To see the other types of publications on this topic, follow the link: Melodi.

Journal articles on the topic 'Melodi'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Melodi.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Faturrozi, Muhammad Muchlis. "Aransemen Lagu "Tanah Airku" Karya Ibu Sud Oleh Joko Suprayitno (Tinjauan Variasi Melodi)." Virtuoso: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Musik 3, no. 1 (June 27, 2020): 33. http://dx.doi.org/10.26740/vt.v3n1.p33-44.

Full text
Abstract:
Aransemen lagu “Tanah Airku” karya Ibu Sud oleh Joko Suprayitno yang diberi judul “variation on tanah airku” merupakan salah satu aransemen dengan keunikan bentuk yaitu variasi tema. Bentuk ini variasi tema ini banyak menggunakan variasi melodi sehingga penulis tertarik meneliti tentang teknik variasi melodinya. Penelitian ini membahas struktur lagu “Tanah Airku” karya Ibu Sud guna memetakan motif dan frase agar lebih mudah mengurai variasi melodi didalamnya, kemudian barulah dibahas variasi melodi yang digunakan dalam aransemen berjudul “variation on tanah airku” ini. Dalam mengurai variasi melodi ini, teori yang digunakan adalah teori aransemen, motif, bentuk lagu, dan variasi melodi. Dalam menganalisa struktur lagu dan variasi melodi, pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan penelitian kualitatif. Dalam metode tersebut subjek penelitiannya adalah full score “variation on tanah airku” oleh Joko Suprayitno dengan objek utamanya yaitu variasi melodi. Sumber data yang digunakan adalah dari full score “variation on tanah airku” oleh Joko Suprayitno dan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui wawancara dengan narasumber (yang dalam hal ini Joko Suprayitno) dan dokumentasi. Hasil analisa yang didapat adalah struktur lagu “Tanah Airku” terdiri dari 3 frase dan 6 motif. Alur aransemen yang dibuat oleh Joko Suprayitno ini dimulai dari bagian introduction, theme, variasi I-VII, cadenza, dan yang terakhir finale. Dari struktur tersebut, variasi melodi yang terjadi pada melodi utama adalah melodic variation and fake via non-chordal, ornament dan sekuensi. Kemudian variasi yang digunakan diluar melodi utama antara lain, filler (melodic filler, tail, fill in), counter melody, obbligato, cliché, dan filler like obbligato. Variasi melodi yang banya digunakan Joko Suprayitno adalah melodic variation and fake via non-chordal dan filler.Kata Kunci: Aransemen, Variasi Melodi
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Putra, Ditya Cahya. "Tinjauan Variasi Melodi dan Struktur Lagu "6 Variations on folies d'Espagne Op.45" Karya Mauro Giuliani." Virtuoso: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Musik 1, no. 2 (September 27, 2020): 42. http://dx.doi.org/10.26740/vt.v1n2.p42-49.

Full text
Abstract:
Abstrak : Lagu “6 Variations On Folies d’Espagne Op.45” merupakan lagu yang ditulis oleh Mauro Giuseppe Sergio Pantaleo yang akrab dikenal dengan panggilan Mauro Giuliani. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Variasi Melodi dan Struktur lagu 6 Variations On Folies d’Espagne Op.45 karya Mauro Giuliani. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana struktur lagu “6 Variations On Folies d’Espagne Op.45” karya Mauro Giuliani 2) Bagaimana variasi pada lagu “6 Variations On Folies d’Espagne Op.45” karya Mauro Giuliani. Jenis Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penulis tertarik meneliti tentang teknik variasi melodi ini dikarenakan keistimewaan lagu 6 Variations On Folies d’Espagne Op.45 yang diciptakan Mauro Giuliani untuk temanya lebih banyak menggunakan variasi ritme yang berbeda-beda. Dalam metode tersebut subjek penelitiannya adalah full score “6 Variations On Folies d’Espagne Op.45” oleh Mauro Giuliani. Hasil analisis yang didapat adalah struktur lagu “6 Variations On Folies d’Espagne Op.45” terdiri dari 3 bagian dengan tempo Andantino, Adagio, Vivace dengan 3 tema. Variasi melodi yang terjadi pada melodi utama adalah melodic variation and fake dan kemudian variasi yang digunakan diluar melodi utama antara lain counter melody, variation rhytmyc and fake rhytmyc
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Suryati, Suryati, G. R. Lono L. Simatupang, and Victor Ganap. "Ornamentasi Seni Baca Al-Qur’an dalam Musabaqoh Tilawatil Qur’an sebagai Bentuk Ekspresi Estetis Seni Suara." Resital: Jurnal Seni Pertunjukan 17, no. 2 (October 30, 2018): 67–74. http://dx.doi.org/10.24821/resital.v17i2.2219.

Full text
Abstract:
Ornamentasi atau hiasan merupakan suatu istilah musik yang memiliki arti penambahan beberapa nada atau notasi pada melodi, biasanya satu suku kata untuk beberapa nada yang disebut dengan istilah melisma. Ornamentasi atau hiasan nada sangat diperlukan dalam seni suara untuk memperindah suatu melodi. Ornamentasi melodi juga terdapat pada lantunan seni baca Al-Qur’an dengan gaya Qira’ah atau mujawwad. Seni baca Al-Qur’an tersebut melagukan secara penuh melismatis dengan hiasan-hiasan atau ornamentasi melodi agar lantunan menjadi indah. Seni baca Al-Qur’an termasuk seni suara yang sering dilombakan dalam Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ). Penelitian ini mengkaji ornamentasi melodi dan cara-cara melantunkan seni baca Al-Qur’an dalam Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ), melalui pendekatan musikologis dan antropologis perilaku pelantun Al-Qur’an. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ornamentasi yang terjadi pada lantunan seni baca Al-Qur’an dengan gaya Qira’ah merupakan bentuk ekspresi estetis seni suara dari Pelantun Al-Qur’an (Qori/Qoriah) sesuai kemampuan dan kreativitas pelantun dalam berolah vokal. Ornamentation the Art of Qur’anic recitation in Musabaqoh Tilawatil Qur’an as a Form of Aesthetic Expression of the Art of Sound. Ornamentation is a musical term that means adding a few notes or notation on the melody, normally one word for several notes known as the melisma. Ornamentation or ornamented notes are needed in the art of sound to reshape a melody. There are also additional melodic chanting on the art of Qur’anic recitation in the style the Qira'ah the mujawwad. The art of Qur’anic recitation practice in full melismatic with decorations or additional melodic chant in order to be beautiful. The art of Qur’anic recitation includes the sound art that is often competed in the Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ). This research examines melodic ornamentation and the ways art of Qur’anic recitation practiced in the Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ), through musikological and anthropological approaches to the behavior of in reading. The results of this study suggest that ornamentation piece of art that happens to read the Qur'anic in style is a form of aesthetic expression the art of sound of Qira'ah of its Chanter (Qori/Qoriah) fits the ability and creativity of chanter in doing the vocals.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Nainggolan, Oriana Tio Parahita. "Species Counterpoint: Pendekatan Dalam Pembelajaran Kontrapung." Virtuoso: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Musik 4, no. 1 (June 30, 2021): 31. http://dx.doi.org/10.26740/vt.v4n1.p31-38.

Full text
Abstract:
Abstract: As a part of music theory, Counterpoint dealing with a combination of melody in contrary motion. It is focused on combining melody between cantus firmus and counterpoint. In learning counterpoint, there are two approaches which usually used, free Counterpoint and strict counterpoint (it is well known as species counterpoint). The free counterpoint method allows writing counterpoint melody without paying attention to Counterpoint rules. While in strict counterpoint does not give freedom to write counterpoint melody, hence in must follow Counterpoint rules. Based on an early observation of this study, it found that the free counterpoint method did not give a strong understanding of basic counterpoint to the students. It is showed that students are confused when they made a Counterpoint melody. They stated that they were confused about how to start the melodies and also how to develop their melody because they don’t have a strong basis of counterpoint rules. This research aims to analyze the role of species counterpoint in giving a rudiment to the students. Species counterpoint used here as a pedagogical tool, which makes students learned through several steps called species. This is qualitative research. The data acquired from observation and interviews during learning Counterpoint at Music Education Study Program, Faculty of Performing Arts, Institut Seni Indonesia Yogyakarta. The results showed that species counterpoint builds a strong fundamental theory in writing counterpoint melody. Moreover, it also helps students to increase their skills in writing a counterpoint melody.Keywords: Counterpoint, Cantus Firmus, Species Counterpoint, Melody. Abstrak: Kontrapung merupakan cabang dari Teori Musik untuk menyusun kombinasi melodi secara berlawanan antara cantus firmus dan counterpoint. Dalam pembelajaran Kontrapung terdapat dua pendekatan yaitu free counterpoint dan strict counterpoint (species counterpoint). Free counterpoint memberikan kebebasan dalam membuat melodi Kontrapung, sementara strict counterpoint harus mempertimbangkan berbagai macam kaidah dalam membuat melodi Kontrapung. Berdasarkan observasi awal, penggunaan free counterpoint dalam pembelajaran Kontrapung tidak memberikan dasar yang kuat untuk dapat membuat melodi Kontrapung. Untuk mengatasi hal tersebut, maka sebaiknya pembelajaran Kontrapung dilakukan dengan menggunakan pendekatan species counterpoint. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan species counterpoint pada pembelajaran Kontrapung dalam membuat melodi Kontrapung. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Data penelitian didapat dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan selama pembelajaran Kontrapung di Program Studi S-1 Pendidikan Musik, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran Kontrapung dengan menggunakan pendekatan species counterpoint dapat meningkatkan pemahaman terhadap kaidah-kaidah Kontrapung dalam membuat melodi Kontrapung, selain itu pembelajaran Kontrapung dengan species counterpoint juga meningkatkan keterampilan dalam membuat melodi Kontrapung.Kata Kunci: Kontrapung, Cantus Firmus, Species Counterpoint, Melodi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Hidayatullah, Panakajaya. "Musik Adaptasi Dangdut Madura." Resital: Jurnal Seni Pertunjukan 16, no. 1 (February 17, 2016): 1–14. http://dx.doi.org/10.24821/resital.v16i1.1270.

Full text
Abstract:
Musik adaptasi dangdut Madura adalah bentuk penciptaan musik yang prosesnya dilakukandengan mengadaptasi lagu asing (asal) menjadi lagu dangdut Madura (sasaran). Tujuan penelitianini adalah untuk mengetahui proses adaptasi musik dangdut Madura dari lagu asal ke lagu sasaranmelalui analisis musikologis. Analisis musikologis meliputi lirik, melodi vokal, dan hubungan antaralirik dan melodi vokal. Lirik dan melodi vokal dipilih sebagai objek studi karena keduanya merupakanunsur yang paling menonjol dalam musik adaptasi dangdut Madura. Hasil penelitian menunjukkanbahwa dalam proses adaptasi lagu asal ke lagu sasaran terdapat pola-pola atau kecenderungan yangsering terjadi yaitu: 1) lirik lagu sasaran selalu menyesuaikan dengan lirik lagu asal, penyesuaiantersebut melalui penyesuaian pola liris, pola tiruan bunyi (onomatope), pola penyesuaian bunyi dansaduran. 2) Melodi vokal lagu asal selalu berorientasi untuk tetap dipertahankan, tetapi mengalamiperubahan yaitu penyesuaian ritme melodi vokal dan perubahan nada melodi vokal. 3) Terdapat hubungan lirik dan melodi vokal yang saling mempengaruhi dalam musik adaptasi dangdut Madura.The Musical Adaptation of Maduranese Dangdut. The musical adaptation of Maduranese dangdutis a form of musical creation process done by adapting a foreign song (origin) into a Maduranese dangdutsong (target). The purpose of this study was to determine the adaptation process of Maduranese dangdutmusic from the origin song to the target one through musicological analysis. The musicological analysisincludes the analysis of the lyrics, the vocal melodies, and the relationship between the lyrics and vocalmelodies. The lyrics and vocal melodies were chosen as the objects of study because both of which were themost prominent elements in the musical adaptation of Maduranese dangdut. The results showed that in theprocess of adaptation tracked from the target to the original songs there are several patterns or tendencies thatoften occur. The patterns are the followings: 1) The lyrics targets always adjust to the lyrics of origin, theseadjustments include the adjustment of lyrical pattern, the pattern of sound imitation (onomatopoeic), thepattern of sound adjustment and adaptation. 2) The melody of the original vocal songs are always designedto be retained, yet the changes are in the adjustment of the vocal melody rhythm and the tonal changes of thevocal melody. 3) There is a relationship between the lyrics and vocal melody which interplay in the musical adaptation of Maduranese dangdut.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Kusuma, Singgih Rastra. "Gaya Permainan Didiet Violin Dalam Lagu "Turning Point"." Virtuoso: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Musik 2, no. 2 (November 27, 2019): 106. http://dx.doi.org/10.26740/vt.v2n2.p106-120.

Full text
Abstract:
Lagu “Turning Point” Merupakan lagu yang ditulis oleh Sigit Ardityo atau yang lebih dikenal sebagai Didiet Violin yang dipublikasikan pada tanggal 28 Januari 2018 dalam album “Didiet & Violin” Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1)Bagaimana aransemen dalam lagu “Turning Point” ciptaan Didiet Violin, 2) Bagaimana gaya permainan dalam lagu “Turning Point” ciptaan Didiet Violin. Jenis Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Objek penelitian ini adalah Lagu “Turning Point”, dengan fokus yang dibahas adalah aransemen dan gaya permainan. Subjek penelitian ini adalah peneliti mewawancarai satu narasumber sekaligus pencipta lagu “Turning Point” yakni Sigit Ardityo atau Didiet Violin. Hasil penelitian ini fokus pada tinjauan aransemen dan gaya permainan pada lagu “Turning Point” yang meliputi : 1) Pada Introduksi, terdapat melodic variation and fake, kemudian counter melodydiakhiri dengan transisi sebagai penghubung kebagian selanjutnya, 2) Terdapat tujuh transisiberbeda yang ada setiap perpindahan subbagian baru,3)empat kali retransisihadir untuk mengulagi bagian transisi yang sama,4)Disolusibertujuan sebagai pengulang dari Tema 1 dan Tema 2 dengan menambahkan melodic variation and fakesehingga tema terjadi pengembangan pada bagian melodi,5)Interludepada lagu “Turning Point” terjadi dua kali, pertama terjadi antara disolusi tema 1 dengan repetisi tema 2 sebanyak 7 birama kemudian terjadi antara disolusi tema 1 yang kedua dengan kodeta melodis, 6)Kodeta melodisterdapat pada subbagian M, instrumen piano melakukan filler like obbligatountuk mengisi kekosongan pada melodi utama, diikuti dengan drum dan congas yang memainkan sixtupletsecara bersamaan dengan piano, 7) Kodamerupakan bagian dari disolusi tema 1. Pada instrumen gitar melakukan fillerterhadap melodi violin dan kemudian diakhiri dengan transisi, 8)Postludeberada pada subbagian q, Memiliki progresi akord secara berturut-turut F#dim-Em. Bass melakukan counter melodydengan violin dan gitar yang memainkan melodi yang sama supaya memperkuat jalannya harmoni,9)Didiet Violin menerapkan Gaya (style) Klasik,danJazzdidalam lagu “Turning Point”,10)Didiet Violin dalam lagu “Turning Point” menggunakan teknik permainan pizzicato, staccato, sautille, glissando, legato,dan doublestopuntuk menunjang gaya permainannya,11) Genre yang digunakan pada lagu “Turning Point” merupakan genre Latindengan Samba pattern, tepatnya Brazilian Samba.Kata Kunci: Aransemen, Gaya Permaninan, Lagu “Turning Point”
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Mazlan, Chamil Arkhasa Nikko, Mohd Hassan Abdullah, Suflan Faidzal Arshad, Mohd Khair Abdul Latif, Ramlan Mohd Imam, and Isyam Swardy Daud. "Satu Tinjauan Muzikologi Lagu Melayu Asli." Jurai Sembah 1, no. 2 (December 10, 2020): 14–26. http://dx.doi.org/10.37134/juraisembah.vol1.2.2.2020.

Full text
Abstract:
Kajian mengenai muzik tradisional semakin mendapat tempat dalam kalangan para sarjana, khususnya melibatkan salah satu muzik Malaysia, iaitu lagu Melayu Asli. Hasilnya, terdapat banyak artikel yang mengkaji lagu Melayu Asli, baik dari kaca mata instrumentalis mahupun dari sudut nyanyian vokal. Artikel ini melampirkan tinjauan dalam lagu Melayu Asli, berfokuskan pada ciri-ciri yang terkandung di dalamnya. Metodologi yang digunakan untuk meninjau ciri lagu Melayu Asli ini menggunakan analisis dokumen kualitatif dengan pendekatan analisis kandungan daripada artikel dan diskografi lagu Melayu Asli. Bagi meningkatkan kesahan dapatan yang diperolehi daripada artikel dan diskografi, triangulasi dilakukan dengan kaedah temu bual. Rumusannya, ciri-ciri umum lagu Melayu Asli boleh dilihat dari aspek berikut: struktur asal komposisi lagu Melayu Asli berasaskan struktur AB, kemudian ditambah dengan bahagian intro, interlud dan outro. Rentak asli atau senandung ini dimainkan dalam tempo yang perlahan, sekitar 55 sehingga 75 bit per minit. Akhir sekali, ciri yang harus ada dalam komposisi lagu Melayu Asli ialah melodi pengantar lagu, iaitu satu rangkai melodi pendek yang dimainkan sebelum atau selepas melodi utama atau melodi nyanyian. Ciri pengantar lagu ini juga seperti fungsi counter-melody yang melengkapi melodi utama dalam lagu Melayu Asli.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Kautzar, Awang. "Karakteristik Bentuk Musik Melayu Di Kota Palembang Pada Lagu Melati Karangan." Resital: Jurnal Seni Pertunjukan 18, no. 2 (January 27, 2019): 88–94. http://dx.doi.org/10.24821/resital.v18i2.1926.

Full text
Abstract:
Artikel yang bertujuan membahas secara spesifik bagaimana bentuk lagu tradisi yang bernuansa Melayu. Tujuan tulisan ini untuk memberikan wawasan dan informasi tentang bentuk musik Melayu di Palembang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan bentuk penelitian kualitatif. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan musikologi. Sumber data yang di dapat dalam penilitian adalah narasumber yaitu Misral dan Irsyad Elbana. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik menguji keabsahan data yang di gunakan triangulasi. Hasil penelitian ini yaitu pada melodi utama atau melodi pada vokal yang terdapat beberapa kali pengulangan, frase pertanyaan dan frase jawaban juga Karakteristik lirik dan makna pada lagu tradisional Melayu di Palembang. Salah satu lagu tradisional di Palembang yaitu lagu Melati Karangan, lagu ini merupakan tanda atau identitas Palembang yang selalu menghormati sosok seorang wanita, pertunjukan dengan musik Melayu pada lagu Melati Karangan biasanya disajikan dalam upacara adat pernikahan. Tatacara penghormatan kepada perempuan Melayu di Palembang yang merepresentasikan sopan santun dalam proses pernikahan, merupakan bagian dari identitas budaya Melayu di Kota Palembang.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Suwahyono, Agus. "CAPRICE NO. 24 KARYA PAGANINI PADA SOLO GITAR ARANSEMEN JOHN WILLIAMS (ANALISIS BENTUK MUSIK)." Virtuoso: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Musik 1, no. 1 (June 30, 2018): 24. http://dx.doi.org/10.26740/vt.v1n1.p24-29.

Full text
Abstract:
Caprice no. 24 merupakan salah satu dari 24 caprice yang diciptakan oleh Paganini, Caprice (capricio) adalah musik ringan yang pendek dan lincah, khusus bagi alat musik klaviatur, dikenal dalam abad ke-17. Capricio disusun dalam bentuk fuga. Selain itu ada yang menyebut Capricio sebagai sebuah komposisi yang tidak menuruti peraturan tertentu. Caprice no. 24 karya Paganini aransemen solo gitar oleh John Williams termasuk salah satu karya komposisi dengan bentuk variasi, dari tema yang kemudian dikembangkan dengan berbagai macam variasi baik irama, harmoni, melodi, dan seterusnya. Tema dalam Caprice no. 24 terdiri dari 12 birama, kemudian dikembangkan mulai dari variasi 1 sampai dengan variasi 13 (Finale), yang secara keseluruhan mencapai 158 birama. Analisis bentuk variasi karya Paganini “Caprice no. 24” adalah sebagai berikut: Variasi ke: (1) Variasi dengan harmoni tetap, (2) Variasi Melodi, (3) Variasi harmoni, (4) Variasi Melodi, (5) Variasi Melodi, (6) Variasi Harmoni, (7) Variasi Harmoni dan Irama, (8) Variasi bebas, (9) Variasi Melodi, (10) Variasi melodi dan ritme, (11) Variasi bebas, (12) Variasi Karakter, (13) Finale; Variasi bebas.Kata kunci: Caprice, Bentuk variasi
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Firmansyah, Imam. "Gaya Liao Kongahyan Pada Lagu Dalem Gambang Kromong "Pobin Kong Ji Lok"." Jurnal Seni Nasional Cikini 6, no. 1 (June 25, 2020): 26–37. http://dx.doi.org/10.52969/jsnc.v6i1.85.

Full text
Abstract:
Keberadaan lagu dalem gambang kromong pada masa kini dirasakan memprihatinkan. Lagu-lagu yang termasuk dalam repertoar klasik ini sudah sangat jarang terdengar karena dianggap sudah tidak menarik lagi bagi masyarakat pendukungnya. Kini lagu dalem yang tersisa hanya lagu “Pobin Kong Ji Lok”. Lagu ini dimainkan oleh tiga alat musik pembawa melodi utama, yaitu kongahyan, gambang, dan kromong. Ketiganya mempunyai gaya khas yang disebut dengan liao, yaitu gaya melodi yang sifatnya bebas dan menyerupai improvisasi. Penelitian ini akan menjelaskan gaya liao pada salah satu alat musik pembawa melodi yang utama, yaitu kongahyan. Gaya melodi Liao kongahyan didokumentasikan dalam bentuk audio visual, dan kemudian mentranskripsikannya dalam bentuk notasi, kemudian menganalisa gaya musiknya melalui elemen musik yang paling menonjol, diantaranya adalah tangga nada, harmoni, sistem penalaan, ritem, dan warna suara alat musik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Pratama, Haria Nanda, Abdul Rozak, and Rico Gusmanto. "Analisis Musik Iringan Lagu Aneuk Yatim Ciptaan Rafly Kande." Musikolastika: Jurnal Pertunjukan dan Pendidikan Musik 3, no. 1 (June 23, 2021): 18–37. http://dx.doi.org/10.24036/musikolastika.v3i1.66.

Full text
Abstract:
Lagu Aneuk Yatim merupakan karya musik bergenre pop ciptaan Rafly pada tahun 1999 yang menceritakan tentang keadaan sosial kehidupan anak-anak di Aceh terkait peristiwa konflik dan tsunami di tahun 2004, dan mencapai puncak popularitasnya baik secara lokal maupun nasional. Lagu Aneuk Yatim memiliki penggunaan instrumen dan harmoni iringan yang khas dalam kalimat lagu dengan harmoni iringan dan tangganada konvensional (background harmony). Hal tersebut menjadi rangkaian pendukung melodi yang dimainkan untuk menciptakan kesan dan pesan pada lagu. Penelitian ini mencoba untuk menguraikan dan mengidentifikasi penggunaan instrumen musik dan harmoni iringan pada lagu Aneuk Yatim, yang nantinya bisa dijadikan rujukan bagi peneliti dalam menganalisis karya musik lagu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Selanjutnya, pendekatan yang dilakukan untuk mempermudah pencarian data dilakukan dengan etik dan emik agar tercapainya kelancaran dalam proses pencarian sampai dengan pengelolaan data untuk mengindentifikasi penggunaan instrumen musik dan harmoni iringan pada lagu Aneuk Yatim. Metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data yang terkait subjek maupun objek dengan cara berinteraksi langsung melalui dokumentasi, observasi, dan wawancara dengan partisipan. Penggunaan instrumen dalam lagu Aneuk Yatim terdiri dari accoustic guitar, keyboard, electric bass, dan drum set. Instrumen acoustic guitar, keyboard, dan electric bass merupakan instrumen melodis dan instrumen harmonis yang digunakan sebagai instrumen dalam memainkan melodi pada interlude, serta instrumen harmonis yang memainkan akor sebagai iringan pada melodi pokok. Harmoni iringan dan tangganada pada lagu Aneuk Yatim ini, seperti tangganada minor asli maupun minor harmonis, serta harmoni yang dipakai seperti akor I-IV-V (G-C-D
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Caturono, Yahya. "Analisis Variasi Melodi dan Struktur Lagu Pada "Konserto Trumpet In Es" Karya Joseph Hydn." Virtuoso: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Musik 2, no. 1 (January 22, 2020): 34. http://dx.doi.org/10.26740/vt.v2n1.p34-40.

Full text
Abstract:
Konserto trompet haydn ini merupakan konserto trompet pertama yang diciptakan oleh haydn. Konserto ini diciptakan untuk trompet berkunci dalam Es dan ditujukan untuk temannya pemain trompet yang bernama Anton weidinger, pemain trompet di istana Wina. Trompet berkunci adalah trompet yang dapat mengeluarkan nada- nada kromatis, trompet berkunci diciptakan oleh Reidl, dan merupakan instrumen musik yang menjadi pelopor pada tipenya dikarenakan sebelumnya tidak menggunakan kunci. penulis tertarik meneliti tentang teknik variasi melodi ini dikarenakan keistimewaan konserto yang diciptakan oleh haydn ini untuk temanya dan lebih menonjolkan nada nada kromatik. Namun sebelum meneliti tentang variasi melodi, peneliti menguraikan struktur lagu untuk mempermudah dalam menjabarkan mengenai variasi melodi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Jatmika, Ovan Bagus. "Suita Zodiak: Komposisi Musik untuk String Kuartet dan Trio Woodwind." Journal of Urban Society's Arts 3, no. 1 (April 29, 2016): 10–18. http://dx.doi.org/10.24821/jousa.v3i1.1472.

Full text
Abstract:
Zodiak adalah rasi bintang di sepanjang garis ekliptika yang terdiri atas 12 bagian, yaitu Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo, Libra, Scorpio, Sagitarius, Capricorn, Aquarius, dan Pisces. Ke-12 zodiak tersebut memiliki karakter yang berbeda karena dibedakan oleh modus (cardinal, fixed, mutable) dan elemen (api, tanah, udara, air) yang menyusunnya. Fenomena ini, dalam konteks komposisi musik, merupakan hal-hal ekstra musikal. Hal-hal ekstra musikal inilah yang akan diangkat ke dalam komposisi musik programa dengan judul “Suita Zodiak”. Komposisi ini disusun dalam 12 gerakan dan disusun dalam 12 tonalitas yang berbeda. Masing-masing gerakan menggambarkan karakter 12 zodiak dari Aries hingga Pisces. Karakter dari ketiga modus yang menyusun zodiak ditransformasi ke musik melalui pembedaan tekstur, sedangkan karakter dari keempat elemen yang menyusun zodiak ditransformasi ke musik melalui pembedaan karakter melodi, suasana musikal, dan pembedaan tempo. Pemaknaan tentang karakter 12 zodiak kemudian dijadikan batasan dalam penciptaan “Suita Zodiak” bersifat arbitrer. Hal ini mengacu pada beberapa karya yang pernah diciptakan sebelumnya, yang sebagian besar menghubungkan karya musik dengan unsur ekstra musikalnya secara arbitrer. Karya ini digarap dalam format string kuartet dan trio woodwind dengan mengembangkan beberapa konsep melodi yang diambil dari thesaurus of scales and melodic pattern. Zodiac Suite: Music Composition for String Quaertet and Trio Woodwind. Zodiac is the constellations along the ecliptic line consisting of 12 parts, namely Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo, Libra, Scorpio, Sagitarius, Capricorn, Aquarius, and Pisces. The 12 zodiacs have different characters because they are distinguished by the mode (cardinal, fixed, mutable) and elements (fire, earth, air, water) that are arranged them. This phenomenon, in the context of musical composition, is extra-musical things. These extra-musical things will be lifted into musical composition program entitled “Suita Zodiak”. This music composition has been worked out in 12 movements and arranged in 12 different tones. Each movement describes the character of the 12 zodiacs from Aries to Pisces. The characters of the three modes setting up the zodiac will be transformed into music through texture distinction; meanwhile the characters of four elements that are creating the zodiac have been transformed into music through the distinction of the melodic character, musical atmosphere, as well as difference in tempo. The meaning of 12 zodiac characters are then used as constraints in the creation of the arbitrary Zodiac Suite. This refers to several masterpieces that had been previously created, most of which relate to musical masterpiece with arbitrary extra-musical element. This artistry has been created in the quartet string and trio woodwind format by developing several melody concepts that are taken from thesaurus of scales and melodic pattern.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Mistortoify, Zulkarnain, Timbul Haryono, Victor Ganap, and G. R. Lono L. Simatupang. "Pola Kellèghãn dan Teknik Vokal Kèjhungan Representasi Ekspresi Budaya Madura dan Pengalaman Estetiknya." Resital: Jurnal Seni Pertunjukan 15, no. 1 (November 10, 2014): 1–17. http://dx.doi.org/10.24821/resital.v15i1.796.

Full text
Abstract:
Kèjhungan adalah gaya nyanyian Madura yang memiliki ciri-ciri kontur melodi dengandidominasi nada-nada tinggi, penuh dengan ketegangan suara (nyaring), ekspresif, dan terpola.Kèjhungan seringkali dianalogikan sebagai sebuah bentuk ekspresi “keluh-kesah” semata. Kelantangansuara, ketinggian nada, dan pengolahan melodi yang penuh melismatis mengesankan nyanyian iniseperti orang yang sedang berteriak, membentak, dan merintih-rintih. Penelitian ini dilakukan untukmengungkap hubungan antara karakteristik kèjhungan dengan dunia pengalaman manusia pemiliknya.Oleh karenanya, aspek yang dikaji tidak hanya melihat aspek materi nyanyian itu sendiri, melainkanmelihat pula perilaku menyanyikannya. Melalui analisis struktural-hermeneutik dan pendekatanetnoestetik, ditemukan bahwa kellèghãn (pola-pola kalimat lagu) menjadi karakteristik pokok daribentuk kèjhungan dan teknik vokalnya yang bertumpu pada capaian ekspresi yang “menggebu-gebu”.Ide dan konsep yang tergali dibalik itu menunjukkan adanya relasi antara kebiasaan menyanyi orangMadura dengan pengalaman sejarah sosial-budayanya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwanyanyian Madura secara fenomenologis memberikan petunjuk yang sangat jelas sebagai representasidari ekspresi budaya dan pengalaman estetik, khususnya pada sub kultur barat Madura. Kellèghãn Pattern and Kèjhungan Vocal Technique, the Representation of Madurese CulturalExpression and Aesthetic Experience. Kèjhungan is a singing style specific to Madurese. It features thepatterned melodic contour dominated by high pitch vocal, expressiveness, and full of vocal intensity. Maduresekèjhungan is often misperceived only as a form of “moaning” due to its piercing sound, high pitch note, andmelismatic melody. Kèjhungan gives an impression of a person shrieking and moaning at the same time. Thestudy of kèjhungan was conducted to reveal the relationship between the singing characteristic and humanexperiences. Therefore, kèjhungan aspects should not only focus on the singing material itself, but it shouldalso include a study on how people sing it. Using the structural-hermeneutic analysis and ethno aestheticapproach, the kellèghãn (patterns of musical phrase) and vocal techniques that rest upon volatile expressionare the basic characteristics of kèjhungan. The idea and concept behind those techniques show a connectionbetween Madurese singing practice and the chronicle of their socio-cultural experience. Finally, this researchshows that in phenomenological aspect it gives a very clear clue on the representation of the Madurese cultureexpression and aesthetic experience, especially the sub-culture of West Madura.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Belli, M., S. Salomaa, and A. Ottolenghi. "MELODI: the 'Multidisciplinary European Low-Dose Initiative'." Radiation Protection Dosimetry 143, no. 2-4 (November 24, 2010): 330–34. http://dx.doi.org/10.1093/rpd/ncq392.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Suardi, Rofiandri. "MUSIK TARI RENTAK BULIANDI SANGGAR KAMBOJA SMPN 1 RENGAT KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU (ANALISIS UNSUR MELODI)." Virtuoso: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Musik 1, no. 1 (June 30, 2018): 1. http://dx.doi.org/10.26740/vt.v1n1.p1-7.

Full text
Abstract:
Tari Rentak Bulian menjadi salah satu kesenian yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten Indragiri Hulu. Tari ini diajarkan di sanggar-sanggar di Kabupaten Indragiri Hulu, dan juga di kegiatan Ekstrakurikuler Sekolah. Di Sanggar Kamboja SMPN 1 Rengat, tari Rentak Bulian diajarkan kepada siswa/i dan juga mempelajari musik iringannya. Dalam artikel ini, pembahasan lebih difokuskan kepada musik tari Rentak Bulian. Pembahasan yang dipaparkan adalah mengenai salah satu unsur pembentuk musik, yaitu melodi. Pengajaran seni Tari Rentak Bulian dan musik tarinya, merupakan salah satu bentuk pelestarian yang dilakukan seniman untuk diwariskan kepada generasi muda-mudi yang berkompetensi dalam dunia seni.Kata kunci: Rentak Bulian, Musik Iringan, Melodi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Elsworth, Benjamin, Karen Dawe, Emma E. Vincent, Ryan Langdon, Brigid M. Lynch, Richard M. Martin, Caroline Relton, Julian P. T. Higgins, and Tom R. Gaunt. "MELODI: Mining Enriched Literature Objects to Derive Intermediates." International Journal of Epidemiology 47, no. 2 (January 12, 2018): 369–79. http://dx.doi.org/10.1093/ije/dyx251.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Raharja, Budi, and Suminto A. Sayuti. "PENGEMBANGAN KONSTRUK INSTRUMEN HASIL PEMBELAJARAN PRAKTIK KARAWITAN JAWA." Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan 18, no. 2 (December 1, 2014): 168–87. http://dx.doi.org/10.21831/pep.v18i2.2859.

Full text
Abstract:
Penelitian ini mengembangkan instrumen hasil pembelajaran praktik karawitan Jawa dari perspektif keterampilan dan sikap. Perspektif keterampilan menilai kemampuan peserta didik menyelaraskan komponen pembelajaran (melodi, irama/tempo, dan bunyi/nada); sedangkan perspektif sikap menilai pemahaman, penghayatan, dan pengamalan komponen pembelajaran tersebut. Langkah-langkahnya meliputi pengembangan produk, validasi produk, implementasi produk, dan analisis data. Pengembangan produk meliputi pengembangan instrumen keterampilan dan pengembangan instrumen sikap; validasi produk menguji produk dalam diskusi kelompok terfokus, seminar instrumen, dan validasi ahli; implementasi produk adalah mengaplikasikan instrumen dalam uji coba skala kecil dan skala besar serta uji coba utama; sedangkan analisis datanya menggunakan uji kecocokan model. Hasil uji kecocokan model menyatakan bahwa model dinyatakan fit dengan koefisien korelasi antara 0,90 hingga 0,98 dan muatan faktor antara 0,62 hingga 0,91. Instrumen menghasilkan informasi kemampuan menyelaraskan melodi, irama, dan bunyi ricikan serta karakteristik tabuhan peserta didik dari perspektif dan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan komponen pembelajarannya. Kata kunci: karawitan, penilaian, keterampilan, sikap _____________________________________________________________ DEVELOPING AN INSTRUMENT CONSTRUCT FOR ASSESSING THE JAVANESE KARAWITAN LEARNING OUTCOMEAbstract This study developed an instrument for assessing learning achievement of Javanese karawitan practice from the perspectives of skill and attitude. The skill perspective evaluates the students’ ability to harmonize the learning components (melody, rhythm/tempo, and sound/tone); while the attitude perspective evaluates their understanding, comprehension, and application of those learning components. The steps in doing the research include product development, product validation, product implementation, and data analysis. Product development includes developing the skill instruments and developing the attitude instruments; while product validation includes testing the product in focus group discussion, seminar for the instruments, and expert judgment. Product implementation is applying the instrument in small-scale and large-scale tests as well as main testing, while the data analysis used model fitness test. The result of model fitness test shows that this model is fit with correlation coefficient from 0.90 to 0.98 and content factor from 0.62 to 0.91. The instrument has yielded information concerning the ability of students to harmonize melody, rhythm, and the ricikan and tabuhan sounds from the perspectives of understanding, comprehending, and applying the learning components.Keywords: karawitan, assessment, skill, and attitude
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Wiflihani, Wiflihani, Uyuni Widiastuti, and Adina Sastra Sembiring. "Pengembangan Musikalitas Melalui Bunyi-Bunyi Alam pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Musik Universitas Negeri Medan." Gondang: Jurnal Seni dan Budaya 2, no. 1 (June 6, 2018): 20–27. http://dx.doi.org/10.24114/gondang.v2i1.9763.

Full text
Abstract:
Pengembangan musikalitas melalui bunyi-bunyi alam sangat membantu mahasiswa dalam mengembangkan musikalitas yang dimilikinya, khususnya dalam mengembangkan melodi, irama dan harmoni. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan musikalitas mahasiswa Prodi Pendidikan Musik melalui bunyi-bunyi alam yang ada di sekitarnya. Bunyi-bunyi alam tersebut terlebih dahulu diobservasi, diidentifikasi, kemudian membuat imitasi berdasarkan unsur-unsur musikalitasnya (melodi, irama, harmoni), memainkan dan mengkreasikannya menjadi satu komposisi musik. Melalui pengembangan musikalitas dengan bunyi-bunyi alam, kemudian mahasiswa mengeluarkan ide-ide kreatifnya dengan mewujudkan bunyi-bunyi yang didengarnya. Kreativitas mahasiswa dalam mengembangkan bunyi-bunyi alam dapat dilihat dari menemukan topik atau gagasan, menemukan suara alam sebagai sumber bunyi, mengkomposisikannya menjadi enak untuk didengar dan diapresiasikan kepada orang lain. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada khazanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang kajian Pendidikan musik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Daryono, Budi Setiadi, and Faizatul Fitriyah. "PEWARISAN KETAHANAN MELON (Cucumis melo L.) KULTIVAR MELODI GAMA 3 TERHADAP Kyuri green mottle mosaic virus (RESISTANCE’S INHERITANCE TO Kyuri green mottle mosaic virus IN MELON (Cucumis melo L.) MELODI GAMA 3 CULTIVAR)." Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia 20, no. 2 (February 8, 2017): 59. http://dx.doi.org/10.22146/jpti.17702.

Full text
Abstract:
Melon (Cucumis melo L.) belongs to Cucurbitaceae. Melon has high potential to be developed as main horticultural product in Indonesia. Melon is one of important foreign exchange and is the fifth biggest horticulture commodity in Indonesia. One of the problems in melon farming is mosaic disease caused by Kyuri green mottle mosaic virus (KGMMV). KGMMV infection reduces the quality and the amount of melon production. Melon farmers suffered a significant financial loss. Melodi Gama 3 (MG3) is a high yielding melon cultivar from the Genetics Laboratory, Faculty of Biology, Universitas Gadjah Mada. The use of genetically resistant melon cultivar has beneficial outcome for agriculture sector. The aim of this research was to study the resistance’s inherintance to KGMMV in MG3 melon cultivar. Two cultivars of MG3, MG3|5and MG3|8, were cultivated in the greenhouse. MAI, Glamour, Ladika, and Action melon cultivars were used as references. Resistance of KGMMV was analyzed by symptom observation and serological detection using Double Antibody Sandwich Enzyme Linked Immunosorbent Assay (DAS-ELISA). DAS-ELISA result analyzed further to establish resistance category. Description to melon cultivar phenotype variation was done. The result of this research indicates that MG3 melon cultivar is tolerant to KGMMV. The decrease of MG3 optical density was directly related with the lowering of KGMMV symptoms. The character of tolerance to KGMMV was inherited from Melodi Gama 1 (MG1) cultivar. Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman buah yang tergolong dalam familia Cucurbitaceae. Tanaman melon berpotensi untuk dikembangkan sebagai produk unggulan hortikultura di Indonesia. Tanaman melon juga merupakan salah satu penghasil devisa penting Indonesia dan menempati urutan ke-5 dari kelompok hortikultura. Salah satu kendala yang sering dihadapi oleh petani melon adalah penyakit mosaik yang disebabkan oleh Kyuri green mottle mosaic virus (KGMMV). Infeksi KGMMV pada pertanian melon mengakibatkan penurunan kualitas dan kuantitas hasil, sehingga petani mengalami kerugian ekonomi yang cukup berarti. Melodi Gama 3 (MG3) merupakan kultivar melon unggul hasil rakitan Laboratorium Genetika, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada. Penggunaan kultivar melon yang tahan terhadap infeksi KGMMV secara genetis merupakan alternatif yang sangat bermanfaat dalam bidang pertanian. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pewarisan ketahanan MG3 terhadap infeksi KGMMV. Melon kultivar MG3, ditumbuhkan di greenhouse. Sebagai pembanding digunakan melon kultivar yang umum ditanam petani, yaitu MAI, Glamour, Ladika, dan Action. Kelima kultivar melon tersebut diinokulasi dengan KGMMV. Parameter ketahanan KGMMV yang digunakan adalah segregasi gejala dan uji serologis dengan Double Antibody Sandwich Enzyme Linked Immunosorbent Assay (DAS-ELISA). Hasil DAS-ELISA selanjutnya dianalisis untuk mengetahui kategori ketahanannya. Dilakukan pula deskripsi pada variasi fenotip kultivar melon yang ditanam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tanaman melon kultivar Melodi Gama 3 memiliki sifat toleransi terhadap infeksi KGMMV. Toleransi ditunjukkan dengan nilai optical density (OD) yang menurun seiring dengan penurunan gejala infeksi KGMMV. Sifat ketahanan terhadap KGMMV diwariskan dari kultivar Melodi Gama 1 (MG1).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Wajongkere, Yuanita, Jullia Titaley, and Yohanes A. R. Langi. "Fungsi Transposisi Modulo dan Penerapannya Pada Pencarian Susunan Tangga Nada dan Tingkatan Akor." d'CARTESIAN 8, no. 1 (January 31, 2019): 11. http://dx.doi.org/10.35799/dc.8.1.2019.22789.

Full text
Abstract:
Dalam musik, transposisi bertujuan untuk menaik-turunkan nada, nada dasar, dan akor pada sebuah lagu. Penelitian ini bertujuan untuk mencari susunan tangga nada mayor dan minor juga tingkatan akor minor menggunakan fungsi transposisi modulo 12. Data yang digunakan adalah data tentang tangga nada mayor, minor asli, harmonis dan melodis, serta tingkatan akor minor. Setelah ke 12 nada dasar diubah ke bentuk integer model of pitch, dengan memanfaatkan fungsi transposisi , ditemukan keseluruhan susunan tangga nada dimulai dari tangga nada mayor pada nada dasar C#, D, D#, E, F, F#, G, G#, A, A#, dan B. Demikian juga, ditemukan keseluruhan susunan nada pada tangga nada minor asli, harmonis dan melodis untuk setiap nada dasar A#, B, C, C#, D, D#, E, F, F#, G, dan G#. Menggunakan fungsi transposisi yang sama, untuk x himpunan akor minor natural, harmonis dan melodis, ditemukan tingkatan akor minor lainnya mulai dari tingkatan akor minor asli/natural baik dari tingkatan ke I sampai tingkatan ke VII pada setiap akor dasar A#m, Bm, Cm, C#m, Dm, D#m, Em, Fm, F#m, Gm, dan G#m. Demikian juga untuk tingkatan akor harmonis dan melodis didapat keseluruhan tingkatan akor mulai dari akor dasar A#mM7, BmM7, CmM7, C#mM7, DmM7, D#Mm7, EmM7, FmM7, F#mM7, GmM7, dan G#mM7. Hal ini penting agar lebih memudahkan seorang pemusik dalam memainkan melodi dan akor-akor penyusun sebuah lagu, bila nada dasarnya berpindah menjadi lebih tinggi atau rendah. Begitu juga sang penyanyi akan lebih mudah untuk menentukan nada dasar yang cocok pada sebuah lagu yang akan dinyanyikan sesuai dengan keinginan penyanyi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Satria Irnanningrat, Sang Nyoman. "Matinya Pertunjukan Musik." PROMUSIKA 4, no. 2 (October 25, 2016): 94–101. http://dx.doi.org/10.24821/promusika.v4i2.2277.

Full text
Abstract:
Musik merupakan suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan struktur musik serta ekspresi sebagai satu kesatuan. Salah satu cara penyampaian musik yaitu melaui pertunjukan musik. Namun, perkembangan teknologi membuat pertunjukan musik menjadi semakin jarang diminati oleh para penikmat musik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa sajakah bentuk-bentuk penyebab matinya pertunjukan musik dilihat dari teori McDonaldisasi serta bagaimana efek McDonaldisasi terhadap pertunjukan musik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif serta menerapkan pendekatan sosiologi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat empat dimensi dalam bentuk kematian pertunjukan musik yaitu dimensi efisiensi, dimensi prediksi, dimensi daya hitung, dan dimensi kontrol. Selanjutnya, McDonaldisasi juga membawa dampak terhadap matinya pertunjukan musik yaitu salah satunya adalah dehumanisasi atau manusia telah meninggalkan kodratnya sebagai manusia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Ramadhoni, Ayudha Eka, and Ranang Agung Sugihartono. "REPRESENTATION OF NOSTALGIA IN THE PROGRAM MEMORI MELODI IN TVRI NATIONAL." Capture : Jurnal Seni Media Rekam 12, no. 1 (December 1, 2020): 72–85. http://dx.doi.org/10.33153/capture.v12i1.2674.

Full text
Abstract:
This study describes the representation of nostalgia in the “Memori Melodi” music program in the episode Tribute To Yon Koeswoyo. This study uses a construction approach from the representation of Stuart Hall. The sampling technique uses purposive sampling technique. Data collection used is observation without a roleplay and interviews. Data analysis used Miles and Huberman model data analysis which consisted of data reduction, data presentation, conclusion drawing and verification. The results of this study indicate there is a nostalgic representation in the music program of “Memori Melodi” episode Tribute To Yon Koeswoyo. The appearance of nostalgic is constructed through verbal and non-verbal language in each segment. The construction of social interactions between the performers (host, singer, audience) and sensory input (music, visual, narrative about Koes Plus and Yon Koeswoyo, and expressions of the performers) is a form of nostalgia in the Tribute To Yon Koeswoyo's episode. This nostalgic representation is useful knowledge about the reappearance of nostalgia in music programs on television.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Tika Setiarini, Agnes, Agoeng Prasetyo, and Suryati Suryati. "Analisis dan Interpretasi Lagu Desafinado karya Antonio Carlos Jobim." PROMUSIKA 4, no. 1 (April 25, 2016): 13–20. http://dx.doi.org/10.24821/promusika.v4i1.2268.

Full text
Abstract:
Studi ini membahas musik Jazz Latin dari Jobim yang merupakan percampuran antara musik jazz dan musik latin. Pada musik ini jazz dengan variasi akor yang beragam digabungkan dengan musik latin yang kaya akan permainan ritmis alat musik perkusi. Irama musik latin jazz yang bermacam-macam membuat musik ini mendapatkan apresiasi yang tinggi. Lagu Desafinado ciptaan Antonio Carlos Jobim adalah salah satu lagu standart latin jazz yang sangat terkenal.Desafinado memiliki banyak hal yang menarik untuk diteliti, yaitu dari bentuk lagu, progresi akor, dan interpretasi lirik lagu. Analisis yang dilakukan meliputi bentuk lagu dan progresi akor, sedangkan interpretasi yang dibahas mengacu pada 3 musisi jazz yang membawakan lagu Desafinado, yaitu Antonio Carlos Jobim sendiri, Ella Fitzgerald, dan Frank Sinatra. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif pendekatan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini adalahDesafinado memiliki alur melodi dan progresi akor yang berhubungan dengan lirik lagunya. Alur melodi dan progresi akor lagu ini menunjukkan kekhasan karya-karya Antonio Carlos Jobim untuk lagu-lagu standart latin jazz.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Suppan, Wolfgang, Ferial Daja, Qemal Haxhihasani, Kole Luka, and Alfred Uci. "Rapsodi Kreshnike (Tekste e melodi) (Grenzer-Epen (Texte und Melodien))." Jahrbuch für Volksliedforschung 30 (1985): 220. http://dx.doi.org/10.2307/848838.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Raharja, Budi. "Musik Iringan Drama Tari Pengembaraan Panji Inukertapati Bermisi Perdamaian dan Toleransi." Resital: Jurnal Seni Pertunjukan 20, no. 1 (April 10, 2019): 13–23. http://dx.doi.org/10.24821/resital.v20i1.3459.

Full text
Abstract:
Tujuan penulisan ini untuk mendeskripsikan musik iringan drama tari berjudul “Pengembaraan Panji Inukertapati Bermisi Perdamaian dan Toleransi.” Drama tari tersebut mengisahkan perjalanan Panji Inukertapati menjelajahi beberapa wilayah Nusantara mencari kekasihnya, Dewi Sekartaji. Pembahasan fokus terhadap dinamika pertunjukan, alasan pemilihan bunyi atau lagu, dan hubungan musik dengan gerak tari. Metode interview, observasi, studi literatur, dan studi dokumen digunakanuntuk pengumpulan datanya. Hasil kesimpulan diketahui bahwa musik iringan drama tari tersebut terdiri atas bunyi Dijerido, bunyi aplikasi program DJ (monster dan drum), dan musik-musik daerah (musik Jawa, musik Melayu, musik Papua, dan musik Bali). Musik-musik tersebut dirangkai dalam struktur dramatik kerucut tunggal, digunakan untuk menciptakan atmofir musikal pertunjukan, dan sebagai pedoman penari memeragakan gerak-gerak tari. Hubungannya dengan gerak tari terbagi ke dalam tiga jenis, yaitu hubungan antara pola melodi dengan pola gerak, hubungan antar frase melodi dengan frase gerak, dan hubungan antar karakter melodi dengan karakter gerak.Accompaniment Music for The Journey of Panji Inukertapati Dance Drama for the Peace and Tolerance Mission. The writing article aimed to describing the accompany music for drama dance entitle Panji Inerktupati Journey in peace and tolerance mission. The performance described Inukertapati the journey and passed some regions in archipelago to looking for his lover, Dewi Sekartaji. The disccusion focus on dinamic performance structure, choosing sound and song reason, and its relationship to the movement. The result is the music consisted of Dijeridu instrument sound combined to electrical sounds and some Indonesian folksong (Javanese music, Malay, Papua, and Balinese music). The musics are arranged in single cone dinamic structure, are used to create performance musical atmosphere and as guidance dancers demonstrate movement; hovewer its relationship to movement are classified in three types: relationship of movement pattern with musical sound pattern; music phrase with movement phrase, and song character with movement character.Keywords: Panji journey; drama dance; musical identity
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Kartika, Nindya Maya, and Diah Latifah. "Belajar Otodidak untuk Mencapai Kompetensi Improvisasi bagi Pemain Keyboard Komunitas Band di Bandung." Jurnal Penelitian Pendidikan 19, no. 1 (May 13, 2019): 74–83. http://dx.doi.org/10.17509/jpp.v19i1.17133.

Full text
Abstract:
Penelitian ini didasari atas kemampuan kreativitas improvisasi pemain keyboard pada band melalui belajar otodidak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses belajar otodidak, meningkatkan kreativitas improvisasi pemain keyboard band dalam komunitas Band in Bandung. Metode penelitian menggunakan penelitian kualitatif single case design karena menekankan pada sebuah unit kasus dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi untuk mendapatkan data hasil penelitian. Wawancara dilakukan dengan komunikasi mengenai proses awal bermain keyboard, cara untuk meningkatkan kreativitas improvisasi bermain keyboard. Observasi untuk mendapatkan data mengenai proses belajar otodidak guna meningkatkan kreativitas pemain keyboard. Hasil analisis data sebagai berikut: 1. Kreativitas pengembangan akor dengan menambahkan akor tambahan sebagai pemanis lagu, pengembangan melodi dengan menirukan nada-nada melodi tersebut, pengembangan kecepatan jari dengan latihan rutin melalui tangga nada dan nada-nada kromatik, 2. Proses awal mengenal lagu dan improvisasi memainkan keyboard dengan mendengarkan lagu dan memberi variasi nada secara spontan serta menambahkan sound effect keyboard 3. Kekurangan terletak pada fingering yang tidak seharusnya dan keunggulan belajar keyboard secara otodidak adalah mempunyai rasa musikalitas yang tinggi. Kesimpulannya adalah belajar otodidak bisa untuk meningkatkan kreativitas improvisasi bermain keyboard.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Meile, Jakob Kyril. "Kronik." Magasin fra Det Kongelige Bibliotek 26, no. 2 (March 27, 2013): 60–78. http://dx.doi.org/10.7146/mag.v26i2.66767.

Full text
Abstract:
Indhold: Bøger og bibliotek; International ‘hackathon’ om sikring af digitalt materiale – En praktisk tilgangtil Disk Images & Digital Forensics; Open Planets Foundation; “Danmark set fra luften – før Google”; Karen Brahes unika digitaliseret; Melodi Grand Prix-sejren gemt for eftertiden; Netarkivet; Dansk Kammermusik Online; Udstillinger; Den originale Kierkegaard; Foredrag; Foredragsrække: Besættelsen; International Forfatterscene; Kofi Annan; Michael Palin; Fyraftenskoncerter; Erhvervelser;
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Pasaribu, Dedi Saputra, and Theodora Sinaga. "ANALISIS BENTUK, MAKNA DAN FUNGSI LAGU RURA SILINDUNG ARANSEMEN ERIZON RASIN KOTO KARYA GURU NAHUM SITUMORANG." Grenek Music Journal 10, no. 1 (February 25, 2021): 15. http://dx.doi.org/10.24114/grenek.v10i1.23539.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk, makna, dan fungsi lagu Rura Silindung aransemen Erizon Rasin Koto. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Hasil penelitian membuktikan bahwa bentuk lagu Rura Silindung memiliki 6 motif dengan penambahan coda pada bar 33-36, memiliki 4 frase yang terdiri dari dua frase pertanyaan dan 2 frase jawaban, lagu ini juga merupakan lagu dua bagian yang terdiri dari A (a-a’) dan B (b-b’). Melodi, harmoni, dan ritme memiliki gaya dan karakteristik musik Samba, namun tetap dikolaborasikan dengan intrumen musik etnis Batak Toba, sehingga kesan dan nilai tradisi dari musik Batak Toba masih terlihat jelas. Namun terdapat kekurangan pada aransemen ini yaitu pada melodi m1 yang mengalami ketidaksesuain dengan makna syairnya. Lagu Rura Silindung yang diaransemen oleh Erizon Rasin koto ini merupakan karya dari komponis besar yang berasal dari Tanah Batak yaitu Guru Nahum Situmorang. Lagu ini memiliki makna akan keindahan alam Lembah Silindung, mewakili hati dan kehidupan masyarakat Silindung yang hidup damai, tentram dan saling berdampingan, lagu ini melambangkan ciri khas masyarakat Silindung. Lagu ini berfungsi sebagai lagu iringan pada berbagai acara adat, dan berfungsi sebagai lagu iringan pada pesta tahunan pada acara Panen Raya di Silindung, Tarutung.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Salomaa, Sisko, Jean-René Jourdain, Michaela Kreuzer, Thomas Jung, and Jacques Repussard. "Multidisciplinary European low dose initiative: an update of the MELODI program." International Journal of Radiation Biology 93, no. 10 (February 8, 2017): 1035–39. http://dx.doi.org/10.1080/09553002.2017.1281463.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Destiana, Evie. "Analisis Bentuk dan Struktur Lagu Stambul Baju Biru Karya Hardiman." PEDAGOGIA: Jurnal Pendidikan 5, no. 2 (September 17, 2016): 209. http://dx.doi.org/10.21070/pedagogia.v5i2.252.

Full text
Abstract:
Untuk memahami sebuah karya musik, dibutuhkan pengetahuan yang cukup agar mampu memahami pesan yang ingin disampaikan oleh penciptanya, dan kita dapat menginterpretasikan dengan baik saat membawakan. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba menganalisa bentuk dan struktur lagu keroncong Stambul Baju Biru karya Hardiman yang merupakan lagu keroncong Stambul II yang memiliki bentuk musik yang unik, baik secara bentuk lagu, melodi, harmonisasi dan unsur musik lainnya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Rasch, Rudolf A. "Perception of Melodic and Harmonic Intonation of Two-Part Musical Fragments." Music Perception 2, no. 4 (1985): 441–58. http://dx.doi.org/10.2307/40285312.

Full text
Abstract:
Short musical fragments consisting of a melody part and a synchronous bass part were mistuned in various ways and in various degrees. Mistuning was applied to the harmonic intervals between simultaneous tones in melody and bass (harmonic mistuning), which caused at the same time a mistuning of the melodic intervals between successive tones in the melody part (melodic mistuning of melody) and/or the bass part (melodic mistuning of bass part). The fragments were presented to musically trained subjects for judgments of the perceived quality of intonation. Results showed that the melodic mistuning of the melody parts had the largest disturbing effects on the perceived quality of intonation, followed closely by the harmonic mistuning. Melodic mistuning of the bass was less influential. It could be reasoned that the deviating interval size was probably of more importance in the perception of harmonic mistuning than the presence of beats.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

CHACKO, RACHEL. "Unheard Complexities in Lou Harrison's Main Bersama-sama and Bubaran Robert." Journal of the Society for American Music 7, no. 3 (August 2013): 265–94. http://dx.doi.org/10.1017/s1752196313000229.

Full text
Abstract:
AbstractCentral among Lou Harrison's pioneering East-West fusions, the works for gamelan and Western instruments are frequently cited either as exemplars of the composer's Californian, postmodern musical sensibility or as noteworthy instances of cultural hybridity. Close examination of Main Bersama-sama (1978) and Bubaran Robert (1976, rev. 1981), however, shows that these pieces can and should be understood for what they tell us about Harrison's deep engagement with melody. A self-proclaimed “melode,” Harrison has mistakenly been regarded as a West Coast musical dabbler, writing tuneful pieces that lack the complexity that characterizes the work of his East Coast contemporaries. Yet analysis of the pitch structure of Main Bersama-sama and Bubaran Robert reveals intricate compositional “games” similar to the pre-compositional strategies of composers more typically associated with algorithmic compositional methods. Because these intricacies lie beneath the melodic surface of the music they have largely been unheard and unappreciated in Harrison's work. The melodic nature of these games not only challenges the widely accepted depiction of Harrison as a mere “tunesmith,” but also shows that Harrison explored the ability of melody (as opposed to large-scale tonal or harmonic schemes) to create form and serve a central generative function in his music.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Palmer, Caroline. "On the Assignment of Structure in Music Performance." Music Perception 14, no. 1 (1996): 23–56. http://dx.doi.org/10.2307/40285708.

Full text
Abstract:
Cues for listeners' assignment of melodic structure are investigated in music performance. Performers' interpretations of musical structure can influence listeners' perceptions, especially when structural relations among musical events are ambiguous. Performances recorded on a computermonitored acoustic piano were compared with each performer's notated interpretations of melody. Small timing changes (20-50 ms) marked performers' melodic intentions; events interpreted as melody (the most important voice) preceded other events in chords (melody lead). The emergence of melody leads was investigated in successive performances of unfamiliar music: melody leads were larger in experts' than in students' performances, but students showed more increase with practice. In additional experiments, performances of the same music with different melodic interpretations displayed the melody lead in different amounts, which subsequently affected listeners' perceptions of melodic intentions. Subtle expressive cues in music performance arise from individual interpretations and can aid listeners in determining musical structure.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Nuh, Zulkifli M. "PENDIDIKAN HUMANISTIK; Mengenal Pendekatan Multiple Intelligences dalam Pendidikan Islam." Madania: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman 8, no. 2 (February 21, 2019): 133. http://dx.doi.org/10.24014/jiik.v8i2.5698.

Full text
Abstract:
Tulisan ini mendeskripsikan proses pendidikan humanis dengan menggunakan pendekatan Multiple Intelligences. Pendekatan ini sebenarnya ingin mengatakan bahwa semua anak lahir dalam keadaan cerdas. Tidak ada anak yang bodoh, dalam pengertian tidak pandai. Setiap anak memiliki kecerdasan, yaitu SpatialVisual (Berfikir dalam Citra dan Gambar) ; Linguistik-Verbal (Berfikir dalam kata-kata) ; Interpersonal (Berfikir lewat komunikasi dengan orang lain); Musikal-Ritmik (Berfikir dalam irama dan melodi) ; Naturalis (Berfikir dalam acuan alam); Badan-Kinestetik (Berfikir melalui sensasi dan gerakan tubuh); Intrapersonal (Berfikir secara reflektif) dan Logis-Matematis (Berfikir dengan penalaran).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Aerts, A. M., N. R. E. N. Impens, S. Baatout, M. A. Benotmane, J. Camps, J. M. Dabin, H. Derradji, et al. "Joint research towards a better radiation protection—highlights of the Fifth MELODI Workshop." Journal of Radiological Protection 34, no. 4 (November 28, 2014): 931–56. http://dx.doi.org/10.1088/0952-4746/34/4/931.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Narselina, Puput Meinis. "Analisis Bentuk Musikal dan Struktur Lagu Tanah Airku Karya Ibu Soed Aransemen Joko Suprayitno untuk Duet Vokal dan Orkestra." PROMUSIKA 6, no. 1 (August 6, 2019): 31–40. http://dx.doi.org/10.24821/promusika.v6i1.1825.

Full text
Abstract:
Analisis dalam musik adalah pembelajaran untuk menemukan beberapa elemen – elemen musik yang pada prinsipnya meliputi semua aspek dari musik antara lain; melodi, harmoni, ritme, dinamika, dan bentuk musik. Karya tulis ini merupakan analisis bentuk musikal dan struktur lagu Tanah Airku karya Ibu Soed aransemen Joko Suprayitno untuk format duet vokal dan orkestra. Metode penelitian ini merupakan jenis metode penelitian kualitatif dengan pendekatan musikologis kepada arranger. Metode tersebut meliputi tinjauan historis, analisis bentuk musikal dan struktur aransemen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk musikal dan struktur lagu Tanah Airku karya Ibu Soed aransemen Joko Suprayitno untuk duet vokal dan orkestraAnalysis of the music is learning to find some of the elements of music which in principle covers all aspects of music, among others; melody, harmony, rhythm, dynamics, and forms of music. This paper is an analysis of musical form and structure of Tanah Airku song from Ibu Soed arrangement works by Joko Suprayitno for vocal duet and orchestra format . This research method is a type of qualitative research methods with musicological approach to the arranger. The method includes a historical review, analysis of musical form and structure of the arrangement. This study aims to determine the musical form and structure of Tanah Airku song arrangement by Joko Suprayitno for vocal duet and orchestra.Keywords: Joko Suprayitno, Analysis of Arrangement of My Tanah Air Song by Ibu Soed
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Laden, Bernice. "Melodic Anchoring and Tone Duration." Music Perception 12, no. 2 (1994): 199–212. http://dx.doi.org/10.2307/40285651.

Full text
Abstract:
Bharucha (1984) defined a cognitive principle, melodic anchoring, that outlines the conditions under which tones are perceived as stable points in a melody. He found that temporal order can determine which of two tones is perceived as being more stable. The experiment described in this article extends Bharucha's work by examining melodic anchoring when melody tones are of unequal duration. Listeners (novices and musicians) heard short, tonally ambiguous melodies that were followed by a musical chord. The listener's task was to rate how well the chord seems to fit the melody. A chord by durational pattern interaction was found. The results indicate that although temporal order is a primary factor in melodic anchoring, duration can facilitate or weaken its effect, depending on how the durational pattern aligns with the pitch sequence of the melody.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Rytting, Jenny Rebecca. "An English Translation of “Forunderligt at sige”." Grundtvig-Studier 63, no. 1 (January 1, 2012): 145–48. http://dx.doi.org/10.7146/grs.v63i1.16594.

Full text
Abstract:
An English translation of ‘Forunderligt at sige ”[En engelsk oversættelse af ‘Forunderligt at sige ”]Af Jenny Rebecca RyttingTeksten er en engelsk oversættelse af “Forunderligt at sige,” en julesalme af N. F. S. Grundtvig, der bearbejdede den fra H. A. Brorsons salme “Mit hierte altid vanker” på i alt 11 strofer fra hans hovedværk Troens rare Klenodie, nr. 7, 1739 (= salmehefte 1, 1732). Denne oversættelse respekterer den danske salmes rim og versmål, så salmen kan synges til Carl Nielsens melodi som blev komponeret i 1914, men først udgivet i 1919.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Kaestri, Veronica Yoni. "Perancangan Aransemen Lagu Suwe Ora Jamu dan Cublak-Cublak Suweng Ditinjau Dari Perspektif Ilmu Harmoni Dasar." Resital: Jurnal Seni Pertunjukan 22, no. 1 (September 23, 2021): 36–47. http://dx.doi.org/10.24821/resital.v22i1.4696.

Full text
Abstract:
Aransemen musik merupakan suatu kreatifitas seorang arranger untuk mengekspresikan ide kreatifnya yang dituangkan dalam sebuah lagu, dimana tidak mengubah bentuk lagu aslinya. Sebagai arranger harus menguasai teori musik yang didalamnya terdapat ritme, melodi dan harmoni. Dalam pembuatan aransemen harus melihat siapakah yang akan memainkan aransemen, tingkat kemampuan pemain, ambitus suara, dan ciri khas nuansa lagu misalnya dalam lagu tradisional. Pembuatan aransemen ini merupakan suatu kreatifitas musisi untuk menuangkan ide-idenya. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dan mengacu pada penelitian kualitatif dengan observasi ke sanggar Notoyudan untuk mengetahui kemampuan anak-anak sanggar dalam memainkan instrumen, pengumpulan data baik di lapangan maupun study pustaka dan wawancara dengan pendidik ataupun anak-anak sanggar. Sue ora jamu dan Cublak-cublak suweng merupakan lagu tradisional permainan anak-anak berasal dari Jawa tengah, dengan menggunakan tangga nada pentatonis. Perancangan aransemen ini ditujukan untuk mahasiswa yang sedang mengikuti mata kuliah PKL, dikarenakan di luar kampus sangat banyak permintaan masyarakat umum untuk mengaransemen lagu tradisional. Mahasiswa musik harus siap untuk terjun ke masyarakat untuk membuat aransemen dalam bentuk apapun, dengan maksud tidak hanya menggunakan tangga nada diatonis tetapi juga berlatih membuat aransemen dalam tangga nada pentatonis. Hasil dari aransemen ini dimainkan oleh anak-anak sanggar Notoyudan pada saat pementasan. Ilmu harmoni dasar dipergunakan untuk pembuatan perancangan aransemen dan variasi melodi dengan kreativitas ide musikal. Hasil penelitian adalah aransemen dengan penggunaan akor-akor pokok yaitu I, IV dan V, dan dimainkan dalam tangganada A Mayor. Dengan adanya variasi akor-akor harmoni dan variasi penempatan nada dari pecahan akor sesuai dalam penempatannya akan menghasilkan suatu aransemen bernuansa tradisional.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Siswati, Siswati. "GENDING DALAM PERSPEKTIF EKOLOGI STUDI KASUS GENDING-GENDING KARYA TJOKROWARSITO." Keteg: Jurnal Pengetahuan, Pemikiran dan Kajian Tentang Bunyi 20, no. 2 (May 31, 2021): 147–56. http://dx.doi.org/10.33153/keteg.v20i2.3536.

Full text
Abstract:
Penelitian ini mengkaji gending-gending Tjokrowarsito yang bertema tentang lingkungan secara khusus dan secara umum. Gending yang dikaji merupakan karya yang berkaitan tentang program-program pemerintahan di masanya. Lancaran Penghijauan merupakan salah satu karya yang digunakan sebagai objek analisis gending dengan tema lingkungan hidup. Dengan menganalisis teks gending yang terdiri dari lirik/ cakepan dan melodi pada gending karya ki Tjokrowarsito, dapat ditemukan bahwasanya Lancaran penghijauan sebagai media untuk mempromosikan program pemerintah dalam merespon kondisi lingkungan alam yang terjadi saat itu. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menelaah kajian garap gending karya Tjokrowarsito beserta faktor-faktor apa saja yang menjadi pembentuk ide-ide karya Tjokrowarsito.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Salomaa, Sisko, and Thomas Jung. "Roadmap for research on individual radiosensitivity and radiosusceptibility – the MELODI view on research needs." International Journal of Radiation Biology 96, no. 3 (January 8, 2020): 277–79. http://dx.doi.org/10.1080/09553002.2019.1704107.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Tsai, Chen-Gia, and Chia-Wei Li. "Is It Speech or Song? Effect of Melody Priming on Pitch Perception of Modified Mandarin Speech." Brain Sciences 9, no. 10 (October 22, 2019): 286. http://dx.doi.org/10.3390/brainsci9100286.

Full text
Abstract:
Tonal languages make use of pitch variation for distinguishing lexical semantics, and their melodic richness seems comparable to that of music. The present study investigated a novel priming effect of melody on the pitch processing of Mandarin speech. When a spoken Mandarin utterance is preceded by a musical melody, which mimics the melody of the utterance, the listener is likely to perceive this utterance as song. We used functional magnetic resonance imaging to examine the neural substrates of this speech-to-song transformation. Pitch contours of spoken utterances were modified so that these utterances can be perceived as either speech or song. When modified speech (target) was preceded by a musical melody (prime) that mimics the speech melody, a task of judging the melodic similarity between the target and prime was associated with increased activity in the inferior frontal gyrus (IFG) and superior/middle temporal gyrus (STG/MTG) during target perception. We suggest that the pars triangularis of the right IFG may allocate attentional resources to the multi-modal processing of speech melody, and the STG/MTG may integrate the phonological and musical (melodic) information of this stimulus. These results are discussed in relation to subvocal rehearsal, a speech-to-song illusion, and song perception.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Morrison, Steven J. "Effect of Melodic Context, Tuning Behaviors, and Experience on the Intonation Accuracy of Wind Players." Journal of Research in Music Education 48, no. 1 (April 2000): 39–51. http://dx.doi.org/10.2307/3345455.

Full text
Abstract:
In the first of two experiments, subjects ( N = 137) were band students with 1, 2, 3, or 4 years of formal instrumental performance experience. Subjects tuned to a single prerecorded tuning pitch and subsequently played along with a prerecorded four-measure melody. Direction and magnitude of pitch deviation were analyzed for the single tuning pitch and four selected target pitches within the melody. Responses to the tuning pitch were more accurate than for the melodic pitches. There was a high positive correlation among the four melodic pitches, but a low positive correlation between the melodic pitches and tuning pitch. In a second experiment, high school musicians ( N = 167) played along with the same prerecorded melody after either (a) tuning their instrument to a single pitch, (b) receiving verbal instructions to perform “in tune,” or (c) receiving no information. No differences were observed among the three conditions. Students who first tuned to a single pitch were more accurate at this task than at melodic performance. A high correlation was observed among melodic pitches but not between melodic and tuning pitches. Across both experiments, subjects erred most often in the sharp direction; a stronger tendency toward sharp errors was noted among more experienced students. Performance accuracy was observed to improve with experience.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Daryono, Budi Setiadi, Eko Prasetya, Sumarlina Sumarlina, Dian Sartika, and Aprilia Sufi Subiastuti. "The effect of ethepon treatment on the formation of flower in melon (Cucumis melo L.)." Digital Press Life Sciences 1 (2018): 00002. http://dx.doi.org/10.29037/digitalpress.21239.

Full text
Abstract:
<p class="Abstract">Melon is a potential horticultural crop which the production is increased significantly each year in Indonesia. However, a melon plant that has been widely developed in Indonesia faced a problem due to the high tropical temperature that affected the fall of flower causing failure in fruit production. In addition, the variation of sex expression in melon flower is important for genetic analysis and breeding programs. Ethepon is one of plant chemical growth regulator that is known to change the sex expression of the plant by increasing the number of female flower in monoecious plant especially Cucurbitaceae. This research aimed to analyze the effect of ethepon treatment on the sex determination of melon flower. This study was conducted by 3 stages treatment of ethepon during March – July 2014, namely when 2, 5, and 7 weeks after planting. Split-plot design has been used with the main plots were arranged in a completely randomized design by cultivating different melon cultivars i.e: Melodi Gama 1, Melodi Gama 3, Bartek, and PI 371795. The data were analyzed by F-test and Duncan Multiple Range Test (DMRT) with significance level at 5 % using software SAS 9.3. The result showed that ethepon treatment affected the formation of melon flower by increasing the number of female or hermaphrodite flower and decreasing the number of male flowers, especially in the concentration of 75 ppm and 100 ppm but with different responses by different cultivar.&nbsp;<o:p></o:p></p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Kariasa, I. Nyoman, and I. Wayan Diana Putra. "Karya Karawitan Baru Manikam Nusantara." Mudra Jurnal Seni Budaya 36, no. 2 (June 11, 2021): 222–29. http://dx.doi.org/10.31091/mudra.v36i2.1471.

Full text
Abstract:
“Cintailah warisan, pelajari dan kembangkan yang baru”, merupakan kredo Vincent McDermoth yang dijadikan arah pola pikir penciptaan karya karawitan baru. Gamelan Semaradhana sebagai sebagai sebuah orkes tradisi karawitan Bali dengan spesifikasinya dipelajari dan dipahami secara seksama serta mendalam. Setelah dipahami maka dalam lingkup kreatif, penata memikirkan sebuah tawaran baru dengan menggarapnya dengan pikiran dan arah baru pula. Keaneka-ragaman musik Nusantara terbentang dari timur (Papua) hingga barat (Aceh) memberikan inspirasi dan menggugah daya kreatif penata untuk menciptakan sebuah karya musik baru yang bertemakan keanekaragaman budaya nusantara dan diberi judul Manikam Nusantara. Gagasan dan konsep Manikam Nusantarayaitu merangkum keragaman melodi dan ritme, dipilih untuk kemudian dijadikan landasan dalam kekaryaan karawitan Bali dalam media gamelan Semara Dhana, dengan bernafaskan melodi nusantara dari bentang timur hinga barat. Tujuan dari penciptaan ini dapat dilihat dalam dua perspektif yaitu intra musikal dan ekstra musikal serta mengasah daya kreatif penata untuk selalu menghasilkan karya-karya yang progresif, sedangkan manfaatnya adalah sebagai diplomasi budaya dikarenakan penciptaan seni karawitan Bali bersumber dari keaneka ragaman musik nusantara. Metode penciptaan atau langkah-langkah dalam penciptaan karya musik Manikam Nusantara ini menggunakan metode penciptaan seni yang digunakan oleh dua (2) composer local yaitu Pande Made Sukerta terdiri dari ; Menyusun Gagasan Isi, Menyusun Ide Garapan dan Menentukan Garapan, dan I Wayan Beratha terdiri dari ; Nguping, Menahin, Ngalusin dan Ngungkab Rasa. Komposisi Manikam Nusantara ini diwujudkan dengan mempertimbangkan aspek-aspek seperti konsep estetis, kontinuitas dalam perubahan, sikap kreatif, kiat-kiat artistik dan konsep keseimbangan. Dengan penerapan aspek-aspek tersebut, sehingga menghasilkan komposisi musik baru yang berbobot. Luaran dari hasil penciptaan ini nantinya dideseminasikan dalam pergelaran dan diunggah dalam jurnal terakreditasi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Zai, Chintya Claudya. "PENGGUNAAN ANSAMBEL ARAMBA PADA UPACARA ADAT PERNIKAHAN MASYARAKAT NIAS DI DESA OMBOLATA ULU KOTAMADYA GUNUNGSITOLI." Areopagus : Jurnal Pendidikan Dan Teologi Kristen 18, no. 2 (November 23, 2020): 59–70. http://dx.doi.org/10.46965/ja.v18i2.322.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan musik tradisional Nias ansambel aramba pada upacara adat pernikahan masyarakat Nias di Desa ombolata Ulu dan untuk mengetahui struktur musikal dalam musik tradisional Nias ansambel aramba.Pendekatan yang penulis lakukan adalah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Adapun proses kerja yang dilakukan yaitu pengamatan, wawancara, dokumentasi, (termasuk pustaka online), perekaman kegiatan, transkripsi. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan informasi melalui penelitian di lapangan untuk memperoleh hasil yang diolah menjadi data asli.Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa aramba adalah suatu ansambel dan seperangkat alat musik yang terdiri dari 1 buah gӧndra (membranophone), 2 buah faritia (idiophone), dan 1-3 buah aramba (idiophone). Alat musik tersebut dimainkan secara bersamaan sesuai pola yang berlaku bagi masyarakat Nias, dimana faritia dibunyikan terlebih dahulu kemudian masuk gӧndra di bar ketiga, dan setelah itu masuk aramba. Alat musik tersebut dimainkan oleh 6-8 orang pemain, dimana masing-masing terdiri dari 2 orang yang memainkan gӧndra, 2 orang yang memainkan faritia, dan 1-3 orang yang memainkan aramba. Dari segi struktur musikal maka seperangkat aramba tidak mempunyai alat musik pembawa melodi. Seperangkat aramba hanya terdiri dari alat musik ritme, sekalipun pada kedua faritia tersebut terdapat 2 nada yang berbeda. Ketiga alat musik tersebut memberikan kesan yang bewarna dan bervariatif, sekalipun tidak ada alat musik yang bersifat pembawa melodi di dalam ansambel tersebut. Pada repertoar mamözi aramba dalam konteks perkawinan, mayoritas cara bermain seperangkat aramba sama. Hanya yang membedakannya adalah syair höli-höli nya. Walaupun berbeda syair, namun bentuk dan jenis mamözi aramba tersebut pun tetap sama. Repertoar mamözi aramba pada upacara perkawinan mempunyai tempo moderato yaitu sedang. Kata Kunci : Penggunaan, Ansambel Aramba, Pernikahan Masyarakat Nias
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Kusumawati, Heni. "KREATIVITAS DALAM PEMBUATAN ARANSEMEN MUSIK SEKOLAH." Imaji 14, no. 1 (June 8, 2016): 57–64. http://dx.doi.org/10.21831/imaji.v14i1.9534.

Full text
Abstract:
Kreativitas merupakan sarana untuk mengungkapkan ekspresi, imajinasi dan apresiasi dalam bermusik. Salah satu kegiatan pembelajaran seni budaya/seni musik adalah mengekspresikan diri melalui karya seni dengan pembuatan aransemen musik sekolah. Aransemen merupakan kegiatan kreatif dalam mengolah dan mengembangkan elemen-elemen musik menjadi sebuah karya baru. Adapun tahapan dalam pembuatan aransemen sederhana untuk musik sekolah diantaranya adalah: 1) Menentukan lagu yang akan di aransemen, 2) Mengolah pola ritme/harga nada/irama/durasi notasi, 3) Menentukan Akor, 4) Menulis melodi, 5) Progresi Akor (pergerakan akor), dan 6) Lintas sukat, sedangkan format instrumen yang akan diaransemen menyesuaikan dengan alat musik yang dimiliki sekolah sehingga format instrumen bisa berupa kuartet, kuintet atau ansambel.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Setiadi Daryono, Budi, Sigit Dwi Maryanto, Sholihatun Nissa, and Ganies Riza Aristya. "Analisis Kandungan Vitamin Pada Melon (Cucumis melo L.) Kultivar Melodi Gama 1 dan Melon Komersial." Biogenesis: Jurnal Ilmiah Biologi 4, no. 1 (June 30, 2016): 1–9. http://dx.doi.org/10.24252/bio.v4i1.1113.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Belli, Mauro, Maria Antonella Tabocchini, Jean-René Jourdain, Sisko Salomaa, and Jacques Repussard. "The European initiative on low-dose risk research: from the HLEG to MELODI: Table 1." Radiation Protection Dosimetry 166, no. 1-4 (April 9, 2015): 178–81. http://dx.doi.org/10.1093/rpd/ncv136.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography