Academic literature on the topic 'Maskulinities'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the lists of relevant articles, books, theses, conference reports, and other scholarly sources on the topic 'Maskulinities.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Journal articles on the topic "Maskulinities"

1

Pratiwi, Mulyani, Yoki Yusanto, and Husnan Nurjuman. "Konstruksi Maskulinitas Perempuan Melawan Tindak Kekerasan pada Film Thriller." KOMUNIKA 8, no. 2 (2021): 138–49. http://dx.doi.org/10.22236/komunika.v8i1.5670.

Full text
Abstract:
Di tengah konstruksi yang berlangsung di masyarakat tentang perempuan sebagai makhluk yang indah dengan karakter lemah lembut, manja, dan situasi memburuknya berbagai tindak kekerasan dengan memposisikan perempuan sebagai korban, Film Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak justru hadir dengan sebuah konstruksi tentang maskulinitas perempuan. Tulisan ini menggambarkan suatu riset yang bertujuan untuk mengetahui konstruksi maskulinitas perempuan dalam melawan tindak kekerasan terhadap perempuan. Penelitian tersebut merupakan suatu analisis semiotika terhadap berbagai adegan dan dialog dalam film Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak karya Mouly Surya dengan pendekatan kualitatif yang kemudian dibedah dengan analisis yang dilandasi teori Konstruksi Sosial Realita pemikiran Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Kajian dalam penelitian ini juga menghubungkan antara proses konstruksi realitas yang terjadi melalui film ini dengan fenoemena maraknya tindak kekerasan yang terjadi pada perempuan. Hasil penelitian yang dapat diidentifikasi antara lain 1) Film Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak telah mengkonstruksi maskulinitas perempuan dengan beberapa karakter, antara lain a) bersikap tenang, b) mandiri, c) keberanian, d) sedikit bicara, e) berpikir praktis dan simpel, f) woman power. 2) Maskulintas Perempuan sebagai realitas objektif yang dimunculkan dalam film Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak merupakan bagian dari suatu proses eksternalisasi sebagai bagian dari Konstruksi realitas. Eksternalisasi berupa interaksi sutradara dan pembuat film dengan realitas a) gagasan kesetaraan gender, b) fenomena kekerasan terhadap perempuan, c) konsep maskulinitias. 3) Konstruksi maskulinitas perempuan pada film Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak merupakan suatu konstruksi yang mencoba menghapus konstruksi sebelumnya tentang perempuan sebagai makhluk yang lemah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Myren-Svelstad, Per Esben. "Sapfisk maskulinitet." Edda 105, no. 03 (2018): 234–47. http://dx.doi.org/10.18261/issn.1500-1989-2018-03-05.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Bjørkman, Mari. "Inkluderende maskulinitet." Tidsskrift for Den norske legeforening 133, no. 7 (2013): 775. http://dx.doi.org/10.4045/tidsskr.13.0077.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Respati, Bawuk. "“Doumo. Boku desu.”: Negosiasi Maskulinitas dalam Citra Idola Sakurai Sho." Jurnal Seni Nasional Cikini 5, no. 2 (2020): 6–21. http://dx.doi.org/10.52969/jsnc.v5i2.79.

Full text
Abstract:
Idola laki-laki Jepang dapat dipandang sebagai sebuah bentuk manifestasi dari ide mengenai maskulinitas yang dapat ditemukan dalam masyarakat Jepang. Citra seorang idola adalah sesuatu yang kompleks, maka nilai-nilai maskulinitas yang dimanifestasikan pun kompleks. Hal ini tercermin dalam citra Sakurai Sho, anggota grup idola Arashi, yang tidak hanya tampil dalam konteks dirinya sebagai seorang idola, dengan menggelar konser, tetapi juga bekerja rutin sebagai seorang newscaster dalam sebuah acara berita televisi. Dengan merujuk kepada konsep mengenai maskulinitas hegemonik, yang terwujud dalam sosok salaryman di Jepang, serta konsep mengenai performa gender idola laki-laki yang dinilai sebagai bentuk alternatif dari maskulinitas di Jepang, ditemukan bahwa dalam konstruksi citra Sakurai Sho, terdapat proses negosiasi antara nilai-nilai maskulinitas dominan dengan nilai-nilai maskulinitas alternatif. Negosiasi tersebut terutama muncul dalam hubungan intertekstual antara sejumlah teks media yang membentuk citra Sakurai Sho secara keseluruhan. Negosiasi dalam intertekstualitas ini menunjukkan bahwa maskulinitas bukanlah entitas yang tetap.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Fathinah, Ezzah, Aquarini Priyatna, and Muhamad Adji. "MASKULINITAS BARU DALAM IKLAN KOSMETIK KOREA: ETUDE HOUSE DAN TONYMOLY." Patanjala : Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya 9, no. 2 (2017): 213. http://dx.doi.org/10.30959/patanjala.v9i2.3.

Full text
Abstract:
Penelitian ini membahas maskulinitas dalam iklan produk kecantikan korea Etude House dan TonyMoly. Iklan-iklan ini menampilkan laki-laki cantik yang merawat diri dan mementingkan penampilan. Laki-laki tersebut ditampilkan ramah dan membawa atribusi ‘cantik’, yang digemari serta diidolakan beberapa kelompok perempuan tertentu di Indonesia. Hal ini sangat berbeda dengan konsep maskulinitas yang menjadi standar ideal konstruksi sosial budaya di Indonesia, yang cenderung kaku, kuat dan otoriter. Artikel ini berargumentasi bahwa kecenderungan itu juga dipengaruhi media, salah satunya iklan, sehingga representasi serta opini publik mengenai maskulinitas hegemonik terrekonstruksi. Penelitian ini menggunakan pendekatan semiotika Barthes, dengan mengkaji tanda-tanda pada iklan di dalam data tekstual mau pun visual. Dari data yang dianalisis, ditemukan adanya maskulinitas baru yang bersifat lebih cair, di mana laki-laki tidak harus mengikuti standar ideal maskulinitas hegemonik.Kata kunci: maskulinitas, laki-laki, iklan, kosmetik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Michaelsen, Jette Joost, and Maria Kristiansen. "Maskulinitet og sygdom." Nordisk sygeplejeforskning 7, no. 03 (2017): 182–94. http://dx.doi.org/10.18261/issn.1892-2686-2017-03-02.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Susanti, Dwi, and Moch Imron Rosyidi. "Konstruksi Relasi Seksual Laki-laki Di Indonesia dalam Film." MEDIALOG: Jurnal Ilmu Komunikasi 3, no. 2 (2020): 65–84. http://dx.doi.org/10.35326/medialog.v3i2.698.

Full text
Abstract:
Perkembangan industri film di Indonesia menempatkan perempuan yang pada mulanya berada dalam layar, bergerak hingga ke belakang layar. Perempuan mengambil peran penting sebagai produser, penulis naskah dan sutradara. Nia Dinata merupakan salah satu perempuan yang memulai karirnya di baliklayar dan menyutradarai film Arisan ! Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep hegemoni maskulinitas yang selama ini telah dipakai pemerintah dalam mengkonstruksi bentuk-bentuk maskulinitas di Indonesia. Konstruksi maskulinitas tersebut terdapat pada film-film yang diproduksi melalui dengan figur bapak sebagai tokoh sentral dalam keluarga.. Perspektif Women’s Cinemajuga digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan penggunaan kacamata perempuan dalam merepresentasikan maskulinitas melalui sebuah film.
 Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan paradigma konstruktivistik. Teknik analisis data yang digunakan yakni semiotika Pierce yang bersumber pada segitiga semiotik yakni, Sign, Interpretantdan Object.Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat representasi maskulinitas plural. Ada tiga bentuk maskulinitas yang terdapat dalam film tersebut. Yang pertama,adalah fatherhood.Yang kedua, adalah laki-laki jenis baru, atau new man. Yang terakhir dan menjadi fokus dalam penelitian ini, adalah maskulinitas dan relasi seksual. Film Arisan!merepresentasikan hubungan seksual sesama jenis atau homoseksual ke dalam citra yang positif. Hubungan Nino dan Sakti yang mendapatkan dukungan dari teman-teman serta keluarganya, bahkan Nino dan Sakti berani dan bangga coming out tentang identitas seksual mereka.
 Kata Kunci: Relasi Seksual, Semiotika, Representasi Maskulinitas
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Irsyad Ibrahim, Alfi. "MASKULINITAS DALAM NOVEL KELUARGA PERMANA KARYA RAMADHAN K.H. (THE MASCULINITY IN THE RAMADHAN K.H ‘S NOVEL : “KELUARGA PERMANA”)." METASASTRA: Jurnal Penelitian Sastra 6, no. 2 (2016): 1. http://dx.doi.org/10.26610/metasastra.2013.v6i2.1-16.

Full text
Abstract:
Tulisan ini membahas maskulinitas dalam novel Keluarga Permana karya Ramadhan K.H. Penganalisisan lebih dahulu diawali dengan asumsi bahwa novel Keluarga Permana mengandung maskulinitas yang diwakili oleh tokoh Permana. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah maskulinitas dari Connell dan Figes. Teori ini menjelaskan bagaimana maskulinitas terbentuk dari maskulinitas dan femininitas lainnya dalam konteks sosial yang melingkupinya. Teori ini juga mengungkapkan bahwa tidak hanya perempuan yang ter-opresi dalam konteks patriarkat, tetapi laki-laki juga disadari atau tidak terbebani oleh konteks sosial tersebut. Dalam hal ini, maskulinitas Permana terbentuk dari maskulinitas dan femininitas tokoh-tokoh lainnya dalam konteks sosial patriarkat. Hasil penelitian atas novel ini membuktikan bahwa maskulinitas Permana terbelenggu oleh konteks sosial patriarkat sehingga mengalami perubahan.Abstract:This paper attempts to describe masculinity in the Ramadhan K.H’s ’s work entitling Keluarga Permana. The Analysis is begun with the assumption that the Keluarga Permana con- tains masculinity represented by the character of Permana. The theory used in this study is the masculinity theory given by Connell and Figes. The theory explains how the masculinity are formed from other masculinity and femininity in the surrounding social context. This theory also reveal that not only are women in the context of patriarchal oppression, but also men are burdened by the social context. In this case, Permana’s masculinity are formed from other characters of masculinity and femininity in the patriarchal social context. The results of the research prove that Permana’s masculinity was bounded by patriarchal social context in order to get a change.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Fauzi, Eka Perwitasari. "Konstruksi Sosial Soft Masculinity dalam Budaya Pop Korea." Jurnal Ilmu Komunikasi 19, no. 1 (2021): 127. http://dx.doi.org/10.31315/jik.v19i1.3687.

Full text
Abstract:
Budaya memengaruhi pemaknaan terhadap konsep maskulinitas melalui sistem kepercayaan, nilai-nilai dan perilaku. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sudut pandang Generasi Y dalam memandang konsep soft masculinity yang bertentangan dengan hegemoni maskulinitas di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah fenomenologi dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam semi tersturuktur dengan delapan informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa delapan informan informan menerima konsep soft masculinity melalui proses konstruksi sosial media massa. Proses eksternalisasi berupa adaptasi dengan konsep gender terjadi melalui konsumsi media. Objektifikasi karakteristik tender charisma, politeness, dan purity terjadi ketika informan melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya dan nilai budaya lokal. Internalisasi konsep soft maskulinity berupa penerimaan nilai maskulinitas baru dan dijadikan sebagai pemahaman baru dalam memandang konsep maskulinitas. Hasil penelitian ini memperkuat asumsi bahwa media sebagai agen budaya memiliki peran penting dalam melakukan konstruksi sosial nilai-nilai maskulinitas baru. Substansi penelitian ini memberikan kontribusi berupa rekomendasi terkait maskulinitas yang terbentuk sebagai hasil konstruksi sosial oleh media, dan dijadikan sebagai perspektif baru dalam memandang konsep gender di masyarakat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Ulya, Chafit, Bagus Wahyu Setyawan, Else Liliani, and Elen Inderasari. "Relasi Laki-laki dan Perempuan dalam Konstruksi Maskulinitas Jawa pada Lagu Dangdut Koplo." Mudra Jurnal Seni Budaya 36, no. 3 (2021): 271–79. http://dx.doi.org/10.31091/mudra.v36i3.1342.

Full text
Abstract:
Modernisasi telah memberikan perubahan besar pada struktur kehidupan manusia, termasuk relasi laki-laki dan perempuan dalam kehidupan berkeluarga. Perubahan ini melahirkan konsep baru tentang maskulinitas, terutama yang ditemukan pada lagu dangdut koplo dari Jawa Timur. Maka, penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan bagaimanakah bentuk relasi laki-laki dan perempuan dalam konstruksi maskulinitas Jawa pada lagu dangdut koplo? Metode deskriptif kualitatif digunakan dan memanfaatkan konsep maskulinitas sebagaimana dikemukakan oleh Janet Saltzman Chafetz. Chafetz menggambarkan tujuh wilayah maskulinitas tradisional pada budaya barat: fisik, fungsional, seksual, emosional, intelektual, interpersonal, dan sifat pribadi lain. Penulis artikel ini menyimpulkan bahwa lagu dangdut koplo Jawa menggambarkan relasi laki-laki dan perempuan dalam tiga dimensi maskulinitas: fungsional, emosional, dan intelektual. Dimensi fungsional memerankan laki-laki pada peran sebagai pencari nafkah; dan dimensi emosional sebagai memiliki ketenangan dan kematangan emosional yang tinggi; sedangkan dimensi intelektual menghadirkan sosok laki-laki dengan pemikiran yang logis, rasional, dan praktis.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
More sources
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography