To see the other types of publications on this topic, follow the link: Maskulinities.

Journal articles on the topic 'Maskulinities'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Maskulinities.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Pratiwi, Mulyani, Yoki Yusanto, and Husnan Nurjuman. "Konstruksi Maskulinitas Perempuan Melawan Tindak Kekerasan pada Film Thriller." KOMUNIKA 8, no. 2 (2021): 138–49. http://dx.doi.org/10.22236/komunika.v8i1.5670.

Full text
Abstract:
Di tengah konstruksi yang berlangsung di masyarakat tentang perempuan sebagai makhluk yang indah dengan karakter lemah lembut, manja, dan situasi memburuknya berbagai tindak kekerasan dengan memposisikan perempuan sebagai korban, Film Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak justru hadir dengan sebuah konstruksi tentang maskulinitas perempuan. Tulisan ini menggambarkan suatu riset yang bertujuan untuk mengetahui konstruksi maskulinitas perempuan dalam melawan tindak kekerasan terhadap perempuan. Penelitian tersebut merupakan suatu analisis semiotika terhadap berbagai adegan dan dialog dalam film Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak karya Mouly Surya dengan pendekatan kualitatif yang kemudian dibedah dengan analisis yang dilandasi teori Konstruksi Sosial Realita pemikiran Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Kajian dalam penelitian ini juga menghubungkan antara proses konstruksi realitas yang terjadi melalui film ini dengan fenoemena maraknya tindak kekerasan yang terjadi pada perempuan. Hasil penelitian yang dapat diidentifikasi antara lain 1) Film Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak telah mengkonstruksi maskulinitas perempuan dengan beberapa karakter, antara lain a) bersikap tenang, b) mandiri, c) keberanian, d) sedikit bicara, e) berpikir praktis dan simpel, f) woman power. 2) Maskulintas Perempuan sebagai realitas objektif yang dimunculkan dalam film Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak merupakan bagian dari suatu proses eksternalisasi sebagai bagian dari Konstruksi realitas. Eksternalisasi berupa interaksi sutradara dan pembuat film dengan realitas a) gagasan kesetaraan gender, b) fenomena kekerasan terhadap perempuan, c) konsep maskulinitias. 3) Konstruksi maskulinitas perempuan pada film Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak merupakan suatu konstruksi yang mencoba menghapus konstruksi sebelumnya tentang perempuan sebagai makhluk yang lemah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Myren-Svelstad, Per Esben. "Sapfisk maskulinitet." Edda 105, no. 03 (2018): 234–47. http://dx.doi.org/10.18261/issn.1500-1989-2018-03-05.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Bjørkman, Mari. "Inkluderende maskulinitet." Tidsskrift for Den norske legeforening 133, no. 7 (2013): 775. http://dx.doi.org/10.4045/tidsskr.13.0077.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Respati, Bawuk. "“Doumo. Boku desu.”: Negosiasi Maskulinitas dalam Citra Idola Sakurai Sho." Jurnal Seni Nasional Cikini 5, no. 2 (2020): 6–21. http://dx.doi.org/10.52969/jsnc.v5i2.79.

Full text
Abstract:
Idola laki-laki Jepang dapat dipandang sebagai sebuah bentuk manifestasi dari ide mengenai maskulinitas yang dapat ditemukan dalam masyarakat Jepang. Citra seorang idola adalah sesuatu yang kompleks, maka nilai-nilai maskulinitas yang dimanifestasikan pun kompleks. Hal ini tercermin dalam citra Sakurai Sho, anggota grup idola Arashi, yang tidak hanya tampil dalam konteks dirinya sebagai seorang idola, dengan menggelar konser, tetapi juga bekerja rutin sebagai seorang newscaster dalam sebuah acara berita televisi. Dengan merujuk kepada konsep mengenai maskulinitas hegemonik, yang terwujud dalam sosok salaryman di Jepang, serta konsep mengenai performa gender idola laki-laki yang dinilai sebagai bentuk alternatif dari maskulinitas di Jepang, ditemukan bahwa dalam konstruksi citra Sakurai Sho, terdapat proses negosiasi antara nilai-nilai maskulinitas dominan dengan nilai-nilai maskulinitas alternatif. Negosiasi tersebut terutama muncul dalam hubungan intertekstual antara sejumlah teks media yang membentuk citra Sakurai Sho secara keseluruhan. Negosiasi dalam intertekstualitas ini menunjukkan bahwa maskulinitas bukanlah entitas yang tetap.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Fathinah, Ezzah, Aquarini Priyatna, and Muhamad Adji. "MASKULINITAS BARU DALAM IKLAN KOSMETIK KOREA: ETUDE HOUSE DAN TONYMOLY." Patanjala : Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya 9, no. 2 (2017): 213. http://dx.doi.org/10.30959/patanjala.v9i2.3.

Full text
Abstract:
Penelitian ini membahas maskulinitas dalam iklan produk kecantikan korea Etude House dan TonyMoly. Iklan-iklan ini menampilkan laki-laki cantik yang merawat diri dan mementingkan penampilan. Laki-laki tersebut ditampilkan ramah dan membawa atribusi ‘cantik’, yang digemari serta diidolakan beberapa kelompok perempuan tertentu di Indonesia. Hal ini sangat berbeda dengan konsep maskulinitas yang menjadi standar ideal konstruksi sosial budaya di Indonesia, yang cenderung kaku, kuat dan otoriter. Artikel ini berargumentasi bahwa kecenderungan itu juga dipengaruhi media, salah satunya iklan, sehingga representasi serta opini publik mengenai maskulinitas hegemonik terrekonstruksi. Penelitian ini menggunakan pendekatan semiotika Barthes, dengan mengkaji tanda-tanda pada iklan di dalam data tekstual mau pun visual. Dari data yang dianalisis, ditemukan adanya maskulinitas baru yang bersifat lebih cair, di mana laki-laki tidak harus mengikuti standar ideal maskulinitas hegemonik.Kata kunci: maskulinitas, laki-laki, iklan, kosmetik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Michaelsen, Jette Joost, and Maria Kristiansen. "Maskulinitet og sygdom." Nordisk sygeplejeforskning 7, no. 03 (2017): 182–94. http://dx.doi.org/10.18261/issn.1892-2686-2017-03-02.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Susanti, Dwi, and Moch Imron Rosyidi. "Konstruksi Relasi Seksual Laki-laki Di Indonesia dalam Film." MEDIALOG: Jurnal Ilmu Komunikasi 3, no. 2 (2020): 65–84. http://dx.doi.org/10.35326/medialog.v3i2.698.

Full text
Abstract:
Perkembangan industri film di Indonesia menempatkan perempuan yang pada mulanya berada dalam layar, bergerak hingga ke belakang layar. Perempuan mengambil peran penting sebagai produser, penulis naskah dan sutradara. Nia Dinata merupakan salah satu perempuan yang memulai karirnya di baliklayar dan menyutradarai film Arisan ! Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep hegemoni maskulinitas yang selama ini telah dipakai pemerintah dalam mengkonstruksi bentuk-bentuk maskulinitas di Indonesia. Konstruksi maskulinitas tersebut terdapat pada film-film yang diproduksi melalui dengan figur bapak sebagai tokoh sentral dalam keluarga.. Perspektif Women’s Cinemajuga digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan penggunaan kacamata perempuan dalam merepresentasikan maskulinitas melalui sebuah film.
 Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan paradigma konstruktivistik. Teknik analisis data yang digunakan yakni semiotika Pierce yang bersumber pada segitiga semiotik yakni, Sign, Interpretantdan Object.Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat representasi maskulinitas plural. Ada tiga bentuk maskulinitas yang terdapat dalam film tersebut. Yang pertama,adalah fatherhood.Yang kedua, adalah laki-laki jenis baru, atau new man. Yang terakhir dan menjadi fokus dalam penelitian ini, adalah maskulinitas dan relasi seksual. Film Arisan!merepresentasikan hubungan seksual sesama jenis atau homoseksual ke dalam citra yang positif. Hubungan Nino dan Sakti yang mendapatkan dukungan dari teman-teman serta keluarganya, bahkan Nino dan Sakti berani dan bangga coming out tentang identitas seksual mereka.
 Kata Kunci: Relasi Seksual, Semiotika, Representasi Maskulinitas
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Irsyad Ibrahim, Alfi. "MASKULINITAS DALAM NOVEL KELUARGA PERMANA KARYA RAMADHAN K.H. (THE MASCULINITY IN THE RAMADHAN K.H ‘S NOVEL : “KELUARGA PERMANA”)." METASASTRA: Jurnal Penelitian Sastra 6, no. 2 (2016): 1. http://dx.doi.org/10.26610/metasastra.2013.v6i2.1-16.

Full text
Abstract:
Tulisan ini membahas maskulinitas dalam novel Keluarga Permana karya Ramadhan K.H. Penganalisisan lebih dahulu diawali dengan asumsi bahwa novel Keluarga Permana mengandung maskulinitas yang diwakili oleh tokoh Permana. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah maskulinitas dari Connell dan Figes. Teori ini menjelaskan bagaimana maskulinitas terbentuk dari maskulinitas dan femininitas lainnya dalam konteks sosial yang melingkupinya. Teori ini juga mengungkapkan bahwa tidak hanya perempuan yang ter-opresi dalam konteks patriarkat, tetapi laki-laki juga disadari atau tidak terbebani oleh konteks sosial tersebut. Dalam hal ini, maskulinitas Permana terbentuk dari maskulinitas dan femininitas tokoh-tokoh lainnya dalam konteks sosial patriarkat. Hasil penelitian atas novel ini membuktikan bahwa maskulinitas Permana terbelenggu oleh konteks sosial patriarkat sehingga mengalami perubahan.Abstract:This paper attempts to describe masculinity in the Ramadhan K.H’s ’s work entitling Keluarga Permana. The Analysis is begun with the assumption that the Keluarga Permana con- tains masculinity represented by the character of Permana. The theory used in this study is the masculinity theory given by Connell and Figes. The theory explains how the masculinity are formed from other masculinity and femininity in the surrounding social context. This theory also reveal that not only are women in the context of patriarchal oppression, but also men are burdened by the social context. In this case, Permana’s masculinity are formed from other characters of masculinity and femininity in the patriarchal social context. The results of the research prove that Permana’s masculinity was bounded by patriarchal social context in order to get a change.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Fauzi, Eka Perwitasari. "Konstruksi Sosial Soft Masculinity dalam Budaya Pop Korea." Jurnal Ilmu Komunikasi 19, no. 1 (2021): 127. http://dx.doi.org/10.31315/jik.v19i1.3687.

Full text
Abstract:
Budaya memengaruhi pemaknaan terhadap konsep maskulinitas melalui sistem kepercayaan, nilai-nilai dan perilaku. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sudut pandang Generasi Y dalam memandang konsep soft masculinity yang bertentangan dengan hegemoni maskulinitas di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah fenomenologi dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam semi tersturuktur dengan delapan informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa delapan informan informan menerima konsep soft masculinity melalui proses konstruksi sosial media massa. Proses eksternalisasi berupa adaptasi dengan konsep gender terjadi melalui konsumsi media. Objektifikasi karakteristik tender charisma, politeness, dan purity terjadi ketika informan melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya dan nilai budaya lokal. Internalisasi konsep soft maskulinity berupa penerimaan nilai maskulinitas baru dan dijadikan sebagai pemahaman baru dalam memandang konsep maskulinitas. Hasil penelitian ini memperkuat asumsi bahwa media sebagai agen budaya memiliki peran penting dalam melakukan konstruksi sosial nilai-nilai maskulinitas baru. Substansi penelitian ini memberikan kontribusi berupa rekomendasi terkait maskulinitas yang terbentuk sebagai hasil konstruksi sosial oleh media, dan dijadikan sebagai perspektif baru dalam memandang konsep gender di masyarakat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Ulya, Chafit, Bagus Wahyu Setyawan, Else Liliani, and Elen Inderasari. "Relasi Laki-laki dan Perempuan dalam Konstruksi Maskulinitas Jawa pada Lagu Dangdut Koplo." Mudra Jurnal Seni Budaya 36, no. 3 (2021): 271–79. http://dx.doi.org/10.31091/mudra.v36i3.1342.

Full text
Abstract:
Modernisasi telah memberikan perubahan besar pada struktur kehidupan manusia, termasuk relasi laki-laki dan perempuan dalam kehidupan berkeluarga. Perubahan ini melahirkan konsep baru tentang maskulinitas, terutama yang ditemukan pada lagu dangdut koplo dari Jawa Timur. Maka, penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan bagaimanakah bentuk relasi laki-laki dan perempuan dalam konstruksi maskulinitas Jawa pada lagu dangdut koplo? Metode deskriptif kualitatif digunakan dan memanfaatkan konsep maskulinitas sebagaimana dikemukakan oleh Janet Saltzman Chafetz. Chafetz menggambarkan tujuh wilayah maskulinitas tradisional pada budaya barat: fisik, fungsional, seksual, emosional, intelektual, interpersonal, dan sifat pribadi lain. Penulis artikel ini menyimpulkan bahwa lagu dangdut koplo Jawa menggambarkan relasi laki-laki dan perempuan dalam tiga dimensi maskulinitas: fungsional, emosional, dan intelektual. Dimensi fungsional memerankan laki-laki pada peran sebagai pencari nafkah; dan dimensi emosional sebagai memiliki ketenangan dan kematangan emosional yang tinggi; sedangkan dimensi intelektual menghadirkan sosok laki-laki dengan pemikiran yang logis, rasional, dan praktis.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Ryoningrat, Ratih, and Yohanes Kartika Herdiyanto. "Hubungan intensitas menonton film porno terhadap maskulinitas remaja laki-laki di Bali." Jurnal Psikologi Udayana 6, no. 01 (2019): 11. http://dx.doi.org/10.24843/jpu.2019.v06.i01.p02.

Full text
Abstract:
Masa remaja sebagai periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Remaja ingin mengetahui banyak hal serta ingin selalu mencoba berbagai hal baru dan ingin mengetahui berbagai informasi tentang seksualitas, karena berhubungan dengan perubahan dan perkembangan aspek fisiologis yang dialaminya. Oleh karena itu, pada masa ini, remaja mulai tertarik untuk mengeksplorasi pengetahuan tentang seksualitas dari berbagai macam sumber, termasuk mengaksesnya dari pornografi salah satunya film porno karena dianggap lebih membangkitkan gairah seksual remaja. Selain itu film porno juga memengaruhi konsep “maskulinitas” ketika remaja ingin menunjukkan pengetahuan dan keahlian yang dimilikinya dan ingin di akui oleh teman sebayanya. Maskulinitas adalah peran gender, kedudukan, perilaku, dan bentuk konstruksi kelelakian terhadap laki-laki yang dihubungkan dengan kualitas seksual kemudian dibentuk oleh kebudayaan (Barker, 2001). Maskulinitas yang tinggi juga ditemukan pada budaya yang menganut garis keturunan patrilineal yang mengganggap posisi laki-laki lebih dominan dibandingkan perempuan dalam segala hal. Darwin (2001) mengemukakan bahwa timbulnya “maskulinitas yang tinggi” pada budaya patriarki karena adanya anggapan bahwa laki-laki menjadi sejati jika berhasil menunjukkan kekuasaannya atas perempuan. Berdasarkan pemaparan diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan intensitas menonton film porno terhadap maskulinitas remaja laki-laki di Bali
 Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan subjek sejumlah 243 remaja laki-laki pada rentang usia 15-18 tahun dan tengah menempuh pendidikan di SMAN Bali yang dipilih dengan menggunakan teknik probability sampling yaitu cluster sampling. Instrumen penelitian ada dua, yaitu skala intensitas menonton film porno (r= 0,925) dan skala sifat maskulinitas (r= 0.882). Metode analisis data menggunakan korelasi product moment dengan hasil signifikansi sebesar 0,136 (p>0,05), sehingga kesimpulan penelitian ini yaitu tidak terdapat hubungan intensitas menonton film porno terhadap maskulinitas remaja laki-laki di Bali.
 
 Kata kunci: Intensitas menonton film porno, maskulinitas, remaja Bali.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Ernawati, Arni, and Rustono Farady Marta. "Balutan Identitas Maskulin pada Pengguna Tato dari Perspektif Fenomenologi Levinas." Mudra Jurnal Seni Budaya 35, no. 3 (2020): 296–307. http://dx.doi.org/10.31091/mudra.v35i3.1039.

Full text
Abstract:
Maskulinitas merupakan identitas yang berharga terkhusus bagi seorang laki-laki, tak heran banyak dari laki-laki mencoba berbagai cara untuk mengekspresikan maskulinitas mereka. Tato dianggap sebagai salah satu simbol maskulinitas bagi laki-laki. Tato dapat menjadi representasi identitas dan ekspresi seseorang, banyak dari laki-laki mengekspresikan diri mereka dengan simbol-simbol tato yang dilukis ditubuh mereka. Tato dalam pandangan masyarakat memiliki makna yang beragam, dalam beberapa komunitas masyarakat adat di Indonesia tato bahkan menjadi budaya yang sarat dengan pesan hidup sementara di masyarakat modern tato selain penyampai pesan juga sebagai unsur yang memiliki nilai estetika tersendiri. Simbol maskulinitas berupa tato dianggap memiliki nilai seni yang tinggi dan nilai pesan yang sangat baik untuk mengekpresikan pesan maskulin seseorang.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Reinicke, Kenneth. "Arbejdsliv, maskulinitet og karrieredilemmaer." Tidsskrift for Arbejdsliv 12, no. 2 (2010): 036–53. http://dx.doi.org/10.7146/tfa.v12i2.108861.

Full text
Abstract:
For at forstå mænds udfordringer og faldgruber på arbejdsmarkedet i dag kræves et indblik i arbejdets historiske udvikling og specielt oprindelsen til den tætte forbindelse mellem mænd og lønarbejde. arbejdslivs. og arbejdsmarkedsforskningen har dog ofte set bort fra kønsdimensionen, og den del af forskningen, som har problematiseret kønnet, har i stor udstrækning fokuseret på kvinders position på arbejdsmarkedet. Det er overraskende, når man tænker på, hvor stor en del af mænds liv, der netop er knyttet til deres handlinger på arbejdsmarkedet, og hvor stor en del af maskuliniteten, som er grundlagt gennem arbejdet. For at komme denne uoverensstemmelse til livs analyserer artiklen de substantielle bevægelser og forandringer, som har fundet sted med mænd og maskuliniteten på arbejdsmarkedet. Hovedargumentet i artiklen er, at mænd stadigvæk efterlever traditionelle mandlige dyder om forsørgelse, men at der er sket brud og åbninger, som afstedkommer, at mænd ikke udelukkende søger bekræftelse på deres identitet gennem præstationer på arbejdsmarkedet.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Søgaard, Thomas Friis. "Maskulinitet og emotionelt kantarbejde." Tidsskrift for Arbejdsliv 20, no. 2 (2018): 10–24. http://dx.doi.org/10.7146/tfa.v20i2.108183.

Full text
Abstract:
Vestlige storbyer har siden 1970’erne oplevet en massiv vækst i den alkoholbaserede fest- og nattelivsøkonomi. Transformationen af den indre storbys nat til en fest- og forbrugszone har afstedkommet voksende problemer med uorden, vold og kriminalitet. Barer og natklubber ansætter derfor ofte dørmænd til at ekskludere urolige personer, der anses som en trussel mod beværtningernes generering af økonomisk profit. Set i lyset af at dørmænd, i deres forsøg på at regulere nattelivets urolige kroppe, ofte selv er udsat for vold og trusler, trækker denne artikel på nyere maskulinitetsforskning og Lyngs teori om ’kantarbejde’ til at belyse, hvad der får mænd til at give sig i kast med dette risikofyldte og emotionelt udfordrende arbejde. Artiklen giver ydermere et indblik i, hvordan (dør)mænds maskulinitetskonstruktioner og forsøg på at håndtere voldsrelaterede risici og frygt er centrale elementer i skabelsen af profit i den kapitalistiske nattelivsøkonomi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Sari, Vita. "MASKULINITAS IDEAL MELALUI IKLAN “FACIAL WASH” PRIA DI STASIUN TV INDONESIA." Sasando : Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pengajarannya Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Pancasakti Tegal 2, no. 1 (2019): 173–80. http://dx.doi.org/10.24905/sasando.v2i1.48.

Full text
Abstract:
Persepsi bahwa maskulinitas itu relatif bebas dari nilai-nilai ideal yang menghegemoni menyebabkan timbulnya anggapan bahwa konsep maskulinitas itu terbebas dari norma-norma sosial yang bersifat membatasi. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan hegemoni dan representatif maskulinitas ideal dilihat dari iklan facial wash pria. Kajian penelitian yang digunakan adalah pendekatan iklan sebagai teks atau wacana.
 Maskulinitas ideal yang dibentuk oleh media masa, yaitu lelaki yang memiliki sifat baik, sopan, ramah, setia, dan romantis. Lelaki ideal juga dituntut memiliki jiwa petualang, pemberani, dan merawat diri guna mempertahankan penampilan. Selain itu lelaki ideal adalah lelaki yang memiliki wujud fisik berupa wajah yang bersih, bebas jerawat, bebas minya, memiliki alis yang tebal, hidung yang manjung, tatapan mata yang tajam, dan rahang yang kuat, serta lelaki ideal adalah lelaki yang memiliki tubuh tegap dan berotot.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Aulia, Burhanuddin. "MASKULINITAS DALAM PUISI PASAR MALAM SRIWEDARI, SOLO: SEMIOTIK MICHAEL RIFATTERE." Lakon : Jurnal Kajian Sastra dan Budaya 7, no. 1 (2018): 27. http://dx.doi.org/10.20473/lakon.v7i1.19716.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna yang terkandung dalam puisi Pasarmalam Sriwedari, Solo karya W.S. Rendra. Makna puisi digunakan untuk menjelaskan maskulinitas. Metode yang digunakan adalah deskriptif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu semiotik Michael Riffaterre. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan adanya makna yang berkaitan dengan maskulinitas dalam puisi melalui empat cara, yaitu ekspresi tidak langsung, heuristik dan hermeneutik, matriks, model, dan varian, dan hipogram intertekstual. Dari empat cara tersebut, ditemukan makna maskulinitas dalam puisi berupa kritik sosial tentang moral masyarakat yang tidak baik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Kyed, Morten. "Ambulancearbejde, sikkerhed og maskuline rekonfigurationer: Etnografiske fortællinger om kulturelle praksisser under forandring." Dansk Sociologi 25, no. 3 (2014): 69–90. http://dx.doi.org/10.22439/dansoc.v25i3.4876.

Full text
Abstract:
Trods den vedvarende kønnede ulighed i forekomsten af arbejdsulykker og
 utallige studiers beskrivelser af sammenhæng mellem maskulinitet og risikoadfærd,
 har kun ganske få studier undersøgt sammenhængen mellem mænds
 køns- og sikkerhedspraksis på arbejde. Baseret på 575 timers etnografisk feltarbejde
 og 20 interviews med mandlige ambulancereddere belyser denne
 artikel nogle centrale sammenhænge mellem mandlige ambulanceredderes
 maskulinitets- og sikkerhedspraksis. Artiklen viser, hvordan mandlige ambulancereddere
 bl.a. praktiserer sikkerhed ved at positionere sig i opposition
 til en kollektiv fortælling om fortidens ”John Wayne- og Tarzan Syndrom”.
 Undertiden udtrykkes denne symbolske skillelinje mellem traditionel og moderne
 maskulinitetspraksis eksplicit, men oftest forekommer den implicit i
 de mandlige ambulanceredderes kulturelle praksis. Denne kulturelle sikkerheds/
 maskulinitets-rekonfiguration indebærer bl.a., at de mandlige ambulancereddere
 eksplicit tager afstand fra den maskuline helterolle, som medierne
 tilskriver dem. En anden måde, opgøret med den tidligere maskulinitetspraksis
 træder frem i det empiriske materiale, er gennem reddernes udbredte
 fremhævelse af det, jeg kalder et ”forløsningsfællesskab” i forbindelse med
 kollegial bearbejdning af barske ambulanceopgaver.
 
 
 ENGELSK ABSTRACT:
 
 Morten Kyed: Emergency Medical Ambulance Work, Safety and Masculine Reconfigurations: Ethnographic Tales about Cultural Practices Undergoing Change
 
 Despite the continuing gendered inequality in the incidence of work-related
 accidents, and countless descriptions of the relationship between masculinity
 and risk behavior, few studies have examined the relation between male
 gender and safety practices at work. Based on 575 hours of ethnographic
 fieldwork and 20 interviews with male EMTs, this article explores some key
 associations between masculinity and safety practices among male EMTs in
 Denmark. The article shows how male EMTs practice safety by positioning
 themselves in opposition to a collective narrative of the past: The ”John Wayne and Tarzan Syndrome”. Sometimes this is expressed explicitly in symbolic
 boundaries between traditional and modern masculinity practice, but mostly
 it is expressed implicitly in the male EMTs’ cultural practices. This cultural
 safety/masculinity reconfiguration involves, inter alia, that the male EMTs explicitly
 reject the masculine heroic role the media attribute to them. Another
 way of breaking with former masculinity practices that emerges in the empirical
 material is the widespread emphasis on what I call a ”community of relief”
 in the context of collegial processing of harsh ambulance experiences.
 
 Keywords: masculinity, safety, practice, ambulance work.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Alsyouf, Amjad. "HEGEMONIC MASCULINITY IN ARCHETYPAL AFRICAN NOVELS." INFORMASI 48, no. 2 (2018): 169–79. http://dx.doi.org/10.21831/informasi.v48i2.21657.

Full text
Abstract:
The study attempts to examine the concept of hegemonic masculinity in Tayeb Salih's Season of Migration to the North (1966) and Chinua Achebe’s Things Fall Apart (1958). To achieve that it deals with two concerns. First, it tackles the process of development of masculinity attempting to identify hegemonic masculinity among other stages within this process. Secondly, it investigates hegemonic masculinity as a concept occasionally occurs in popular African fiction with emphasis placed on its presence in Salih's Season of Migration to the North and Achebe’s Things Fall Apart. The research concludes with a recommendation to focus more research efforts on literature that deals with hypermasculinity, the stage succeeding hegemonic masculinity, as it needs immediate consideration due to its critical impact on contemporary world and audience.HEGEMONI MASKULINITAS DALAM NOVEL-NOVEL ARCHETYPAL AFRICANPenelitian yang bertujuan untuk mengkaji konsep mengenai hegemoni maskulinitas di Tayeb Salih’s Season of Migration to The North (1996) dan Chinua Achebe’s Things Fall Apart (1958) ini berfokus pada dua hal. Pertama, mengkaji proses perkembangan maskulinitas untuk mengidentifikasi hegemoni maskulinitas. Kedua, menginvestigasi hegemoni maskulinitas sebagai sebuah konsep yang selalu muncul dalam karya-karya fiksi afrika dengan penekanan pada Salih’s Season of Migration to The North and Achebe’s Things Fall Apart. Penelitian ini memberikan simpulan dan rekomendasi pada fokus penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan hipermaskulinitas, seperti suksesnya hegemoni maskulinitas yang perlu dipertimbangkan penelitiannya karena dampak yang kritis dari dunia dan audiens saat ini.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Purwanti, Mia. "REPRENSENTASI MASKULINITAS DALAM CERITA RAKYAT JAMBI BUKIT PERAK." Journal of Language and Literature 6, no. 1 (2018): 18–28. http://dx.doi.org/10.35760/jll.2018.v6i1.2480.

Full text
Abstract:
Penelitian ini merupakan kajian tekstual yang bertujuan untuk menganalisis representasi maskulinitas dalam cerita rakyat Jambi, Bukit Perak. Sumber data penelitian adalah buku bacaan cerita rakyat yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Penelitian menggunkan metode kualitatif untuk mencari kualitas maskulinitas yang tereprensentasikan pada cerita rakyat dan masa tersebut. Teori representasi Stuart Hall menjadi landasan teori penelitian yang didukung oleh konsep tujuh area maskulinitas menurut Janet Saltzman Chafetz. Hasil penelitian menunjukan tujuh area maskulinitas tersebut, terepresentasikan didalam cerita rakyat Jambi, Bukit Perak yakni: 1). penampilan fisik: bertubuh tegap, tampan dan gagah berani; 2). fungsional: memposisikan dirinya sebagai pencari nafkah atau penyedia; 3). agresif seksual: menarik lawan jenis, agresif, bertutur kata hangat, dan perhatian; 4). emosi: dapat mengontrol emosi dan mengutarakan keinginannya dengan baik dan bijaksana; 5). intelektual: pemikiran rasional, cerdas, mampu merencanakan dan memecahkan masalah; 6). interpersonal: memimpin, tegas, peduli, bertanggung jawab dan mendominasi; 7). karakter personal lainnya: pelindung, khawatir terhadap sosok perempuan, kompetitif, dan berjiwa petualang.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Widyawati, Mega, and Eggy Fajar Andalas. "Dinamika Maskulinitas dan Nasionalisme Masyarakat Jawa Di Era Majapahit." Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial 4, no. 2 (2020): 116–29. http://dx.doi.org/10.22219/satwika.v4i2.14288.

Full text
Abstract:
Maskulinitas dan nasionalisme selama ini menggambarkan fenomena di mana konsepsi negara atau bangsa, termasuk bagian dari kedaulatan dan identitas yang berkontribusi dalam kaitannya dengan peran gender. Artinya, mikrokultur maskulinitas dalam kehidupan sehari-hari mengartikulasikan dengan sangat baik dengan tuntutan nasionalisme. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk maskulinitas dan nasionalisme yang beroperasi pada kultur masyarakat Jawa dahulu, tepatnya pada era Kerajaan Majapahit. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Sumber data penelitian berupa novel Jayaning Majapahit (2014) karya Agus S. Soerono. Teknik pengumpulan data memakai teknik baca-catat. Analisis data dilakukan dengan menyajikan data, menginterpretasi data, dan menarik kesimpulan berdasarkan tujuan yang dinyatakan. Hasil analisis menunjukkan bahwa novel Jayaning Majapahit mewacanakan kedudukan tokoh laki-laki lebih mendominasi dalam urusan kedaulatan kerajaan Majapahit, baik dalam urusan mengatur strategi politik dalam pemerintahan maupun mengatur strategi perang. Melalui dua bentuk dominasi maskulinitas, masyarakat majapahit lebih spesifiknya pada laki-laki berada di level tertinggi dalam situasi posisi terkait menjaga dan mempertahankan nasionalisme kerajaan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Diman, Paul, Albertus Purwaka, and Ina Nurensia Maleyati. "RELASI SISTEM TANDA VERBAL DAN TANDA VISUAL PADA IKLAN ROKOK DI YOUTUBE." SUAR BETANG 15, no. 2 (2020): 233–43. http://dx.doi.org/10.26499/surbet.v15i2.208.

Full text
Abstract:
Iklan merupakan bentuk komunikasi nonpersonal yang menjual pesan-pesan secara persuasif dari sponsor. Iklan-iklan rokok yang tayang di youtube selalu unik dan menarik untuk disimak. Hal ini disebabkan oleh adanya larangan untuk menampilkan contoh produk rokok itu sendiri. Untuk tetap bisa beriklan, agency periklanan melakukan strategi dengan menciptakan iklan rokok kreatif.salah satunya dengan menggunakan komunikasi tanda verbal dan tanda visual, yang beroperasi pada dua jenjang, yaitu tanda secara individual dan tanda sebagai sebuah kelompok atau kombinasi. Tujuan utama penelitian ini adalah melakukan deskripsi, eksplanasi, dan kajian terhadap sistem tanda verbal dan tanda visual serta relasi makna yang terkandung pada iklan rokok yang ada di youtube. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan analisis semiotika komunikasi. Hasil dari analisis mengungkapkan bahwa relasi system tanda visual memunculkan adanya deskripsi berkenaan Relasi sistem tanda verbal dan tanda visual pada iklan rokok U mild memberikan ruang yang cukup luas untuk dipersepsikan dan pesan yang disampaikan. Sebagian besar iklan rokok U mild mengarah pada konstruksi maskulinitas yang dapat dilihat pada penggambaran berbagai aspek seperti segi fisik, ekonomi, sifat, dan aktivitas.. maskulinitas juga sering menampilkan karakter laki-laki yang sukses dan hidup di kalangan kaum menengah keatas. Hal ini dikarenakan kesuksesan juga merupakan salah satu ciri maskulinitas sehingga penggambaran kesuksesan ini mengokohkan konsep maskulinitas yang ada. Konstruksi maskulinitas dalam iklan ini menampilkan juga laki-laki yang penyayang dan mampu melakukan manipulasi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Aarekol, Lena. "Maskulinitet og troféjakt i Arktis." Nordlit, no. 35 (April 22, 2015): 189. http://dx.doi.org/10.7557/13.3434.

Full text
Abstract:
<p align="left">From the late 1800s and until the protection of polar bears came into force in 1973, there were regular private hunting expeditions to the Arctic by boat, including several from Tromsø. In this article, I investigate how masculinity is manifested in specific empirical evidence: a trophy hunting expedition with the Sutton family that left from Tromsø in the summer of 1932. Using masculinity as a lens through which to see the historical trophy hunt shows, however, that this activity deals with more than obtaining trophies and potency. The Sutton family expedition undertook to hunt, kill and stuff wild animals to the benefit of science and the general information of the public. Sutton himself goes in and out of the role of conqueror; he puts his trust in the Norwegian crew and highlights his recommendations for safety on such trips. By looking at a specific example such as Sutton’s expedition, it is obvious that this also deals with various forms of masculinity – or manliness: about the conquering and mastering of nature, but also about an interest in and care of nature. Masculinity is seen in terms of civic ideals with an emphasis on rationality and discipline – a hunt in which women may also be granted a place – as well as the role of fatherhood with a responsibility for the training of new generations and educating the public by contributing to the development of scientific collections and the municipal zoo.</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Niko, Nikodemus. "Seni Cinta; Menggugat Maskulinitas Cinta." Sosial Budaya 15, no. 1 (2018): 19. http://dx.doi.org/10.24014/sb.v15i1.5733.

Full text
Abstract:
This article using perspective of sociology of love in described love and see how love are very resilient with the Indonesia culture of patriarchy, included the description of masculinity love. Love used as an anomaly that is absolutely. Even absolute backfire for mankind cult of love. Sociology of love is not lay away to love as selfish person, on the other hand the power of love which dispatch people to peace. The illustrations and examples in this paper is based on knowledge and personal experience of mine. This paper write done by digging of various sources reference, which is I speculate by inference Freud said that love in now is still in animality essence. The masculine love is still adhered to this esence, and still alives in Nusantara’s culture.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Suprapto, Deddy. "Representasi Maskulinitas Hegemonik dalam Iklan." Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains dan Humaniora 2, no. 1 (2018): 1. http://dx.doi.org/10.23887/jppsh.v2i1.14004.

Full text
Abstract:
This research aims at observing how advertisement define hegemonic masculinity and identifying the models of hegemonic masculinity in Indonesia. This research takes and focuses on Gudang Garam’s 2006–2010-released advertisements for the data. This research applies the analytical method of Fairclough's three-dimension of critical discourse analysis. First, the analysis is conducted by describing the advertisements. Then, the interpretation of the contexts of both the primary and secondary data. Finally, the explanation of the socio-cultural dimension. The results of this research shows that there are transformations on the representation of hegemonic masculinity from macho to metrosexual, which is influenced by capitalism and consumerism. The transformation is only on the physical appearance, not in its essence.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Kurniawan, Aditya Putra. "PERUBAHAN KONSEP MASKULINITAS PESERTA PROGRAM “LAKI-LAKI PEDULI” DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA." Insight: Jurnal Ilmiah Psikologi 19, no. 2 (2017): 113. http://dx.doi.org/10.26486/psikologi.v19i2.603.

Full text
Abstract:
Salah satu dari beberapa tantangan terbesar yang dihadapi pemerintah saat ini dalam meningkatkan kualitas hidup perempuan adalah bagaimana melibatkan peran serta laki-laki. Banyak laki-laki beranggapan jika permasalahan kesehatan perempuan adalah urusan si perempuan itu sendiri dan tidak berkaitan dengan konsep maskulinitasnya. Padahal konsep maskulinitas yang diadopsi seorang laki-laki akan mempengaruhi bagaimana ia berperilaku dan menjalin relasi dengan perempuan, yang selanjutnya mempengaruhi pula kualitas kehidupan perempuan. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi perubahan konsep maskulinitas dan perilaku para laki-laki peserta Program Laki-laki Peduli, suatu progam yang berupaya meningkatkan keterlibatan laki-laki dalam meningkatkan kualitas hidup perempuan dan anak dengan menyasar perubahan konsep maskulinitas laki-laki yang berkontribusi terhadap ketidaksetaraan gender. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan melibatkan 5 orang laki-laki dan pasangannya yang diwawancarai secara terpisah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perubahan konsep maskulinitas dan perilaku dari para subjek laki-laki menjadi sosok yang penyayang terhadap keluarga, meninggalkan cara-cara kekerasan dalam penyelesaian konflik rumah tangga, dan lebih mampu terlibat dalam urusan domestik dan pengasuhan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Yuliyanti, Friska Dewi, Atwar Bajari, and Slamet Mulyana. "Representasi Maskulinitas Dalam Iklan Televisi Pond’s Men #Lelakimasakini (Analisis Semiotika Roland Barthes Terhadap Representasi Maskulinitas)." Jurnal Komunikasi 9, no. 1 (2017): 16. http://dx.doi.org/10.24912/jk.v9i1.180.

Full text
Abstract:
This research aims to know the meaning of denotation, the connotation and the myth or ideology in television commercials POND'S Men that represent the masculine with #LelakiMasaKini edition. The method used in this research is the Semiotic analysis methods. The Semiotic analysis used in this research is the Semiotic Roland Barthes. The results of this research show that there are; meaning denote, the connotation and the myth or ideology in television commercials POND'S #LelakiMasaKini. The results obtained from the signs of the dominant in the preview scenes that are taken in accordance with the criteria that have been determined. Advertising on Rio Dewanto version described three meaning denotes, three meaning of the connotations and three myths. On the version of the advertisement, Keenan Pearce described three meaning denotes, three the meaning of the connotations and three myths or ideologies and on the version of the Marshall Sastra described three meaning denotes, three the meaning of the connotations and 3 myths or ideologies. Concluded the side or the form of masculinity is promoted of the physical appearance of the type of men who tend to metrosexual, the dream of women, the leader success, lack men who think creatively and have hobbies.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna denotasi, konotasi serta mitos atau ideologi dalam iklan televisi POND’S Men yang merepresentasikan maskulinitas dengan edisi #LelakiMasaKini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis semiotik. Analisis Semiotik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis semiotik Roland Barthes. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat makna denotasi, konotasi serta mitos atau ideologi pada iklan televisi POND’S Men #LelakiMasaKini. Hasil itu diperoleh dari tanda-tanda dominan pada cuplikan adegan-adegan yang diambil sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Pada iklan versi Rio Dewanto digambarkan 3 makna denotasi, 3 makna konotasi, dan 3 mitos. Pada iklan versi Keenan Pearce digambarkan 3 makna denotasi, 3 makna konotasi dan 3 mitos atau ideologi dan pada versi Marshall Sastra digambarkan 3 makna denotasi, 3 makna konotasi dan 3 mitos atau ideologi. Disimpulkan sisi atau bentuk maskulinitas yang dipromosikan adalah tampilan fisik tipe laki-laki yang cenderung metroseksual, dambaan wanita, pemimpin yang cerdas dengan kesuksesan, lak-laki yang berpikir kreatif dan memiliki hobi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Bilquis, Larossa, and Nurul Hidayat. "Kekuasaan dan Pengetahuan: Diskursus Mitos Maskulinitas Pada Seksualitas Pemuda." Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis 5, no. 2 (2020): 168. http://dx.doi.org/10.17977/um021v5i2p168-179.

Full text
Abstract:
This study aims to uncover how the masculinity discourse of young immigrants in Uluwatu Bali (basecamp) exists. By using Foucault's Genaology, the insights and values they adopt one by one must be dismantled to see what logic they are constructs. This research using qualitative method with fenomenology approach, which used foucoult framework abour sex and power. It can be said, in this research found various discourses reproduced by various sources of youth knowledge regarding the myth of masculinity which is identical to the characteristics and behavior of men who are strong, aggressive, dominant, rude, and full of egoism. In practice, they myth that their various behaviors, especially regarding their sexuality, are a manifestation of their masculinity as a male. The internet or online media and the environment in which they live are one of the sources of knowledge for young people that create discourses about the myth of masculinity. The youth in the peer group also take part in formulating discourses about ideal masculinity for their group. Free sex behavior, dare to take risks, follow wild races to cause chaos are the masculinity myths they adopt as the ideal male masculinity. This study also found that the masculinity myth was more often represented in youth sexual practices as an affirmation of control over women's bodies and sexuality in order to maintain their reputation in front of their friends and others. Penelitian ini bertujuan untuk membongkar bagaimana hadirnya diskursus maskulinitas pemuda pendatang di uluwatu Bali (basecamp). Dengan menggunakan Genaologi Foucault, pemahaman dan nilai yang mereka adopsi satu per satu harus dibongkar untuk melihat logika apa yang sebenarnya mereka bangun. Sehingga dapat ditemukan berbagai wacana yang direproduksi oleh berbagai sumber pengetahuan pemuda mengenai mitos maskulinitas diamana identik dengan sifat dan perilaku laki-laki kuat, agresif, dominatif, kasar, dan penuh egoisme. Dalam praktiknya mereka memitoskan beragam perilakunya terutama menyangkut seksualitasnya merupakan manifestasi dari maskulinitasnya sebagai laki-laki yang jantan. Internet atau media online serta lingkungan tempat tinggal mereka menjadi salah satu sumber pengetahuan pemuda yang menciptakan diskursus mengenai mitos maskulinitas tersebut. Para pemuda dalam peer groupnya juga mengambil bagian dalam merumuskan wacana-wacana mengenai maskulinitas ideal bagi kelompoknya. Perilaku seks bebas, berani mengambil resiko, mengikuti balap liar hingga menyebabkan keonaran merupakan mitos-mitos maskulinitas yang mereka adopsi sebagai maskulinitas laki-laki ideal. Penelitian ini juga menemukan jika mitos maskulinitas tersebut lebih banyak direpresentasikan kedalam praktik-praktik seksual pemuda sebagai penegasan atas penguasaan tubuh dan seksualitas perempuan demi mempertahankan reputasinya di hadapan teman-temannya dan orang lain.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Merdeka, Pita. "Senjata Api dan Maskulinitas dalam Cerita Pendek “The Man Who was Almost A Man”." Buletin Al-Turas 19, no. 2 (2018): 255–66. http://dx.doi.org/10.15408/bat.v19i2.3719.

Full text
Abstract:
Abstrak Maskulinitas adalah bagian dari kajian gender. Untuk memahami maskulinitas, kita perlu mengidentifikasi laki-laki sebagai pusat dari kajian ini dari beberapa aspek. Artikel ini akan membahas mengenai hubungan kepemilikan senjata sebagai simbol dari pencapaian maskulinitas laki-laki. Kemudian dalam artikel juga mengungkapkan mengenai berbagai macam sumber dan karya sastra bahwa memiliki senjata bisa memberikan kesan kekuatan dan maskulinitas (kelaki-lakian). Cerpen dengan judul “The Man Who Was Almost a Man” adalah contoh karya sastra yang mengambarkan kepemilikan senjata api sebagai sesuatu hal yang mendukung atau memberikan kemaskulinitasan pada laki-laki. Senjata api ditangan bisa berarti kekuatan dalam diri laki-laki. Hal ini digambarkan oleh tokoh utama (Dave Saunders) yang mengaggap senjata api sebagai simbol dari kehormatan. Sejalan dengan cerita pendek ini, ada beberapa banyak penyalahgunaan senjata api yang dilakukan demi meraih kehormatan (dihargai) dan maskulinitas dalam lingkungannya. ---Abstract Masculinity is a part of gender studies. To understand masculinity, it needs to identify man as the center of the study from various aspects. Here within the article, it would be discussed about the relationship between possessing arms (gun) as the symbol of earning men’s masculinity. Then, it is implied from many sources and literary work, that possessing arms might give the impression of strength and masculinity. The short story entitled “The Man Who Was Almost a Man” is the example of literary work that gun possession will support someone in gaining his masculinity. Gun in hands means power or strength inside a man. It was showed by the protagonist (Dave Saunders) who considered gun as the symbol of respect and the real man thing (being masculine). Align with the short story, there are many gun violence happened in the name of gaining the identity of being called masculine and respect from people.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Tanjung, Sumekar. "PEMAKNAAN MASKULINITAS PADA MAJALAH COSMOPOLITAN INDONESIA." Jurnal Komunikasi 6, no. 2 (2012): 91–104. http://dx.doi.org/10.20885/komunikasi.vol6.iss2.art2.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Aars, Haakon. "Rotete om menn, maskulinitet og helse." Tidsskrift for Den norske legeforening 131, no. 6 (2011): 599–600. http://dx.doi.org/10.4045/tidsskr.11.0008.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Kusuma, Shafira Nusa, and Wulan Purnama Sari. "Gambaran Maskulinitas Melalui Film (Studi Pandangan Generasi Milenial Pada Tokoh Dilan di Film “Dilan 1990”)." Koneksi 2, no. 2 (2019): 548. http://dx.doi.org/10.24912/kn.v2i2.3935.

Full text
Abstract:
Melalui perkembangan industri film di Indonesia, film lokal saat ini sudah mulai menjadi wadah penyampaian nilai, bahkan film dapat menjadi acuan gaya hidup pada masyarakat terhadap tokoh yang terdapat dalam film tersebut. Pada 25 Januari 2018 lalu, industri film Indonesia hadir dengan menayangkan film dari novel kisah nyata karya Pidi Baiq yang berjudul “Dilan 1990”. Film tersebut mendapatkan jumlah penonton di atas 5 juta penonton dari berbagai kalangan, terutama generasi millenial. Banyak faktor yang mendorong penonton untuk menonton film tersebut, salah satunya adalah gambaran maskulinitas dari sosok Dilan. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui gambaran maskulinitas tokoh Dilan pada Film “Dilan 1990‟ pada penonton generasi milenial, 2) untuk mengetahui sifat maskulinitas tokoh Dilan dari pandangan generasi milenial. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan survei sederhana deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa generasai milenial setuju bahwa tokoh Dilan adalah sosok yang maskulin, dengan dimensi Give em hell yang menunjukkan nilai tertinggi sebesar 414.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Permata, Denti, Aquarini Priyatna, and Lina Meilinawati Rahayu. "DINAMIKA MASKULINITAS DAN FEMININITAS DALAM NOVEL SEPERTI DENDAM, RINDU HARUS DIBAYAR TUNTAS KARYA EKA KURNIAWAN." METASASTRA: Jurnal Penelitian Sastra 9, no. 1 (2016): 13. http://dx.doi.org/10.26610/metasastra.2016.v9i1.13-24.

Full text
Abstract:
Artikel ini mengkaji dinamika maskulinitas dan femininitas perempuan dalam novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas karya Eka Kurniawan. Teks novel ini menampilkan tokoh perempuan bernama Iteung mengalami kekerasan seksual oleh gurunya ketika duduk di bangku SD. Efek dari kekerasan seksual tersebut membuat dirinya tumbuh menjadi perempuan tomboy. Semenjak itu, perilakunya selalu berubah-ubah kadang feminin kadang pula maskulin. Kajian ini dilandasi dengan teori maskulinitas perempuan dan tomboyisme Halberstam (1998). Hasil analisis menunjukkan bahwa sikap tomboy Iteung merepresentasikan bentuk negosiasinya terhadap budaya patriarki yang telah melecehkannya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Budiman, Hary Ganjar, Aquarini Priyatna Priyatna, and R. M. Mulyadi. "MASKULINITAS TENTARA DALAM SINEMA PASCA ORDE BARU; ANALISIS NARATIF DOEA TANDA CINTA (2015) DAN I LEAVE MY HEART IN LEBANON (2016)." Patanjala : Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya 11, no. 1 (2019): 131. http://dx.doi.org/10.30959/patanjala.v11i1.483.

Full text
Abstract:
Artikel ini membincangkan tentara dan maskulinitas melalui film Indonesia kontemporer. Dua film dianalisis dalam penelitian ini, yaitu Doea Tanda Cinta (2015) dan I Leave My Heart in Lebanon (2016). Mengacu pada paradigma kajian budaya yang dikemukakan oleh Stuart Hall, penelitian ini mencoba menempatkan film sebagai teks/wacana budaya yang perlu untuk dianalisis. Metode yang digunakan adalah metode kajian film yang menganalisis unsur sinematik dan naratif (histoire dan discourse). Melalui artikel ini dapat diketahui bahwa representasi maskulinitas tentara dalam film Indonesia kontemporer cenderung dinamis. Film Doea Tanda Cinta merepresentasikan model maskulinitas normatif yang diasosiasikan dengan hegemoni terhadap perempuan. Film ini mengangkat ideologi patriarki. Film I Leave My Heart in Lebanon merepresentasikan model maskulinitas laki-laki peduli (caring masculinity) yang tidak hegemonik terhadap perempuan. This article discusses the army and masculinity through contemporary Indonesian films. Two films were analyzed in this study, namely Doea Tanda Cinta (2015) and I Leave My Heart in Lebanon (2016). Referring to the cultural study paradigm put forward by Stuart Hall, this study attempts to place film as a cultural text / discourse that needs to be analyzed. The method used is a film study method that analyzes cinematic and narrative elements (histoire and discourse). Through this article, it can be seen that the representation of army masculinity in contemporary Indonesian films tends to be dynamic. Doea Tanda Cinta film represents a model of normative masculinity associated with hegemony towards women. This film elevates patriarchal ideology. I Leave My Heart in Lebanon film represents a caring masculinity model that is not hegemonic to women.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Ahmadi, Anas. "Maskulinitas dalam sastra dan agama di Tiongkok." Masyarakat, Kebudayaan dan Politik 30, no. 2 (2017): 103. http://dx.doi.org/10.20473/mkp.v30i22017.103-113.

Full text
Abstract:
This study aims to describe masculinity in literature and religion of China. The focus of this study are (1) how is the representation of masculinity in literature and religion in China, (2) how is the representation of the other side of masculinity literature and religion in China, and (3) how is masculinity literature and religion in relation to the relevance of social life in China nowaday. The theory used in this study is masculinity. This study used a qualitative descriptive method-style narrative and autoethnography exposure. Source of data used in the form of (1) literature study classical Chinese literature (Journey to the West, Story Classical Ming Dynasty, and The Plum in the Golden Vase or, CHIN P ‘ING MEI Volume 1: The Gathering) and (2) autoethnography. The results show that masculinity in literature and religion in China is very strong. Masculinity in literature and religion in China comes in the form of leadership, courage, and responsibility; (2) the other side of masculinity literature and religion in China, namely concubinage and dominance in leadership; and (3) the masculinity literature and religion in relation to the relevance of public life represented that China upholds masculinity that looked at the country’s leadership, the leadership of the household, and religious leadership.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Dahl, Emmy, Malin Henriksson, and Lena Levin. "Konstruktioner av maskulinitet i samtal om kollektivtrafik." NORMA 7, no. 02 (2013): 161–81. http://dx.doi.org/10.18261/issn1890-2146-2012-02-04.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Rikma Dewi, Nenden, Aquarini Priyatna, and Yati Aksa. "MASKULINITAS KULIT PUTIH DALAM BURMESE DAYS DAN SHOOTING AN ELEPHANT KARYA GEORGE ORWELL (The Masculinity of White Men in George Orwell’s Burmese Days and Shooting An Elephant)." METASASTRA: Jurnal Penelitian Sastra 6, no. 2 (2016): 103. http://dx.doi.org/10.26610/metasastra.2013.v6i2.103-114.

Full text
Abstract:
Orwell menjadikan pengalaman hidupnya sebagai bagian dari setiap karyanya dan menggunakannya untuk menyampaikan berbagai gagasannya. Melalui novel Burmese Days dan sebuah esai berjudul Shooting an Elephant yang keduanya saling berkaitan, Orwell mengemukan gagasannya mengenai wacana kolonialisme di wilayah koloni Inggris di Burma. Isu yang terkadang luput dalam pembacaan karya Orwell adalah isu gender. Oleh karena itu, kajian ini akan menganalisis bagaimana maskulinitas laki-laki kulit putih dipaparkan dan faktor-faktor pendorong atau penghalang maskulinitas tersebut. Agar dapat menganalisis isu tersebut, kajian ini menggunakan pendekatan yang ditawarkan Mosse, Bhabha dan Sinha mengenai maskulinitas dalam wacana poskolonial. Berdasarkan analisis yang dilakukan, kajian ini dapat menunjukkan bahwa maskulinitas laki-laki kulit putih koloni Inggris di wilayah Burma, khususnya Kyauktada disebabkan oleh konsep mereka mengenai isu superioritas dan inferioritas.Abstract:Orwell made his life experiences as a part of his works and used them to convey a variety of his ideas. Through his novel entitling Burmese Days and his essay called Shooting an Elephant, both of them were related to, Orwell wrote his ideas about discourse of colonialism in the British colony in Burma. A peculiar issue in Orwell’s work is the gender issue. Therefore, this study shows masculinity of white men, and the factors motivating or obstructing such masculinity. In order to analyze these issues, this study applies George Mosse’s (1996), Homi K. Bhabha’s (1995) and Mrinalini Sinha’s (1995) approach on masculinity in postcolonial discourse. Based on the analy- sis, this study is to provide the assumption that masculinity of white men in the British colony in Burma, particularly Kyauktada, was caused by their concept of superiority and inferiority.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Wardani, Agista Nidya. "Hegemoni Maskulinitas dalam Under The Greenwood Tree Karya Thomas Hardy." JURNAL SATWIKA 2, no. 2 (2019): 68. http://dx.doi.org/10.22219/js.v2i2.7988.

Full text
Abstract:
Penelitian ini berfokus pada bagaimana hegemoni maskulinitas yang terjadi pada tiga tokoh laki-laki di novel Under The Greenwood Tree (1872) karya Thomas Hardy, khususnya pada tokoh utama laki-laki bernama Dick Dewy. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan teori hegemoni maskulinitas Raewyn Connell. Dari penelitian, ditemukan bahwa Dewy tersubordinasi dari kedua tokoh laki-laki lainnya, Shiner dan Vicar Maybold, karena Dewy berasal dari kelas bawah. Namun, pada akhirnya, Dewy tidak lagi tersubordinasi karena dia memiliki sesuatu yang menjadi standar ide komunal atau ide masyarakat untuk dianggap sebagai laki-laki yang kuat, yaitu memiliki kekayaan dalam jumlah banyak.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Wardani, Agista Nidya. "Hegemoni Maskulinitas dalam Under The Greenwood Tree Karya Thomas Hardy." JURNAL SATWIKA 2, no. 2 (2019): 68. http://dx.doi.org/10.22219/satwika.vol2.no2.68-78.

Full text
Abstract:
Penelitian ini berfokus pada bagaimana hegemoni maskulinitas yang terjadi pada tiga tokoh laki-laki di novel Under The Greenwood Tree (1872) karya Thomas Hardy, khususnya pada tokoh utama laki-laki bernama Dick Dewy. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan teori hegemoni maskulinitas Raewyn Connell. Dari penelitian, ditemukan bahwa Dewy tersubordinasi dari kedua tokoh laki-laki lainnya, Shiner dan Vicar Maybold, karena Dewy berasal dari kelas bawah. Namun, pada akhirnya, Dewy tidak lagi tersubordinasi karena dia memiliki sesuatu yang menjadi standar ide komunal atau ide masyarakat untuk dianggap sebagai laki-laki yang kuat, yaitu memiliki kekayaan dalam jumlah banyak.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Wardani, Agista Nidya. "Hegemoni Maskulinitas dalam Under The Greenwood Tree Karya Thomas Hardy." Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial 2, no. 2 (2019): 68–78. http://dx.doi.org/10.22219/satwika.v2i2.7988.

Full text
Abstract:
Penelitian ini berfokus pada bagaimana hegemoni maskulinitas yang terjadi pada tiga tokoh laki-laki di novel Under The Greenwood Tree (1872) karya Thomas Hardy, khususnya pada tokoh utama laki-laki bernama Dick Dewy. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan teori hegemoni maskulinitas Raewyn Connell. Dari penelitian, ditemukan bahwa Dewy tersubordinasi dari kedua tokoh laki-laki lainnya, Shiner dan Vicar Maybold, karena Dewy berasal dari kelas bawah. Namun, pada akhirnya, Dewy tidak lagi tersubordinasi karena dia memiliki sesuatu yang menjadi standar ide komunal atau ide masyarakat untuk dianggap sebagai laki-laki yang kuat, yaitu memiliki kekayaan dalam jumlah banyak.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Damayanti, Novita, and Dio Herman Saputro. "PROFESI PUBLIC RELATIONS DI INDONESIA DALAM KAJIAN GENDER." WACANA, Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi 16, no. 1 (2017): 27. http://dx.doi.org/10.32509/wacana.v16i1.13.

Full text
Abstract:
Studi public relations di Indonesia dalam persepktif gender belum berkembang dibandingkan dengan negara-negara maju. Penelitian ini bertujuan untuk mencermati profesi public relations sector swasta lebih dominan maskulin atau feminism dan menggali lebih dalam mengenai indikasi feminitas dan maskulinitas pada profesi public relations sector swasta. Peneliti mengembangkan kerangka konseptual profesi public relations sebagai profesi gender dari tiga teori yakni kontruksi realitas social untuk memahami bagaiamana peran gender pada profesi public relations dikontruksi, teori social rules untuk menganalisa indikasi keseteraan gender pada profesi public relations, dan genderlect styles untuk menganalisa perbedaan persepsi PR wanita dan pria. Dua praktisi PR pria dan dua praktisi PR wanita dikaji dengan observasi partisipasi, diwawancarai, dan ditelaah dengan metode penelitian fenomenologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profesi PR di perusahaan swasta cenderung lebih dominan maskulin daripada feminism namun pada industry perhotelan profesi public relations menjadi feminism-oriented profession menurut nilai hospitality. Peneliti juga menemukan adanya indikasi maskulinitas pada sektor swasta dan feminisasi pada sektor industri perhotelan karena stuktur dimensi budaya nasional Indonesia sebagai Negara maskulin, identitas perusahaan, kebutuhan perusahaan, kebijakan perusahaan, dan preferensi menejemen. Kebanyakan responden dalam penelitian ini mempersepsikan indikasi feminitas dan maskulinitas merujuk pada atribut komunal dan agentik. Pada situasi tertentu praktisi PR dalam penelitian ini memainkan peran yang berbeda bukan berdasarkan atribut komunal dan agentik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Achmad, Prasetyo Wicaksono, Irwandi, and Kurniawan Adi Saputro. "KAJIAN SEMIOTIKA TERHADAP MASKULINITAS DALAM FOTO IKLAN ROKOK GUDANG GARAM DJAJA EDISI ‘RAHASIA DJAJA’ TAHUN 2015." spectā: Journal of Photography, Arts, and Media 1, no. 2 (2017): 149–62. http://dx.doi.org/10.24821/specta.v1i2.1906.

Full text
Abstract:
Penelitian ini mengkaji makna foto iklan rokok Gudang Garam Djaja. Selain memiliki makna tersurat, sebuah foto iklan juga memiliki makna tersirat. Fotografi kerap kali digunakan seorang produsen untuk media ilustrasi iklan mereka, tak terkecuali bagi produsen rokok. Meskipun masyarakat telah mengetahui bahaya dan akibat yang ditimbulkan dari merokok, rokok tetap menjadi komoditas yang laku di tengah masyarakat Indonesia. Iklan secara langsung mempengaruhi hal tersebut, melalui iklan-iklan yang menjual produk rokok mereka kepada konsumen maupun calon konsumen baru, iklan ikut mempengaruhi persepsi pandangan mengenai rokok. Larangan penggunaan produk rokok secara vulgar melalui PP Nomor 81 Tahun 1999 menyebabkan produsen rokok untuk membuat konsep iklan yang tidak menggunakan atau menggambarkan kegiatan merokok sama sekali. Sering kali, foto iklan rokok menggunakan model maupun konsep yang menggambarkan imaji maskulinitas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, di mana peran peneliti sebagai instrumen penelitian dan disajikan secara deskriptif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode semiotika konotasi. Melalui metode tersebut, akan ditemukan pemaknaan pada tingkat denotasi dan konotasinya. Hasil dari penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa konotasi yang menebal menjadi sebuah mitos dalam masyarakat. Imaji maskulinitas yang ditampilkan dalam foto iklan rokok Gudang Garam Djaja merupakan stereotip yang ada dan diyakini oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. Kata kunci: semiotika, maskulinitas, foto iklan, rokok
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Kartika, Sekar Hayu Rifna, and Yudha Wirawanda. "Maskulinitas dan Perempuan: Resepsi Perempuan terhadap Soft Masculinity dalam Variety Show." Calathu: Jurnal Ilmu Komunikasi 1, no. 1 (2019): 23–41. http://dx.doi.org/10.37715/calathu.v1i1.774.

Full text
Abstract:
Produce 101 season 2 merupakan ragam hiburan dari Korea Selatan yang menampilkan gambaran maskulinitas yang berbeda. Definisi dominan maskulin adalah maskulin macho yang merupakan tampilan sosok laki-laki kekar serta memiliki sifat keras. Berbeda dengan macho, dalam ragam hiburan ini menyajikan tipe maskulinitas yang lebih lembut. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu bagaimana khalayak memaknai soft masculinity dalam variety show. Penelitian ini menggunakan teori resepsi audiens oleh Stuart Hall. Metode penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam dan sampel lima perempuan usia 20, 21, dan 22 tahun. Hasil penelitian terkait soft masculinity, informan berada pada posisi yang menegosiasi. Informan menganggap laki-laki mempunyai sisi maskulin lembut selain konstruksi tipe maskulin tough atau macho. Informan menegosiasikan soft masculinity sebagai salah satu definisi maskulin. Soft masculinity dinilai tetap sebagai maskulin yang lebih menunjukkan sisi lembut. Soft masculinity dinegosiasikan sebagai konstruksi maskulin dan bukan suatu yang feminin. Informan berada pada posisi dominant reading terkait soft masculinity sebagai tren dan selera. Informan menerima soft masculinity sebagai suatu keunikan dan menjadi suatu selera maskulin. Informan sadar bahwa maskulinitas yang dibangun untuk publik menjadi salah satu dari produk budaya. Maskulin yang mereka minati adalah produk produsen budaya yang membentuk tren dan selera mereka.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Ikeh, Tri Sulapmi Dolina, Aquarini Priyatna, and Muhammad Adji. "KONSTRUKSI MASKULINITAS DALAM PENARI BALIAN BAWO DAYAK DEAH." Paradigma: Jurnal Kajian Budaya 10, no. 1 (2020): 33. http://dx.doi.org/10.17510/paradigma.v10i1.390.

Full text
Abstract:
<p>Balian Bawo dancer is an important figure in the traditional ceremony of the Dayak Deah tribe. A Balian Bawo is believed to be the link between humans and spirits. This dance should only be performed by a man. One representation of Dayak life is presented in the body of the dancer. This study has a qualitative design and examines the representation of masculinity that is manifested in the body of Balian Bawo dancers. Data collection was conducted by compiling photo and video documentation which was then analyzed using the theory of denotation semiotics and Roland Barthes connotations. The results of the analysis show that the representation of masculinity is manifested through the attribution of clothing that features an open chest, a large bracelet that connotes strength and the use of special space that underlies Balian Bawo dancers. The dominance of masculinity is also manifested through female companions who play a role in preparing all the needs of a Balian Bawo.</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Aarhus, Mathies Græsborg. "Skammen og dens brødre: Arbejdsløshed, maskulinitet og klasseskam." K&K - Kultur og Klasse 46, no. 125 (2018): 179–98. http://dx.doi.org/10.7146/kok.v46i125.105556.

Full text
Abstract:
This article is about how it feels to be an unemployed man today. After briefly accounting for certain historical developments that have shaped the contemporary unemployed male experience, the article focuses on one feeling central to this experience: shame. The article argues that unemployment is increasingly attached to shame, rather than guilt, as the unemployed self perceives itself as inadequate in relation to a neoliberal ideal of entrepreneurship. Using sociological theories about class shame, the article proceeds to analyze two literary representations of unemployed men in a contemporary Danish context: Lau Aaen’s Dagpengeland and Jens Blendstrup’s Slagterkoner og Bagerenker. The shame in Dagpengeland breeds a critical attitude towards the shaming unemployment institutions of the welfare state, while Slagterkoner og Bagerenker explores the psychological processes of a form of shame turned into xenophobic resentment. Unemployed male shame is thus described as a multifaceted feeling; destructive in the sense that it tears down men’s ingrained identities and solidarities but productive in the sense that it affectively confronts the ashamed subject with certain social inequalities and injustices.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Inda, Dian Nathalia. "REPRESENTASI MASKULINITAS GEMALAQ KEMISIQ DALAM KOMIK GEMALAQ KEMISIQ." tuahtalino 14, no. 1 (2020): 11. http://dx.doi.org/10.26499/tt.v14i1.2213.

Full text
Abstract:
Dayak jalai has some folkflore that has been revitalized in the form of comics. One of those comics about Gemalaq Kemisiq, Kampung Tanjung’s damung. This research will represent about the masculinity of Gemalaq Kemisiq which cointained in the Gemalaq Kemisiq comic and reveal the masculinity of the Gemalaq Kemisiq characters. The method used is a descriptive qualitative method with data collection techniques using literature review. The analysis show that in the Gemalaq Kemisiq comic seen that Gemalaq Kemisiq performs actions and behaviours that represent masculinity while the masculinity traits contained four characteristic namely not using female goods (no sissy stuf), being an important character ( be a big whell), being a person who has strength (be a sturdy oak), and also shows courage (give em hell).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Mahayasa, Dias Pabyantara Swandita, and Anggi Koenjaini Putri. "Maskulinitas dan Pandemi COVID-19: Studi Kasus Pakistan." Jurnal Hubungan Internasional 13, no. 2 (2020): 163. http://dx.doi.org/10.20473/jhi.v13i2.21293.

Full text
Abstract:
This research aims to elaborate on the question of why male patientsof COVID-19 dominating globally (data are taken per 24 June 2020).Depart from the hegemonic masculinity concept, the argument proposedin this writing is that traditional gender role which positioned men asbreadwinner is one of the vital factors to the high infection among men.Men who are supposed to work outside their house is arguably morevulnerable to the virus. The argument is extracted from both Pakistanexperience against COVID-19. According to UN Women, this country oftop the list of countries who has the highest disparity among male andfemale patient, reaching more than 70 percent of male and 30 percent forthe female. The statistic goes hand in hand with the notion of traditionalgender roles rooted deep within the community.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Hidayatullah, Danial. "MASKULINITAS, KEKERASAN, DAN NEGARA DALAM THE RAID: REDEMPTION." Adabiyyāt: Jurnal Bahasa dan Sastra 12, no. 2 (2013): 229. http://dx.doi.org/10.14421/ajbs.2013.12201.

Full text
Abstract:
Contestation of dominant masculinity in Indonesian Popular Culture influenced by the New Order can still be seen in its cinematic production. The legacy of The New Order echoes through themes of state’s violence and masculinity. The Raid: Redemption, as a huge international success, depicting vulgar violence done both by the state and the gangsters is very important to be analyzed. As the form of collective dreams, the contestation of masculinity and violence of the state and the gangster in the movie reflects the real social condition. Through historical perspective the state and the gangster are more like binary opposition; inseparable but opposing each other. The Gangsters became the state’s Frankenstein monster. On one side the state cannot allow the crime the gangsters do, but on the other the state keeps in creating the gangsters to the dirty jobs that state cannot do. Psychoanalytically speaking, their relationship resembles a father and a bad son. Those gangsters are “the son” and the state is “the father”. The effect of the state’s treatment to the gangsters can still be identified long after the down fall of the era that created it.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Lindén, Claudia. "Axel Munthe och iscensättningen av en alternativ maskulinitet." NORMA 4, no. 02 (2010): 152–67. http://dx.doi.org/10.18261/issn1890-2146-2009-02-04.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Petković, Danijela. "(Im)possible martyrdom: Masculinity, aging, illness, and death in Tombstone and Logan." Зборник радова Филозофског факултета у Приштини 48, no. 3 (2018): 121–50. http://dx.doi.org/10.5937/zrffp48-18623.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Anindya, Annisa. "KRISIS MASKULINITAS DALAM PEMBENTUKAN IDENTITAS GENDER PADA AKTIVITAS KOMUNIKASI." Jurnal Ranah Komunikasi (JRK) 2, no. 1 (2018): 24. http://dx.doi.org/10.25077/rk.2.1.24-34.2018.

Full text
Abstract:
Kategorisasi peran antara wanita dan pria di dalam lingkungan masyarakat membentuk stereotip gender. Stereotip gender ini menuntut pria dan wanita patuh akan kategorisasi tersebut, yakni maskulin dan feminin. Peran yang dibentuk masyakarat tersebut membentuk krisis akan maskulinitas pada lelaki. Maskulinitas laki-laki dipertanyakan ketika mereka memiliki karakter yang bukan maskulin. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data untuk mendapatkan informasi adalah terlibat atau terjun langsung, mengadakan observasi, wawancara terbuka dan analisis dokumentasi. Informan pada penelitian ini didapatkan melalui teknik snowball sampling. Kemudian teknik analisis data yang digunakan adalah data collection, data reduction, data display, dan conclusion: drawing/verifying. Penelitian menghasilkan analisis mengenai pemahaman kritis bahwa identitas yang dihasilkan muncul karena adanya pemahaman androgini secara psikologis merupakan bentuk kecerdasan emosi. Laki-laki, mengalami krisis identitas terkait posisinya secara personal dan komunal di dalam masyarakat dan karakter androgini menjadi pilihan dalam menunjukkan identitasnya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography