To see the other types of publications on this topic, follow the link: Makronutrienty.

Journal articles on the topic 'Makronutrienty'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Makronutrienty.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Wardatu, Aggra, Ardesy Melizah Kurniati, Riana Sari Puspita Rasyid, Syarif Husin, and Liniyanti D. Oswari. "Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Makronutrien dengan Kecukupan Dan Keseimbangan Asupan Makronutrien Pasien Diabetes Melitus Tipe 2." SRIWIJAYA JOURNAL OF MEDICINE 2, no. 2 (2019): 94–98. http://dx.doi.org/10.32539/sjm.v2i2.68.

Full text
Abstract:
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif. Penatalaksanaan DM dimulai dengan menerapkan pola hidup sehat (terapi nutrisi medis dan aktivitas fisik) bersamaan dengan intervensi farmakologi. Terapi nutrisi medis berupa pengaturan diet yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Untuk mencapai diet yang seimbang dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan kalori maka pasien DM harus mempunyai pengetahuan gizi yang baik terkait penyakitnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang makronutrien dengan kecukupan dan keseimbangan asupan makronutrien pasien DM tipe 2. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross-sectional, dilakukan di Puskesmas Sako Palembang pada bulan November-Desember 2018. Sampel pada penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 yang berobat di Puskesmas Sako Palembang. Data diperoleh dengan cara wawancara langsung pada pasien kemudian dianalisis dengan uji Chi Square. Hubungan tingkat pengetahuan tentang makronutrien dengan kecukupan asupan makronutrien pasien DM tipe 2, didapatkan nilai p=0,000 (p<0,05) dan hasil analisis mengenai hubungan tingkat pengetahuan tentang makronutrien dengan keseimbangan asupan makronutrien pasien DM tipe 2 didapatkan nilai p=0,000 (p<0,05). Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang makronutrien dengan kecukupan dan keseimbangan asupan makronutrien pasien DM tipe 2.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Nur'aini, Hesti, and Andika Saputra. "Karakterisasi Sumberdaya Pangan Lokal Spesifik Daerah di Kabupaten Muko-muko Provinsi Bengkulu." AGRITEPA: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pertanian 5, no. 2 (2018): 32–48. http://dx.doi.org/10.37676/agritepa.v5i2.777.

Full text
Abstract:
Pangan lokal merupakan salah satu kekayaan alam yang mempunyai potensi cukup tinggi untuk dikembangkan demi kemajuan suatu daerah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis makronutrien komoditas pangan lokal yang ada di Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu. Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi identifikasi produk pangan lokal, inventarisasi metode pengolahan dan analisis makronutrien produk pangan lokal di Kabupaten Mukomuko. Analisis makronutrien yang dilakukan meliputi kadar karbohidrat, protein dan lemak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kabupaten Mukomuko memiliki produk pangan lokal sebanyak 12 (dua belas) jenis, yang terdiri dari makanan atau lauk pauk sebanyak 6 (enam) jenis yaitu rendang lokan, sambal lokan, sate lokan, krasak mungkus, samba nioh, ikan kering kurau dan jajanan (cemilan) sebanyak 6 (enam) jenis yaitu juodak karyok, juodak sangengek, juodak itai, juodak sagon kering, atau kerupuk tortila. Hasil analisis makronutrien juodak itai menunjukkan kadar karbohidrat sebesar 25,29%, kadar protein 4,62% dan kadar lemak 8,63%, sedangkan untuk juodak sangengek, menunjukkan kadar karbohidrat 18,14%, kadar protein 3,12% dan kadar lemak 22,36%. Selanjutnya, juodak sagon pasir memiliki kadar karbohidrat 16,38%, kadar protein 2,58% dan kadar lemak 1,86%.
 
 Kata kunci : pangan lokal, Kabupaten Mukomuko, makronutrien
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Ibrahim, Rumaisha Hasnah, Aryono Hendarto, Saptawati Bardosono, and Ali Khomaini Alhadar. "Hubungan Asupan Kalori Total dan Makronutrien dengan Derajat Obesitas pada Remaja Obesitas Usia 14-18 Tahun di Jakarta." Sari Pediatri 21, no. 3 (2019): 159. http://dx.doi.org/10.14238/sp21.3.2019.159-63.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Asupan kalori yang tinggi, terutama makronutrien, diduga merupakan salah satu etiologi obesitas. Penelitian pada remaja mengenai hal tersebut masih sangat jarang.Tujuan. Mengetahui hubungan antara asupan total kalori dan jenis makronutrien, terhadap IMT remaja obesitas usia 14-18 tahun.Metode. Studi potong lintang dengan menggunakan data sekunder. Kriteria subjek adalah usia 14-18 tahun, memenuhi kriteria obesitas menggunakan kurva CDC 2000, tidak menggunakan obat anti-obesitas atau anti-oksidan, serta informed consent telah diperoleh. Data asupan total kalori dan jenis makronutrien diperoleh menggunakan kuesioner 24-hour food recall. Hasil. Sebanyak 69 subjek masuk dalam penelitian ini. Nilai rerata IMT semua subjek adalah 33,76 kg/m2. Dengan menggunakan nilai tersebut sebagai cut-off, subjek dibagi dalam dua kelompok yakni kelompok derajat obesitas 1 (IMT kurang dari nilai rerata) sebanyak 35 subjek dan derajat obesitas 2 (IMT lebih dari nilai rerata) sebanyak 34 subjek. Tidak terdapat perbedaan rerata total asupan kalori yang signifikan antara kelompok derajat obesitas 1 (1950 ± 487,77) dan derajat obesitas 2 (2140 ± 2140,30), p=0,135. Jenis makronutrien yang dikonsumsi, baik itu karbohidrat, lemak, dan protein, juga tidak memengaruhi derajat obesitas secara signifikan.Kesimpulan. Asupan kalori total dan jenis makronutrien tidak berhubungan dengan derajat obesitas pada remaja usia 14-18 tahun.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Riani, Risky Ika. "HUBUNGAN KECUKUPAN ENERGI DAN MAKRONUTRIEN DALAM SARAPAN DENGAN TINGKAT KONSENTRASI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIMUS." Medica Arteriana (Med-Art) 2, no. 2 (2020): 88. http://dx.doi.org/10.26714/medart.2.2.2020.88-93.

Full text
Abstract:
Latar Belakang: Tingkat konsentrasi salah satunya dipengaruhi oleh nutrisi yang baik. Kebutuhan nutrisi per hari salah satunya dipenuhi oleh sarapan. Salah satu kegunaan sarapan yaitu memenuhi 20-25% energi total yang dibutuhkan untuk dalam waktu sehari penuh. Jumlah energi yang harus terpenuhi dalam sarapan yaitu sekitar 370-555 kkal dan protein sekitar 9,8-14,7 gram. Penelitian ini bertujuan untuk menganalis hubungan dari kecukupan energi dan makronutrien dalam sarapan dengan tingkat konsentrasi mahasiswa.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Kedokteran Unimus yang berusia 18-25 tahun sebanyak 58 sampel. Uji statistik menggunakan uji chi-square untuk analisis bivariate.Hasil: Mayoritas asupan energi dan makronutrien dalam sarapan responden tergolong buruk. Hasil analisis diketahui bahwa tidak adanya hubungan bermakna antara asupan energi (p=0,185), asupan karbohidrat (p=0,577), asupan protein (p=0,342), dan asupan lemak (p=0,413) dalam sarapan terhadap tingkat konsentrasi mahasiswa.Kesimpulan: Tidak ada hubungan yang signifikan antara kecukupan energi dan makronutrien dalam sarapan dengan tingkat konsentrasi mahasiswa.Kata Kunci: Konsentrasi, Makronutrien, Sarapan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Juliningrum, Peni Perdani. "ASUPAN ZAT GIZI MAKRONUTRIEN PADA TODDLER." Indonesian Journal of Health Science 11, no. 1 (2019): 40. http://dx.doi.org/10.32528/ijhs.v11i1.2236.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Yunita, Reni, and Hesti Nur'aini. "Identifikasi Pangan Tradisional Di Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu." AGRITEPA: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pertanian 5, no. 1 (2019): 123–33. http://dx.doi.org/10.37676/agritepa.v5i1.723.

Full text
Abstract:
Pangan lokal adalah pangan tradisional yang dihasilkan dari suatu daerah di Indonesia yang terdiri dari berbagai macam makanan pokok, maupun makanan ringan. Pangan tradisional adalah pangan yang sudah turun temurun dihasilkan atau dikonsumsi, menggunakan bahan lokal dan diolah secara khas di suatu daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis produk pangan lokal dan menganalisis sifat makronutrien yang terdapat dalam makanan tradisional di Kabupaten Kepahiang, Analisis penelitian ini menggunakan analisis deskriptif.
 Hasil analisis menunjukkan bahwa pangan tradisional di Kabupaten Kepahiang terdiri dari 18 jenis makanan yaitu 8 jenis jajanan, 4 jenis lauk pauk dan 6 jenis minuman. Analisis makronutrien pada lemang mengandung 3,98 % protein, 4,93% lemak dan 23,45 % karbohidrat. Serawo mengandung 3,87 % protein, 5,12% lemak dan 22,89 % karbohidrat, sedangkan bajik mengandung 3,67 % protein, 5,45% lemak dan 22,54% karbohidrat.
 Kata kunci: pangan tradisional, Kabupaten Kepahiang, makronutrien
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Laksmitawati, Dian Ratih, Umi Marwati, and Vergie Indriani. "Pengaruh Fermentasi Umbi Suweg (Amorphophallus campanulatus) Terhadap Kadar Makronutrien Dan Nilai Indeks Glikemik Mencit." Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi 6, no. 1 (2019): 21. http://dx.doi.org/10.26874/kjif.v6i1.124.

Full text
Abstract:
<p>Bahan pangan berindeks glikemik rendah makin diminati masyarakat. Salah satu karbohidrat sebagai bahan pangan adalah umbi suweg. Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh fermentasi bakteri asam laktat pada kadar makronutrien (protein, lemak, karbohidrat) dan indeks glikemik tepung umbi suweg <em>(Amorphophallus campanulatus)</em>. Umbi suweg diiris tipis, difermentasi dengan 10% isolat bakteri asam laktat T1-2,isolat bakteri dari penelitian sebelumnya, kemudian diinkubasi pada suhu ruangan selama 4 hari. Hasil fermentasi kemudian dibuat tepung. Tepung suweg terfermentasi diuji untuk menentukan indeks glikemik menggunakan mencit percobaan. Kadar makronutrien karbohidrat, lemak dan protein ditentukan secara kimia.Hasil pengujian menunjukkan selama proses fermentasi BAL 0-4 hari terjadi peningkatan viabilitas BAL dari hari ke-0 sampai hari ke-2 (3,64x10<sup>8</sup>- 20,38x10<sup>8 </sup>sel/ml) dan mengalami penurunan setelah hari ke-2 (14,63x10<sup>8</sup>-7,91x10<sup>8 </sup>sel/ml), jumlah total asam semakin meningkat (0,2066%-1,2599%) seiring dengan pH yang menurun (5,43-4,37). Hasil penetapan kadar protein tepung suweg terfermentasi BAL 7,41% dan tanpa fermentasi BAL 6,05%. Kadar lemak tepung suweg terfermentasi BAL 0,46% dan tanpa fermentasi BAL 0,38%. Kadar karbohidrat tepung suweg terfermentasi BAL 81,7% dan tanpa fermentasi BAL 82,15%. Nilai indeks glikemik tepung suweg terfermentasi BAL 64,6 dan tanpa fermentasi BAL 69,4. Berdasarkan uji statistik<em>, </em>kadar makronutrien (lemak, karbohidrat, protein) dan indeks glikemik menunjukkan tidak beda nyata (P>0,05).Fermentasi BAL 10% pada tepung suweg selama 4 hari dengan tidak berpengaruh pada nilai indeks glikemik dan kadar makronutrien karbohidrat, lemak dan protein.</p><p> </p><strong>Kata kunci</strong>: Fermentasi, Bakteri Asam Laktat, umbi suweg, makronutrien, indeks glikemik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Lukitaningsih, Endang. "KAJIAN GLISEMIK INDEKS DAN MAKRONUTRIEN DARI UMBI-UMBIAN DALAM UPAYA PENCARIAN SUMBER PANGAN." Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia 13, no. 1 (2015): 18–23. http://dx.doi.org/10.23917/pharmacon.v13i1.22.

Full text
Abstract:
Dewasa ini, di Indonesia eksplorasi untuk mencari bahan pangan alternatif pengganti beras masih terus dilakukan. Kandungan makronutrien dan kajian glisemik indeks dari umbi ganyong (Canna edulis Kerr.), walur (Amorphophallus variabilis), porang (Amorphophallus Oncophyllus Prain), suweg (Amorphophallus campanulatus Bl ) dan uwi (Dioscorea alata L.) telah dilakukan pada penelitian ini dan bertujuan untuk memberikan dasar ilmiah pemilihan pangan alternatif, terutama bagi penderita diabetes mellitus dan obesitas. Pengukuran kandungan makronutrien meliputi kandungan karbohidrat mereduksi dan tidak mereduksi, protein dan serat dilakukan mengacu pada metode AOAC (1990), sedangkan glisemik indeks ditetapkan secara in vivo menggunakan hewan percobaan tikus jantan galur Wistar. Glisemik indeks sampel umbi-umbian seluruhnya lebih rendah dari glisemik indeks beras (72,8). Harga glisemik indeks sangat dipengaruhi oleh kandungan serat, sedangkan pengaruh kandungan karbohidrat terhadap harga glisemik indeks tidak dapat diamati. Walur dan porang memiliki kandungan serat yang besar, yaitu masing-masing 15,09% dan 11,27%, sedangkan harga glisemik indeks masing-masing sekitar 20,6 dan 16,9. Kata kunci: glisemik indeks, makronutrien, karbohidrat, serat, protein
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

ARIFFIN, FARAH DIYANA, AMINAH ABDULLAH, SHAHRUL HISHAM ZAINAL ARIFFIN, and KOK MENG CHAN. "Macronutrients content of Red Seaweed Kappaphycus alvarezii and Kappaphycus striatum." Jurnal Sains Kesihatan Malaysia 15, no. 02 (2017): 19–27. http://dx.doi.org/10.17576/jskm-2017-1502-03.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Shabariah, Rahmini, and Thera Cahya Pradini. "Hubungan Antara Asupan Zat Gizi dengan Status Gizi Pada Balita di TK Pelita Pertiwi Cicurug Sukabumi." Muhammadiyah Journal of Nutrition and Food Science (MJNF) 1, no. 2 (2021): 41. http://dx.doi.org/10.24853/mjnf.1.2.41-47.

Full text
Abstract:
Latar Belakang: balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita kekurangan gizi. Status gizi pada berat badan menurut tinggi badan dikategorikan menjadi gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, overweight dan obesitas. Masalah yang dapat muncul dari kondisi tersebut menjadikan perlunya diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian gizi kurang dan gizi lebih, salah satu contohnya adalah faktor asupan gizi. Tujuan: untuk Mengetahui hubungan antara asupan zat gizi dengan status gizi pada balita di TK Pelita Pertiwi Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi. Metode: penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif analitik dengan desain yang digunakan pada penelitian ini adalah cross sectional dengan metode total sampling. Jumlah sampel sebanyak 56 orang. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar food recall, microtoise dan timbangan berat badan. Hasil: hasil penelitian ini, sebanyak 56 responden balita di TK Pelita Pertiwi diperoleh status gizi kurang 28,6%, gizi baik 55,4%, overweight 10,7% dan obesitas 5,4%. Hubungan antara asupan zat gizi makronutrien energi dan mikronutrien kalsium, mg dan fe dengan status gizi pada balita didapatkan hubungan yang signifikan (P<0,05 chi square) sedangkan hubungan antara asupan zat gizi makronutrien karbohidrat, protein dan lemak dan mikronutrien vit A, Vit D, sodium, fosfor, iodine dan zink serta ASI Exclusive dengan status gizi pada balita tidak ditemukan hubungan yang signifikan (P>0,05 chi square). Kesimpulan: kesimpulan dari penelitian ini, terdapat adanya hubungan yang signifikan antara asupan zat gizi makronutrien energi dan asupan zat gizi mikronutrien kalsium, mg dan fe dengan status gizi pada balita di TK Pelita Pertiwi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Hidayatunnikmah, Nina. "PENGARUH PENDAPATAN EKONOMI IBU MENYUSUI TEHADAP KWALITAS KOMPONEN MAKRONUTRIEN ASI." Journal Of Health Science (Jurnal Ilmu Kesehatan) 4, no. 2 (2019): 1–7. http://dx.doi.org/10.24929/jik.v4i2.796.

Full text
Abstract:
ABSTRACT
 Indonesian socioeconomic experienced a prolonged crisis, which causes families unable to got decent, good, and nutritious food due to rising prices soaring or decreasing the amount of individual income (Arisman, 2004). Individual income is one of the socio-economic factors that can affected family food security. Low economic income indicated poor family food security, where food consumption patterns of breastfeeding mothers will be disrupted and have an impact on the amount and composition of nutritional milk. Breast milk has a good nutritional component for babies. The macronutrient component of breast milk influenced the prosess of growth and development of infants. This research was analytic observational research type cross sectional study design through observations on all breastfeeding mothers with children aged 1-2 months in the work area of Wonoksumo health center to determine the effect of economic income of breastfeeding mothers on the quality of the macronutrient component of breast milk. Breastfeeding of macronutrient component of ASI research using MIRIS human milk analyzer tool and income variable were measured using questionnaires. The data analysis used Categorical Regression. The result of this research shows that there were influence of economic income on protein and fat component of breast milk (P=0,02, P=0,000). The conclusion of this study showed that economic income of nursing mothers can affected the components of protein and fat in breast milk. 
 
 Keywords: Income, Brestfeeding mothers, Breast milk component
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Nugraheni, Bekti, Anastasia Setyopuspito P, and Yustisia Dian Advistasari. "IDENTIFIKASI DAN ANALISIS KANDUNGAN MAKRONUTRIEN GLUKOMANAN UMBI PORANG (Amorphophallus onchophyllus)." JIFFK : Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik 15, no. 2 (2018): 77. http://dx.doi.org/10.31942/jiffk.v15i2.2570.

Full text
Abstract:
ABSTRACTThe purpose of this study is identification and analysis of the macronutrient glucomannan from porang tuber (Amorphophallus onchopyllus). The stages done in this research are extraction, identification, and macronutrient analysis of glucomannan of the porang tuber. Prior to extraction, the oxalic acid was removed from porang tuber using mixture of 2% lime juice and 5% lime, then the glucomannans was extracted using ultrasonic method. The glucomannan then was identified using Fourier transform infra red spectrometer (FTIR) instrument and macronutrient analyzer such as Soxhlet method for fats and fibers, Kjedahl method for protein, and Antrone method for carbohydrates. The results of identification using FTIR showed the presence of β-pyranose at wave numbers of 900-810 cm -1 . The carbonyl on on acetyl group was found at 1726 cm-1 . The area between 870-800 cm-1 showed the β-glycosidic and β-manosidic compounds. The C-O ether group was shown in the area of 1260-1200 cm -1 , while for C-O alcohol was shown in the area of 1050 cm-1 showed the C-O bond in alcohol. At 2925 cm-1 it showed C-H, while at 3000-3700 cm-1 O-H group. The levels of porang glucomannan macronutrients included fat at 0.50%, protein at 1.05%, fiber at 22.34%, and carbohydrates at 31.33%.Key word: Porang tuber, glucomannan, FTIR, macronutrient analysis.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Sela, Gina, Indah Nuraeni, and Friska Citra Agustia. "HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG." Jurnal Gizi dan Pangan Soedirman 1, no. 01 (2017): 71. http://dx.doi.org/10.20884/1.jgps.2017.1.01.342.

Full text
Abstract:
ABSTRACT
 
 
 To examine the association between the level of food quality satisfaction with energy and macronutrient intake in adolescents at Balai Perlindungan Sosial Anak (BPSAA) Pagaden Subang. This was a cross sectional study included 45 respondents selected by simple random sampling. Respondents fill the questionare of the level of food quality satisfaction and recall 24 hours. Bivariate analysis used Rank-Spearman test. Most of respondents were satisfied with food appeareance (95.2%), food flavor (95.7%) and a food variation (93.3%). The average intake of energy and macronutrients of respondents are lower than normal value (energy = 1207.15 kcal; Protein = 42.97 g; Fat = 56.4 g; KH = 131.90 g). The results of the bivariate analysis showed no relationship between the level of food quality satisfaction with energy and macronutrient intake (p> 0.05). There was no association between level of food appearance, food flavor and food variation with energy and macronutrient intake in adolescents at BPSAA Pagaden Subang.
 
 Keywords : Food Satisfaction Level, Energy intake, Macronutrient intake, Adolescence, Ophranage
 
 
 ABSTRAK
 
 Penyelenggaraan makanan di panti asuhan melayani anak asuh yang masih berada dalam masa pertumbuhan. Remaja memerlukan energi dan zat gizi yang lebih banyak karena pada masa tersebut merupakan masa dimana percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Tingkat konsumsi energi dan zat gizi salah satunya ditentukan oleh kuantitas dan kualitas hidangan. Mengetahui hubungan antara tingkat kepuasan mutu hidangan sebagai salah satu output dari penyelenggaraan makanan dengan tingkat konsumsi energi dan makronutrien pada remaja di BPSAA Pagaden Subang. Desain penelitian cross sectional. Sampel sebanyak 45 remaja yang diambil secara random sampling mengisi kuesioner tingkat kepuasan mutu hidangan dan recall 24 jam. Data dianalisis menggunakan uji Rank-Spearman. Hampir seluruh responden merasa puas dengan penampilan makanan (95,2%), cita rasa makanan (95,7%) dan variasi makanan (93,3%). Rata-rata asupan energi dan makronutrien responden tergolong kurang (energi = 1207,15 Kkal; Protein = 42,97 gr; Lemak = 56,4 gr; KH = 131,90 gr). Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat kepuasan mutu hidangan dengan tingkat konsumsi energi dan makronutrien (p > 0,05). Tidak terdapat hubungan antara tingkat kepuasan penampilan makanan, cita rasa makanan dan variasi makanan dengan tingkat konsumsi energi dan makronutrien pada remaja di BPSAA Pagaden Subang.
 Kata Kunci : Tingkat Kepuasan Mutu Hidangan, Tingkat Konsumsi Energi, Tingkat Konsumsi Makronutien, Remaja, Panti Asuhan
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Haroon, Hasnah, Nik Shanita Safii, Nurul Hidayah Aminudin, and Khairunizah Hazila Khalid. "Penentuan Kandungan Makronutrien dalam Tiga Jenis Kuih Manis Tempatan: Pengiraan Berbanding Analisis." Jurnal Sains Kesihatan Malaysia 11, no. 1 (2013): 19–24. http://dx.doi.org/10.17576/jskm-1101-2013-04.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Levina, Airin, and Lailatul Muniroh. "PERBEDAAN ASUPAN MAKRONUTRIEN MAHASISWA ASING SEBELUM DAN SAAT TINGGAL DI SURABAYA, INDONESIA." GIZI INDONESIA 41, no. 2 (2018): 97. http://dx.doi.org/10.36457/gizindo.v41i2.291.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Dewi, Rosmaya. "Produktivitas Minyak dan Kandungan Asam Lemak Thalassiosira Sp. yang Dikultivasi dengan Makronutrien Pupuk." EduChemia (Jurnal Kimia dan Pendidikan) 2, no. 2 (2017): 221. http://dx.doi.org/10.30870/educhemia.v2i2.1449.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Rahmawati, Siti Irma. "JAMUR SEBAGAI OBAT FUNGI AS MEDICINES." JURNAL AGROINDUSTRI HALAL 1, no. 1 (2017): 014–24. http://dx.doi.org/10.30997/jah.v1i1.361.

Full text
Abstract:
Dari kacamata kesehatan, kandungan nutrisi jamur maupun fungsinya sebagai obat telah dikenali oleh Negara China dari 2000 tahun yang lalu. Jamur memiliki kandungan air yang tinggi, sehingga jamur segar mempunyai kandungan makronutrient dan energi yang rendah. Jamur merupakan sumber yang baik untuk protein yang dapat dicerna, dilain pihak kandungan lemaknya rendah. Kandungan lemak yang ada pada jamur biasanya terdiri dari phospholipid, sterol, sterol ester, mono-, di-, triglycerides, termasuk juga asam lemak. Sedangkan komponen bioaktif yang ada pada jamur biasanya terdiri dari polisakarida dan proteoglycans. Komponen bioaktif dari jamur mempunyai kemampuan sebagai antioksidan yang kuat. Pada perkembangannya penyakit yang akut dan kronis dapat mengkonsumsi antioksidan sebagai salah satu langkah untuk meningkatkan kesehatan. Berdasarkan hal ini, perubahan kebiasaan makanan dengan meningkatkan konsumsi jamur, dapat meningkatkan jumlah komponen bioaktif pada tubuh sehingga dapat mengurangi resiko penyakit kronis.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Abadi, Ellyani, and Linda Ayu Rizka Putri. "Konsumsi Makronutrien pada Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronik (KEK) di Masa Pandemi Covid-19." Jurnal Kesehatan Manarang 6, no. 2 (2020): 85. http://dx.doi.org/10.33490/jkm.v6i2.337.

Full text
Abstract:
Chronic Energy Deficiency (CED) is one of the nutritional problems which prevalence in Southeast Sulawesi is 21.9%, Kendari City is 14.37%, and Puuwatu Public Health Center is 11.04% (the national target for CED is 5%). The direct cause of CED is low intake of macronutrients such as energy, protein, fat and carbohydrates. During the Covid-19 pandemic, everyone is advised to stay at home so that access to food is very limited and causes a lack of nutritional intake for pregnant women. The study aimed to determine the macronutrient consumption of pregnant women who suffer from CED during the Covid-19 Pandemic. The research was conducted descriptively with a survey design. This research was conducted in June – September 2020 in the Puuwatu Public Health Center, Kendari City, Southeast Sulawesi. The research sample was 35 pregnant women in the 3rd trimester who had CED and were taken using saturated samples. Data collection by interview using a form 2x24 hour recall and also anthropometric measurements using microtoice and weight scales. Data were analyzed descriptively and presented in tabular and narrative form. The results showed that the energy and carbohydrate intake of pregnant women was 100% in the category of severe deficit, 91.4% heavy deficit protein intake and 8.6% mild deficit, then fat intake 57.1% severe deficit, 20% mild deficit and 8,6% mild deficit. In conclusion, the intake macronutrient of pregnant women in CED during the Covid-19 pandemic is mostly a severe deficit.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Valentino, Benta, and Hesti Nur'aini. "Karakterisasi Sumber Daya Pangan Lokal Di Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu." AGRITEPA: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pertanian 4, no. 1 (2018): 158–75. http://dx.doi.org/10.37676/agritepa.v4i1.595.

Full text
Abstract:
Di Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu terdapat makanan khas yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi makanan tradisional, sebagai sumber daya pangan lokal. Pengembangan sumber daya pangan lokal perlu dilakukan untuk mendukung pengembangan pariwisata di Kabupaten Kaur, namun identifikasi sumber daya pangan lokal masih sangat minim dilakukan. Telah dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengidentifikasi sumber daya pangan lokal dan menganalisis kandungan makronutrien sumber daya pangan lokal yang ada di Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu.
 Metode penelitian meliputi identifikasi produk pangan lokal dengan cara survei dan inventarisasi metode pengolahan produk pangan lokal. Kemudian analisis makronutrien produk pangan lokal di Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu meliputi analisis kadar air, kadar karbohodrat, dan kadar lemak. Analisis penelitian yang dilakukan adalah analisis deskriptif dan analisis kuantitatif.
 Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kabupaten Kaur memiliki pangan tradisional sebanyak 13 (tiga belas) jenis, yang terdiri dari: jumlah makanan atau lauk pauk adalah 5 jenis yaitu sate gurita, gulai marunggai dan ikan tape, gulai ipun, gulai lempipi dan ikan pais kaur, jumlah jajanan (cemilan) adalah 6 (enam) jenis yaitu juadah keras, kelicuk, lelampit, serawe, nilon, sagun dan jumlah minuman 2 (dua) jenis yaitu minuman akar belang dan kubu, dan minuman akar kengkawang dan batang tentulan. Kandungan gizi pangan di Kabupaten Kaur cukup beragam yaitu untuk jenis jajanan juadah keras memiliki kadar air 7,21%, kadar lemak 1,13%, dan kadar karbohidrat 71,17%. Untuk jenis jajanan kelicuk memiliki kadar air 15,77%, kadar lemak 2,73%, dan kadar karbohidrat 73,67%. Untuk jenis jajanan nilon memiliki kadar air 23,14%, kadar lemak 0,58%, dan kadar karbohidrat 32,21%. Untuk jenis jajanan sagun memiliki kadar air 3,35%, kadar lemak 1,67%, dan kadar karbohidrat 62,34%.
 
 Kata Kunci: sumber daya pangan lokal, Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Wijayanti, Enggar, and Zuraida Zulkarnain. "PENGARUH ASUPAN ZAT GIZI DAN JAMU PELANCAR AIR SUSU IBU (ASI) TERHADAP KADAR ZAT BESI (Fe) ASI IBU MENYUSUI." Media Gizi Mikro Indonesia 12, no. 2 (2021): 107–18. http://dx.doi.org/10.22435/mgmi.v12i2.3926.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Air Susu Ibu (ASI) mengandung makronutrien dan mikronutrien yang sangat penting bagi bayi yang baru lahir. Salah satu mikronutrien penting yang terdapat dalam ASI adalah zat besi (Fe). Asupan makanan ibu selama menyusui dan pemberian jamu pelancar ASI diduga berpengaruh terhadap kadar Fe pada ASI yang dihasilkan. Tujuan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh zat gizi (makronutrien dan mikronutrien) dari makanan yang dikonsumsi oleh ibu dan pemberian jamu pelancar ASI dengan kandungan Fe dalam ASI. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian kohort intervensi dan merupakan bagian dari penelitian “Observasi Klinik Formula Jamu Pelancar Air Susu Ibu (ASI)” yang dilakukan selama bulan Maret sampai Desember 2018. Penelitian ini dilakukan di tempat praktik 6 orang dokter Saintifikasi Jamu (SJ) di wilayah eks Karesidenan Surakarta. Subjek merupakan ibu menyusui berjumlah 34 orang berusia 17–40 tahun. Data kadar Fe dalam ASI dan konsumsi makanan ibu diambil pada hari sebelum perlakuan (hari ke-0) dan setelah 28 hari pemberian jamu pelancar ASI (hari ke-28). Data konsumsi makanan dikumpulkan melalui wawancara menggunakan formulir food recall 2X24 jam yang diambil pada satu hari kerja (Senin–Jumat) dan satu hari di akhir pekan (Sabtu–Minggu). Data selanjutnya, dianalisis dengan program Nutrisurvey 2007. Hasil. Penelitian ini mendapatkan tingkat konsumsi energi, protein, lemak, karbohidrat, zat besi, dan seng kecuali vitamin C dari subjek lebih rendah dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk ibu menyusui. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan tidak ada perbedaan kadar Fe ASI sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil uji regresi linier menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara kadar Fe dalam ASI dengan asupan zat gizi ibu (p>0,05). Kesimpulan. Asupan gizi ibu dan pemberian jamu pelancar ASI tidak berpengaruh terhadap kadar Fe dalam ASI.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Prasaja, Tifany, Titis Sari Kusuma, Rahma Micho Widyanto, and Ilzamha Hadijah Rusdan. "Analisis Kandungan Makronutrien Formula Bakso Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) dengan Tepung Biji Nangka (Artocapus Heterophyllus)." JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI 5, no. 2 (2019): 79. http://dx.doi.org/10.36722/sst.v5i2.354.

Full text
Abstract:
<p><em>Abstrak –</em><strong>Kondisi keabnormalan profil lemak yang tinggi secara tidak langsung menggambarkan keadaan dislipidemia. Konsumsi ikan yang masih rendah dan potensi biji nangka yang memiliki kalori rendah dapat dijadikan alternatif makanan rendah kalori berupa bakso ikan. Sebelumnya telah dilakukan uji daya terima formula bakso ikan dengan tepung biji nangka, tetapi komposisi formula tersebut belum sesuai dengan SNI 766:2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan makronutrien </strong><strong>produk</strong><strong> bakso ikan lele dumbo</strong><strong> yang diformulasikan</strong><strong> dengan tepung biji nangka, serta mengetahui formula terbaik yang sesuai dengan SNI. Terdapat </strong><strong>tiga formula bakso ikan yaitu </strong><strong>P0 (</strong><strong>25,8%</strong><strong> ikan lele dan </strong><strong>64,5%</strong><strong> tepung tapioka), P1 (</strong><strong>25,8%</strong><strong> ikan lele dan </strong><strong>64,5%</strong><strong> tepung biji nangka), dan P2 (</strong><strong>45,2%</strong><strong> ikan lele dan </strong><strong>45,2%</strong><strong> tepung biji nangka).</strong><strong> </strong><strong>Ketiga fo</strong><strong>r</strong><strong>mula dilakukan uji proksimat dengan dua kali ulangan untuk variabel kadar protein, lemak, karbohi</strong><strong>d</strong><strong>rat, kadar abu, kadar air dan serat kasar.</strong><strong> </strong><strong>Hasil uji ANOVA menyatakan terdapat perbedaan diantara ketiga formula pada semua variabel</strong><strong> </strong><strong>dan formula yang paling sesuai dengan SNI 766:2014 </strong><strong>adalah </strong><strong>formula P2 </strong><strong>yang </strong><strong>mengandung protein 10,35%, lemak 1,64%, karbohidrat 23,97% yang setara dengan 151,92 kkal/100 g.</strong><strong></strong></p><p><em>Abstract - </em><strong>The abnormality of high fat profiles indirectly illustrates the condition of dyslipidemia. </strong><strong>The </strong><strong>consumption</strong><strong> of fish</strong><strong> </strong><strong>that </strong><strong>still low and the potential of jackfruit seeds that have low calories can be used as alternative low-calorie foods in the form of fish meatballs. Previously, it was tested the acceptability of fish meatball formula with jackfruit seed flour, but the composition of the formula was not in accordance with SNI 766: 2014. This study aims to determine the macronutrient content of African catfish meatballs formulated with jackfruit seed flour, and to find out the best formula according to SNI. There are three fish meatball formulas, namely P0 (25,8% catfish and 64,5% tapioca flour), P1 (25,8% catfish and 64,5% jackfruit seed flour), and P2 (45,2% catfish and 45,2% jackfruit seed flour). The three formulas were carried out by proximate test with two replications for variable levels of protein, fat, carbohydrate, ash content, moisture content and crude fiber. The ANOVA test results state that there are differences between the three formulas on all variables and the formula that best fits SNI 766: 2014 is P2 formula which contains 10,35% protein, 1,64% fat, 23,97% carbohydrate which is equivalent to 151,92 kcal / 100 g.</strong></p><p><strong><em>Keywords</em></strong><em> –</em> <em>Proximate analysis, Catfish meatballs, Dislipidemia, Jackfruit seed flour, SNI.</em></p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Sunu, Utari Febrina Supomo, Galih Permadi, and Fenty Fenty. "HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN ANGKA KECUKUPAN GIZI MAKRONUTRIEN TERHADAP RASIO KOLESTEROL TOTAL/HDL PADA MASYARAKAT PEDESAAN." Journal of Pharmaceutical Sciences and Community 14, no. 1 (2017): 15–24. http://dx.doi.org/10.24071/jpsc.141558.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Siahaan, Ginta, Tiarlince Bakara, Yusnita Yusnita, and Kasmiyeti Kasmiyeti. "Korelasi asupan makronutrien dengan indeks massa tubuh, kadar gula darah, dan protein total darah pada pengguna narkoba." Jurnal Gizi Klinik Indonesia 17, no. 3 (2021): 147. http://dx.doi.org/10.22146/ijcn.42623.

Full text
Abstract:
Correlation of macronutrient intake with body mass index, blood sugar levels, and total blood protein in drug usersBackground: Random blood sugar level and total blood protein need to be measured among drug users because their macronutrient intakes (carbohydrates, fat, protein, and energy) are not appropriate to the pattern of daily habits before uses drugs. Drug users had decreased appetite during the influence and withdrawal symptoms of drugs with the impacts on their body mass index (BMI). Objective: To analyze the correlation of macronutrient intakes between the random blood sugar level, total blood protein, and BMI drug users.Methods: This research was conducted with a cross-sectional design and observational study. 73 drug users were included in the study with the screening by inclusion criteria. 24-hour food recall was used to collect the macronutrient intakes, random blood sugar levels and total blood protein were monitored by the GOD-PAP method, and BMI was measured by weight and height. Data analysis used Pearson’s correlation test in bivariate and multivariate was carried out by multiple linear regressions. Results: Pearson’s correlation analysis showed that there was a significant correlation between macronutrient intakes (energy, carbohydrate, fat) with random blood sugar level, total blood protein, and BMI. BMI was the most affected by energy (β=0.531), random blood sugar level was the most affected by carbohydrates (β=0.073), and total blood protein was the most affected by protein (β=0.837).Conclusions: Macronutrient intake is significantly related to BMI, random blood sugar levels, and total blood protein in drug users. Community collaboration with related parties such as the public health service and National Narcotics Agency will very quickly detect drug side effects early on eating disorders that will affect the nutritional status of its users.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Fitriyah, Nurul, and Stefania Widya Setyaningtyas. "HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, MAKRONUTRIEN, ZINK DAN FE DENGAN UNDERWEIGHT PADA IBU DAN BALITA DI DESA SUWARI BAWEAN, GRESIK." Media Gizi Kesmas 10, no. 1 (2021): 56. http://dx.doi.org/10.20473/mgk.v10i1.2021.56-62.

Full text
Abstract:
ABSTRAK Latar Belakang : Underweight masih menjadi salah satu masalah gizi di Indonesia. Balita merupakan kelompok usia yang rentan mengalami masalah gizi khususnya underweight. Salah satu penyebab langsung terjadinya underweight adalah asupan zat gizi. Asupan zat gizi makro (energi, protein, lemak dan karbohidrat) dan zat gizi mikro seperti zink dan zat besi yang rendah dapat menyebabkan pemanfaatan zat gizi didalam tubuh tidak optimal sehingga menyebabkan masalah gizi dan rentan mengalami penyakit infeksi.Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, zink dan fe dengan underweight pada ibu dan balita.Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi case control dengan jumlah sampel 30 ibu dan 30 balita yang tinggal di wilayah Desa Suwari Bawean Gresik. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner terkait karakteristik keluarga, karakteristik ibu dan balita, form food recall 3x24 jam, form frequency questionere, form keragaman pangan, dan pengukuran antropometri seperti berat badan dan tinggi badan. Data dianalisis menggunakan uji chi square.Hasil: Hasil dari penelitian ini menunjukkan ibu dan balita underweight 50% dan ibu dan balita dengan status gizi normal 50%. Sebagian besar ibu memiliki tingkat asupan energi, lemak, karbohidrat, zink dan zat besi yang kurang, sedangkan sebagian besar balita memiliki tingkat asupan karbohidrat dan zink yang kurang. Terdapat hubungan antara asupan zink dengan underweight pada ibu (p=0,031) dan juga terdapat hubungan antara zat besi dengan underweight pada balita (p=0,032).Kesimpulan: Ibu dan balita dengan status gizi underweight memiliki tingkat kecukupan asupan energi, lemak, karbohidrat, zink dan zat besi lebih rendah dibandingkan dengan ibu dengan status gizi baik. Perlu meningkatkan asupan bahan makanan sumber energi, lemak, karbohidrat, zink dan zat besi pada ibu dan meningkatkan asupan bahan makanan sumber karbohidrat dan zink pada balita serta konsumsi makanan bervariasi agar masalah gizi underweight tidak memburuk.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Izzah, Aqidatul, FNU Iswahyudi, and Kelik Perdana Windra Sukma. "Pengaruh Penggunaan Nano Kalsium Terhadap Produksi Tomat (Lycopersicum esculentum Mill)." Agriprima, Journal of Applied Agricultural Sciences 4, no. 1 (2020): 1–5. http://dx.doi.org/10.25047/agriprima.v4i1.349.

Full text
Abstract:
Tanaman tomat membutuhkan hara untuk pertumbuhannya, salah satunya kalsium. Kalsium merupakan makronutrien penting untuk petumbuhan sel dan buah. Pada penelitian ini pupuk kalsium yang diaplikasikan pada tanaman tomat dalam bentuk nano-kalsium dengan 3 fasa yang berbeda, yaitu aragonit, kalsit dan vaterit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengaplikasian dari ketiga fasa tersebut dan konsentrasi nano kalsium yang berbeda terhadap produksi tomat. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kadur Kabupaten Pamekasan. Tanaman tomat ditanam pada polibag dan disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan terdiri dari penggunaan tiga fasa nano kalsium (Aragonit, Kalsit dan Vaterit) dan dosis penggunaan (0,25; 0,5; dan 0,75 gram/tanaman). Masing-masing perlakuan tiga kali ulangan. Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, luas indeks daun dan berat total buah. Data di analisis menggunakan Anova dan apabila berbeda nyata dilanjutkan dengan uji DMRT 5%. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan fasa nano kalsium, dosis dan interaksi keduanya menurunkan jumlah daun dan indeks luas daun.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Ningrum, Nyna Puspita, Nina Hidayatunnikmah, and Tetty Rihardini. "Cegah Stunting Sejak Dini dengan Makanan Bergizi untuk Ibu Hamil." E-Dimas: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat 11, no. 4 (2020): 550–55. http://dx.doi.org/10.26877/e-dimas.v11i4.5616.

Full text
Abstract:
Stunting merupakan suatu kondisi yang sangat umum terjadi pada seorang anak dengan kekurangan gizi dikarenakan jumlah makronutrien dan mikronutrien tidak cukup memadai.Indonesia menempati peringkat kelima dunia untuk jumlah anak dengan kondisi stunting.Usaha dini yang dapat dilakukan untuk melakukan pencegahan stunting bisa dilakukan sejak masa kehamilan.Prinsipnya adalah meningkatkan asupan gizi ibu hamil dengan memastikan selama kehamilan ibu mengkonsumsi makanan yang bergizi dan berkualitas baik, oleh karena itu, dibutuhkan suatu penyuluhan untuk meningkatkan wawasan ibu hamil terkait kebutuhan gizi yang baik selama kehamilan dan menambah keterampilan ibu hamil dalam mengelola makanan yang kaya akan gizi. Target khusus pada kegiatan masyarakat ini adalah ibu hamil dan kader kelurahan. Metode yang diterapkan pada kegiatan ini adalah ceramah/penyuluhan, demonstrasi cara membuat makanan bergizi untuk ibu hamil, dan evaluasi dengan teknik food recall. Hasil akhir pada kegiatan pengabdian masyarakat adalah meningkatnya pemahaman kader dan ibu hamil terkait gizi yang dibutuhkan selama masa kehamilan, serta kemampuan mempraktikkan mengolah makanan yang kaya akan kandungan gizi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Candra, Aryu. "Suplementasi Seng untuk Pencegahan Penyakit Infeksi." JNH (JOURNAL OF NUTRITION AND HEALTH) 6, no. 1 (2018): 31. http://dx.doi.org/10.14710/jnh.6.1.2018.31-36.

Full text
Abstract:
Seng diperlukan oleh manusia dan hewan untuk melaksanakan fungsi fisiologis, seperti pertumbuhan, kekebalan tubuh, dan reproduksi. Defisiensi seng menyebabkan anoreksia, gangguan pertumbuhan, dermatitis, gangguan pengecapan, dan hipogonadisme. Prevalensi defisiensi seng pada balita di Indonesia belum diketahui dengan pasti, namun diperkirakan cukup tinggi mengingat pola makan balita di Indonesia yang belum sesuai dengan anjuran pedoman gizi seimbang. Dari hasil penelitian awal pada tahun 2016 diketahui bahwa asupan seng pada balita di wilayah kelurahan Jomblang kota Semarang 30% termasuk dalam kategori kurang.Seng juga sangat berperan dalam proses pertumbuhan, perkembangan fungsi kognitif, dan imunitas.. Banyak penelitian yang sudah membuktikan bahwa defisiensi seng dan zat besi menyebabkan gangguan pertumbuhan dan fungsi kognitif. Defisiensi seng juga dapat menurunkan jumlah dan ukuran sel-sel imun, terutama sel T sehingga kekebalan tubuh akan menurun yang menyebabkan balita menjadi lebih mudah terserang penyakit infeksi.Pola makan balita di Indonesia sebagian besar hanya terdiri atas makronutrien yaitu karbohidrat, protein, dan lemak. Hal ini yang menyebabkan munculnya defisiensi mikronutrien pada balita. Oleh karena itu diperlukan suplementasi mikronutrien seperti seng untuk mengatasi defisiensi seng pada balita sehingga dapat meningkatkan imunitas dan mencegah infeksi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Aini, Nurul. "ANALISIS TINGKAT KONSUMSI ZAT GIZI TERHADAP GIZI KURANG BALITA DI PUSKESMAS JELBUK, KABUPATEN JEMBER." Health Information : Jurnal Penelitian 11, no. 2 (2019): 126–32. http://dx.doi.org/10.36990/hijp.v11i2.140.

Full text
Abstract:
Anak-anak memiliki masalah yang sangat bervariasi berkaitan dengan pertumbuhan, perkembangan dan nutrisi. Kekurangan makronutrien dapat memicu malnutrisi protein-kalori dan ketika dikombinasikan dengan defisiensi mikronutrien dapat menimbulkan masalah gizi pada balita. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa tingkat konsumsi dalam kejadian gizi kurang pada balita di Puskesmas Jelbuk, Kabupaten Jember. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain observasional menggunakan pendekatan case control. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita usia 0-5 tahun. Tehnik pengambilan sampel dengan menggunakan Simple Random Sampling. Besar sampel ditentukan berdasarkan rumus besar sampel pada penelitian dengan pendekatan case control yaitu sebanyak 42 balita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara tingkat konsumsi kalori (α=5%,p=0,003), tingkat konsumsi protein (α=5%,p=0,003), tingkat konsumsi karbohidrat (α=5%,p=0,002) dan tingkat konsumsi lemak (α=5%,p=0,005) dengan kejadian gizi kurang pada balita. Hendaknya ada koordinasi serta upaya dari bidan wilayah, Puskesmas dan Dinas Kesehatan setempat untuk meningkatkan kegiatan-kegiatan berkaitan dengan promosi kesehatan tentang pola asuh berkaitan dengan pentingnya asupan nutrisi pada balita.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Suryandari, Beti Dwi, and Nurmasari Widyastuti. "HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN DENGAN OBESITAS PADA REMAJA." Journal of Nutrition College 4, no. 4 (2015): 492–98. http://dx.doi.org/10.14710/jnc.v4i4.10153.

Full text
Abstract:
Latar Belakang : Obesitas merupakan masalah kesehatan kompleks. Remaja yang mengalami obesitas dapat memiliki peningkatan risiko kematian saat dewasa. Kelebihan asupan makan merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya obesitas. Protein merupakan jenis makronutrien yang berkaitan dengan kejadian obesitas. Jenis protein juga berhubungan dengan obesitas. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa terdapat hubungan asupan protein hewani dan asupan protein nabati dengan obesitas. Tujuan : Mengetahui hubungan antara asupan protein dengan obesitas pada remaja.Metode : Penelitian ini dilaksanakan di SMP Kesatrian 2 Semarang pada bulan Juni 2015.Desain penelitian cross-sectional dengan subyek 49 remaja usia 12-14 tahun dipilih dengan metode simple random sampling. Data yang diambil adalah berat badan, tinggi badan dan asupan protein. Analisis bivariat dengan uji rank Spearman dan Pearson.Hasil : Terdapat 28,6% remaja mengalami obesitas. Hasil penelitian menunjukkan 55,1% subjek memiliki asupan protein cukup, 65,3% subjek mengkonsumsi protein nabati melebihi kebutuhan dan 91,8% subjek mengkonsumsi protein hewani melebihi kebutuhan. Terdapat hubungan signifikan antara asupan protein total (r=0.732 p=0.000), protein hewani (r=0.735p=0.000) dan asupan protein nabati (r=-0.319 p=0.026) dengan IMT.Kesimpulan : Asupan protein total, protein hewani, protein nabati memiliki hubungan signifikan dengan IMT.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Erfina, Erfina. "EVALUASI FUNGSI EKOSISTEM DI PERTAMBANGAN NIKEL KECAMATAN POMALAA SULAWESI TENGGARA." IDENTIFIKASI: Jurnal Ilmiah Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan 5, no. 1 (2019): 19–26. http://dx.doi.org/10.36277/identifikasi.v5i1.68.

Full text
Abstract:
Aktivitas penambangan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Ekosistem di sekitar area pertambangan nikel Kecamatan Pomalaa telah mengalami pencemaran berat. Rusaknya komponen ekosistem menyebabkan terjadinya gangguan terhadap fungsi ekosistem. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi fungsi ekosistem di lahan pasca penambangan nikel di Kecamatan Pomalaa dengan menggunakan metode EFA (Ecosystem Function Analysis) dikembangkan CSIRO, 2010) yang mencakup tiga pendekatan yaitu LFA (Landscape Function Analisys), Analisis Kompleksitas Habitat. Penelitian ini dilakukan di tiga lokasi yaitu tambang utara, tambang tengah dan tambang selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentang alam dalam kondisi kritis dengan kandungan makronutrien yang sangat rendah di ketiga wilayah penelitian. Hasil pengukuran LFA dari ketiga wilayah masing-masing memiliki stabilitas lahan 38,40 � 1,3% (Tambang Utara), 37,43�1,3% (Tambang Tengah) dan 31,47�0,5% (Tambang Selatan). Indeks infiltrasi air 25,8 �2,3% (T.Utara), 24,63�1,8% (T.Tengah), 24,70�0,5% (Tambang Selatan) dan siklus nutrisi 16,37 � 3% (Tambang Utara), 14,3 � 0,5 (Tambang Tengah), 13,83�0,07 (Tambang Selatan). Ketiga wilayah menunjukkan indeks kompleksitas rendah masing- masing 5 (tambang utara), 4 (tambang tengah), 3 (tambang selatan) menunjukkan habitat dan tempat tinggal untuk fauna lokal di lahan tersebut belum berkembang.Dapat disimpulkan bahwa ekosistem di lokasi Pertambangan Nikel Kec.Pomalaa telah mengalami gangguan fungsi regulasi, habitat dan produksi biomassa ekosistem tidak berjalan dengan baik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Evi Wulandari. "PROFIL BALITA STUNTING DI WILAYAH PUSKESMAS MAPILLI DESA UGI BARU KEC. MAPILLI KAB. POLMAN." Jurnal Penelitian Kebidanan 2, no. 1 (2021): 22–28. http://dx.doi.org/10.52999/jpkebidanan.v2i1.120.

Full text
Abstract:
Indonesia sebagai negara berkembang menghadapi beberapa permasalahan utamanya masalah gizi. Masalah gizi di Indonesia menjadi masalah kompleks yang perlu mendapatkan perhatian. Gizi kurang atau malnutrisi adalah kondisi kekurangan gizi akibat jumlah kandungan mikronutrien dan makronutrien tidak memadai (Sinaga, 2008). Kondisi ini dapat disebabkan oleh malabsorbsi yaitu ketidakmampuan mengonsumsi nutrisi. Masalah gizi kurang juga menyebabkan Stunting. 
 Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kejadian stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Mapilli dengan jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif yang bersifat retrospektif. Metode yang digunakan adalah metode analisis data sekunder. Penelitian ini dilakukan di Desa Ugi Baru, wilayah kerja Puskesmas Mapilli, Kecamatan Mapilli, Kabupaten Polman. Populasi pada penelitian ini adalah balita usia 13-59 bulan yang mengalami Stunting di Desa Ugi Baru pada tahun 2021 dengan total jumlah Bayi dan Balita Stunting sebanyak 23 Balita. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik total sampling. 
 Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian balita stunting di wilayah kerja Puskesmas Mapilli Desa Ugi Baru berdasarkan jenis kelamin yaitu balita lebih banyak mengalami stunting sebanyak 11 balita (60,9%) dan perempuan sebanyak 8 balita (39,1%) dan berdasarkan Usia, masa toddler 13-36 Bulan lebih sedikit sebanyak 11 balita (47,82%), dibandingkan masa praschool 37-59 Bulan sebanyak 12 balita (52,17%).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Purnamasari, Vita. "Kualitas Protein Ulat Sagu (Rhynchophorus bilineatus)." JURNAL BIOLOGI PAPUA 2, no. 1 (2018): 12–18. http://dx.doi.org/10.31957/jbp.556.

Full text
Abstract:
Protein merupakan salah satu makronutrien penting bagi tubuh. Fungsinya sebagai zat pembangun dan memelihara sel-sel dan jaringan tubuh, menyebabkan kekurangan protein akan berakibat serius bagi kesehatan. Salah satu alternatif pemenuhan kebutuhan protein adalah dengan pemanfaatan bahan pangan lokal. Ulat sagu (Rhynchophorus papuanus) telah lama dikonsumsi oleh masyarakat asli Papua dan Maluku sebagai pelengkap (lauk) bubur sagu (papeda) dan diketahui dari kandungan zat gizinya dapat berperan sebagai sumber protein. Penelitian ini bertujuan mengetahui kualitas protein ulat sagu (Rhynchophorus papuanus). Ulat sagu dikembangbiakkan pada media batang sagu dengan tiga varietas sagu masing-masing adalah Debet Embyam, Kutu blup, dan Kutu Mamakutu (berdasarkan pengetahuan indigineus etnik Moy). Dilakukan analisis kimiawi untuk mengetahui kadar protein, lemak, air, dan abu. Sedangkan kualitas protein ulat sagu ditentukan dengan penentuan NPR (net protein ratio) dan penentuan nilai kimia asam amino. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ulat sagu mengadung protein dengan kualitas cukup baik, yang diperlihatkan dengan nilai kimia asam amino ulat sagu, masing-masing yang dikembangbiakkan pada Debet Embyam = 97,54%; Kutu blup = 80,77%; dan Kutu Mamakutu = 77,53% dengan asam amino pembatas metionin. Sedangkan nilai NPRnya masing-masing 3,31; 3,16; dan 3,17. Tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap nilai NPR ketiga perlakuan tersebut.Key words: Kualitas protein, ulat sagu, Maribu, Jayapura.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Widjaja, Nur Aisiyah, Roedi Irawan, Meity Ardiana, Meta Herdiana Hanindita, and Rendi Aji Prihaningtyas. "ENERGI, MAKRONUTRIEN, DAN CAROTID INTIMA-MEDIA THICKNESS (CIMT) PADA REMAJA OBESITAS [Energy, Macronutrients, and Carotid Intima-Media Thickness (CIMT) in Obese Adolescents]." Media Gizi Indonesia 15, no. 1 (2020): 22. http://dx.doi.org/10.20473/mgi.v15i1.22-26.

Full text
Abstract:
Obesity prevalence is increasing in adolescents. Subclinical chronic infl ammation in obesity causes complication, such as atherosclerosis. Cardiovascular disease is one of the complications of obesity that causes premature death. Carotid intima-media thickness (CIMT) is a subclinical marker of atherosclerosis which easily performed and noninvasive. Early detection of atherosclerosis can improved outcome. Healthy diet have a negative correlation with CIMT meanwhile high calori diet increase CIMT. This study aimed to examine the eff ect of energy and macronutrients intake on CIMT in obese adolescents. A cross sectional study was conducted on 59 adolescents aged 13-16 years old with obesity in pediatric clinic of Dr. Soetomo General Hospital using consecutive sampling method. Dietary intake was obtained through 1 x 24 hours food recall. Anthropometric measurements include body height and weight. Body Mass Index (BMI) was calculated. Obesity is defi ned as BMI higher than 95th percentile based on age and gender (CDC 2000 curve). CIMT examination was performed using B mode ultrasonography on the neck. Statistical analysis was perfomed using mutiple linear regression to analyze the eff ect of total energy, fat, and carbohydrate on CIMT. There were 59 obese adolescents included in this study, consist of 27 (45.8%) female adolescents and 32 (54.2%) male adolescents. No eff ects of total energy, carbohydrate, and fat on CIMT was found in obese adolescents (p>0.05). Further research with more subjects and at least 2x24 hours food recall are needed to assess the eff ect of calories and macronutrients on CIMT in obese adolescents.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Putri, Endah Budi Permana, Fildzah Karunia Putri, and Siti Sulaiha. "PERBANDINGAN KADAR FLAVONOID DAN VITAMIN C PADA INFUSED WATER GOJI BERRY (Lycium barbarum) DAN AIR NABEEZ KURMA (Phoenix dactylifera L.)." Medical Technology and Public Health Journal 4, no. 1 (2020): 32–37. http://dx.doi.org/10.33086/mtphj.v4i1.1458.

Full text
Abstract:
Latar Belakang: Air merupakan makronutrien yang berperan penting bagi kehidupan manusia, namun beberapa penelitian mendapatkan bahwa konsumsi cairan masih kurang dari 2 Liter per hari. Apabila tubuh tidak mendapatkan cukup air, atau kehilangan air sebanyak 5% saja dari berat badannya maka tubuh akan mengalami dehidrasi. Salah satu cara untuk meningkatkan konsumsi cairan yaitu dengan membuat alternatif minuman selain air putih, seperti infused water dari goji berry dan kurma.Tujuan: Menganalisis perbandingan kadar flavonoid dan vitamin C pada infused water goji berry dan air nabeez kurma. Metode: Jenis penelitian ini adalah eksperimental. Infused water goji berry dibuat dengan cara merendam 15 g goji berry kering dalam 300 ml air selama 12 jam, sedangkan air nabeez kurma dibuat dengan cara merendam 15 g daging kurma ajwa dalam 300 ml air selama 12 jam dan 24 jam. Analisis statistik yang digunakan yaitu uji One Way Anova. Hasil: Ada perbedaan rata-rata kadar flavonoid dimana kadar flavonoid tertinggi terdapat pada infused water goji berry (40,44 mg/L), air nabeez kurma perendaman 24 jam (8,08 mg/L), dan air nabeez kurma perendaman 12 jam (6,83 mg/L). Ada perbedaan rata-rata kadar vitamin C pada infused water goji berry (5,28 mg/ml) dan air nabeez kurma perendaman 12 dan 24 jam (2,64 mg/ml). Kesimpulan: Kadar flavonoid dan vitamin C infused water goji berry lebih tinggi daripada air nabeez kurma perendaman 12 dan 24 jam.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Djauhari, Thontowi. "GIZI DAN 1000 HPK." Saintika Medika 13, no. 2 (2017): 125. http://dx.doi.org/10.22219/sm.v13i2.5554.

Full text
Abstract:
Masalah gizi di Indonesia meliputi masalah kekurangan gizi dan kelebihan gizi. Beban gizi ganda atau Double Burden of Malnutrition (DBM) adalah suatu keadaan ko-eksistensi antara kekurangan gizi dan kelebihan gizi makronutrien maupun mikronutrien di sepanjang kehidupan. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Asupan energi dan zat gizi yang tidak memadai, serta penyakit infeksi merupakan faktor yang sangat berperan terhadap masalah stunting. Pemerintah Indonesia meluncurkan “Gerakan 1.000 Hari Pertama Kehidupan” yang dikenal sebagai 1.000 HPK. (Hari Pertama Kehidupan) Gerakan ini bertujuan mempercepat perbaikan gizi untuk memperbaiki kehidupan anak-anak Indonesia di masa mendatang. Tumbuh kembang anak perlu diperhatikan setelah dua tahun, kerena tumbuh kejar (catch up) masih akan berkembang lagi sampai usia pubertas. Tiga fase dalam tumbuh kembang, fase perlambatan tajam komponen bayi mempresentasikan pada pertumbuhan fetal, fase perlambatan perlahan komponen anak yang dimulai dari paruh kedua masa bayi dan berlanjut sampai maturitas, dan fase pubertas dimana pertumbuhan anak akan berlanjut. Pada tiap fase tersebut regulator hormon berbeda, sehingga intervensi gizi yang diberikan tentunya harus speseifik. Dapat disimpulkan perbaikan dalam tumbuh kembang anak setelah masa gagal tumbuh awal masih bisa diintervensi untuk mencegah gagal tumbuh, sehingga perlu penambahan program 1000 HPK plus untuk mencapai keberhasilan dari program yang telah dicanangkan.Kata Kunci : Stunting, Tumbuh Kejar (Catch Up ), 1000 HPK
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Yulistianingsih, Ari, and Apoina Kartini. "HUBUNGAN ASUPAN ISOFLAVON DENGAN KEJADIAN SINDROMA METABOLIK PADA WANITA MENOPAUSE." Journal of Nutrition College 3, no. 4 (2014): 903–10. http://dx.doi.org/10.14710/jnc.v3i4.6897.

Full text
Abstract:
Latar belakang: Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik dari faktor risiko penyakit jantung, dan menopause dihubungkan dengan peningkatan kejadian sindroma metabolik. Asupan isoflavon merupakan suatu fitoestrogen yang bersifat kardioprotektif. Penurunan konsentrasi indikator stres metabolik oleh isoflavon dapat menjadi salah satu mekanisme dalam mencegah penyakit jantung pada wanita menopause. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan isoflavon dengan kejadian sindroma metabolik pada wanita menopause. Metode: Rancangan penelitian adalah case control yang dilakukan pada 90 wanita menopause usia 45 – 65 tahun di kelurahan Saripan, kabupaten Jepara. Subyek dipilih berdasarkan kriteria inklusi dengan jumlah sampel minimal masing-masing untuk kelompok sebesar 45 subyek. Penentuan sindroma metabolik apabila memiliki ≥ 3 kriteria sindroma metabolik, yaitu lingkar pinggang ≥ 80 cm; tekanan darah ≥ 135/85 mmHg; kadar glukosa darah puasa ≥ 100 mg/dL; kadar trigliserida ≥ 150 mg/dL. Data asupan isoflavon dan makronutrien diperoleh melalui Food Frequency Questionnaire (FFQ), sedangkan data aktivitas fisik diperoleh melalui International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Chi-square.Hasil: Rata-rata asupan isoflavon pada kelompok sindroma metabolik dan pra sindroma metabolik adalah 17,8 mg/hari dan 44 mg/hari. Terdapat hubungan terbalik antara asupan isoflavon dengan sindroma metabolik pada wanita menopause (p=0,000; OR=6,8).Kesimpulan: Asupan isoflavon yang kurang merupakan faktor risiko terhadap peningkatan sindroma metabolik pada wanita menopause dengan besar risiko 6,8 kali.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Restutiwati, Fidi, Etisa Adi Murbawani, and Ayu Rahadiyanti. "KUALITAS DIET, AKTIVITAS FISIK, DAN STATUS GIZI PADA PEROKOK DEWASA AWAL." Journal of Nutrition College 8, no. 3 (2019): 156–63. http://dx.doi.org/10.14710/jnc.v8i3.25805.

Full text
Abstract:
Latar Belakang: Kebiasaan merokok berdampak pada kualitas diet, aktivitas fisik dan status gizi. Rokok mengandung nikotin yang dapat menurunkan nafsu makan dan mengakibatkan penurunan kemampuan kardiorespirasi sehingga mengganggu aktivitas fisik seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas diet dan aktivitas fisik menurut status gizi pada perokok dewasa awal.Metode: Rancangan penelitian ini adalah cross sectional dengan jumlah sampel 59 subjek yang berusia 20-24 tahun. Data meliputi karakteristik subjek, kualitas diet diperoleh dengan metode Semi Quantitative-Food Frequency Questionniare (SQ-FFQ), aktivitas fisik diperoleh dengan metode International Physical Activity Questionnaire-Short Form (IPAQ-SF), dan status gizi diukur menggunakan lingkar pinggang dan/atau Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP). Analisis data dengan uji chi-square, fisher exact.Hasil: Rerata skor kualitas diet subjek yaitu 40,4±8,7 tergolong kualitas diet rendah. Kualitas diet rendah pada subjek digambarkan dengan rendahnya asupan sayur dan buah, tingginya asupan total lemak, lemak jenuh, kolesterol, natrium, rendahnya skor rasio makronutrien dan rasio asam lemak. Rerata aktivitas fisik subjek yaitu 2569,5±1806,5 METs/min/minggu termasuk dalam aktivitas fisik sedang. Hasil uji perbedaan diperoleh kualitas diet menurut status gizi (p=0,564), aktivitas fisik menurut status gizi (p=0,019). Simpulan: Tidak ada perbedaan signifikan kualitas diet menurut status gizi pada perokok dewasa awal (p>0,05). Ada perbedaan signifikan aktivitas fisik menurut status gizi pada perokok dewasa awal (p<0,05).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Hastuti, Afiyah Ratna, and Diana Nur Afifah. "ANALISIS AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, ANALISIS KANDUNGAN GIZI, UJI ORGANOLEPTIK SNACK BAR SESAME SEED DAN TEPUNG LABU KUNING SEBAGAI ALTERNATIF MAKANAN SELINGAN DENGAN TINGGI ANTIOKSIDAN." Journal of Nutrition College 8, no. 4 (2019): 219–30. http://dx.doi.org/10.14710/jnc.v8i4.25835.

Full text
Abstract:
Latar Belakang : Penyakit tidak menural termasuk dislipidemia menjadi masalah yang terus mengalami peningkatan. Hiperlipidemia termasuk dislipidemia mengakibatkan peningkatan produksi reaksi oksigen reaktif (ROS) dan mampu mempengaruhi enzim antioksidan pada reaksi anti-oksidatif serta berperan penting pada respon inflamasi. Snak bar sesame seed dan labu kuning mempunyai kandungan makro dan mikro nutrien yang patut dipertimbangkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis proksimat, aktivitas antioksidan, total fenol, dan tingkat penerimaan snack bar sesame seed dan tepung labu kuning.Metode : Penelitian ini merupakan jenis eksperimental rancangan acak lengkap satu faktorial dengan 3 variasi persentase sesame seed (95%, 90%, dan 85%) dan tepung labu kuning (5%, 10%,dan 15%). Analisis statistik kandungan energi, karbohidrat, lemak, protein, serat, dan air menggunakan one way anova 95% dengan uji lanjut tukey dan kandungan total fenol, abu, dan aktivitas antioksidan menggunakan uji kruskal wallis dengan uji lanjut mann whitney, sedangkan tingkat penerimaan menggunakan kruskal wallisHasil : Kandungan energi dan makronutrien (karbohidrat, protein, lemak) tidak terdapat perbedaan terhadap formulasi snack bar sesame seed dan tepung labu kuning (p>0,05). Terdapat perbedaan kandungan serat, air, abu, aktivitas antioksidan, dan total fenol terhadap formulasi snack bar (p<0,05). Tingkat penerimaan dengan parameter warna, aroma, tekstur, dan rasa tidak terdapat perbedaan (p>0,05).Simpulan: Formulasi snack bar terpilih adalah dengan persentasi 85% sesame seed dan 15% tepung labu kuning.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Tsani, A. Fahmy Arif, Lia Irawati, and Fillah Fithra Dieny. "Pengaruh Faktor Jenis Kelamin dan Status Gizi terhadap Satiety pada Diet Tinggi Lemak." Journal of Nutrition College 7, no. 4 (2018): 203. http://dx.doi.org/10.14710/jnc.v7i4.22281.

Full text
Abstract:
Latar belakang: Obesitas menjadi salah satu permasalahan di berbagai satiety, gender differences negara termasuk Indonesia. Prevalensi obesitas terus meningkat setiap tahunnya serta dapat menjadi sinyal munculnya penyakit-penyakit non infeksi. Faktor diet yaitu pemilihan jenis makanan yang kurang sesuai dengan prinsip gizi seimbang dapat menjadi penyebab obesitas. Komponen makronutrien berbeda dapat menghasilkan efek yang berbeda terhadap satiety.Sehingga, strategi pemilihan makanan dengan zat gizi yang tepat dapat mengurangi resiko obesitas.Selain itu, faktor lain seperti jenis kelamin dan status gizi mungkin juga dapat mempengaruhi tingkat satiety.Tujuan: Mengetahui pengaruh faktor jenis kelamin dan status gizi terhadap satiety pada intervensi diet tinggi lemak.Metode:Desain penelitian eksperimental dengan rancangan pre-postgroup yang membandingkan efek satiety pada 3 jenis diet isokalori: tinggi lemak SFA (minyak kelapa sawit), tinggi lemak MUFA (minyak kanola), dan tinggi lemak PUFA (minyak kacang kedelai).Subjek penelitian 23 orang berusia 18 tahun keatas yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Komponen satiety diukur dengan menggunakan kuesioner VAS (Visual Analogue Scale). Status gizi ditentukan dengan menggunakan indeks IMT Asia Pasifik.Hasil:Terdapat perbedaan tingkat satiety antara subjek perempuan dan laki-laki. Penurunan tingkat hunger (p=0,016) danPFC (p=0,024) pada subjek perempuan lebih tinggi dibandingkan pada subjek laki-laki. Peningkatan nilai fullness pada subjek perempuan lebih besar dibandingkan pada laki-laki (p<0,001). Sementara tingkat satiety pada kelompok berat badan normal dan kelompok obesitas serupa.Simpulan:Tingkat satiety pada intervensi diet tinggi lemak dipengaruhi olehperbedaan jenis kelamin, sedangkan pengaruh status gizi tidak terlihat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Fithra Dieny, Fillah, Nurmasari Widyastuti, Deny Yudi Fitranti, A. Fahmy Arif Tsani, and Firdananda Fikri J. "Profil asupan zat gizi, status gizi, dan status hidrasi berhubungan dengan performa Atlet Sekolah Sepak Bola di Kota Semarang." Indonesian Journal of Human Nutrition 7, no. 2 (2020): 108–19. http://dx.doi.org/10.21776/ub.ijhn.2020.007.02.3.

Full text
Abstract:
Prestasi atlet ditentukan salah satunya oleh performa. Kenyataannya banyak atlet mengalami penurunan stamina dalam waktu yang singkat saat pertandingan. Faktor gizi dan hidrasi atlet sangat berpengaruh dalam mencapai prestasi. Pemain sepakbola seharusnya memiliki indeks massa tubuh normal, komposisi tubuh antara massa otot dan lemak yang proporsional. Tujuan penelitian ini menganalisis profil asupan, status gizi, hidrasi dan performa atlet. Penelitian observasional dengan desain cross-sectional di Sekolah Sepak Bola (SSB) Semarang. Besar sampel sebanyak 111 atlet yang dipilih melalui metode consecutive sampling. Variabel dependen adalah performa atlet yang dinilai berdasarkan VO2Max yang diukur menggunakan metode multistage. Variabel independen adalah status gizi, asupan energi, makronutrien, zat besi, kalsium, asupan cairan dan status hidrasi. Status Gizi dinilai berdasarkan IMT, persen lemak tubuh, dan lingkar pinggang. Data asupan dan c presentase perubahan berat badan. Uji korelasi Spearman dan regresi linear ganda digunakan dalam analisis. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara indeks massa tubuh (p=0,007; r=0,254), persen lemak tubuh (p=0,001; r=0,317), asupan energi (p=0,021; r=0,218), asupan protein (p=0,029; r=0,207), asupan lemak (p=0,018; r=0,224), asupan zat besi (p=0,003; r=0,276), asupan cairan sehari (p=<0,001; r=0,397), asupan cairan sebelum latihan (p==0,02; r=0,22) dan status hidrasi berdasarkan % selisih berat badan (p=0,049; r=0,188) dengan skor VO2Max. simpulan penelitian ini adalah Persen lemak tubuh, asupan cairan sehari, dan lingkar pinggang sangat berhubungan dengan skor VO2Max. Kata kunci: status gizi; profil asupan; asupan cairan; status hidrasi; VO2Max
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Kresnawaty, Irma, Soekarno Mismana Putra, Asmini Budiani, and TW Darmono. "KONVERSI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) MENJADI ARANG HAYATI DAN ASAP CAIR." Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian 14, no. 3 (2018): 171. http://dx.doi.org/10.21082/jpasca.v14n3.2017.171-179.

Full text
Abstract:
Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan salah satu limbah perkebunan yang jumlahnya sangat melimpah. Telah banyak penelitian dilakukan yang bertujuan untuk memanfaatkan limbah ini menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi dan salah satu adalah mengomposkan TKKS tersebut. Teknik pengomposanTKKS yang selama ini memerlukan waktu 2-4 bulan dan pengangkutan produk kompos yang dihasilkan memerlukan biaya yang mahal. Waktu pengomposan yang lama tidak dapat mengatasi permasalahan banyaknya limbah TKKS ini dihasilkan di pabrik (21-23% dari Tandan Buah Segar). Sehingga diperlukan teknik pengolahan limbah yang lebih cepat. Pada penelitian sebelumnya TKKS terbukti dapat dikonversi melalui proses pirolisis yang relatif lebih cepat menjadi arang hayati dan asap cair. Arang hayati memiliki banyak manfaat khususnya untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Selain itu juga dapat memacu aktivitas mikroba tanah, terutama yang berasosiasi dengan akar tanaman dan mampu meningkatkan konservasi unsur hara mudah larut sehingga pencucian hara menjadi minimal. Asap cair selama ini banyak digunakan sebagai bahan pengawet makanan dan penghilang bau pada industri karet. Pada penelitian ini akan dilakukan karakterisasi arang hayati dan asap cair dari TKKS . Dari 6 kg TKKS dapat dihasilkan 1,9 kg arang hayati dan 3,6 L asap cair. Arang hayati TKKS memiliki kadar makronutrien : C 60%; N 1,07%; P 1,29%; K 13,37%; Mg 1,02%; Ca 1,71% dan mikronurien Fe 0,95%; B 31 ppm dan Zn 248 ppm, dengan pH 9. Asap cair yang dihasilkan memiliki pH 3,5 dan dapat dihilangkan kandungan tar-nya dengan pengendapan semalam. Kandungan asap cair ini. mengandung karbonil 2,984 %; turunan fenol 13,169 %; dan asam organik 74,268 %.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Irene, Angela, Syifa Alkaf, Eka Febri Zulissetiana, Fatimah Usman, and Veny Larasaty. "Hubungan Pola Makan dengan Risiko Terjadinya Sindrom Ovarium Polikistik pada Remaja." Sriwijaya Journal of Medicine 3, no. 1 (2020): 65–72. http://dx.doi.org/10.32539/sjm.v3i1.141.

Full text
Abstract:
Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK) merupakan gangguan endokrin yang paling umum terjadi pada wanita dengan konsekuensi luas yang memengaruhi setiap aspek kehidupan wanita, dengan angka kejadian SOPK pada remaja kurang lebih 11-26%. Lebih dari 50% pasien SOPK dikaitkan dengan sindrom metabolik termasuk obesitas, resistensi insulin, dan dislipidemia.Penelitian-penelitian terdahulu mengatakan bahwa pola makan memerankan peranan penting sebagai faktor risiko terjadinya SOPK pada remaja. Maka dari itu pengaturan pola makan sangat penting untuk memperbaiki gangguan hormonal dan efek jangka panjang akibat SOPK, sehingga perlu dilakukan analisis lebih lanjut mengenai hubungan pola makan dengan risiko terjadinya SOPK pada remaja yang berusia 15-19 tahun di Kota Palembang. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain potong-lintang. Data yang diambil merupakan data primer pada remaja berusia 15-19 tahun di Kota Palembang. Pengambilan data pola makan pada responden dilakukan dengan kuesioner food recall. Perhitungan kalori dan makronutrien menggunakan software nutrisurvey. Diagnosis SOPK ditegakkan dengan temuan dua dari tiga kriteria Rotterdam. Dari total 150 sampel, sebagian besar dengan siklus menstruasi normal, IMT yang overweight/obese, intake kalori, konsumsi karbohidrat, dan lemak yang berlebih, konsumsi protein yang cukup, serta konsumsi serat yang kurang. Terdapat sebanyak 38 sampel (25,3%) dengan kejadian SOPK. Sampel yang mengalami SOPK, sebagian besar dengan IMT yang overweight/obese (p<0,05), intakekalori, konsumsi karbohidrat, protein, lemak yang berlebih (p<0,05), serta konsumsi serat yang kurang (p>0,05). Terdapat hubungan yang bermakna antara intakekalori, konsumsi karbohidrat, protein, dan lemak yang berlebih, serta konsumsi serat yang kurang dan risiko terjadinya Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK) pada remaja yang berusia 15-19 tahun di Kota Palembang.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Retnaningrum, Garnis, and Fillah Fithra Dieny. "KUALITAS DIET DAN AKTIVITAS FISIK PADA REMAJA OBESITAS DAN NON OBESITAS." Journal of Nutrition College 4, no. 4 (2015): 469–79. http://dx.doi.org/10.14710/jnc.v4i4.10150.

Full text
Abstract:
Latar Belakang: Obesitas pada remaja disebabkan oleh rendahnya kualitas diet yang digambarkan melalui asupan makanan yang tidak sesuai dengan rekomendasi, sedangkan aktivitas fisik (pengeluaran energi) sangat minimal. Tujuan: menganalisis pengaruh kualitas diet dan aktivitas fisik terhadap status obesitas remaja.Metode: Penelitian observasional dengan pendekatan case control melibatkan 112 subjek di SMP Nasima, SMP Al Azhar 14, dan 23 Semarang. Subjek terdiri dari 56 remaja obesitas dan 56 remaja non obesitas usia 13-15 tahun yang dipilih melalui proportional random sampling dan dilakukan matching terhadap jenis kelamin dan asal sekolah. Data yang dikumpulkan meliputi identitas sampel, persen lemak tubuh, kualitas diet, dan aktivitas fisik. Persen lemak tubuh diukur menggunakan Bioelectrical Impedance Analysis (BIA), kualitas diet diperoleh melalui formulir Diet Quality Index- International (DQI-I), dan aktivitas fisik menggunakan kuesioner International Physical Activity Questionnaire-short form (IPAQ-short form). Uji chi square untuk menganalisis hubungan kualitas diet dan aktivitas fisik terhadap status obesitas. Uji regresi logistik untuk menganalisis variabel yang paling berpengaruh terhadap status obesitas.Hasil: Sebagian besar remaja obesitas (96.4%) dan non obesitas (64.3%) memiliki kualitas diet rendah. Kualitas diet rendah pada remaja non obesitas digambarkan dengan rendahnya asupan serat dan mikronutrien, tingginya asupan lemak jenuh dan adanya ketidakseimbangan proporsi makronutrien dan asam lemak, sementara pada remaja obesitas ditambah dengan tingginya asupan energi, karbohidrat, lemak, kolestrol, dan makanan rendah zat gizi. Sebanyak 73.2% remaja obesitas juga memiliki aktivitas fisik yang rendah, sementara remaja non obesitas yang memiliki aktivitas fisik rendah hanya 23.2%. Remaja dengan kualitas diet rendah dan aktivitas fisik rendah masing-masing memiliki risiko 10.4 dan 7.2 kali lebih besar untuk mengalami obesitas.Simpulan: Kualitas diet yang rendah dan aktivitas fisik yang rendah berpengaruh terhadap status obesitas pada remaja.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Syamsunarno, Mas Rizky A. A., Dinar F. Agustin, Neni Anggraeni, and Nia Kania. "Effect of Fish Oil, Virgin Coconut Oil, and Used-Cooking Oil Consumption on Hematological Profile in Mice." Indonesian Journal of Clinical Pharmacy 9, no. 2 (2020): 137. http://dx.doi.org/10.15416/ijcp.2020.9.2.137.

Full text
Abstract:
Humans require macronutrients and micronutrients to fulfill daily energy requirements, and triglyceride is a notable example, belonging to the fat family. This is particularly consumed frequently, and is composed of glycerol, and the fatty acid, specifically differentiated into unsaturated, saturated, trans, and cis forms. Furthermore, these constituents are known to play many roles in the body, including in the hematopoietic process. This involves oxidation and consequently stem cell differentiation into many blood cells in long-term, although the effect short-term is currently unknown. The study aimed, therefore, to investigate the effect of short-term intake of different fatty acid types on hematological profile in an animal model, conducted at the Animal Laboratory, Universitas Padjadjaran in October 2018. In addition, each group comprised 6 mice, orally administered distilled water as control (Group A), fish oil (Group B), virgin coconut oil (Group C), and used-cooking oil (Group D), at a dose of 5 μl/g body weight/day for 2 weeks. Subsequently, analysis was performed using blood measurement with hematology analyzer. The results showed lower white blood cell (WBC) count in Group B compared to D (p<0.05), alongside lymphocyte count (p<0.01). Moreover, the WBC in Group C was lower than D (p<0.01), also observed in lymphocyte count (p<0.001), % lymphocyte (p<0.01), while the % granulocyte count was higher than group D (p<0.01). Therefore, the highest total leukocyte and lymphocyte number among the other groups, as well as higher percentage of differential lymphocyte count was observed with mice provided with used-cooking oil compared to coconut oil, alongside a lower percentage of differential granulocyte count (p<0.05). However, fatty acid intake in group A, B, C, and D had no significant impact on RBC and platelet parameters. In conclusion, used-cooking oil induces a change in hematological profiles compared to fish oil and virgin coconut oil, featuring the increased total white blood cells and lymphocyte, as well as reduced % granulocyte.Keywords: Fatty acid, hematological profile, leucocyte Efek Pemberian Minyak Ikan, Minyak Kelapa Murni, dan Minyak Jelantah Terhadap Profil Hematologi MencitAbstrakManusia membutuhkan makronutrien dan mikronutrien untuk memenuhi kebutuhan energi harian. Salah satu sumber makronutrien adalah trigliserida yang merupakan salah satu jenis lemak yang paling sering dikonsumsi. Senyawa ini tersusun atas asam lemak dan gliserol. Terdapat banyak jenis asam lemak seperti asam lemak jenuh, asam lemak tidak jenuh, asam lemak trans, dan asam lemak cis. Rantai asam lemak memiliki banyak peran dalam tubuh, salah satunya adalah hematopoiesis sel stem. Pada konsumsi lemak jangka panjang, hematopoiesis ini terjadi melalui oksidasi asam lemak yang selanjutnya akan menstimulasi diferensiasi sel stem menjadi sel-sel darah di perifer, tetapi efeknya dalam jangka pendek belum diketahui. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi efek jangka pendek dari konsumsi berbagai jenis asam lemak terhadap profil hematologi mencit yang dilakukan di Laboratorium Hewan, Universitas Padjadjaran pada Oktober 2018. Mencit diberikan air suling sebagai kontrol (Grup A), minyak ikan (Grup B), minyak kelapa murni (Grup C), dan minyak jelantah (Grup D) dengan dosis 5μl/g berat badan/hari secara oral selama dua minggu. Profil hematologi diukur menggunakan hematology analyzer. Hasilnya, grup B memiliki jumlah leukosit lebih rendah dibandingkan grup D (p<0,05) dan limfosit yang lebih rendah dibandingkan grup D (p<0,01). Grup C memiliki jumlah leukosit lebih rendah dibandingkan grup D (p<0,01), jumlah limfosit yang lebih rendah dibandingkan grup D (p<0,001), % limfosit lebih rendah dibanding grup D (p<0,01), dan % granulosit lebih tinggi dibanding grup D (p<0,01). Selain itu, konsumsi asam lemak pada grup A, B, C, dan D tidak memengaruhi indeks RBC dan platelet secara signifikan. Sebagai simpulan, minyak jelantah memberikan efek terhadap perubahan profil hematologi mencit dibandingkan minyak ikan dan minyak kelapa murni, yaitu meningkatkan leukosit dan limfosit dan menurunkan % granulosit.Kata kunci: Asam lemak, leukosit, profil hematologi
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Suryanis, Ira, Dian Eka Nursyam, and Diane Marlin. "PREDIKTOR PPREEKLAMPSI BERAT DITINJAU DARI KADAR ZINK RAMBUT, TEKANAN DARAH, PROTEIN URIN DAN BERAT BADAN." Jurnal Kebidanan Malahayati 6, no. 1 (2020): 121–31. http://dx.doi.org/10.33024/jkm.v6i1.2343.

Full text
Abstract:
ABSTRAK Latar Belakang Preeklampsia adalah komplikasi utama dalam kehamilan dan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan 16% kematian yang disebabkan oleh preeklampsia di negara-negara berkembang (Cunningham, 2014). Angka kematian ibu yang disebabkan oleh hipertensi, PE dan eklamsi di Sumatera Barat yaitu sekitar 44,8% dan terus mengalami peningkatan. Selama kehamilan akan ada perubahan metabolisme ibu, perubahan ini diperlukan untuk perkembangan janin. Ketidakcukupan makronutrien dan mikronutrien dapat mengganggu kehamilan dan hasil kehamilan yang buruk (Maria T et al, 2014; Kanagal DV et al, 2014). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat digunakan sebagai prediktor terjadinya preeklamsia berat pada wanita hamil dengan preeklamsia ringan pada usia kehamilan ≥ 34 minggu (PEAL), variabel yang diteliti adalah Zink Rambut, Tekanan Darah, Berat Badan , Protein dan diukur dua kali pada saat penelitian Metode Penelitian ini menggunakan desain kohort, penelitian dilakukan di layanan kesehatan di Bidan Praktek Mandiri dan pusat kesehatan masyarakat di Kota Padang. Sampel penelitian ini adalah wanita hamil yang datang ke layanan kesehatan kota Padang diikuti sampai melahirkan dan melakukan dua pemeriksaan dengan kriteria inklusi: usia kehamilan ≥ 34 minggu, janin tunggal, tekanan darah ≥ 140/90 dan proteinuria (+1) pada tes dipstick Hasil Dalam tabel 1.1 dapat dilihat bahwa tingkat Zinc Rambut rata-rata pada wanita hamil preeklampsia adalah 210,317 ± 66,7ng / ml. Berat badan ibu rata-rata adalah 1,7 ± 0,78 dan skor rata-rata Protein 1 adalah 1,00 ± 0,00, rata-rata Sistolik adalah 131 ± 3,05 dan Diastole adalah 90,0 ± 0,00 Kesimpulan Ada korelasi antara protein urin, berat badan, tekanan darah diastole pada tubuh pada preeklamsia berat Saran Dengan diketahui prediktor preeklamsi yang memiliki hubungan yang seperti protein urin, berat badan dan tekanan darah dengan terjadinya preeklamsi, diharapkan kepada tenaga kesehatan dapat mengunakan variabel tersebut sebagai deteksi dini dan marker dalam kasus preeklamsi . Kata Kunci: Berat Badan, Tekanan Darah, Protein, PEAL, Zink
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Legiran, Legiran. "Obesitas dan pengeroposan tulang, Bagaimana hubungannya?" Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya 5, no. 2 (2018): 66–71. http://dx.doi.org/10.32539/jkk.v5i2.6127.

Full text
Abstract:
Latar Belakang: Penelitian tentang hubungan obesitas dan pengeroposan tulang telah banyak dilakukan dan secara epidemiologik menunjukkan obesitas berhubungan dengan peningkatan massa tulang. Penelitian lainnya menemukan bahwa obesitas menjadi faktor risiko terjadinya osteoporosis. Berat badan lebih dianggap sebagai faktor protektif bagi terjadinya proses pengeroposan tulang terutama pada wanita pascamenopause akibat dipertahankannya kadar estrogen selama masa menopause. Bagaimana hubungan obesitas dalam menghambat terjadinya proses pengeroposan tulang?Tujuan: Mendiskusikan hubungan obesitas sebagai faktor protektif proses pengeroposan tulang.Isi: Tulang sebagai bagian dari rangka tubuh manusia memiliki fungsi utama sebagai kerangka yang keras untuk mendukung, melindungi, dan memudahkan fungsi jaringan lunak. Jika ukuran rangka semua orang sama berapapun berat badannya, pasti beberapa tulang akan kesulitan memenuhi tugasnya dan akan tidak menguntungkan jika rangka yang ada secara signifikan lebih berat dari kebutuhannya. Pada individu yang gemuk maka dibutuhkan rangka yang lebih kuat dibanding kurus. Ini secara sederhana ingin menyebutkan bahwa gemuk memiliki hubungan dengan rangka. Penelitian membuktikan bahwa obesitas berhubungan dengan peningkatan kadar adipokin-adipokin seperti leptin, adinopektin, visfatin, resistin, apelin, dan lainnya yang dapat berpengaruh terhadap makronutrien metabolisme dan selanjutnya adipokin-adipokin tersebut mungkin saja berinteraksi dengan modulator energy jangka panjang seperti insulin. Hal ini masih belum bisa diungkap hubungan erat antara obesitas, hormon-hormon yang dipengaruhinya, dan efek fisiologi yang ditimbulkan. Obesitas dapat menguntungkan bagi kesehatan tulang karena efek mekanik dari berat badan pada pembentukan tulang karena obesitas berkaitan dengan inflamasi kronik dimana terjadi peningkatan sitokin proinflamasi di jaringan dan sirkulasi yang dapat meningkatkan aktivitas osteoklas dan resorpsi tulang melalui modifikasi receptor activator nuclear kappa B, RANK Ligand, dan Osteoprotegerin (RANK/RANKL/OPG) pathway. Obesitas juga dapat menjadi sebuah mekanisme patofisiologi berupa efek metabolic toksik asam lemak bebas dan adipokin yang berpengaruh pada metabolisme tulang.Kesimpulan: Obesitas mungkin berhubungan dengan penghambatan proses pengeroposan tulang dan sebaliknya obesitas mungkin juga menjadi faktor yang menyebabkan pengeroposan tulang. Nyatanya proses pengeroposan tulang sangat dipengaruhi baik oleh faktor genetik dan faktor lingkungan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Alfitasari, Ayu, Fillah Fithra Dieny, Martha Ardiaria, and A. Fahmi Arif Tsani. "PERBEDAAN ASUPAN ENERGI, MAKRONUTRIEN, STATUS GIZI, DAN VO2 MAKS ANTARA ATLET SEPAK BOLA ASRAMA DAN NON ASRAMA [The Differences of Energy, Macronutrient Intake, Nutritional Status, and VO2 Max between Boarding and Non-Boarding Football Athletes] ." Media Gizi Indonesia 14, no. 1 (2019): 14. http://dx.doi.org/10.20473/mgi.v14i1.14-26.

Full text
Abstract:
Football athletes require high-quality physical fitness that affects achievement. Nutritional status was the outcome of dietary intake and can influence physical fitness. Athletes who boarded have an organized eating arrangement, so the dietary intake is more assured. The objective of this study was to analyze the differences of energy, macronutrients intake, nutritional status, and V2 max between boarding and nonboarding football athletes aged 13 - 18 years. A cross-sectional study was done in 32 people who divided into two groups (boarding and non-boarding football athletes).The collected datas included food intake using 6x24 hoursfood recalls, height using microtoise, weight using digital scales, BMI for Age using WHO Anthro Plus, body fat percentage using Bioelectrical Impedance Analysis, VO2 max using Cooper Test 2.4 km. Nutrient values were analyzed using NutriSurvey. Statistical analysis using Independent TTest. There were significant differences between energy and macronutrient intake (p=0.001), body fat percentage (p=0.004), and VO2 max score (p=0.001) of boarding and non-boarding athletes. Energy and macronutrient intake of boarding and non-boarding athletes were still in the deficient category; however, the average nutritional intake of boarding athletes were still higher than non-boarding athletes. Most nutritional status of athletes based on BMI/Age were in normal category (87.5% in boarding athletes and 62.5% in non-boarding athletes). There was no over in non-boarding athlete. However, there were 12.5% of boarding athletes in the over fat category. 25% of non-boarding athletes were in the under fat category, while in boarding athletes, none of athlete in under fat category. 62.5% boarding athletes had VO2 max score at a very good level, while 87.5% of non boarding athletes were in enough category. There were significant differences between energy and macronutrient intake, body fat percentage, and VO2 max score between boarding and non-boarding football athletes.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Ulya, Saniyatul, Sri Sedjati, and Ervia Yudiati. "Kandungan Protein Spirulina platensis Pada Media Kultur Dengan Konsentrasi Nitrat (KNO3 ) Yang Berbeda." BULETIN OSEANOGRAFI MARINA 7, no. 2 (2018): 98. http://dx.doi.org/10.14710/buloma.v7i2.20109.

Full text
Abstract:
Spirulina platensis merupakan mikroalga hijau biru yang mengandung nutrisi protein tinggi sehingga banyak digunakan sebagai pakan alami. Pertumbuhan dan kandungan protein mikroalga dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pemberian makronutrien pada media kultur mikroalga. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pertumbuhan dan kandungan protein pada mikroalga S. platensis dengan pemberian konsentrasi nitrat yang berbeda. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak blok dengan tiga kali pengulangan. Perlakuan konsentrasi nitrat berbeda yang diberikan adalah 50 ppm, 100 ppm, dan 150 ppm. Perhitungan kepadatan dan pengukuran parameter kualitas air dilakukan setiap hari. Pemanenan dilakukan pada hari ke – empat. Kadar prorein dianalisis dengan menggunakan metode Kjedahl. Hasil penelitian pertumbuhan S. platensis menunjukkan nilai kepadatan sel S. platensis tertinggi pada hari ke – empat berada pada perlakuan C dengan konsentrasi nitrat 150 ppm (169,58 . 103 sel/mm3). Hasil analisis ANOVA menunjukkan bahwa konsentrasi nitrat berpengaruh terhadap pertumbuhan S. platensis (p < 0,05) namun perbedaan konsentrasi nitrat tidak berpengaruh pada kadar protein (p ≥ 0,05). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa konsentrasi nitrat yang ditambahkan pada media kultur S. platensis berpengaruh terhadap pertumbuhan S. platensis namun tidak berpengaruh pada kandungan proteinnya. Protein Content of Spirulina platensis in Different Culture Media with Nitrate (KNO3) Concentration Spirulina platensis is green-blue microalgae that contain high protein nutrient and could be used as natural food. Growth and protein content of microalgae are influenced by several factors and one of those is giving macronutrient to microalgae’s culture medium. The purpose of this research is to compare the growth and protein content of the S. platensis with different nitrate consentrations.The research design used was a completely randomized block design with three repetitions. The different nitrate concentration treatments were 50 ppm, 100 ppm and 150 ppm. Determination of density and water quality measurement parameters was done on daily basis. Spirulina platensis was harvested done on fourth day of culture. Protein levels were analyzed by Kjedahl method. The result of the S. platensis growth that the highest density on day fourth in C treatment with 150 ppm nitrate consentration (169,58 . 103 sel/mm3). The result of ANOVA analysis show that the concentration of nitrate affected on S. platensis growth (p < 0,05) but the difference of nitrate concentration wasn’t affected in protein analysis (p ≥ 0,05). Based on the result of this research, it can be concluded that the concentration of nitrate added to the S. platensis culture medium effectively and improved the growth of S. platensis but had no effect on the protein content.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Sudiarmanto, Andri Rahmad, and Sri Sumarmi. "Hubungan Asupan Kalsium dan Zink dengan Kejadian Stunting Pada Siswi SMP Unggulan Bina Insani Surabaya." Media Gizi Kesmas 9, no. 1 (2020): 1. http://dx.doi.org/10.20473/mgk.v9i1.2020.1-9.

Full text
Abstract:
Latar Belakang: Remaja merupakan salah satu kelompok rawan terhadap stunting karena remaja beresiko mengalami defisiensi asupan makanan baik makronutrien maupun mikronutrien. Defisiensi asupan kalsium dan zink yang merupakan mikronutrien penting bagi pertumbuhan adalah faktor resiko stunting. Stunting pada masa remaja ini akan menurunkan kapasitas dan produktivitas kerja serta dapat meningkatkan resiko kematian ibu pada saat melahirkan.Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan asupan kalsium dan asupan zink dengan kejadian stunting pada siswi SMP Unggulan Bina Insani Surabaya.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Dengan besar sampel 68 orang yang diambil secara acak sederhana. Pengumpulan data menggunakan pengukuran tinggi badan, food recall 2x24 jam. Data dianalisis menggunakanare teknik analisis deskriptif dan uji korelasi Kendall’s-Tau serta uji ANCOVA.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan responden yang mengalami stunting sebesar 22,1% dan 77,9% normal, rata-rata nilai Z-score 1,13 ± 0,94. Tingkat konsumsi asupan kalsium cukup sebesar 7.4% dan 92.6% asupannya kurang, dengan rata-rata asupan sebesar 336,7 ± 326,2 mg/hari. Tingkat konsumsi asupan zink cukup sebesar 5.9% dan 94.1% asupannya kurang, dengan rata-rata asupan sebesar 5,7 ± 3,0 mg/hari. Tidak ada hubungan antara asupan kalsium (r=0.072;p=0.385), asupan zink (r=0.124;p=0.138), asupan kalsium dan zink (p=0,478) dengan kejadian stunting.Kesimpulan: Asupan kalsium dan zink tidak berhubungan dengan kejadian stunting pada siswi SMP Unggulan Bina Insani Surabaya. Agar dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai, siswi dapat melakukan pemantauan status gizinya secara rutin serta berperilaku hidup bersih dan sehat.ABSTRACTBackground: Adolescence is a vulnerable stunting group because adolescents are at risk of macronutrient or micronutrients intake deficiency. Calcium and zinc intake deficiency are vital micronutrients for the growth factor and the risk of stunting. Stunting in adolescence will reduce the work capacity and productivity and increase the risk of maternal death in childbirth.Objectives: This study was aimed to analyze the correlation between calcium, zinc intake and stunting prevalence on SMP Unggulan Bina Insani Surabaya schoolgirls.Methods: The research was a cross sectional study with quantitative approach. The sample size was 68 schoolgirls, were taken by simple random sampling. The data were collected by measuring height, food recall 2x24 hours. Analysis of data used in descriptive, Kendall’s-Tau and ANCOVA Test.Results: The results showed the proportion of respondents who experienced stunting 22% and normal 78%, with Zscore average at 1,13 ± 0,94. The consumption rate of calcium intake was sufficient at 7,4% and insufficient at 92,6%, with an average at 336,7 ± 326,2 mg/day. The consumption rate of zinc intake was sufficient at 5,9% and insufficient at 94,1%, with an average at 5,7 ± 3,0 mg/day. There is no relationship between the calcium intake (r=0.072;p=0.385), zinc intake (r=0.124;p=0.138), calcium and zinc intake (p=0,478) with the stunting prevalence.Conclusions: The intake of calcium and zinc doesn’t related to the stunting prevalence of the schoolgirls. The scoolgirls should to regularly monitor their nutritional status and behave in clean and healthy life, in order to achieve appropriate growth and development
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Kurniasari, Ratih. "Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) pada Masa Pandemi Covid-19." JURNAL ABDIMAS KESEHATAN TASIKMALAYA 1, no. 02 (2020): 9–13. http://dx.doi.org/10.48186/abdimas.v1i02.286.

Full text
Abstract:
Pada awal 2020, Indonesia dikejutkan dengan mewabahnya pneumonia baru yang bermula dari Wuhan, Provinsi Hubei yang kemudian menyebar dengan cepat ke lebih dari 190 negara dan teritori. Wabah ini diberi nama coronavirus disease 2019 (COVID-19) yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Penyebaran penyakit ini telah memberikan dampak luas secara sosial dan ekonomi. Saat ini, penyebaran SARS-CoV-2 dari manusiake manusia menjadi sumber transmisi utama sehingga penyebaran menjadi lebih agresif. Transmisi SARS-CoV-2 dari pasien simptomatik terjadi melalui droplet yang keluar saat berbicara, batuk atau bersin.Pada masa pandemic covid-19 banyak orang tua khawatir menyiapkan MP-ASI yang tepat untuk bayi terutama untuk memilih bahan makanan yang meningkatkan imunitas bayi dan anak ketika diberlakukannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi yang diberikan pada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain ASI (Departemen Kesehatan RI, 2006). Menurut ASDI, MP-ASI merupakan makanan atau minuman selain ASI yang mengandung zat gizi yang diberikan kepada bayi selama periode penyapihan (complementary feeding)yaitu pada saat makanan/minuman lain diberikan bersama pemberian ASI.Proses optimalisasi tumbuh kembang dan pertumbuhan otak terjadi pada dua tahun awal kehidupan (Window of Opportunity). Adapun awal kehidupan yang rentan dengan berbagai masalah gizi, terjadi pada dua tahun awal kehidupan, perlu memperhatikan makanan lanjutan setelah ASI yaitu MP-ASI (Laurensi, 2017). MP-ASI yang tepat dan baik merupakan makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi sehingga bayi dan anak dapat tumbuh kembang dengan optimal (Black C et al, 2013). Salah satu penyebab terjadinya gangguan tumbuh kembang bayi dan anak usia 6-24 bulan di Indonesia adalah rendahnya mutu MP-ASI dan ketidaksesuaian waktu serta gizi yang diberikan sehingga beberapa zat gizi tidak dapat memenuhi kebutuhan energi.WHO mengeluarkan rekomendasi mengenai pemberian MP ASI yang meliputi 4 syarat, yaitu: pertama tepat waktu (timely), artinya MP ASI harus diberikan saat ASI eksklusif sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan zat gizi bayi. Syarat kedua adala adekuat, artinya MP ASI memiliki kandungan energi, protein, dan mikronutrien yang dapat memenuhi kebutuhan makronutrien dan mikronutrien bayi sesuai usianya. Makanan utama harus mengandung karbohidrat, protein hewani, protein10nabati, lemak dan vitamin serta mineral. Perlu dipastikan juga bahwa MP ASI harus mengandung zat besi yang memang sangat diperlukan oleh bayi. Karena kandungan zat besi dalam ASI pada saat usia 6 bulan sudah sangat sedikit kandungannya sehingga otomatis tidak bisa memenuhi kebutuhan bayi. Makanan berserat berupa sayur dan buah hanya perlu diberikan sedikit saja karena porsi yang besar bisa menghambat penyerapan zat besi.Syarat ketiga adalah aman, artinya MP ASI disiapkan dan disimpan dengan cara cara yang higienis, diberikan menggunakan tangan dan peralatan makan yang bersih, memisahkan makanan yang mentah dengan yang matang, menggunakan sumber air yang bersih serta cara memasak yang benar dan penyimpanan makanan pada suhu yang tepat. Syarat terakhir adalah diberikan dengan responsive feeding artinya MP ASI diberikan dengan memperhatikan sinyal rasa lapar dan kenyang seorang anak. Frekuensi makan dan metode pemberian makan harus dapat mendorong anak untuk mengonsumsi makanan secara aktif dalam jumlah yang cukup menggunakan tangan, sendok, atau makan sendiri (disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan seorang anak).Menurut Heryanto (2017) bahwa hambatan utama tercapainya ASI Eksklusif dan pemanfaatan ASI yang benar adalah karena kurangnya pengetahuan yang benar tentang MP-ASI. Pemberian MP-ASI dengan tepat dan benar akan mendukung tumbuh kembang bayi baik kognitif, psikomotorik dan menumbuhkan kebiasaan makan yang baik. Pemberian MP-ASI dini mempengaruhi tingkat kecerdasan anak setelah usia dewasa dan memicu terjadinya penyakit obesitas, hipertensi dan penyakit jantung koroner
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography