/ml dan memiliki skor rasa 3,00 (agak suka).</span>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Septiani, Ranny, Martini Martini, and Lia Fitri Andini. "EFEKTIVITAS PIJAT OKSITOSIN DAN AROMATERAPI CLARY SAGE TERHADAP ONSET LAKTASI." Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik 14, no. 2 (March 29, 2019): 211. http://dx.doi.org/10.26630/jkep.v14i2.1309.

Full text
Abstract:
Onset laktasi tertunda tidak jarang ditemukan pada ibu <em>post partum</em> karena pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat komplek antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon yang berpengaruh terhadap pengeluaran oksitosin. Data keterlambatan onset laktasi di salah satu PMB di Kota Metrotahun 2018 dialamioleh 73% ibu postpartum. Metodeuntukmempercepat onset laktasi dengan cara melakukan pijat oksitosin dan aromatrapi <em>clary sage. </em>Jenis penelitian kuantitatif, rancangan yang digunakan adalah <em>quasi eksperimen </em>dengan pendekatan <em>non equivalent control group</em>. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu <em>post partum</em> yang belum mengeluarkan kolostrum 2 jam setelah melahirkan dengan jumlah sampel sebanyak 38 orang yang dibagi dalam dua kelompok. Cara pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan wawancara dan observasi. Penelitian ini menghitung rata-rata onset laktasi pada uji univariat dan melihat perbedaan efektivitas pijat oksitosin dan aromaterapi <em>clary sage </em>dibanding pijat oksitosin terhadap onset laktasi pada uji bivariat. Uji statistik yang digunakan adalah <em>Mann-Whitney. </em>Hasil penelitian menunjukan rata-rata onset laktasi pada kelompok pijat oksitosin dan aromaterapi <em>clary sage </em>adalah 4,21 jam, sedangkan pada kelompok pijat oksitosin adalah 6,37 jam. Hasil uji statistik bivariat menunjukkan hasil <em>p-value</em> 0.000 (p≤α 0.05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah pijat oksitosin dan aromaterapi <em>clary sage </em>lebih efektif dibanding pijat oksitosin. Saran untuk tenaga kesehatan terutama bidan agar menerapkan teknik pemberian pijat oksitosin dan aromaterapi <em>clary sage </em>untuk mempercepat onset laktasi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Nuari, Nian Afrian, Evi Aprilia Kartika Widarti, Wiji Nurlatifah, Anisa Tsaqibatul Jannah, and Rintiyan Penita. "PKM Prolaksi Sebagai Strategi Pemberdayaan Ibu Menyusui." MATAPPA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat 2, no. 1 (March 29, 2019): 70. http://dx.doi.org/10.31100/matappa.v2i1.341.

Full text
Abstract:
Pemberian ASI memiliki banyak manfaat bagi ibu dan bayi, akan tetapi karena banyak busui yang cenderung bekerja atau menjadi wanita karir, mereka lebih memilih memberikan susu formula dan makanan pendamping ASI kepada bayinya karena dianggap lebih praktis. Para kader maupun busui tidak memahami laktasi dan cara alternative untuk pelancar ASI. Kegiatan ini dilakukan melalu analisis situasi yang terdapat didaerah setempat karena adanya penurunan jumlah ibu menyusui ASI eksklusif. Tujuan pengabdian masyarakat ini melakukan pemberdayaan ibu menyusui setelah dilakukan PROLAKSI (Program Kader Laktasi) melalu Lactation Training. Metode dalam pengabdian ini meliputi pelatihan peran kader laktasi berbasis Lactation Training yang melibatkan ibu menyusui. Dari hasil pelaksanaan PROLAKSI ini terjadi peningkatan pemberdayaan ibu menyusui. Kader mampu menyerap informasi yang diberikan sehingga pemberdayaan ibu menyusui dapat dioptimalkan. Kegiatan strategi pemberdayaan peran kader laktasi berbasis lactacion training dimanfaatkan masyarakat mampu mendukung asi ekslusif dan meningkatkan kekebalan tubuh bayi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Kurniawan, Jemmy, Pudji Rahaju, and Soehartono Soehartono. "Pengaruh ekspresi p53 dan HIF1 terhadap peningkatan laktat jaringan nasofaring pada pasien karsinoma nasofaring." Oto Rhino Laryngologica Indonesiana 48, no. 1 (June 28, 2018): 74. http://dx.doi.org/10.32637/orli.v48i1.258.

Full text
Abstract:
Latar Belakang: Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan keganasan tersering pada kepala dan leher. Pilihan terapi KNF adalah radioterapi dan kemoterapi yang berhubungan dengan toksisitas, resistensi obat, dan rekurensi. Intervensi metabolik yang didasarkan pada perubahan metabolisme sel kanker merupakan salah satu strategi terapi kanker pada saat ini. Untuk dapat mengetahuinya perlu dipahami pengaruh ekspresi p53 dan hypoxia-inducible factor 1 (HIF1) terhadap peningkatan kadar laktat jaringan nasofaring pada pasien KNF. Tujuan: Mengetahui pengaruh ekspresi p53 dan HIF1 terhadap peningkatan kadar laktat jaringan nasofaring, dan untuk mengetahui kesesuaian antara kadar laktat darah dengan laktat jaringan nasofaring. Metode: Penelitian cross sectional melibatkan 10 subjek, dilakukan biopsi nasofaring dengan tuntunan nasoendoskopi untuk pemeriksaan histopatologi, ekspresi p53 dan HIF1 dengan imunohistokimia, laktat jaringan nasofaring dengan colorimetric, dan laktat darah. Hasil: Seluruh subjek mengalami peningkatan ekspresi p53 dan HIF1 dengan rerata p53 19,53±7,37 dan HIF1 24,30±12,28. Seluruh subjek penelitian memiliki kadar laktat jaringan meningkat, dengan rerata kadar laktat 0,67±0,39. Kadar laktat darah subjek cenderung meningkat dengan rerata 2,93±0,65. Terdapat pengaruh peningkatan ekspresi p53 terhadap peningkatan kadar laktat jaringan (p=0,002). Terdapat pengaruh peningkatan ekspresi HIF1 terhadap peningkatan kadar laktat jaringan (p=0,042). Tidak terdapat kesesuaian antara kadar laktat darah dengan laktat jaringan nasofaring (p=0,000). Kesimpulan: Peningkatan ekspresi p53 dan HIF1 berpengaruh terhadap peningkatan kadar laktat jaringan nasofaring pada pasien KNF, namun kadar laktat darah tidak menggambarkan kadar laktat jaringan nasofaring. ABSTRACTBackground: Nasopharyngeal carcinoma (NPC) is the most frequent malignancy of the head and neck. The options of NPC therapy are radiotherapy and chemotherapy, associated with toxicity, drug resistance, and recurrence. Metabolic intervention based on changes in cancer cell metabolism is currently one of the strategies of cancer therapy. Aim: To determine the impact of p53 and hypoxia-inducible factor 1 (HIF1) expression on elevated lactate levels of nasopharyngeal tissue, and to determine the compatibility between blood lactate and nasopharyngeal tissue lactate levels in patients with NPC. Method: This cross-sectional study involved 10 subjects who underwent nasopharyngeal biopsy for histopathologic examination, p53 and HIF1 expression using immunohistochemistry, lactate of nasopharyngeal tissue using colorimetric, and blood lactate. Results: All subjects had increased expression of p53 and HIF1 with p53 mean of 19.53±7.37 and HIF1 mean of 24.30±12.28. All subjects had elevated tissue lactate levels, with lactate levels mean of 0.67±0.39. The blood lactate level of the subjects increased, with blood lactate level mean of 2.93±0.65. There was a significant increasing impact of p53 expression on tissue lactate elevated level (p=0.002) and a significant increasing impact of HIF1 expression on tissue lactate elevated level (p=0.042). There was no correlation between lactate levels of blood lactate and nasopharyngeal tissue (p=0.000). Conclusion: Increased expression of p53 and HIF1 had an effect on increased levels of lactate nasopharyngeal tissue in NPC patients, but blood lactate levels did not have a correlation with lactate levels of nasopharyngeal tissue.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Heruwati, Endang Sri, Endang Sudariastuti, and Ninuk Indriati. "PENGARUH SUHU INKUBASI DAN JENIS BAKTERI ASAM LAKTAT TERHADAP KECEPATAN FERMENTASI DAN MUTU ORGANOLEPTIK SOSIS IKAN." Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 3, no. 1 (April 6, 2017): 53. http://dx.doi.org/10.15578/jppi.3.1.1997.53-61.

Full text
Abstract:
Suatu penelitian untuk melihat pengaruh suhu dan jenis bakteri asam laktat terhadapkecepatan fermentasi dan rnutu organoleptik sosis ikan telah dilakukan. Perlakuan jenis bakteri asam laktat yang dipilih adalah (1) bakteri Lactobacillus plantarum, (2) L. fermentum, dan (3) campuran keduanya (1:1), sedangkan perlakuan suhu inkubasi adalah 10'; 20' dan 30" C. Pengamatan terhadap jumlah bakteri asam laktat, produksi asam laktat, pH, mutu organoleptik, dan jumlah basa menguap (TVB) dilakukan setiap dua hari selama 8 hari fermentasi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography