To see the other types of publications on this topic, follow the link: Lingua mura.

Journal articles on the topic 'Lingua mura'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 32 journal articles for your research on the topic 'Lingua mura.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Suhardi, Suhardi, and Indah Puji Astuti. "NILAI KEARIFAN LOKAL FOLKLORE PADA MASYARAKAT KABUPATEN LINGGA." Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra 21, no. 1 (July 13, 2021): 147–56. http://dx.doi.org/10.17509/bs_jpbsp.v21i1.36668.

Full text
Abstract:
Ada sebuah kontradiktif yang terjadi dalam masyarakat kabupaten Lingga. Dari satu sisi masyarakatnya sangat menyadari bahwa berbagai bentuk folklore yang ada merupakan warisan yang perlu dipertahankan dan diperkenalkan kepada generasi muda. Namun dari sisi lain, usaha untuk memperkenalkan kepada generasi mudanya tidak berjalan sesuai yang diharapkan. Generasi muda saat ini sudah banyak tidak mengenal lagi berbagai bentuk folklore yang ada. Termasuk nilai-nilai kearifan lokalnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskrisikan nilai kearifan lokalnya yang terkandung dalam folklore masyarakat kabupaten Lingga. Metode penelitian yang peneliti gunakan adalah metode deskriptif. Sumber data adalah bentuk-bentuk folklore masyarakat kabupaten Lingga. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumen dan wawancara. Sementara teknik analisis data menggunakan teknik analisis isi (content analysis). Hasil penelitian yang diperoleh adalah folklore masyarakat kabupaten Lingga memiliki nilai-nilai kearifan lokal, seperti: nilai disiplin, pendidikan, gotong-royong, kedamaian, kejujuran, komitmen, peduli lingkungan, kesetiakawanan sosial, kesopansantunan, kerukunan, dan rasa syukur.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Ku Samsu, Ku Hasnita, Zatul Himmah Adnan, Mohd Mahadee Ismail, Yok Fee Lee, Arfah Ab Majid, and Ratna Roshida Ab Razak. "Pendirian Generasi Muda Terhadap Penggunaan Bahasa Melayu Sebagai Wadah Patriotisme di Malaysia." Sains Insani 5, no. 2 (November 30, 2020): 17–24. http://dx.doi.org/10.33102/sainsinsani.vol5no2.205.

Full text
Abstract:
Sejarah telah membuktikan bahawa bahasa Melayu pernah muncul sebagai lingua franca ratusan tahun yang lalu sekali gus merupakan refleksi kepada kehebatan dan ketinggian darjat bahasa tersebut. Lingua franca merujuk kepada bahasa perantara atau bahasa perhubungan antara masyarakat dengan golongan yang berlainan bahasa. Hal ini bermaksud bahasa Melayu merupakan bahasa pergaulan yang mudah dipelajari dan difahami oleh sesiapa sahaja. Lantaran itu, bahasa tersebut berupaya bertindak sebagai jambatan ke arah pengharmonian dan perpaduan dalam kalangan para penuturnya kerana keserasian serta kesefahaman mereka melalui satu bahasa pertuturan yang sama. Kehebatan bahasa Melayu juga turut terserlah apabila perjanjian- perjanjian penting antara pihak penjajah dengan Raja-raja Melayu turut dibuat dalan bahasa Melayu bertulisan jawi seperti Perjanjian Pangkor 1874. Malah ketika zaman penjajahan, bahasa Melayu tidak pernah dihapuskan oleh penjajah. Seterusnya status bahasa Melayu telah diangkat sebagai salah satu daripada elemen-elemen tradisi dalam Perlembagaan Persekutuan. Situasi ini memaparkan bahasa Melayu merupakan sumber jati diri yang kukuh serta berupaya membentuk semangat patriotisme setiap penuturnya yang bergelar rakyat Malaysia. Namun realiti yang berlaku agak berbeza apabila terdapat sebilangan warganegara yang fasih berbahasa Melayu telah memaparkan sikap tidak patriotik mereka secara terang-terangan, terutamanya melalui media sosial. Justeru, kajian ini dilakukan secara kuantitatif untuk meneliti pendirian generasi muda di negara ini terhadap keupayaan bahasa Melayu sebagai wadah semangat patriotisme. Responden kajian ini terdiri daripada 400 mahasiswa Universiti Putra Malaysia dan 400 mahasiswa Universiti Pendidikan Sultan Idris. Hasil kajian memaparkan majoriti responden berpendirian bahawa bahasa Melayu sememangnya berupaya bertindak sebagai wadah patriotisme.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Alina, Dining Nika, and Hawis Madduppa. "IDENTIFIKASI IKAN LIDAH Cynoglossus arel (Bloch & Schneider, 1801) BERDASARKAN MORFOMETRIK DAN DNA BARCODING YANG DIPERDAGANGKAN DI TEMPAT PELELANGAN IKAN MUARA ANGKE." BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap 12, no. 1 (November 11, 2020): 31. http://dx.doi.org/10.15578/bawal.12.1.2020.31-39.

Full text
Abstract:
Ikan lidah merupakan ikan ekonomis penting yang menjadi salah satu komoditas yang diperdagangkan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muara Angke. Ikan lidah memiliki keunikan karena metamorfosis mereka, kebiasaan membenamkan diri dalam substrat dan sirip pektoralnya yang terdegradasi sedangkan sirip lainnya saling bertemu. Terdapat enam spesies ikan lidah dari famili Cynoglossidae yang dapat ditemukan di Indonesia, sedangkan penelitian terkait identifikasi ikan lidah masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memastikan spesies ikan lidah yang diperdagangkan di TPI Muara Angke berdasarkan pengukuran morfometrik dan DNA Barcoding menggunakan sekuen COI. Hasil analisis morfologi menggunakan literatur menunjukkan bahwa ikan lidah sampel memiliki kemiripan karakteristik morfologi dengan Cynoglossus lingua dan Cynoglossus arel yang kemudian diyakini sebagai C. arel berdasarkan ciri diagnostiknya. Berdasarkan analisis DNA barcoding diperoleh spesies Cynoglossus cf. arel dengan identifikasi kesamaan 100% yang tercantum dalam GenBank. Dari hasil analisis morfologi dan DNA barcoding menunjukkan bahwa ikan lidah yang diperdagangkan di TPI Muara Angke merupakan ikan dari famili Cynoglossidae, genus Cynoglossus, spesies Cynoglossus arel.Tongue Fish Identification Traded in Muara Angke Fish Auction Based on Morphometric and DNA Barcoding Using COI Sequences. Tongue fish is an important economical fish which is one of the commodities traded at Muara Angke Fish Auction. Tongue fish are unique because of their metamorphosis, their habit of immersing themselves in the substrate, and their pectoral fins degraded while the other three fins are confluent. There are six species of tongue fish from the Cynoglossidae family that can be found in Indonesia, whereas the study about tongue fish identifications are limited. The present study aims to identify and clarify the species of tongue fish traded at Muara Angke Fish Auction based on morphometric measurements and DNA Barcoding using the COI sequence. The results of the morphological analysis using the literature showed that the tongue fish samples had similar morphological characteristics with Cynoglossus lingua and Cynoglossus arel which were then believed to be C. arel based on their diagnostic characteristics. DNA barcoding analysis of tongue fish sample shows Cynoglossus cf. arel with 100% similarity identification listed in GenBank. From the results of morphological analysis and DNA barcoding showed that the tongue fish traded at TPI Muara Angke are fish from the family Cynoglossidae, genus Cynoglossus, species of Cynoglossus arel.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Bachtiar, Ardi, Indri Kharisma, Tutri Indraswari, Kartika Sari Dewi, and Wuguh Pitono. "PELATIHAN DAN PENGIMPLEMENTASIAN ILMU MANAJEMEN PADA DUNIA KERJA SERTA DUNIA INDUSTRI PADA SISWA SISWI SMK LINGGA KENCANA DEPOK." Jurnal Lokabmas Kreatif : Loyalitas Kreatifitas Abdi Masyarakat Kreatif 1, no. 2 (July 29, 2020): 73. http://dx.doi.org/10.32493/jlkklkk.v1i2.p73-81.6377.

Full text
Abstract:
Kegiatan Pegabdian Kepada Masyarakat ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan pengimplementasian manajemen para siswa pada dunia kerja serta dunia industri sehingga para siswa dan siswi mampu mengaplikasikannya dan menerapkan ilmu manajemen sebagai leadership ataupun enterpreneur muda, para siswa dan siswi menjadi terbuka pemikirannya dalam mengatur kehidupan financial mereka secara mandiri dan bermanfaat untuk orang lain setelah mereka lulus nanti. Metode kegiatan yang digunakan adalah bekerjasama dengan SMK Lingga Kencana Depok, yang beralamat di Jl. Raya Sawangan No. 47 Depok dan memberikan pelatihan serta pengimplementasian Ilmu Manajamen pada dunia kerja serta dunia industri sehingga dapat memberikan bekal yang tepat dalam memotivasi siswa siswi Smk Lingga Kencana Depok yang adalah penerus generasi muda yang milenial di Kota Depok Jawa Barat. Setelah dianalisis maka kami memberikan pelatihan dalam bentuk materi dan praktek yang bertujuan mengembangkan kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai Ilmu Manajemen. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa sebelum pelaksanaan PKM, para siswa siswi Smk Lingga Kencana belum mengetahui lebih jelas mengenai penerapan ilmu manajemen dalam dunia kerja serta dunia indutri, namun setelah pelaksaan kegiatan PKM ini diketahui para siswa siswi Smk Lingga Kencana Depok sudah mempunyai bekal dan dapat memahami bagaimana penerapan ilmu manajemen pada dunia kerja serta dunia industri ketika mereka sudah lulus.. Kegiatan PKM berperan positif dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta saat mereka menjadi leadership dan enterpreneur.Kata Kunci : PKM, Ilmu Manajemen , Dunia Kerja, Dunia Industri
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

I Kadek Wahyu Adi Gunawan, Pande Putu Gede Putra Pertama, and I. Ketut Putu Suniantara. "Multimedia Interaktif Pengenalan Pura Lingga Bhuwana dengan Metode 2D Hybrid Animation." Jurnal Sistem dan Informatika (JSI) 15, no. 1 (November 30, 2020): 54–64. http://dx.doi.org/10.30864/jsi.v15i1.327.

Full text
Abstract:
Pura Lingga Bhuwana adalah pura Kahyangan yang berlokasi di Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung. Pura ini dibangun bagi masyarakat Badung untuk meningkatkan srada bhakti-nya kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Bagi masyarakat Bali khususnya masyarakat Badung belum mengetahui lokasi pura dan bagaimana arsitektur bangunan dan sejarah asal mula tentang berdirinya pura ini. Kurangnya informasi mengenai Pura Lingga Bhuwana membuat masyarakat khususnya masyarakat di Bali belum mengetahui tentang informasi mengenai Pura tersebut. Maka dari itu diperlukan sebuah media pengenalan dan dokumentasi keberadaan Pura Lingga Bhuwana berupa video 2D Hybrid Animation. Video ini dijalankan di aplikasi Android dan dilengkapi dengan berbagai informasi mengenai Pura Lingga Bhuwana. Hasil akhir dari penelitian ini berupa Aplikasi Pengenalan Pura Lingga Bhuwana dengan menggunakan animasi 2 Dimensi yang berperan sebagai karakter yang mengenalkan Pura Lingga Bhuwana dengan latar video nyata. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dengan menggunakan metode Black Box Testing didapatkan hasil semua fungsi dapat berjalan sesuai rancangan. Hasil pengujian terhadap kategori video pengenalan pura dengan metode 2D Hybrid Animation dinyatakan sangat baik dengan persentase sebesar 88%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

ARMAN, DEDI. "PERKEMBANGAN TARI MERAWAI DI PULAU LIPAN KABUPATEN LINGGA." JURNAL PENELITIAN SEJARAH DAN BUDAYA 6, no. 1 (May 30, 2020): 99–119. http://dx.doi.org/10.36424/jpsb.v6i1.163.

Full text
Abstract:
Tari merawai merupakan tarian yang hampir punah milik Orang Laut yang ada di Pulau Lipan, Desa Penuba, Kecamatan Selayar, Kabupaten Lingga. Tarian ini seakan hilang di Pulau Lipan dan baru kembali ditampilkan tahun 2018 lalu. Fokus tulisan ini dua hal, yakni perkembangan tari merawai di Pulau Lipan, Lingga dan faktor-faktor yang menyebabkan tari merawai terancam punah. Penelitian ini adalah penelitian sejarah. Teknik pengumpulan data adalah studi pustaka, observasi dan wawancara. Temuan tulisan ini menunjukkan tarian merawai berasal dari Pulau Lipan dan tidak ditemukan di daerah lainnya di Kabupaten Lingga. Pada periode tahun 1950-an sampai periode tahun 1990-an, tari merawai sering ditampilkan Orang Laut dalam acara keramaian. Setelah era reformasi, tari merawai makin jarang ditampilkan Orang Laut. Dalam perkembangannya, tari merawai ditampilkan sanggar-sanggar seni yang ada di Kabupaten Lingga dalam event kesenian, tetapi personilnya bukan Orang Laut. Tari merawai yang ditampikan juga sudah tari kreasi. Sejumlah pelaku tari merawai di Pulau Lipan masih ada namun pewarisan tari merawai juga tidak berjalan. Generasi muda Orang Laut lebih tertarik dengan kesenian modern.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

RAHMAT, SYAHRUL. "BUGIS DI KERAJAAN MELAYU: EKSISTENSI ORANG BUGIS DALAM PEMERINTAHAN KERAJAAN JOHOR-RIAU-LINGGA-PAHANG." PERADA 2, no. 1 (July 30, 2019): 35–44. http://dx.doi.org/10.35961/perada.v2i1.25.

Full text
Abstract:
Kondisi geografis Semenanjung Melayu sebagai lalu lintas perdagangan kawasan Asia bagian Tenggara membuat daerah ini menjadi tujuan pelayaran dari berbagai etnis di Nusantara maupun dari belahan dunia lain, termasuk Orang Bugis yang berasal dari daratan Sulawesi bagian selatan. Dalam perkembangannya, selain untuk mencari penghidupan, lambat laun mereka mulai masuk ke dalam struktur pemerintahan Kerajaan Johor-Riau-Lingga-pahang. Kehadiran orang Bugis dalam struktur pemerintahan tersebut mengalami dinamika tersendiri terhadap kerajaan yang kelak berubah nama menjadi Kerajaan Riau Lingga. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah dengan fokus pada dinamika politik dan eksistensi orang Bugis dalam Kerajaan Melayu pada rentang abad ke-17 hingga 18. Selain merubah struktuur pemerintahan, posisi sebagai Yang Dipertuan Muda yang dijabat keturunan juga membawa perubahan terhadap perkembangan kerajaan tersebut. Sekalipun demikian, Yang Dipertuan Muda juga harus menghadapi konflik internal dalam kerajaan akibat dominasi mereka dalam usrusan pemerintahan. The geographical conditions of the Malay Peninsula as the trade traffic in the Southeast Asian region make this area a destination for shipping from various ethnic groups in the archipelago as well as from other parts of the world, including the Bugis people from the southern Sulawesi mainland. In its development, in addition to make a living, they gradually begin to join the government structure of the Johor-Riau-Lingga-Pahang Kingdom. Bugis existence in the government structure experiences its own dynamics towards the kingdom which later changes its name to the Kingdom of Riau Lingga. This research is a historical study with a focus on the political dynamics and the existence of Bugis in the Malay Kingdom in the 17th to 18th century. Besides changing the structure of government, the position as the Crown Prince, which was held by descendants also gives changes to the development of the kingdom. Even so, the Crown Prince must face internal conflicts in the kingdom due to their dominance in the government administration.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Alonso Pintos, Serafín. "Investigar, elaborar, divulgar. O Instituto da Lingua da Universidade de Santiago de Compostela." LaborHistórico 3, no. 1 (April 23, 2018): 49. http://dx.doi.org/10.24206/lh.v3i1.17106.

Full text
Abstract:
<p><span>O Instituto da Lingua Galega (ILG) é un centro de estudos lingüísticos da Universidade de Santiago de Compostela. O seu rango de actividades é largo, e inclúe, entre outras, a análise diacrónica e sincrónica do idioma galego, a realización de programas de doutoramento e posgrao, o asesoramento técnico a persoas cunha relación profesional coa lingua (ensino, administración, medios de comunicación) e a organización de reunións científicas sobre o galego. A primeira parte da exposición abrangue desde os momentos previos á creación do ILG ata o ano 1983. Os estudos sobre a lingua dialectal, a fundamentación do modelo ortográfico e os cursos de formación para mestres forman parte dunha época en que o urxente era a estandarización do galego. A segunda etapa abrangue desde o ano da oficialización da ortografía estándar (1982) ata a segunda revisión desta normativa (2003). Progresos significativos no camiño da estandarización e nos campos dialectolóxico, gramatical e lexicográfico conviven co debate ortográfico nuns anos en que muda o mapa da filoloxía galega, coa creación das universidades da Coruña e Vigo e o Centro Ramón Piñeiro para a Investigación en Humanidades. A terceira parte repasa o percorrido do Instituto no novo milenio. Nela destacan os avances en áreas como a prosodia, a variación e o cambio lingüístico, a dixitalización de fondos e recursos, a divulgación internacional do galego e a consolidación de proxectos interuniversitarios de investigación en rede. </span></p><div><span><br /></span></div>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Baxter, Robert Neal. "A lexitimidade da adaptación como estratexia tradutiva." Revista Galega de Filoloxía 5 (May 17, 2004): 171–82. http://dx.doi.org/10.17979/rgf.2004.5.0.5336.

Full text
Abstract:
Encadrado dentro do contexto do eterno debate –vello mais actual a un tempo– que se desenvolve no ámbito dos estudos da tradución respecto da lexitimidade da adaptación en canto estratexia tradutiva, apoiado por unha serie de exemplos prácticos ilustrativos, sempre desde a perspectiva da tradución global mediante equivalencias dinámicas dentro do cadro da transferencia e intercambios intersistémicos, este artigo sostén que a adaptación non é non só lexítima senón que necesaria e inclusive inevitábel desde o momento en que se muda dunha lingua para unha outra. Advoga, así mesmo, para a plena asunción desta realidade por parte do tradutor para se poder aproveitar de xeito criativo, asegurando así a plena funcionalidade do novo texto (traducido) dentro do seu sistema de recepción.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Abdul Latip, Nurul Syala. "Daya Saing Tulisan Jawi dan Potensi Kod Jawi Dalam Menghadapi Era Globalisasi." Sains Insani 3, no. 1 (September 3, 2018): 38–45. http://dx.doi.org/10.33102/sainsinsani.vol3no1.22.

Full text
Abstract:
Malay language with Jawi script was the lingua franca in the Malay Archipelago since the 14th century. In the 16th century it was on par with French and Latin in Europe as the language of international relations. Efficacy of Jawi writing was first challenged by the arrival of colonists who replaced the text of national identity to Rumi. Jawi started to be sidelined since the Language Act 1963 replaced the official Malay script to Rumi. However, until now there are still a handful of people continue to fight for the Jawi script. Research using qualitative methodologies analysed the efforts and potential of Jawi code. The study found that the noble efforts to uphold Jawi would be relevant if it involves the education system itself. In fact, the Jawi code has great potential to restore enthusiasm, competitiveness in the development of technology and knowledge, but potentially rejuvenating the Jawi script to face the challenges of globalization.Keywords: Jawi script, Jawi code, competitiveness, development of knowledge, globalization ABSTRAK: Bahasa Melayu dengan tulisan jawi adalah lingua franca di kepulauan Melayu sejak abad ke 14. Pada abad ke 16 ia dianggap setanding dengan bahasa Peranchis dan Latin di Eropah sebagai bahasa perhubungan antarabangsa. Keampuhan tulisan jawi ini mula digugat dengan kedatangan penjajah yang menggantikan tulisan yang menjadi jati diri bangsa ini kepada tulisan rumi. Tulisan jawi mula dipinggirkan sejak Akta Bahasa 1963 menggantikan skrip rasmi bahasa melayu kepada tulisan rumi. Walaupun demikian sehingga sekarang masih ada sebahagian pihak terus memperjuangkan tulisan jawi. Kajian mengunakan metodologi kualitatif dengan teknik analisis dokumen ini, menganalisa usaha-usaha perjuangan tulisan jawi dan potensi kod jawi. Kajian mendapati bahawa usaha murni untuk memartabat jawi akan menjadi relevan jika ia melibatkan sistem pendidikan itu sendiri. Malah kod jawi mempunyai potensi besar untuk mengembalikan minat, daya saing di dalam perkembangan teknologi dan ilmu malah berpotensi memperkasakan semula tulisan jawi dalam menghadapi cabaran era globalisasi.Kata kunci: tulisan jawi, kod jawi, daya saing, perkembangan ilmu, era globalisasi
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Jessop, Lesley. "Pictorial cycles of non-biblical saints: the seventh- and eighth-century mural cycles in Rome and contexts for their use." Papers of the British School at Rome 67 (November 1999): 233–79. http://dx.doi.org/10.1017/s0068246200004578.

Full text
Abstract:
CICLI PITTORICI DEI SANTI NON BIBLICI: I CICLI MURALI A ROMA NEL SETTIMO E NELL'OTTAVO SECOLO E IL CONTESTO DEL LORO USOUn gruppo di dipinti del settimo e dell'ottavo secolo, raffiguranti storie di santi non biblici, sopravvive a Roma. Sebbene relativamente pochi, questi dipinti rappresentano un distinto gruppo di narrative agiografiche, caratterizzati dal fatto che tutti i cicli sono costituiti da dipinti murali, che essi raffigurano per lo più santi orientali e che appaiono per la maggior parte in cappelle laterali o in spazi simili a cappelle delle diaconiae. Questo articolo analizza tali pitture nel contesto delle loro chiese di appartenenza ed intende dimostrare che i cicli sono fortemente influenzati da immigranti di lingua greca a Roma, dal culto dei santi e delle reliquie da essi promulgate) e dall'interesse per i santi non biblici tipico dei membri del ceto laico.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Faisal, Muhammad. "SUSUR GALUR TAREKAT NAQSABANDIYAH DI KEPULAUAN RIAU BERDASARKAN KITAB KAIFIYAH AL-DZIKIR ‘ALA THA-RĪQAH AN-NAQSABANDIYAH AL-MUJADDIDIYAH AL-AHMADIYAH." PERADA 3, no. 1 (July 8, 2020): 11–27. http://dx.doi.org/10.35961/perada.v3i1.65.

Full text
Abstract:
Tulisan ini fokus membahas tentang penyebaran tarekat Naqsabandiyah yang berada di kerajaan Riau-Lingga berdasarkan kitab Kaifiyah al-Dzikir ‘ala Tharīqah an-Naqsabandiyah al-Mujaddidiyah al-Ahmadiyah (KZTN) karya Syekh Muhamad Shalih az-Zawawi. Dengan pendekatan sejarah sosial-intelektual, terungkap bahwa penyebaran tarekat Naqsabandiyah tidak lepas dari pengaruh hubungan Penyengat dan Haramain. Hubungan ini bermula dari perjalanan rihlah dan menunaikan ibadah haji yang dilakukan oleh Raja Ahmad dan Raja Ali Haji beserta rombongannya. Hubungan keilmuan yang kuat antara Haramaian dan nusantara, khususnya untuk Kepulauan Riau menguatkan dasar bagi pembangunan ajaran dan pemahaman keagamaan di Kepulauan Riau. Ciri paling penting dalam jaringan tersebut adalah hubungan keilmuan tersebut membentuk salāsilaḥ dan ijāzah yang berkesinambungan sebagai bukti berterusnya ajaran dan muktabarah. Selain memuat jalur sisilah, kitab KZTN termuat tata cara zikir yang berlaku pada tarekat Naqsabandiayah al-Ahmadiyah. Sedangkan sosok yang cukup berpengaruh dalam perkembangan selanjutnya ialah Yang Dipertuan Muda Raja Muhammad Yusuf al-Ahmadi, sebagai orang yang mendapatkan bai’ah dari Syekh Muhammad Shalih az-Zawawi sebagai khalifah tarekat untuk Riau-Lingga. ABSTRAC: This paper focuses on discussing the distribution of the Naqsabandiyah order in the Riau-Lingga kingdom based on the book Kaifiyah al-Dzikir ‘ala Tharīqah an-Naqsabandiyah al-Mujaddidiyah al-Ahmadiyah (KZTN) by Syekh Muhamad Shalih az-Zawawi. With a socio-intellectual historical approach, it was revealed that the spread of the Naqsabandiyah Order could not be separated from the influence of Penyengat and Haramain relationship. This relationship stems from the journey of rihlah and performing the pilgrimage performed by Raja Ahmad and Raja Ali Haji and their entourage. The strong scientific relationship between Har Peace and the Archipelago, especially for the Riau Islands, strengthens the basis for the development of religious teachings and understanding in the Riau Islands. The most important feature in this network is that the scientific relationship forms a continuous salāsilaḥ and ijāzah as evidence of continuity of teachings and muktabarah. Apart from containing the side paths, the KZTN book contains the dhikr procedures that apply to the Naqsabandiyah al-Ahmadiyah order. Meanwhile, a figure who was quite influential in further developments was Yang Dipertuan Muda Raja Muhammad Yusuf al-Ahmadi, as a person who received bai'ah from Syekh Muhammad Shalih az-Zawawi as caliph of the tarekat for Riau-Lingga.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Dwipurwani, Oki, and Eka Susanti. "KARAKTERISTIK ANGKATAN KERJA DI PROVINSI SUMATERA SELATAN MENGGUNAKAN COMPOSITIONAL BIPLOT ANALYSIS." Jurnal Aplikasi Statistika & Komputasi Statistik 12, no. 2 (December 31, 2020): 1. http://dx.doi.org/10.34123/jurnalasks.v12i2.268.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan data komposisi angkatan kerja setiap kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel). Salah satu metode deskripsi yang memberikan pemetaan berupa tampilan grafik dua dimensi pada data komposisi adalah Compositional Biplot Analysis (CBA). Hasil yang diperoleh adalah empat buah tampilan grafik CBA dengan informasi yang dapat diterangkan oleh setiap grafik lebih dari 85%. Kota Palembang, Kabupaten Banyuasin, Musi Rawas Utara, PALI, Musi Banyuasin, Muara Enim, Lubuk lingau, OKU, dan Prabumulih berada dalam satu klaster yang memiliki penduduk angkatan kerja sebagai pengangguran terbuka diatas rata-rata klaster lainnya, dan memiliki nilai TKT di atas 3,50.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Magria, Vera, and Asridayani Asridayani. "Verb Formations in Muara Bungo Language: Morphological Review on Rantau Pandan Dialect." Soshum : Jurnal Sosial dan Humaniora 8, no. 1 (March 31, 2018): 51. http://dx.doi.org/10.31940/soshum.v8i1.771.

Full text
Abstract:
A verb is a language element used by the community in communication. There are various verbs formation applied in Muara Bungo especially Rantau Pandan dialect, like adding affixes to the verb and the processes occurred to the verb itself. In this study, the authors focused on verbs formation derived from nouns and adjectives. The process of affixation includes derivative and inflective affixes. For the data collection, the author applied listening and interview methods. The process of verb formation occurred on nouns and adjectives in speech or lingual data obtained were then analyzed and determined by applying translational analysis method. The verb formation process would be clearer when classes of the words found had been classified. The researcher found the verbs formation was from the process that occurred at the time of the formation of the verb. The affixation process in this study includes derivative and inflective affixes. The affixes are functioned for forming nouns, verbs, adjectives, adverbs and numbers. The prefix ber- has form variations like ba- and be-. Prefix ma- has form variations like mang- and meny-. Prefix n- has form variations such as n- and ng- forms. The prefix te- has form variations such as ta-, tany-.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Farida Ulfa and Imam Faisal Pane. "PERGESERAN POLA RUANG PADA RUMAH ADAT KARO SIWALUH JABU." Jurnal Koridor 9, no. 2 (July 15, 2018): 243–49. http://dx.doi.org/10.32734/koridor.v9i2.1365.

Full text
Abstract:
Budaya lokal atau daerah semakin tergeser eksistensinya seiring berkembangnya zaman. Pergeseran budaya ini tidak hanya terjadi di daerah kota saja namun juga di desa. Fakta bahwa masyarakat pribumi terutama generasi muda lebih memilih untuk tinggal di rumah tinggal tembok dengan dinding plesteran batu bata. Hal ini dapat mengakibatkan lama kelamaan rumah adat bergeser eksistensi dan keasliannya. Sumatera Utara memiliki cukup banyak peninggalan warisan yang tersebar diseluruh wilayah kota dan kabupaten, termasuk Kabupaten Karo. Warisan Karo tersebut berasal dari masa prakolonial berupa perkampungan adat yang cukup unik, salah satunya adalah Desa Budaya Lingga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi rumah adat di Desa Budaya Lingga saat ini dan mengetahui pergeseran pola ruang apa yang telah terjadi pada Rumah Adat Karo, Siwaluh Jabu. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan melihat berbagai sumber penelitian kebudayaan rumah adat Karo melalui observasi, wawancara, dan melihat berbagai sumber pustaka. Hasil dari penelitian ini dapat diketahui bahwa pola ruang Rumah Adat Karo terjadi beberapa perubahan. Salah satunya adalah terdapat dinding sekat pembatas antara ruang sebagai pembatas zona publik dengan zona pribadi. Hal ini sangat bertolak belakang dengan ciri khusus Rumah Adat Karo, yaitu rumah tanpa dinding sekat pembatas.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Amelinda, Rahma Teta, and Yekti Wirawanni. "HUBUNGAN LINGKAR LEHER DAN LINGKAR PINGGANG DENGAN KADAR TRIGLISERIDA ORANG DEWASA (STUDI KASUS DI SMA NEGERI 2 SEMARANG DAN SMP NEGERI 9 SEMARANG)." Journal of Nutrition College 3, no. 4 (October 27, 2014): 647–54. http://dx.doi.org/10.14710/jnc.v3i4.6864.

Full text
Abstract:
Latar Belakang : Hipertrigliseridemia menjadi salah satu faktor risiko terjadinya sindrom metabolik dan penyakit kardiovaskuler. Oleh karena itu, pencegahan dini sangat diperlukan. Salah satu pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan cara skrining. Metode skrining yang mudah dan murah serta tidak invasif adalah metode antropometri. Pengukuran antropometri tersebut antara lain lingkar leher dan lingkar pinggang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lingkar leher dan lingkar pinggang dengan kadar trigliserida orang dewasa.Metode : Jenis penelitian adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian ini sebanyak 51 orang yang terdiri dari 33 wanita dan 18 pria pegawai sekolah SMA Negeri 2 Semarang dan SMP Negeri 9 Semarang yang berusia ≥45 tahun. Pengambilan data karakteristik subjek dilakukan dengan wawancara sedangkan lingkar leher dan lingkar pinggang menggunakan metline. Selain itu, dilakukan pengambilan sampel darah untuk pengukuran kadar trigliserida. Hasil : Penelitian ini terdapat 25,5% subjek mempunyai lingkar leher besar, 31,4% mempunyai lingkar pinggang besar, dan 33,3% mempunyai kadar trigliserida tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkar leher memiliki hubungan yang positif dengan kadar trigliserida (r=0,540, p=0,000). Korelasi yang positif juga terlihat pada lingkar leher dengan kadar trigliserida (r=0,367, p=0,008). Keduanya menujukkan korelasi yang bermakna dengan kadar trigliserida (p<0,05). Simpulan : Terdapat hubungan yang bermakna antara lingkar leher dan lingkar pinggang dengan kadar trigliserida. Semakin besar lingkar leher dan lingkar pinggang maka semakin tinggi kadar trigliserida.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Rehayati, Rina, and Irzum Farihah. "TRANSMISI ISLAM MODERAT OLEH RAJA ALI HAJI DI KESULTANAN RIAU-LINGGA PADA ABAD KE-19." Jurnal Ushuluddin 25, no. 2 (December 14, 2017): 172. http://dx.doi.org/10.24014/jush.v25i2.3890.

Full text
Abstract:
Islam di Nusantara dikenal sebagai Islam moderat dan terkait dengan budaya Nusantara. Adapun budaya Nusantara merupakan bagian dari nilai-nilai Islam. Sebagai ulama di Kesultanan Riau-Lingga pada masa itu, Raja Ali Haji berada pada posisi strategis, karena ia bagian dari pusaran kekuasaan. Setelah selesai menunaikan ibadah haji, sekaligus belajar Islam di Makkah dan Madinah, ia dan ayahnya bersama dengan Yang Dipertuan Muda menggerakkan kegiatan keagamaan dengan mengundang beberapa ulama yang menjadi bagian dari jaringan ulama di Nusantara. Para ulama Nusantara yang menyebarkan Islam dan menggerakkan kegiatan keagamaan di Nusantara sudah diakui kredibilitasnya. Mereka para ulama yang sangat mengerti Islam dan memahami syariat Islam dengan baik. Para Ulama Nusantara tersebut, termasuk Raja Ali Haji, tentu mampu memilah bagian-bagian mana dari prinsip-prinsip ajaran Islam yang boleh dimodifikasi dan bagian-bagian mana saja yang tidak boleh dimodifikasi
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Lia, Elkana April, Widyatmike Gede Mulawarman, and Asnan Hefni. "PRONOMINA PERSONA DALAM BAHASA DAYAK BENUAQ DI KECAMATAN MUARA LAWA KABUPATEN KUTAI BARAT." DIGLOSIA : Jurnal Kajian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya 1, no. 1 (February 26, 2018): 19–28. http://dx.doi.org/10.30872/diglosia.v1i1.pp19-28.

Full text
Abstract:
ABSTRACT This study aims to describe the pronoun of Dayak Benuaq language charm and its use in the community in Kecamatan Muara Lawa. In addition, this research is also a step to preserve one of Indonesia’s wealth of language, especially the Dayak language Benuaq. It is hoped that this research can explore and explore local wisdom values in the Dayak Benuaq community. The type of this research is descriptive qualitative research, that is research based on existing fact or phenomenon that empirically use Dayak Benuaq language. The technique of provision of data used is the technique of fishing rod, technique, skillful technique of advance, technological skill tansemuka, record recording technique. In the analysis of data used the method of agih or distributional, that is analyzing the language system or the whole rules that are set in the language based on the behavior or the characteristics of grammar on certain lingual units The results showed that the pronoun persona of the Dayak Benuaq language consists of three self-referential pronouns (1) the first single pronoun and the first plural pronoun consisting of ap, aqq, aweq, kaiq, and takaq, referring to the person to whom; (2) the pronouns of the second person singular and the pronouns of the second plural person consisting of aweq, ko, and ka, and referring to the person in question; (3) The third singular pronoun Persona and the third plural pronoun consisting of uhak, ongan, mali, and ulutn. The use of the pronoun persona in Dayak Benuaq language is in accordance with the role of social factors (age, social status, and familiarity) on the use of pronouns persona, the use of pronouns persona in Dayak language Benuaq is adapted to the circumstances in communication, ie in terms of age, respected person or people who have a relationship of intimacy or kinship. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pronomina pesona bahasa Dayak Benuaq dan penggunaannya dalam masyarakat di Kecamatan Muara Lawa. Selain itu penelitian ini juga sebagai langkah melestarikan salah satu kekayaan bangsa Indonesia yaitu bahasa, khususnya bahasa Dayak Benuaq. Diharapkan dengan penelitian ini dapat mendalami serta menggali nilai-nilai kearifan lokal yang ada dalam masyarakat Dayak Benuaq. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian berdasarkan fakta yang ada atau fenomena yang secara empiris penggunaan bahasa Dayak Benuaq. Teknik penyediaan data yang digunakan adalah teknik pancing, teknik, teknik cakap semuka, teknik cakap tansemuka, teknik rekam catat. Dalam analisis data digunakan metode agih atau distribusional, yaitu menganalisis sistem bahasa atau keseluruhan kaidah yang bersifat mengatur di dalam bahasa berdasarkan perilaku atau ciri-ciri khas kebahasaan satuan-satuan lingual tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pronomina persona bahasa Dayak Benuaq terdiri atas tiga yaitu pronomina persona yang mengacu pada diri sendiri (1) pronomina pertama tunggal dan pronomina pertama jamak yang terdiri dari ap, akuq, aweq, kaiq, dan takaq, mengacu pada orang yang diajak bicara (2) pronomina persona kedua tunggal dan pronomina persona kedua jamak yang terdiri dari aweq, ko, dan ka, dan mengacu pada orang yang dibicarakan (3) pronomina Persona ketiga tunggal dan pronomina ketiga jamak terdiri dari uhak, ongan, mali, dan ulutn. Penggunaan pronomina persona dalam bahasa Dayak Benuaq ini sesuai dengan peranan faktor sosial (umur, status sosial, dan keakraban) terhadap penggunaan pronomina persona, penggunaan pronomina persona dalam bahasa Dayak Benuaq ini disesuaikan dengan keadaan dalam komunikasi, yaitu dari segi umur, orang yang dihormati atau orang yang memiliki hubungan keakraban atau kekerabatan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Wagiati, Wagiati, Nani Darmayanti, and Duddy Zein. "KAULINAN BARUDAK SUNDA SEBAGAI MANIFESTASI PEMERTAHANAN BAHASA SUNDA DI KABUPATEN BANDUNG (SUNDANESE CHILD PLAY (KAULINAN BARUDAK SUNDA) AS A MANIFESTATION OF SUNDANESE LANGUAGE MAINTENANCE IN BANDUNG REGENCY)." Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa 17, no. 2 (December 31, 2019): 201. http://dx.doi.org/10.26499/metalingua.v17i2.306.

Full text
Abstract:
AbstrakPenelitian ini bertujuan menjelaskan bentuk pemertahanan bahasa Sunda dalam kaulinan barudak Sunda di Kabupaten Bandung dan menjelaskan faktor-faktor penentu yang memengaruhi proses pemertahanan bahasa tersebut. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif-deskriptif. Sumber data pada penelitian ini berupa sistem permainan tradisional Sunda, khususnya yang memiliki unsur lingual berupa nyanyian berbahasa Sunda di Kabupaten Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) bentuk pemertahanan bahasa Sunda pada kaulinan barudak Sunda diKabupaten Bandung terlihat jelas dari adanya penggunaan lirik-lirik berbahasa Sunda dalam proses permainannya. Beberapa bentuk permainan yang mengandung lirik nyanyian berbahasa Sunda di antaranya adalah cingciripit, oray-orayan, ucangucang angge, dan hompimpah. (2) faktor penentu proses pemertahanan bahasa Sunda pada kaulinan barudak Sunda di Kabupaten Bandung adalah (a) konsentrasi penutur, (b) kesinambungan pengalihan bahasa ibu, (c) loyalitas terhadap bahasa ibu. (d) khazanah bahasa golongan muda, dan (e) menjaga identitas kultural.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Lia, Elkana April. "Pronomina Persona dalam Bahasa Dayak Benuaq di Kecamatan Muara Lawa Kabupaten Kutai Barat." Diglosia: Jurnal Kajian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya 1, no. 1 (February 28, 2018): 19–28. http://dx.doi.org/10.30872/diglosia.v1i1.6.

Full text
Abstract:
This study aims to describe the pronoun of Dayak Benuaq language charm and its use in the community in Kecamatan Muara Lawa. In addition, this research is also a step to preserve one of Indonesia’s wealth of language, especially the Dayak language Benuaq. It is hoped that this research can explore and explore local wisdom values in the Dayak Benuaq community. The type of this research is descriptive qualitative research, that is research based on existing fact or phenomenon that empirically use Dayak Benuaq language. The technique of provision of data used is the technique of fishing rod, technique, skillful technique of advance, technological skill tansemuka, record recording technique. In the analysis of data used the method of agih or distributional, that is analyzing the language system or the whole rules that are set in the language based on the behavior or the characteristics of grammar on certain lingual units The results showed that the pronoun persona of the Dayak Benuaq language consists of three self-referential pronouns (1) the first single pronoun and the first plural pronoun consisting of ap, aqq, aweq, kaiq, and takaq, referring to the person to whom; (2) the pronouns of the second person singular and the pronouns of the second plural person consisting of aweq, ko, and ka, and referring to the person in question; (3) The third singular pronoun Persona and the third plural pronoun consisting of uhak, ongan, mali, and ulutn. The use of pronoun persona in Dayak Benuaq language is in accordance with the role of social factors (age, social status, and familiarity) on the use of pronouns persona, the use of pronouns persona in Dayak language Benuaq is adapted to the circumstances in communication, ie in terms of age, respected person or people who have a relationship of intimacy or kinship.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Rachmayanti, Irma, and Mochamad Arifin Alatas. "IMPLEMENTASI EDMODO DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB BERBASIS DARING DI PKPBA UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG." Kadera Bahasa 12, no. 2 (November 29, 2020): 105–22. http://dx.doi.org/10.47541/kaba.v12i2.133.

Full text
Abstract:
Penelitian ini dilatarbelakangi adanya pandemi Covid-19 yang menyebabkan proses pembelajaran harus berbasis daring. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran Bahasa Arab berbasis daring dengan menggunakan aplikasi Edmodo. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sumber data dalam penelitian ini adalah mahasiswa, pengajar dan dokumen. Teknik analisis data dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan inferensi. Tahapan dalam penelitian meliputi tahap pra-lapangan, kerja lapangan, dan laporan. Hasil penelitian ini adalah deskripsi pembelajaran Bahasa Arab berbasis daring dengan menggunakan aplikasi Edmodo yang meliputi perencanaa, pelaksanaan, dan evaluasi. (1) Perencanaan pembelajaran masih berbasis tatap muka berupa indikator, tujuan, dan materi yang akan dikembangkan berbasis daring untuk tahun ajar berikutnya. (2) Pelaksanaan pembelajaran meliputi bahan ajar kitab Arabiyah Lil Hayah, metode dengan audio-lingual komunikatif, dan eklektik, serta media pembalajaran daring Edmodo. (3) Evaluasi pembelajaran dengan evaluasi proses berupa evaluasi harian dan evaluasi hasil berupa UTS dan UAS.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Moh Munir. "تعليم اللغة العربية في المعهد الإسلامي بفونوروغو." Studi Arab 10, no. 2 (December 30, 2019): 151–72. http://dx.doi.org/10.35891/sa.v10i2.1860.

Full text
Abstract:
Learning Arabic in Indonesia has experienced the ups and downs along with the dynamics of education in Islamic educational institutions. It gives good attention in Arabic teaching is Islamic boarding school. The Islamic boarding school students have not been able to master language skills well, like Arrisalah concerns with speaking skill and Al amin Hudatul Muna 1 concerns with reading skill. This research focused on three aspects: the materials, the instrutions process and the kinds of languages activities in Arabic teaching in modern and salaf Islamic boarding school for class two. It is kind of qualitative study design to describe the results and collecting the data.The results of this study are: (1) the Arabic teaching materials in modern Islamic boarding school consist of 7 subjects, and salaf consist of 5 subjects. (2) the instructional method in modern Islamic boarding school are used grammar translation method, direct method, audio lingual method, reading method and inductive method. The instructional method in salaf islamic boarding school are used grammar translation method and deductive method. (3) the kinds of language activities in modern Islamic boarding school devided into two kinds namely language activities inside the class and language activities outside the class.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Basudewa, Dewa Gede Yadhu. "IKHTISAR PERADABAN KOTA DENPASAR SEBAGAI KOTA PUSAKA BERDASARKAN DATA CAGAR BUDAYA." Siddhayatra: Jurnal Arkeologi 25, no. 2 (November 2, 2020): 76–95. http://dx.doi.org/10.24832/siddhayatra.v25i2.186.

Full text
Abstract:
Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan keragaman pusaka budaya berupa Cagar Budaya yang menjadikan Kota Denpasar menyandang predikat Kota Pusaka. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu mengetahui jenis, sebaran dan periodisasi Cagar Budaya yang nantinya digunakan sebagai data ikhtisar peradaban Kota Denpasar sebagai Kota Pusaka, karena selama ini pusaka budaya yang dikenal luas hanya berupa pura, puri, purana dan pasar. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode observasi dan studi kepustakaan melalui pendekatan kualitatif pada empat kecamatan di Kota Denpasar. Dari hasil penelitian ini diperoleh jumlah Cagar Budaya sebanyak 666 dari ma-sa megalitik (prasejarah) dengan jenis Cagar Budaya seperti punden berundak, arca bercorak megalitik, menhir, lumpang batu, kedok muka, palung batu, dan dolmen. Kemudian masa sejarah di mulai dari masa Bali Kuna sekitar abad X-XIII M, masa Bali Madya (pengaruh Majapahit) sekitar abad XIV-XVI M, hingga masa Kerajaan Puri di Bali sekitar abad XVII-XX M dengan jenis Cagar Budaya seperti arca, prasadaI, gapura, gedong, prasasti, lingga yoni, fragmen bangunan, struktur petirthaan, bale kulkul, dan keris. Selanjutnya muncul masa Islam sekitar abad XVII-XX M dengan jenis Cagar Budaya seperti rumah panggung, masjid, mimbar, Al-Quran, makam, dan keranda. Masa penjajahan Kolonial Belanda dan Jepang sekitar abad XX M memperlihatkan jenis Cagar Budaya seperti museum, hotel, pertokoan, meriam, dan makam. Hingga masa setelah Kemerdekaan dengan meninggalkan jenis-jenis Cagar Budaya seperti kampus Fakultas Sastra Udayana, sekolah, dan situs Kam-pung Arab.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Harun, Jelani. ""The Legend of Nakhoda Ragam" in the Malay World and Its Link to Penang's Early History." Malay Literature 33, no. 2 (December 1, 2020): 149–68. http://dx.doi.org/10.37052/ml33(2)no1.

Full text
Abstract:
The Malay World has produced many legends about extraordinary people such as rulers, nobles, warriors and the like. Patih Gajah Mada and Hang Tuah are examples of such legendary figures who possess a variety of extraordinary abilities and who are proudly regarded as idols of the community that produced them. Nevertheless, there are many other legendary figures who are not yet well known within the community but who have played no less than an important part in the history of the nation. Legends do not tell the life stories of ordinary persons; they showcase very special events associated with particular figures, which are then told and retold many times again. This article will discuss "Legenda Nakhoda Ragam" [The Legend of Nakhoda Ragam], which is well known in Brunei Darussalam, and his extraordinary adventures as a traveller in the Malay World, including his link to the founding of Pulau Pinang (Penang). Based on notes by Vaughan (1857), Nakhoda Ragam was a trader who often sailed between Lingga and Kedah. There was only one island between these two places that was attractive for him to anchor at, which he named "Pulo Ka Satu" (later Pulau Pinang or Penang). Nakhoda Ragam was also said to have founded several other places here, among them "Pulo Kindi", "Bayan Lepas", "Gerattah Sangkol", "Pulo Bittong" and "Puchut Muka", which all still exist today. This article presents evidence regarding the presence of this figure and his connection to the early history of Penang.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Goyal, Nishant, Deepak Agrawal, Raghav Singla, Shashank Sharad Kale, Manmohan Singh, and Shankar Bhawani Sharma. "Stereotactic radiosurgery in hemangioblastoma: Experience over 14 years." Journal of Neurosciences in Rural Practice 7, no. 01 (January 2016): 23–27. http://dx.doi.org/10.4103/0976-3147.172165.

Full text
Abstract:
ABSTRACT Background: Although gamma knife has been advocated for hemangioblastomas, it is not used widely by neurosurgeons. Objective: We review our experience over 14 years in an attempt to define the role of stereotactic radiosurgery (SRS) in the management of hemangioblastomas. Patients and Methods: A retrospective study was conducted on all patients of hemangioblastoma who underwent SRS at our institute over a period of 14 years (1998–2011). Gamma knife plans, clinical history, and radiology were reviewed for all patients. Results: A total of 2767 patients underwent gamma knife during the study period. Of these, 10 (0.36%) patients were treated for 24 hemangioblastomas. Eight patients (80%) had von Hippel-Lindau disease while two had sporadic hemangioblastomas. The median peripheral dose (50% isodose) delivered to the tumors was 29.9 Gy. Clinical and radiological follow-up data were available for eight patients. Of these, two were re-operated for persisting cerebellar symptoms. The remaining six patients were recurrence-free at a mean follow-up of 48 months (range 19–108 months). One patient had an increase in cyst volume along with a decrease in the size of the mural nodule. Conclusions: SRS should be the first option for asymptomatic hemangioblastomas. Despite the obvious advantages, gamma knife is not widely used as an option for hemangioblastomas.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Istiqomah, Lilik. "Students’ Translating Humor of Mind Your Language British Comedy in The Indonesian Subtitle." Pustabiblia: Journal of Library and Information Science 1, no. 2 (December 26, 2017): 185. http://dx.doi.org/10.18326/pustabiblia.v1i2.185-208.

Full text
Abstract:
Subtitling becomes the most prominent growth in translation studies with its many advantages. It is cheaper than dubbing, take a short time, has the original soundtrack, better for hard-of-hearing and has a role in language learning. Subtitling can not be separated from the text. This text will be influenced by the context of a situation and also a context of culture. Having Cross Cultural Understanding better will show the ideology of the text. This study observes the translation technique of translating humor in Indonesian subtitle in the first episode of Mind Your Language British comedy series. This subtitle is done by the sixth-semester Indonesian students of English Education Program of Diamond Institute. This is a qualitative descriptive research presenting a translation unit tangible form in lingual (word, phrase, clause, and sentence) as the data. The object of the research is film dialogue in English and Indonesian subtitles also. The analysis of this study represents that there are 5 techniques in translating humor, namely Translating humor in wordplay with a literal translation, Translating humor in Source Text Pun with Target Text Pun, Translating humor in wordplay with wordplay, Translating humor in wordplay with zero wordplays (non-wordplay) and Translating humor with allusion. The use of literal translation technique is dominant while the ideal translation technique in translating humor is wordplay with wordplay.Subtitling mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dalam studi penerjemahan dengan banyak kelebihannya. Subtitling lebih murah dari dubbing ditinjau dari segi biaya, proses pembuatannya tidak memerlukan waktu lama, mempunyai soundtract asli, dan lebih baik bagi para penderita tuna rungu dan sulit mendengar. Subtitling tidak bisa dipisahkan dari teks. Teks ini yang akan diperngaruhi oleh konteks situasi dan juga konteks budaya. Memiliki pandangan yang baik tentang Cross Cultural Understanding / perbedaan budaya akan bisa memahami ideologi teks tersebut. Penelitian ini mengkaji teknik penerjemahan humor dalam bahasa Indonesia dalam serial komedi Inggris yang berjudul “ Mind Your Language” episode pertama. Subtitle film komedi ini dikerjakan oleh mahasiswa semester enam jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang mengetengahkan unit penerjemahan bentuk lingual (kata, frasa, klausa, dan kalimat). Objek penelitian ini adalah dialog film dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesi. Analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahawa ada 5 teknik dalam menerjemahkan humor, yaitu merjemahkan humor dalam wordplay dengan perjemahan literal, menerjemahkan humor dalam permainan kata kata (pun) bahasa sumber ke dalam pun bahasa sasaran, menerjemahkan wordplay dengan wordplay, menerjemahkan wordplay dengan cara tanpa menerjemahkannya (dibiarkan apa adanya) dan menerjemahkan humor dengan allusion (kiasan). Penggunaan teknik penerjemahan literal sangat dominan sedangkan teknik terjemahan yang ideal dalam menerjemahkan humor adalah wordplay dengan wordplay.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Hendrawati, Santi. "Pengenalan Bahasa Inggris Tepat Guna Bagi Siswa-Siswi SD Cihuni - Tangerang." Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) 2 (December 15, 2019): 998–1007. http://dx.doi.org/10.37695/pkmcsr.v2i0.683.

Full text
Abstract:
Jarak tidak lagi menjadi kendala bagi individu- individu untuk mendapat informasi ataupun berinteraksi dengan individu lain di negara yang berbeda. Hanya saja, untuk bisa berkomunikasi dengan baik, lancar, tidak terjadi salah pengertian dibutuhkan kemampuan berkomunikasi dengan bahasa yang sama-sama bisa dipahami - bahasa yang universal. Bahasa universal yang dimaksud tersebut adalah bahasa Inggris. Sayangnya, menguasai dan fasih berbahasa Inggris bukan perkara sepele. Rasanya sulit bila bahasa Inggris yang secara umum sangat berbeda dari bahasa Indonesia untuk dikuasai dalam hitungan hari , dua tiga minggu, bahkan sebulan. Perbedaan kedua bahasa tersebut sangat besar - perbedaan dari sisi kaidah tatabahasa, pengucapan, maupun perbendaharaan kata. Dituntut cukup waktu, ketekunan, motivasi tinggi dan target pasti untuk memperolehnya. Diharapkan dengan mulai mempelajari bahasa Inggris dari SD, kelak lahir generasi muda Indonesia yang berkemampuan bahasa Inggris baik dan kelak mampu berkiprah di dunia internasional. Apalagi, sejak tahun 2015, Indonesia sudah menjadi salah satu negara Masyarakat Ekonomi Asia, yang jelas akan muncul kebutuhan ketersediaan tenaga kerja yang tidak hanya terampil bekerja di bidangnya, tetapi juga memiliki kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris yang baik. Dengan memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik, akan muncul rasa percaya diri tinggi; yang kemudian mendorong munculnya rasa diri mampu bersaing atau berdaya saing tinggi. Melihat kendala sekaligus peluang ini, Universitas Multimedia Nusantara bekerja sama dengan SD Cihuni II Tangerang, berikhtiar mengadakan pembelajaran bahasa Inggris bagi peserta didik/ siswa SD II CIHUNI, Tangerang. Metode pengajaran Bahasa Inggris cukup banyak sebagaimana dilakukan di Cihuni untuk meningkatkan minat siswa/siswi belajar adalah metode Audio-Lingual. Dengan metode ini siswa/siswi diperkenalkan dengan beberapa kata kerja, kata sifat dan kata keterangan dalam satu kalimat. Siswa/siswi diminta mengulang-ulang kata-kata itu dalam bentuk lagu. Hasilnya , minat para pelajar SD dalam mempelajari Bahasa Inggris menjadi lebih tinggi, dan Bahasa Inggris menjadi salah satu pelajaran yang disukai siswa karena diberikan secara menarik dan tepat guna.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Pojskić, Mirza, and Kenan I. Arnautović. "Microsurgical Resection of Spinal Cord Hemangioblastoma: 2-Dimensional Operative Video." Operative Neurosurgery 15, no. 6 (May 18, 2018): E88—E89. http://dx.doi.org/10.1093/ons/opy123.

Full text
Abstract:
Abstract This video demonstrates microsurgical resection of spinal cord hemangioblastoma. Hemangioblastomas are rare, benign, highly vascularized tumors classified as grade I according to World Health Organization classification systems. About 3% of all intramedullary tumors are hemangioblastomas.1,2 Spinal cord hemangioblastomas are either sporadic3,4 or manifestations of von Hippel-Lindau (VHL) disease in 20% to 45% of patients.5,6 A 30-year-old male presented with sudden onset urinary incontinence. Magnetic resonance imaging showed contrast enhancing intramedullary tumor with adjacent cyst in T11, and syringomyelia extending to C1. Surgical resection followed rules that apply to resection of arteriovascular malformations: coagulation of arterial feeders precedes the coagulation of the draining vein, which is preserved until the end of surgery.2,4,5,7,8 First, posterior midline myelotomy was performed and the tumor cyst was drained in order to develop a dissection plane. Following this, we continuously separated dorsal nerve roots from the tumor nodule using microsurgical technique. The key step in tumor resection is devascularization of the tumor, achievable in 2 ways.2,7,9-13 The circumferential detachment of the normal pia from the tumor pia is crucial in developing a plane of dissection. The coagulation and division of arterial feeders while preserving the drainage vein further devascularizes the tumor. Once the tumor mural nodule was detached from the spinal cord, the drainage vein was coagulated last and the tumor was removed. The patient fully recovered from his incontinence and was neurologically intact. Screening for VHL disease was negative. Written consent was obtained directly from the patient.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Ekorini, Haris Mayagung. "Cochlear implant programme report in Dr. Soetomo Hospital Surabaya." Oto Rhino Laryngologica Indonesiana 46, no. 1 (July 12, 2016): 8. http://dx.doi.org/10.32637/orli.v46i1.142.

Full text
Abstract:
Background: Cochlear implant is a result of technology development which has a great contributionto bilateral sensorineural hearing loss patients when conventional hearing aid does not help or does notgive enough benefit for these patients. In Surabaya, this program was started in November 2008.Purpose:To report cochlear implant programme in Dr. Soetomo Hospital Surabaya between November 2008 andOctober 2013.Methods: A descriptive retrospective study on complete data from medical record in Dr.Soetomo Hospital Surabaya between November 2008 and October 2013 were evaluated. Forty sevenpatients received cochlear implant, 3 patients did not have complete medical record and excluded, 44data were reviewed.Results: Forty four patients were implanted, the average of age identification was22.9 months old, the average of age of amplification was 29.7 months old and the average of age ofimplantation was 49.0 months old. All of the patients were prelingually deaf. Twenty seven patiens couldbe evaluated for habilitation with Categories of Auditory Performance (CAP) and the result of receptive,language, expressive and communication abilites were in good progress.Conclusion: The sooner thedevice implanted the better, and evaluation with CAP was effective. Keywords : Hearing impairment, cochlear implant, habilitation ABSTRAKLatar belakang: Implan koklea adalah hasil suatu perkembangan teknologi yang mempunyaikontribusi besar untuk pasien gangguan pendengaran sensorineural yang tidak bisa dibantu oleh alatbantu dengar. Di Surabaya, program ini dimulai pada November 2008. Tujuan: Evaluasi hasil programimplan koklea di RSUD Dr. Soetomo Surabaya sejak November 2008 sampai dengan Oktober 2013.Metode: Penelitian deskriptif retrospektif dan data diambil dari rekam medik yang lengkap di poliAudiologi RSUD Dr. Soetomo selama periode November 2008 sampai dengan Oktober 2013. Dari 47pasien yang dioperasi, 3 rekam medik tidak lengkap dan dieksklusi, 44 pasien yang mempunyai rekammedik lengkap dievaluasi. Hasil: Empat puluh empat pasien yang dilakukan implan koklea, rerataumur identifikasi 22,9 bulan, rerata umur amplifikasi 29,7 bulan, dan rerata umur operasi 49,0 bulan.Semua pasien adalah tuli sensorineural pre-lingual. Sebanyak 27 pasien dapat dilakukan evaluasihabilitasi dengan Categories of Auditory Performance (CAP) dengan hasil receptive, bahasa, ekspresifdan kemampuan berkomunikasi baik. Kesimpulan: Semakin muda umur pasien saat operasi hasilnyasemakin baik, dan evaluasi dengan CAP sangat efektif. Kata kunci: Gangguan pendengaran, implan koklea, habilitasi Correspondence: Haris M. Ekorini, Otorhinolaryngology Department, Faculty of Medicine AirlanggaUniversity/Dr. Soetomo Hospital, Surabaya. E-mail: hmekorini@yahoo.com.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Jung, I., E. Kim, J. Moon, S. Kang, and J. Chang. "P14.42 Diagnostic challenges of infratentorial hemangioblastomas: improvement of current radiological classification scheme." Neuro-Oncology 21, Supplement_3 (August 2019): iii76. http://dx.doi.org/10.1093/neuonc/noz126.277.

Full text
Abstract:
Abstract BACKGROUND Hemangioblastomas (HBMs) are known to exhibit very typical radiological features and thus classified by well-established radiological classification scheme. However, after we have experienced unusual cases in which current radiological classification system was not enough to categorize them, we reviewed our series of infratentorial HBMs in order not only to evaluate the relevance of current classification scheme, but also to possibly improve it. Also, we added descriptions on several cases with unusual radiological magnetic resonance imaging (MRI) findings in which differential diagnosis was challenging. MATERIAL AND METHODS We retrospectively reviewed preoperative MRI of 118 patients with pathologically diagnosed infratentorial HBMs at our institution between 2002 and 2015. Total 128 tumors were included to this study and classified into four categories based on the presence and nature of cystic components: extratumoral cystic (Type Ce, classical cystic with a mural nodule), intratumoral cystic (Type Ci), mixed cystic (Type Cm), and solid (Type S). The association with von Hippel-Lindau (VHL) disease was also investigated. RESULTS In 118 patients (65 male and 53 female), 79 (66.9%) had solitary HBMs and 39 (33.1%) were diagnosed with VHL disease. Type Ce with typical radiological findings was the most prevalent type of HBM (63.3%), followed by Type S (21.1%). HBMs with intratumoral cysts were uncommon (Type Ci, 11.7%) and mixed extratumoral and intratumoral cysts (Type Cm) accounted for only 3.9%. No intergroup differences were observed in the proportions of each subtype between the solitary and VHL disease-associated HBMs. CONCLUSION Radiological features of HBMs are usually typical thus preoperative presumption is not difficult in majority of cases. Improved radiological classification scheme is more practical because it does not only help surgeons determine whether the cystic wall should be removed or not, but also covers cases with atypical radiological presentations. For solid and extraparenchymal HBMs, differential diagnosis is more difficult as well as very critical as surgical removal is often very challenging.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Domínguez Oroña, María Beatriz. "Construcións causativas e anticausativas en galego: o caso de aprender." Estudos de Lingüística Galega, February 9, 2018, 155. http://dx.doi.org/10.15304/elg.ve1.3613.

Full text
Abstract:
Neste artigo achegámonos ás construcións de aprender en galego, desde o período medieval ata a actualidade. Aprender pertence ao grupo de verbos que presentan alternancia causativa supletiva, é dicir, a que se dá en pares verbais nos que un membro presenta a construción causativa (neste caso ensinar) e o outro distinto (aprender) a construción anticausativa correspondente. En ocasións esta alternancia supletiva muda ao adquirir o predicado anticausativo as propiedades construtivas do causativo. Tal ocorreu en galego con aprender, que comezou a ser usado como causativo, en esquemas análogos aos de ensinar, cando menos desde comezos do século XIX. Nesta contribución estúdase o funcionamento da alternancia causativa con aprender rastrexando os seus usos ao longo da historia da lingua. Para iso analizamos un corpus de traballo extraído de dous grandes corpus informatizados: o Tesouro Medieval Informatizado da Lingua Galega (TMILG), para o período medieval, e o Tesouro Informatizado da Lingua Galega (TILG), para o galego moderno e contemporáneo. Nun segundo plano, tamén procuramos determinar se a innovadora construción causativa de aprender ten unha distribución dialectal concreta, a través da información que nos achega tanto o propio corpus como outras fontes máis acaídas para o caso, nomeadamente o Atlas Lingüístico Galego (ALGa).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Zamzani, Zamzani, Yayuk Eni Rahayu, and Siti Maslakhah. "EKSISTENSI BAHASA DALAM IKLAN TELEVISI INDONESIA." LITERA 16, no. 2 (December 7, 2017). http://dx.doi.org/10.21831/ltr.v16i2.15971.

Full text
Abstract:
AbstrakPenelitian ini bertujuan mendeskripsikan bahasa, bentuk lingual, dan keterkaitannya dengan sasaran dan jenis iklan di televisi. Sumber data adalah wacana iklan di televisi. Pengumpulan data dengan observasi dan pencatatan. Analisis data melalui proses pengorganisasian dan kategorisasi menggunakan padan bahasa dan padan pragmatik. Hasil penelitian sebagai berikut. Pertama, bahasa yang digunakan adalah Indonesia dan Inggris. Kedua, bentuk lingual berupa: kalimat bahasa Indonesia, kalimat bahasa Inggris, frase bahasa Inggris, dan kata bahasa Inggris. Ketiga, bahasa Indonesia dan campuran bahasa Indonesia-Inggris digunakan untuk sasaran sosial dan usia umum, sedangkan bahasa Inggris untuk sasaran kelas sosial tinggi dan usia muda. Kempat, bahasa Indonesia digunakan pada iklan produk/jasa pada umumnya, sedangkan bahasa Inggris digunakan pada iklan produk/jasa “mewah” dengan sasaran sosial tinggi dan usia muda. Kelima, kalimat bahasa Indonesia digunakan pada iklan dengan sasaran umum, baik dilihat dari kelas sosial maupun usia, sedangkan kalimat bahasa Inggris digunakan dalam iklan dengan sasaran kelas sosial tinggi dan usia muda.Kata kunci: penggunaan bahasa, bentuk lingual, kelas sosial, dan iklan LANGUAGES IN TELEVISION ADVERTISEMENTS IN INDONESIAAbstractThis study aims to describe languages, lingual forms, and their relevance to the targets and types of advertisements on television. The data sources were advertisements on television. The data were collected through observations and recording. They were analyzed by organizing and categorizing them through language and pragmatic correspondences. The findings are as follows. First, the languages used are Indonesian and English. Second, the lingual forms include Indonesian sentences, English sentences, English phrases, and English words. Third, Indonesian and Indonesian-English mixes are used for the target with the social class and age on average, while English is for the high social class and youth. Fourth, Indonesian is used in product/service advertisements in general, while English is used in “luxury” product/service advertisements for the target with the high social class and young age. Fifth, Indonesian sentences are used in advertisements for the general target in terms of the social class and age, whereas English sentences are used in advertisements for the target with the high social class and young age.Keywords: use of languages, lingual forms, social class, advertisements
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography