To see the other types of publications on this topic, follow the link: Membran.

Journal articles on the topic 'Membran'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Membran.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Maslahat, Mamay, and Agung Abadi Kiswandono. "STUDI TRANSPOR SENYAWA FENOL MENGGUNAKAN MEMBRAN CAIR POLIEUGENOL DENGAN PELARUT DIKLOROMETANA." Jurnal Sains Natural 1, no. 2 (November 25, 2017): 145. http://dx.doi.org/10.31938/jsn.v1i2.24.

Full text
Abstract:
Study on Phenol Compound Transport using Polieugenol Liquid Membrane with Dichloromrthane Solven Phenol is a component in waste water that is very dangerous, because it is toxic, corosif on skins and carcinogenics. It can be separated by using liquid membranes. Membrane can be a very specific filter. Liquid membrans transport technique used three phase. The phase are donor phase that contain substance to be separated, membrane phase that contains ligan in the organic solvents, and aceptore phase that contain base as release agent of ligans complex. Polyeugenol have a condition as a ligan that is capable as selective chelate agent for phenol coumpounds. In this research, polieugenol were used with dichloromethane solvents as a membrane for separating and transporting phenol separated, NaOH as release phase with variating pHs, concentrations of release phase, transport time and membrane concentrations. The result showed that liquid membrane of polieugenol in dichloromethane solvent can transport phenol at source phase pH 6.5, at optimum released concentration was 0.75 M, optimum transport times was 72 hours, and optimum membran concentrations was 1,5×10-3 with % transport was 65.2%.Keywords : Liquid membrane, polyeugenol, dichlorometane, phenol ABSTRAK Fenol merupakan salah satu komponen dalam air limbah yang sangat berbahaya, karena beracun dan bersifat korosif terhadap kulit serta karsinogenik. Fenol dapat dipisahkan dengan menggunakan membran cair. Membran dapat bertindak sebagai filter yang sangat spesifik. Teknik transpor membran cair melibatkan tiga fasa yaitu fasa donor, mengandung bahan yang akan dipisahkan, fasa membran berisi ligan dalam pelarut organik dan fasa akseptor yang berisi basa sebagai agen pelepas dari kompleks ligan.Polieugenol mempunyai syarat sebagai ligan sehingga mampu berfungsi sebagai agen pengkhelat yang selektif untuk senyawa fenol. Pada penelitian ini digunakan polieugenol dengan pelarut diklorometana sebagai membran untuk pemisahan dan transpor senyawa fenol, dan NaOH sebagai fasa pelucut dengan memvariasikan pH, konsentrasi fasa pelucut, waktu transpor dan konsentrasi membran. Hasil penelitian menunjukan bahwa membran cair polieugenol dalam pelarut diklorometana dapat mentranspor fenol pada pH fasa sumber optimum 6,5, pada konsentrasi pelucut optimum 0,75 M, waktu transpor optimum 72 jam, dan pada konsentrasi membran optimum 1,5×10-3 dengan % transpor 65,2%.Kata kunci : membran cair, polieugenol, diklorometana, fenol
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Arahman, Nasrul, Bastian Arifin, and Fachrul Razi. "Profil Permeabilitas Berdasarkan Struktur Morfologi Membran Polietersulfon pada Pemekatan Larutan Tokoferol (Permeability Profile based on Morphology Structure of Polyethersulfone Membrane on Concentrating the Tocopherol Solution)." Agritech 36, no. 4 (February 25, 2017): 416. http://dx.doi.org/10.22146/agritech.16765.

Full text
Abstract:
Separation technique by membrane technology has been widely applied for separation and purification of minor components from vegetable oil. Membrane was prepared and modified in several way in order to improve the filtration performance in purification process of vegetable oil. In this work, the filtration performance of three types of polyethersulfone hollow fiber membrane was investigated. The main objective of this research was to study the effect of membranes type on the filtration performance of tocopherol solution. Three series of filtration experiment were conducted by using fabricated membrane by dissolving of polyethersulfone (PES) in N-methyl pyrrolydone (NMP) with different polymer composition. The membranes was M1 = PES 20 % + NMP, M2 = PES 18 % + NMP, and M3= PES 20 %+ Polyvinyl pyrrolidone (PVP 5 %) + NMP. The difference structure of membrans was confirmed by scanning electron microscopy measurement. The permeability profile of tocopherol solution of 500 ppm was observed by using a single module of hollow fiber membrane with filtration flow of pressure driven inside (PDI). It is shown that, the permeability of tocopherol solution was maximum and stable using PES membrane was composed by M3 system. Moreover, the improvement of tocopherol concentration in retentate solution was about two times higher than that the original solution that was obtained from filtration system of M1 membrane.ABSTRAKTeknik separasi dengan membran teknologi telah diaplikasikan secara luas untuk pemisahan dan pemurnian komponen minor dari minyak tumbuh-tumbuhan. Membran telah dibuat dan dimodifikasikan dengan berbagai cara untuk meningkatkan kinerja filtrasi pada proses pemurnian minyak tumbuh-tumbuhan. Pada penelitian ini, dipelajari kinerja filtrasi tiga jenis membran hollow fiber yang terbuat dari polimer polietersulfon. Tujuan utama penelitian adalah untuk melihat pengaruh jenis membran terhadap kinerja filtrasi larutan tokoferol. Tiga seri penelitian ultrafiltrasi telah dirancang dengan menggunakan membran yang dibuat dengan melarutkan polietersulfon (PES) dalam N-metil pirolidon (NMP) dengan komposisi polimer yang berbeda. Ketiga jenis membran yang digunakan adalah M1 = PES 20 % + NMP, M2 = PES 18 % + NMP, dan M3 = PES 20 % + Polivinil pirolidon (PVP 5 %) + NMP. Perbedaan struktur morfologi membran telah dikonfirmasikan dengan analisis scanning electron microscopy. Profil permeabilitas larutan tokoferol 500 ppm diobservasi menggunakan modul tunggal membran hollow fiber dengan tipe aliran pressure driven inside (PDI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa permeabilitas larutan tokoferol tertinggi dihasilkan dengan menggunakan membran M3. Lebih lanjut, peningkatan konsentrasi larutan tokoferol sekitar dua kali lebih tinggi dari konsentrasi awal dicapai dari proses filtrasi dengan membran M1.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Noezar, I. "Membran PVA-chitosan crosslinked untuk pemisahan campuran etanol-air secara pervaporasi." Jurnal Teknik Kimia Indonesia 7, no. 1 (October 9, 2018): 724. http://dx.doi.org/10.5614/jtki.2008.7.1.3.

Full text
Abstract:
One of the technologies for ethanol-water separation is pervaporation. The principles of pervaporation is based on the difference in diffusional rate and solubility of the solution components in membranes. The performance of the membrane, in terms of flux and selectivity, is influenced by the swelling of the membrane due to the interaction between the solution components and the membrane materials. Membrane modification is done by forming chemical bonding between PVA and chitosan, using glutaraldehyde as crosslinking agent. The performance of the PVA-chitosan crosslinked membrane for ethanol-water separation is characterized by high mass flux and reasonably high selectivity. Pressure observed on the permeate side was 0.5 mbar, with a feed ethanol concentration of 93%. Experimental results indicate that the PVA membrane has a higher degree of swelling compared to the crosslinked PVA-chitosan membrane. The PVA-chitosan crosslinked membrane has a higher selectivity compared to the PVA membrane. The highest flux of 0.833 kgm-2hour-1 was produced by the PVA membrane. The highest selectivity of 2.820 was obtained using a 1:1 PVA-chitosan crosslinked membrane.Keywords: PVA-chitosan; crosslinked; pervaporation Abstrak Salah satu teknologi untuk pemisahan etanol-air adalah pervaporasi. Prinsip pemisahan pervaporasi adalah dengan perbedaan laju difusi dan kelarutan komponen campuran pada membran. Kinerja membran berupa fluks dan selektivitas dipengaruhi oleh kondisi swelling membran akibat interaksi komponen dengan material membran. Modifikasi membran dilakukan dengan membentuk ikatan kimia antara PVA dan chitosan dengan glutaraldehid sebagai crosslinking agent. Kinerja membran PVA-Chitosan crosslinked dalam pemisahan campuran etanol-air berupa fluks massa yang tinggi dan selektivitas yang cukup besar. Tekanan pada sisi permeat 0,5 mbar dengan konsentrasi etanol umpan 93%. Hasil penelitian menunjukkan membran PVA memiliki nilai derajat swelling lebih tinggi (0,088) daripada membran PVA-Chitosan crosslinked. Membran PVA-Chitosan crosslinked memiliki selektivitas lebih tinggi daripada membran PVA. Fluks terbesar dimiliki oleh membran PVA senilai 0,833 kgm-2jam-1membran PVA-Chitosan crosslinked 1:1 sebesar 2.820.Kata Kunci : PVA-Chitosan; crosslinked; pervaporasi
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Trianto, Azis, Ira Santrina J. C, and Susilo Yuwono. "Simulasi produksi hidrogen melalui CO2 methane reforming pada reaktor membran." Jurnal Teknik Kimia Indonesia 6, no. 3 (October 2, 2018): 666. http://dx.doi.org/10.5614/jtki.2007.6.3.2.

Full text
Abstract:
Hydrogen is a promising alternative fuel to establish environmentally friendly energy generation system. One of the methods for producing hydrogen is C02 methane reforming (CMR) process. Despite producing H2, this process also consumes CO2 enabling it to be used as a scheme for mitigating CO2. Conventionally, the hydrogen production via CMR is conducted in a fixed bed reactor. However low conversion is usually found in this kind of reactor. To increase conversion, a membrane reactor can be used. Two types of membrane may be employed to conduct this reaction, i.e. prorous vycor and nanosil membrane reactor. This study evaluated the performances of CMR con 1ucted in membrane ractors andfixed-bed reactor. The results show that the conversion obtained in nanosil membrane reactor is higher than those obtained in porous vycor membrane reactor and fixed-bed reactor. With the change in reactant flowrate, it is obtained that the conversions in membrane reactors are more stable than those infixed bed reactors.Keywords: Hydrogen Production, Membrane Reactor, Methane Reforming AbstrakHidrogen merupakan bahan bakar alternatif yang sangat menjanjikan untuk sistem pembangkitan energi yang lebih ramah lingkungan. Salah satu rute produksi hidrogen adalah melalui reformasi metana dengan karbondioksida (C02 Methane Reforming/CMR). Saat ini telah dikembangkan proses CMR menggunakan membran yang mampu meningkatkan laju produksi H2• Pada makalah ini dikaji dua tipe reaktor membran untuk maksud peningkatan produksi hidrogen tersebut, yakni reaktor membran dengan basis membran porous vycor dan nanosil. Sebagai pembanding, dilakukanjuga evaluasi unjuk kerja reaksi CMRpada reaktorfzxe-bed. Hasil kajian ini menurljukkan bahwa reaktor nanosil danporous vycor mampu memberikan konversiyang lebih besar dibanding reaktor fixed-bed. Lebihjauh, reaktor membran dengan nanosil membran mampu memberikan laju produksi hidrogen yang lebih tinggi dibanding reaktor membran dengan membran porous vycor. Lebih jauh, pada perubahan laju molar reaktan, reaktor membran menurijukkan stabilitas yang lebih baik dibanding reaktor fixed-bed.Kata Kunci: Produksi Hidrogen, Reaktor Membran, Reformasi Metana
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Indriyani, Vera, Yunita Novianty, and Agus Mirwan. "PEMBUATAN MEMBRAN ULTRAFILTRASI DARI POLIMER SELULOSA ASETAT DENGAN METODE INVERSI FASA." Konversi 6, no. 1 (April 1, 2017): 11. http://dx.doi.org/10.20527/k.v6i1.2994.

Full text
Abstract:
Abstrak- Pengolahan air bersih dengan teknologi membran merupakan proses pengolahan air dengan kualitas yang sangat baik dan sesuai untuk pengolahan air minum di negara-negara berkembang karena membran memiliki banyak sekali keunggulan. Salah satu jenis operasi pemisahan membran adalah dengan membran ultrafiltrasi. Ultrafiltrasi merupakan proses penyaringan partikel-partikel dalam rentang ukuran koloid, yaitu larutan dan molekul besar ditahan dipermukaan membran dan zat terlarut dengan ukuran sangat kecil dapat melewati membran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan komposisi % berat dimetilformamida pada pembuatan membran ultrafiltrasi yang terbaik. Membran ultrafiltrasi ini dibuat dengan memvariasikan konsentrasi aditif dimetilformamida yang berfungsi untuk penentuan ukuran pori membran dan konsentrasi aseton. Pencampuran bahan dilakukan dengan pengadukan selama ± 6 jam, hasil cetakan film polimer dikoagulasi selama 1 jam dalam air es (± 4°C) kemudian dicuci dengan air mengalir dan disimpan dalam wadah yang diberi formalin. Kemudian dilakukan pengujian pada membran tersebut menggunakan air gambut dimana permeat yang dihasilkan di ukur volumenya setiap selang waktu 5 menit untuk menentukan fluks membrannya. Kemudian dilakukan analisa terhadap konsentrasi permeat untuk menentukan koefisien rejeksi, di mana rejeksi yang diharapkan adalah > 90%. Berdasarkan hasil penelitian, membran ultrafiltrasi yang terbaik adalah membran dengan komposisi % berat dimetilformamida 20; 24 dan 28 dimana koefisien rejeksi rata-rata yang diperoleh masing-masing adalah 98,15; 92,80 dan 95,41%. Kata kunci: dimetilformamida, koefisien rejeksi, fluks Abstract-Clean water treatment with membrane technology is a water treatment process with very good quality and suitable for drinking water treatment in developing countries because the membrane has a lot of advantages. One type of membrane separation operation is with ultrafiltration membranes. Ultrafiltration is a process of filtering particles in the size range of colloids, namely liquid while large molecules detained on the surface of the membrane and the solute with very small size can pass through the membrane. The purpose of this study was to determine the best composition of %wt of dimethylformamide in the manufacture of ultrafiltration membranes. Ultrafiltration membrane is made by varying the concentration of the additive of dimethylformamide which serves for the determination of membrane pore size and the concentration of acetone. Mixing materials done by stirring for ± 6 hours, polymer film printouts is coagulated for 1 hour in ice water (± 4 ° C) and then washed with running water and stored in a container containing formalin. Then conducted testing on the membrane using peat water where permeate that generated is measured the volume of each interval of 5 minutes to determine the membrane flux. Then analyzing the concentration of permeate to determine the coefficient of rejection, where the expected rejection is> 90%. Based on the research results, the best ultrafiltration membrane was membrane with composition wt% of dimethylformamide of 20; 24 and 28, where rejection coefficient average respectively was 98.15; 92.80 and 95.41%. Keywords: dimethylformamide, rejection coefficient, flux
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Mirwan, Agus, Vera Indriyani, and Yunita Novianty. "PEMBUATAN MEMBRAN ULTRAFILTRASI DARI POLIMER SELULOSA ASETAT DENGAN METODE INVERSI FASA." Konversi 6, no. 1 (March 28, 2018): 11. http://dx.doi.org/10.31213/k.v6i1.14.

Full text
Abstract:
Abstrak- Pengolahan air bersih dengan teknologi membran merupakan proses pengolahan air dengan kualitas yang sangat baik dan sesuai untuk pengolahan air minum di negara-negara berkembang karena membran memiliki banyak sekali keunggulan. Salah satu jenis operasi pemisahan membran adalah dengan membran ultrafiltrasi. Ultrafiltrasi merupakan proses penyaringan partikel-partikel dalam rentang ukuran koloid, yaitu larutan dan molekul besar ditahan dipermukaan membran dan zat terlarut dengan ukuran sangat kecil dapat melewati membran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan komposisi % berat dimetilformamida pada pembuatan membran ultrafiltrasi yang terbaik. Membran ultrafiltrasi ini dibuat dengan memvariasikan konsentrasi aditif dimetilformamida yang berfungsi untuk penentuan ukuran pori membran dan konsentrasi aseton. Pencampuran bahan dilakukan dengan pengadukan selama ± 6 jam, hasil cetakan film polimer dikoagulasi selama 1 jam dalam air es (± 4°C) kemudian dicuci dengan air mengalir dan disimpan dalam wadah yang diberi formalin. Kemudian dilakukan pengujian pada membran tersebut menggunakan air gambut dimana permeat yang dihasilkan di ukur volumenya setiap selang waktu 5 menit untuk menentukan fluks membrannya. Kemudian dilakukan analisa terhadap konsentrasi permeat untuk menentukan koefisien rejeksi, di mana rejeksi yang diharapkan adalah > 90%. Berdasarkan hasil penelitian, membran ultrafiltrasi yang terbaik adalah membran dengan komposisi % berat dimetilformamida 20; 24 dan 28 dimana koefisien rejeksi rata-rata yang diperoleh masing-masing adalah 98,15; 92,80 dan 95,41%. Kata kunci: dimetilformamida, koefisien rejeksi, fluks Abstract-Clean water treatment with membrane technology is a water treatment process with very good quality and suitable for drinking water treatment in developing countries because the membrane has a lot of advantages. One type of membrane separation operation is with ultrafiltration membranes. Ultrafiltration is a process of filtering particles in the size range of colloids, namely liquid while large molecules detained on the surface of the membrane and the solute with very small size can pass through the membrane. The purpose of this study was to determine the best composition of %wt of dimethylformamide in the manufacture of ultrafiltration membranes. Ultrafiltration membrane is made by varying the concentration of the additive of dimethylformamide which serves for the determination of membrane pore size and the concentration of acetone. Mixing materials done by stirring for ± 6 hours, polymer film printouts is coagulated for 1 hour in ice water (± 4 ° C) and then washed with running water and stored in a container containing formalin. Then conducted testing on the membrane using peat water where permeate that generated is measured the volume of each interval of 5 minutes to determine the membrane flux. Then analyzing the concentration of permeate to determine the coefficient of rejection, where the expected rejection is> 90%. Based on the research results, the best ultrafiltration membrane was membrane with composition wt% of dimethylformamide of 20; 24 and 28, where rejection coefficient average respectively was 98.15; 92.80 and 95.41%. Keywords: dimethylformamide, rejection coefficient, flux
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Ciptaraharja, Iman, and Veronica S. Praptowidodo. "Membran nonofiltrasi untuk penghilangan ion valensi tinggi dan senyawa organik dari sumber air salinitas tinggi." Jurnal Teknik Kimia Indonesia 5, no. 3 (October 2, 2018): 478. http://dx.doi.org/10.5614/jtki.2006.5.3.3.

Full text
Abstract:
Utilization of nanofiltration membrane for high valence ion and organic compound removing from high salinized water source.The influence of solvent selection to membrane morphology for cellulose acetate nanofiltration membrane preparation in mass transfer of a multistage reverse osmosis process is studied. Membrane is prepared via precipitation immersion technique. The polymer used in this study is cellulose acetate (CA) with a concentration of 25 %-w. The feed concentration of univalent ion solution (NaCl) is varied between 2000-16.000 mg/L. The operating pressure is adjusted such that the operating pressure is three times of the osmotic pressure of NaCl solution. The concentration of bivalent ion (CaCl2), trivalent ion (FeCl3), and organic substance (glucose) are 200 mg/L, 50 mg/L, and 100 mg/L, respectively. The morphology of the membrane is characterized using Scanning Electron Microscopy (SEM). Membrane CA-01 (CA/DMF/Water) is a nanofiltration membrane with a thinner active layer and a more porous support layer than membrane CA-02 (CA/Aceton/Watter) which is categorized as a reverse osmosis membrane. A reduced feed concentration (at a fixed operating pressure) gives an elevated flux however the rejection is decreased. Meanwhile, an elevated operating pressure (at a fixed feed concentration) gives an elevated flux and rejection. Membrane CA-01 has met the requirement as a nanofiltration membrane since it gives 66 % rejection for NaCl at 20 Bar. At the same operating pressure, membrane CA-01 gives rejection for CaCl2, FeCl3, and glucose of 80.45%, 82.14%, and 83.42%, respectively.Keywords: Cellulose Acetate, Membrane, Multistage, Nanotiltration, Reverse Osmosis, Saline WaterAbstrakPenelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh jenis pelarut dalam pembuatan membran nanofiltrasi dari polimer selulosa asetat terhadap struktur morfologi membran dalam peristiwa perpindahan massa pada proses pemisalan osmosis balik multitahap. Teknik pembuatan membran yang digunakan adalah presipitasi imersi. Polimer membran yang digunakan adalah seulosa asetat (CA) pada konsentrasi 25 %-berat. Umpan yang digunakan adalah larutan ion valensi satu (NaCl) dengan variasi konsentrasi antara 2000 hingga 16.000 mg/L. Tekanan operasi diatur sedemikian rupa sehingga nilai rekanan operasi adalah sekitar tiga kali tekanan osmotik larutan NaCl. Percobaan juga dilakukan untuk umpan larutan ion valensi dua (CaCl2), ion valensi tiga (FeCl3), dan senyawa organik (glukosa) dengan konsentrasi, berturut-turut, adalah 200 mg/L, 50 mg/L, dan 100 mg/L. Struktur morfologi membran diuji menggunakan metoda Scanning Electron Microscopy (SEM). Membran CA-01 (CA/DMF/Air) merupakan membran nanofiltrasi dengan lapisan aktif yang lebih tipis dan ukuran pori lapisan penyangga yang lebih besar daripada membran CA-02 (CA/Aseton/Air), yang termasuk ke dalam membran osmosis balik. Penurunan konsentrasi umpan pada tekanan operasi yang tetap memberikan nilai fluks yang meningkat, namun memberikan nilai rejeksi yang menurun. Sementara itu, peningkatan tekanan operasi pada konsentrasi umpan yang tetap akan memberikan nilai fluks dan rejeksi yang meningkat. Membran CA-01 telah memenuhi persyaratan sebagai membran nanofiltrasi dengan rejeksi NaCl mencapai 66 % pada tekanan 20 Bar. Pada tekanan yang sama membran CA-01 memberikan nilai rejeksi untuk CaCl2, FeCl3, dan glukosa berturut-turut sebesar 80,45%, 82,14%, dan 83,42 %.Kata Kunci: Air Salinitas Tinggi, Membran, Multitahap, Nanofiltrasi, Osmosis Balik, Selulosa Asetat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Nugroho CS, Agung, Nanik Dwi Nurhayati, and Budi Utami. "SINTESIS DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KITOSAN UNTUK APLIKASI SENSOR DETEKSI LOGAM BERAT." Molekul 6, no. 2 (November 1, 2011): 123. http://dx.doi.org/10.20884/1.jm.2011.6.2.100.

Full text
Abstract:
Penelitian tentang pemanfaatan membran kitosan sebagai sensor deteksi logam berat berdasarkan sifat optic belum pernah dilaporkan. Penelitian ini melaporkan kajian tentang sintesis membrane kitosan untuk diaplikasikan sebagai sensor deteksi logam berat berdasarkan sifat optic. Sebagai laporan awal, pada artikel ini baru akan dilaporkan kajian sintesis membrane kitosan dari serbuk kitosan hasil preparasi dari cangkang kepiting dan karakterisasinya. Penelitian awal ini bertujuan untuk mensintesis membrane kitosan dari serbuk kitosan dan karakterisasinya. Serbuk kitosan dipreparasi dari cangkang kepiting melalui proses deproteinasi, demineralisasi dan deasetilasi. Membran kitosan dibuat dari kitosan dengan penambahan agen crosslingking berupa glutaraldehida. Kitosan dikarakterisasi meliputi uji kadar air, kadar abu, kadar nitrogen, viskositas, derajat deasetilasi, analisis gugus fungsi dengan spektroskopi IR dan kristalinitas dengan difraksi sinar X. Membran kitosan dilakukan karakterisasi penampilan fisik, analisis gugus fungsi dan kristalinitas. Kesimpulan penelitian adalah 1) kitosan dapat dipreparasi dari limbah cangkang kepiting melalui proses deproteinasi, demineralisasi, dan deasetilasi, 2) membran kitosan dapat disintesis dari serbuk kitosan dengan menggunakan agen crosslinking glurataldehida, 3) semakin tinggi konsentrasi kitosan yang digunakan untuk membuat membran, maka membran yang dihasilkan akan menunjukkan warna yang pekat dan kurang transparan, 4) struktur kimia kitosan dalam bentuk membran kitosan tidak mengalami perubahan tetapi kristalinitasnya berubah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Maulina, Wenny, Ismia Khilmi Fauzia, and Misto Misto. "KAJIAN MEMBRAN NILON SEBAGAI FILTER PADA PROSES PENJERNIHAN NIRA TEBU." Spektra: Jurnal Fisika dan Aplikasinya 3, no. 1 (April 30, 2018): 57–66. http://dx.doi.org/10.21009/spektra.031.08.

Full text
Abstract:
Abstrak Membran nilon merupakan lapisan semipermeabel yang terbuat dari jenis polimer poliamida untuk memisahkan partikel tertentu dari larutannya. Pada artikel ini, membran nilon berperan sebagai filter untuk penjernihan nira tebu dengan mengkaji kinerja, efektivitas, dan efisiensi membran. Penelitian dilakukan dengan sistem aliran dead-end pada proses ultrafiltrasi menggunakan empat tekanan transmembran yang berbeda yaitu 1.0, 1.5, 2.0, dan 2.5 bar. Konsentrasi nira tebu sebelum dan sesudah proses ultrafiltrasi dikarakterisasi menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. Membran nilon dengan variasi massa 4.5, 5.0, 5.5, 6.0, dan 6.5 gram, menunjukkan fluks air yang sesuai pada rentang 15 – 38 L/m2.jam.bar pada tekanan transmembran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa membran nilon yang memiliki kinerja paling baik adalah membran dengan massa benang nilon 4.5 gram karena memiliki nilai fluks paling besar dan nilai koefisien rejeksi paling kecil. Membran dengan massa benang nilon 6.5 gram memiliki efektivitas dan efisiensi penurunan sukrosa yang paling besar. Sedangkan membran dengan massa benang nilon 4.5 gram memiliki efektivitas dan efsiensi penurunan konsentrasi sukrosa yang paling rendah. Kata-kata kunci: membran nilon, nira tebu, kinerja membran, efektivitas, efisiensi. Abstract Nylon membrane is a semipermeable layer made of a type of polyamide polymer to separate certain particles from the solution. In this article, nylon membrane is presented as a filter for clarification of sugarcane juice concerning study on performance evaluation, effectiveness, and efficiency of the membrane. The experiments were conducted according to the principle of the dead-end in an ultrafiltration process using four different transmembrane pressures of 1.0, 1.5, 2.0, and 2.5 bar. The concentration of sugarcane juice before and after ultrafiltration process was characterized using UV-Vis Spectrophotometer. Nylon membranes, which consist of 4.5, 5.0, 5.5, 6.0, and 6.5 gram various mass, showed matched water flux in the range of 15 – 38 L/m2.jam.bar at the transmembrane pressures. The results showed that the best performance nylon membrane was a nylon membrane with a mass of 4.5 gram nylon, because it has the largest flux and the smallest rejection coefficient. Nylon membrane with a mass of 6.5 gram has the biggest effectiveness and efficiency in the reduced of sucrose concentration. Meanwhile, nylon membrane with a mass of 4.5 gram has the lowest effectiveness and efficiency in the reduced of sucrose concentration. Keywords: nylon membrane, sugarcane, membrane performance, effectiveness, efficiency.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Auliya, AR Sella. "OPTIMASI KETEBALAN CETAK PADA PREPARASI MEMBRAN POLYETHERIMIDE (PEI)." Indonesian Chemistry and Application Journal 1, no. 2 (January 25, 2018): 74. http://dx.doi.org/10.26740/icaj.v1n2.p74-81.

Full text
Abstract:
ABSTRACT This research was conducted to optimize the casting thickness in the preparation of Polyetherimide (PEI) membrane. PEI was performed using an immersion-precipitation-induced phase inversion method with a thickness range from 0.5 to 0.8 mm. The results of morphological analysis and cross-sections performed by using Scanning Electron Microscope (SEM) showed decreased pore size along with decreased casting thickness. The results of purified air permeability analysis using "dead end" membrane reactor showed membrane flux at 55,290.16 - 67,244,79 L / m2.h and modulus of prepared PEI rugs were in the range of 1,443,25 - 1,687,59 N / m2. Thus, PEI membrane casting thickness has resulted in increased mechanical strength and pure air permeability.Keywords: Membrane, Phase Inversion; Polyetherimide; Surface Morphology; Tensile Strength; Pemeability ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengoptimasi ketebalan cetak dalam pembuatan membran Polyetherimide (PEI). Optimasi ketebalan cetak membran PEI dilakukan dengan menggunakan metode inversi fasa terinduksi imersi-presipitasi dengan rentang ketebalan 0,5 – 0,8 mm. Hasil analisa morfologi permukaan dan penampang melintang dilakukan menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM) menunjukkan penurunan ukuran pori seiring dengan penurunan ketebalan cetak. Hasil analisis permeabilitas air murni menggunakan reaktor membran “Dead end” menunjukkan nilai fluks membran pada 55.290,16 – 67.244,79 L/m2.jam dan nilai modulus Young membran PEI yang dipreparasi berada pada rentang 1.443,25 – 1.687,59 N/m2. Dengan demikian, penurunan ketebalan cetak membran PEI telah menghasilkan peningkatan kekuatan mekanik dan permeabilitas air murni. Kata Kunci: Membran; Inversi Fasa; Polyetherimide; Morfologi Permukaan; Kekuatan Mekanik; Pemeabilitas
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Handayani, Sri, Eniya Listiani Dewi, Widodo Wahyu Purwanto, and Roekmijati W. Soemantojo. "Pengaruh aditif terhadap karakteristik membran elektrolit polieter-eter keton tersulfonasi untuk aplikasi sel bahan bakar metanol langsung." Jurnal Teknik Kimia Indonesia 6, no. 1 (October 2, 2018): 563. http://dx.doi.org/10.5614/jtki.2007.6.1.4.

Full text
Abstract:
The influence of the additive on the characteristics of the sulfonated polyether-ether ketone electrolyte membrane for direct methanol fuel cell applicationsThe weakness of comercial membrane (Nafion-117) for the application of direct methanol fuel cell is highly methanol cross-over. It is decreasing the cell voltage. To minimize the methanol cross-over in a membrane, there are two methods can beproposed: the modification of conventional membrane structure (Nafion-117) and development of novel electrolyte membrane (and modified). PEEK can be used as one of alternatives for direct methanol fuel cell membranes. This PEEK polymer has the stability of chemistry mechanic and thermal. In order to increase ionic conductivity and to decrease methanol permeability. It is necessary to make the modification of sulfonated polyether-ether ketone (sPEEK) with adding higroscopic inorganic additives (SiO2 and H-zeolit). The type of additive which can increase ionic conductivity for sPEEK membrane is SiO2 (3 wt.%) 2 times, and decrease ionic conductivity 1,7 times for H-zeolite. Methanol permeability of membrane sPEEK with silica added increase 5 times and H-zeolite 2 times compared to sPEEK membrane without additive. Although composite membrane have increasing methanol permeability but that values are still lower than Nafion-117. Conclusion, the addition of SiO2 as additives has given best performance 0,09 S/cm ionic conductivity, 10-7 cm2/S methanol permeability dan 17 wt.% water swelling.Keywords: Additive, Direct Methanol Fuel Cell, Polyether-Ether Ketone, SiO2, H-ZeoliteAbstrakKelemahan membran komersial (Nafion-117) untuk aplikasi sel bahan bakar metanol langsung (direct methanol fuel cell) adalah methanol crossover yang tinggi, hal tersebut yang dapat menurunkan kinerja voltase sel secara keseluruhan. Dalam rangka mengurangi methanol crossover melalui membran, ada dua pendekatan yaitu modifikasi struktur membran konvensional (Nafion) atau pengembangan membran polimer elektrolit (dan modifikasi). Salah satu polimer aromatik yang menarik perhatian sebagai membran elektrolit pada aplikasi DMFC adalah polieter-eter keton (PEEK) karena polimer tersebut mempunyai kestabilan kimia, mekanik dan panas. Agar dapat meningkatkan konduktivitas ionik dan menurunkan permeabilitas metanol dilakukan modifikasi pada polieter-eter keton tersulfonasi (sPEEK) yaitu dengan menambahkan aditif anorganik yang bersifat higroskopik (SiO2 dan H-zeolit) Jenis aditif yang dapat meningkatkan konduktivitas ionik untuk membran elektrolit adalah SiO2 (3% berat) yaitu sebesar 2 kali, sedangkan H-zeolit menurunkan konduktivitas ionik sebesar 1,7 kali. Permeabilitas metanol membran sPEEK yang ditambahkan SiO2 naik hingga 5x sedangkan yang ditambahkan H-zeolit hanya 2 kali dari membran sPEEK tanpa aditif. Walaupun membran komposit meningkatkan permeabilitas metanol tetapi nilai tersebut masih dibawah membran Nafion-117. Jadi penambahan aditif yang baik dalam membran berbasis polieter-eter keton tersulfonasi adalah SiO2 yang mempunyai konduktivitas ionik 0,09 S/cm, permeabilitas metanol 10-7 cm2/S dan swelling air 17%.Kata kunci : Aditif, Polieter-Eter Keton, Sci Bahan Bakar Metanol Langsung, SiO,, H-Zeolit
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Notriawan, Doni, Nesbah Nesbah, Gustria Ernis, Muhammad Adeng Fadhila, Risky Hadi Wibowo, Reza Pertiwi, and Vinolla Ilfanisari. "Aktivitas Antibakteri Membran Nanokomposit Kitosan/Nanopartikel Perak." ALCHEMY 9, no. 1 (March 30, 2021): 26–31. http://dx.doi.org/10.18860/al.v9i1.11146.

Full text
Abstract:
The aim of this study was to make and test the antibacterial activity of chitosan/silver nanoparticles nanocomposite membranes. Nanocomposite membranes were synthesized by chitosan with pluronic using acetic acid as a solvent. Silver nanoparticles were synthesized using the green synthesis method and the makasar fruit (Brucea javanica L. Merr) peel extract as a bioreductor. The silver nanoparticles were composited with a chitosan/pluronic mixture and printed on a glass plate. Nanocomposite membranes were characterized using the FTIR spectrophotometer and the scanning electron microscope (SEM). Nanocomposite membrane were tested for antibacterial activity against Escherechia coli. The UV-Vis spectra showed the formation of silver nanoparticles which were indicated by the absorption at 454 nm and the absorbance value of 0.405. Characterization using FTIR showed no new functional groups formed in the composites of chitosan and pluronic. SEM results showed the difference between the chitosan membrane and the nanocomposite membrane. The surface of nanocomposite membrane showed uneven compared to the chitosan membrane. Nanocomposite membranes have antibacterial activity to inhibit E. coli growth. Keywords: nanocomposite, chitosan/silver nanoparticles, antibacterial Penelitian ini bertujuan untuk membuat dan menguji aktivitas antibakteri membran nanokomposit kitosan/nanopartikel perak. Membran nanokomposit dibuat dengan mensintesis kitosan dengan pluronik menggunakan pelarut asam asetat. Nanopartikel perak disintesis menggunakan metode green synthesis dengan ekstrak kulit buah makasar (Brucea javanica L. Merr) sebagai bioreduktor. Nanopartikel perak dikompositkan dengan campuran kitosan/pluronik dan dicetak di atas plat kaca. Membran nanokomposit dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer FTIR dan scanning electron microscope (SEM). Membran nanokomposit dilakukan uji aktivitas antibakteri terhadap Escherechia coli. Spektra UV-Vis menunjukkan terbentuknya nanopartikel perak yang ditandai adanya serapan pada panjang gelombang 454 nm dan absorbansi 0,405. Karakterisasi dengan FTIR menunjukkan tidak adanya gugus fungsi baru yang terbentuk pada komposit dari kitosan dan pluronik. Hasil SEM menunjukkan adanya perbedaan antara membran kitosan dengan membran nanokomposit. Permukaan membran nanokomposit terlihat tidak rata dibandingkan membran kitosan. Membran nanokomposit memiliki aktivitas bakteri sehingga dapat mengambat pertumbuhan bakteri E. coli. Kata kunci: nanokomposit, kitosan/nanopartikel perak, antibakteri
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Saputra, Hens. "Pembuatan dan Karakteristik Membran Reaktor Zeolit." Majalah Ilmiah Pengkajian Industri 8, no. 1 (July 29, 2019): 11–16. http://dx.doi.org/10.29122/mipi.v8i1.3643.

Full text
Abstract:
Membran reaktor merupakan konsep perpaduan dari sistem reaksi dan proses pemisahan/pemurnian. Membran ini disebut juga sebagai membran katalis atau sistem katalis-membran. Dengan membran reaktor ini diharapkan konversi suatu reaksi dapat ditingkatkan dan diperoleh suatu produk yang memiliki tingkat kemurnian lebih tinggi. Sebagai katalis digunakan silica alumina yang berukuran 1,0 mm. Membran anorganik zeolit MFI dilapiskan menutupi seluruh permukaan katalis. Bahan baku yang digunakan antara lain tetraethylortosilikat (TEOS) sebagai sumber silikat dan template organik tetraprophyl ammonium bromide (TPABr). Proses kristalisasi dilakukan pada temperatur 453 K di dalam autogeneous autoclave, dilanjutkan dengan kalsinasi pada temperatur 873 K selama 1 jam. Karakterisasi membran zeolit yang dihasilkan dilakukan dengan X-ray diffraction (XRD) dan pengamatan dengan Scanning Electron Mycroscope (SEM). Karakteristik pori dipelajari menggunakan metode physisorption dan BJH pore size distribution. Selain itu dilakukan pula uji selektifitas dan alkilasi toluena dan xylene. Berdasarkan pengamatan menggunakan XRD mengindikasikan adanya struktur zeolit MFI pada sampel membrane katalis yang dihasilkan. Diperkuat dengan obserbasi SEM menunjukkan bahwa membran zeolit MFI melapisi seluruh permukaan pelet silika alumina dan terdapat indikasi terjadinya komposit terhadap silika alumina pada daerah perbatasan antara membran zeolit atau lapisan bagian luar dengan katalis silika alumina. Hasil pengujian menunjukkan hasil bahwa membran reaktor zeolit MFI berpotensi untuk diaplikasikan sebagai membran katalis yang bersifat sangat selektif terhadap bentuk suatu molekul. Sebagai contoh kasus, suatu isomer dapat dipisahkan satu sama lain secara selektif, sehingga dapat meningkatkan konversi reaksi.Kata kunci : Membran reaktor, isomer, xylene, zeolit, silika alumina, hydrothermal.AbstractMembrane fusion reactor is the concept of the reaction system and the process of separation/purification . These membranes are called also as membrane catalysts or catalyst - membrane system . With the membrane reactor is expected conversion reaction can be improved and obtained a product which has a higher degree of purity . As used silica alumina catalyst measuring 1.0 mm . MFI zeolite coated inorganic membranes covering the entire surface of the catalyst . The raw materials used include tetraethylortosilikat (TEOS ) as a source of silicate and organic template tetraprophyl ammonium bromide ( TPABr ) . Crystallization process carried out at a temperature of 453 K in the autogeneous autoclave , followed by calcination at a temperature of 873 K for 1 hour . Characterization of zeolite membranes produced by X - ray done diffraction ( XRD ) and scanning electron observations with Mycroscope ( SEM ) . Pore characteristics studied physisorption using BJH pore size and distribution . Test will be conducted and the selectivity of toluene and xylene alkylation . Based on observations using XRD indicates the MFI zeolite structure on the resulting catalyst membrane samples . Reinforced with obserbasi SEM showed that the MFI zeolite membrane coating the entire surface of the silica- alumina pellets and there are indications of the silica- alumina composite in the border area between the zeolite membrane or outer layer of silica alumina catalyst . The results show that the results of the MFI zeolite membrane reactor has the potential to be applied as the membrane is highly selective catalyst to form a molecule . As an example case , an isomer can be separated from each other selectively , so as to increase the reaction conversionKeywords : Membrane reactors, isomers, xylene, zeolite, silica alumina, hydrothermal.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Razi, Fachrul, Umi Fathanah, and Novia Mehra Erfiza. "Fabrikasi Membran PES Ultrafiltrasi Dan Kinerjanya Pada Penyisihan Fosfolipid Minyak CPO." Jurnal Rekayasa Kimia & Lingkungan 14, no. 1 (July 2, 2019): 89–96. http://dx.doi.org/10.23955/rkl.v14i1.13091.

Full text
Abstract:
Penyisihan kandungan fosfolipid dalam minyak mentah kelapa sawit (CPO) telah dilakukan menggunakan membran ultrafiltrasi polietersulfon (PES). Membran PES dibuat secara inversi fasa dengan variasi konsentrasi polimer PES yaitu 15% dan 18% (%-b) dan pelarut dimetil sulfoksida (DMSO). Membran yang dihasilkan disebut membran PES-15 dan PES-18. Selanjutnya Membran PES dilakukan uji karakterisasi yaitu observasi struktur morfologi membrane menggunakan scanning electron microscopy (SEM) dan analisa komposisi kimia menggunakan FT-IR. Unjuk kerja membran PES pada penyisihan fosfolipid dalam minyak CPO dilakukan secara ultrafiltrasi menggunakan modul dead-end. Rasio komposisi CPO dan heksana dalam larutan umpan yaitu 40%:60% dan 60%:40% (b/b). Hasil SEM membran memperlihatkan bahwa membran PES-15 dan PES-18 memiliki struktur asimetrik dengan lapisan atas berupa lapisan tipis dan rapat (dense) sedangkan lapisan penyangga (support) berupa lapisan berongga (porous dengan struktur pori berbentuk jari. Hasil analisis komposisi kimia baik pada membran PES-15 dan PES-18 menunjukkan adanya gugus C=O dan 0=S=O pada kedua jenis membran yang mengindekasikan struktur molekul PES. Kinerja penyisihan fosfolipid tertinggi diberikan oleh membran PES-15 untuk umpan larutan CPO dengan komposisi 60% CPO:40% heksana (b/b) dimana persen penyisihan fosfolipid mencapai 97% Kata kunci: penyisihan fosfolipid, minyak cpo, ultrafiltrasi, membran PES, stuktur assimetrik
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Iqbal, Rendy Muhamad, Sari Namarito Simarmata, Elfrida Roulina Simanjuntak, Wahyu Nugroho, and Lilis Rosmainar Tambunan. "REVIEW: PENGEMBANGAN MIXED MATRIX MEMBRANE UNTUK PEMISAHAN GAS CO2/CH4." Jurnal Sains dan Terapan Kimia 14, no. 2 (July 13, 2020): 73. http://dx.doi.org/10.20527/jstk.v14i2.8048.

Full text
Abstract:
Teknologi pemisahan gas telah banyak dilakukan menggunakan membran. Mixed matrix membran (MMMs) telah banyak dikembangkan dengan mengkombinasikan polimer organik dan filler anorganik. Pemisahan gas dengan mixed matrix membrane telah banyak dikembangkan dan menghasilkan kinerja yang sangat baik. Pada pemisahan gas CO 2 /CH 4, satu hal yang diutamakan dan diperhatikan adalah permeabilitas yang tinggi. Umumnya semakin tinggi permeabilitas suatu gas dalam membran, maka semakin rendah pula selektivitasnya dan begitu pula sebaliknya. Beberapa filler yang baik digunakan untuk mixed matrix membrane yaitu dengan filler material silika, nanopartikel NiO, grafena oksida dan metal organic frameworks (MOF).Kata Kunci: Mixed matrix membrane, pemisahan gas
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Mardia Asa, Faiq Nadiatul, Sri Sumarsih, and Andi Hamim Zaidan. "Komposit Kolagen Fibril-Alginat Sebagai Kandidat Membran Hidrogel Skin Substitute." Jurnal Biosains Pascasarjana 18, no. 2 (August 1, 2016): 112. http://dx.doi.org/10.20473/jbp.v18i2.2016.112-122.

Full text
Abstract:
AbstrakTelah dilakukan sintesis membran hidrogel komposit berbahan kolagen, alginat sebagai kandidat skin substitute. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat fisikokimia dari membran hidrogel komposit kolagen-alginat. Metode yang dilakukan yaitu dengan teknik kering udarakan yang dicetak pada mika tipis selama tujuh hari pada suhu ruang. Hasil sintesis dikarakterisasi dengan PSA untuk mengetahui distribus ukuran nanopartikel perak, FTIR, penentuan morfologi dengan SEM, uji absorbsi dengan larutan PBS (Phospate Buffer Saline) uji kuat tarik, uji elongasi, uji sitotoksisitas dan uji antibakteri. Hasil analisis FT-IR pada membran memperlihatkan serapan kolagen dan alginat yang ditunjukkan dengan munculnya pergeseran pita serapan pada membrane komposit yaitu adanya Amida I dari kolagen, gugus karbonil (C=O) dari alginat. Hasil pengujian SEM membran komposit tanpa nanopartikel perak menunjukkan penebalan dinding dan pori yang lebar, sedangkan membran dengan penambahan nanopartikel perak ukuran pori lebih kecil. Berdasarkan hasil pengujian absorbsi menunjukkan semakin banyak komposisi kolagen pada membran maka semakin menurun lama membran hidrogel komposit menyerap larutan. Hasil pengujian kuat tarik menunjukkan nahwa semakin banyak komposisi kolagen pada membran hidrogel komposit maka semakin tinggi nilai kuat tariknya. Hasil uji elongasi menunjukkan semakin banyak komposisi kolagen maka semakin menurun nilai elongasinya.Kata kunci : membran hidrogel, kolagen, alginat
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Ayuni, Ni Putu Sri, Ni Wayan Yuningrat, and Ni Wayan Citra. "Kajian Transpor Kreatinin Menggunakan Membran Kitosan-Alginat Tertaut Silang Polivinil Alkohol (PVA)." Jurnal Rekayasa Proses 12, no. 2 (December 31, 2018): 56. http://dx.doi.org/10.22146/jrekpros.38401.

Full text
Abstract:
A B S T R A C TThe objective of this research was to determine the efficiency of the creatinine transport using chitosan alginate cross linked by polyvinyl alcohol (PVA) 0.1% with 70, 100, and 130 mg/L of creatinine concentration. The subject of this study was the membranes of chitosan alginate PVA, while the object of this study was the efficiency of the creatinine transport. The PVA 0.1% cross-linking chitosan-alginate membrane (1:0.15) was successfully synthesized. The membrane synthesized was characterized by FTIR, as well as tensile and strain test. The FTIR spectra showed that there is a new peak of the amino group of chitosan and carboxyl group of alginate at ca. 1651 cm-1. The hydroxyl group appears at ca. 1088 cm-1 while ester groups at ca. 1088 cm-1 and ca. 1265 cm-1 which indicate the cross binding between alginate and PVA. The water uptake test of the chitosan alginate PVA membrane reaches 257.76% for 6 hours. The tensile test results of the membrane before and after creatinine transport are 2.77 MPa and 12.56 MPa while the strain tests yield 14.24% and 18.51%, respectively. The maximum efficiency of the creatinine transport using the chitosan-alginate cross linked by PVA is 51.02% at 130 mg/L creatinine. This creatinine transport result using the PVA cross linking chitosan-alginate membrane are more efficient than chitosan-pectin membrane (25.24%) with the same creatinine concentration.Keywords: chitosan-alginate PVA membrane; creatinine; cross-link; synthesis; transportA B S T R A KPenelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai efisiensi transpor kreatinin menggunakan membran kitosan-alginat tertaut silang polivinil alkohol (PVA) 0,1% dengan konsentrasi kreatinin 70, 100 dan 130 mg/L. Subjek dalam penelitian ini adalah membran kitosan-alginat PVA, sedangkan objek penelitian ini adalah pengaruh efisiensi transpor pada variasi konsentrasi kreatinin. Membran kitosan alginat (1:0,15) tertaut silang PVA 0,1% telah berhasil disintesis. Karakterisasi membran kitosan-alginat tertaut silang PVA diperoleh untuk spektra FTIR membran menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran serapan gugus amino dari kitosan dan gugus karboksil dari alginat pada puncak sekitar 1651 cm-1. Pada bilangan gelombang 3363,86 cm-1 terdapat serapan gugus –OH serta pada bilangan gelombang sekitar 1088 cm-1 dan 1265 cm-1 berasal dari gugus ester yang menunjukkan ikatan silang antara alginat dan PVA. Hasil uji serapan air pada membran kitosan-alginat PVA selama 6 jam mencapai rata-rata 257,76%. Hasil uji tarik membran sebelum dan setelah transpor masing-masing: 2,77 MPa dan 12,56 MPa dan untuk hasil uji regang membran sebelum dan setelah transpor masing-masing: 14,24% dan 18,51%. Efisiensi transpor kreatinin pada membran kitosan-alginat tertaut silang PVA mencapai efisiensi transpor maksimal pada konsentrasi 130 mg/L (51,02%). Efisiensi transpor kreatinin ini lebih tinggi jika dibandingkan menggunakan membran kitosan-pektin (25,24%) pada konsentrasi yang sama.Kata kunci: kreatinin; membran kitosan-alginat PVA; sintesis; taut silang; transpor
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Raja, Krisna Lumban. "Membran Separasi Serat Berongga untuk Hemodialisis." Majalah Ilmiah Pengkajian Industri 7, no. 1 (July 29, 2019): 27–36. http://dx.doi.org/10.29122/mipi.v7i1.3638.

Full text
Abstract:
Polimer mempunyai aplikasi luas. Campuran heterogennya membentuk struktur fasa terpisah menjadi membran untuk membuat perangkat medis. Fungsi membran melakukan penghalangan selektif dengan aspek keragaman : tebal, struktur, diameter pori, muatan listrik, perpindahan partikel. Grup. Membran separasi adalah membran sintetis untuk pemisahan. Membuat membran separasi polimerik dibutuhkan kriteria polimer berdaya rekat rendah, berdaya tahan pembersihan tinggi, berkarakteristik rantai polimer saling cocok, harga murah, serta mudah diperoleh. Sifat kimia permukaan membran memberi konsekuensi pembasahan atau pencemaran yang mempengaruhi daya tahan membran. Konfigurasi membran separasi adalah silang aliran dan dead-end.Hukum Darcy merumuskan pemodelan yang pokok pada membran separasi dead end. Serat membran morfologinya keropos dan gaya pendorongnya perbedaan konsentrasi. Aliran nya silang dan modulnya menampung hingga 10.000 serat berdiameter 200 μm sampai 2500 μm. Pada dialisis, aliran darah dan dialisat berlawanan, agar pengeluaran zat-zat beracun maksimal. Aplikasi membran serat berongga untuk hemodialisis karena gagal ginjal kronis. Hakekat dialisis adalah memindahkan zat-zat racun dari metabolisme dan memperbaiki keseimbangan garam, air dan asam dalam darah. Status iptek terkini membran hemodialisis adalah pada ginjal buatan dari bahan hidup selain peralatan hemodialisis yang dapat berpindah-pindah, dibawa, dikenakan di badan, dan ditanam dalam tubuh.Kata kunci : Membran, Sintetis, Separasi, Hemodialisis, Serat berongga.AbstractPolymers have a wide range of uses. Their heterogenous blends form separated phase structures to become membranes for making medical devices. Membranes serve as selective barriers with various classifications such as thickness, structure, pore diameter, electric charged, particle transport, and in groups. A separation membrane is synthetically created for separation purpose. To make polymeric separation membranes require polymers that are low binding affinity, withstand the harsh cleaning conditions, suitable with properties of polymer chains, reasonable pricing, and easily obtainable. Two flow configurations of separation membranes are cross flow and dead-end filtrations. Darcy’s law formulates the main modeling equation for the dead end filtration. Hollow fiber separation membranes have porous morphology and driving force of concentration gradients. They have cross flows and their modules can contain up to 10.000 fibers ranging from 200 to 2500 μm in diameter. In dialysis, blood travels in the opposite direction with the dialysate to maximize the excretion of poisonous substances. A hollow fiber membrane application is for hemodialysis of chronic renal failure that causes physiological derangements. Actually dialysis is to remove toxic end-products of nitrogen metabolism and improve the balance of the salt, water, and acid-base derangements in blood. The current status of hemodialysis are the bio-artificial kidneys along with the development of mobile, portable, wearable and implantable hemodialysis devices.Keywords : Membrane, Synthetic, Separation, Hemodialysis, Hollow-fiber.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Chairunnisa, Chairunnisa. "STUDI ADSORPSI TIMBAL PADA MEMBRAN KITOSAN TERMODIFIKASI POLIDOPAMIN." Indonesian Chemistry and Application Journal 2, no. 1 (August 28, 2018): 33. http://dx.doi.org/10.26740/icaj.v2n1.p33-37.

Full text
Abstract:
Membran kitosan termodifikasi poli etilen glikol (peg) dan polidopamin (pda) telah dibuat dengan metoda pelapisan (coating). Terdapat perbedaan fisik dari membran sebelum dan sesudah modifikasi. Kapasitas adsorpsi membran kitosan sebelum dan sesudah modifikasi telah dianalisis dengan menggunakan larutan yang mengandung ion Pb(II) sebagai target polutan. Kapasitas adsorpsi tertinggi diperoleh oleh membrane kitosan termodifikasi 10% peg dan pda sebanyak 1 kg/L dengan besar %R yaitu 54%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Hakim, Arief Rahman. "Pembuatan Komposite Sulfonasi Polieter-eter ketone (sPEEK) - Clay untuk Aplikasi Direct Methanol Fuel Cell (DMFC)." Eksergi 15, no. 1 (July 4, 2018): 9. http://dx.doi.org/10.31315/e.v15i1.2236.

Full text
Abstract:
Direct Methanol Fuel Cell (DMFC) adalah sel pembangkit listrik yang menggunakan membran elektrolit sebagai sarana transportasi hidrogen/proton. Membran yang banyak digunakan adalah Nafion. Akan tetapi NafionÒmemiliki masalah metanol crossover, tidak tahan terhadap suhu tinggi dan harganya mahal. Pada penelitian ini difokuskan pada pembuatan membran pengganti Nafion untuk aplikasi DMFC. Membran yang digunakan untuk DMFC adalah dari jenis PEEK. Membran PEEK telah dimodifikasi dengan menggunakan proses sulfonasi pada suhu 60oC selama 3 jam dan ditambahkan clay sebagai filler dalam pelarut n-methyl-2-pyrrolidone (NMP). Karakteristik membran dapat dilihat dari morfologi membran, struktur membran, permeabilitas metanol, konduktivitas proton. Hasil penelitian menunjukan dengan sulfonasi 60oC selama 3 jam dianggap sebagai kondisi optimum pada penelitian sebelumnya, dengan penambahan clay 1%, 3%, 5% wt, penambahan sebanyak 1% dianggap sebagai penambahan optimum, menghasilkan konduktifitas 2.02E-03 S/cm, swelling 51.85% (air) 52.74% (metanol), permeabilitas 1,2E-05 cm2/s (refraktometer)1.5E-05 cm2/s (kurva kalibrasi), pengujian dan perhitungan permeabilitas dengan menggunakan 2 cara, yaitu refraktometer dan kurva kalibrasi hasilnya tidak jauh berbeda, sehingga kedua cara tersebut dapat digunakan, sehingga komposit sPEEK-Clay dengan penambahan 1% Clay yang optimum dapat digunakan untuk membrane pada DMFC. Keywords:
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Mukaromah, Ana Hidayati, Tulus Ariyadi, Inas Hasna Azizah, and Mifbakhuddin Mifbakhuddin. "Karakterisasi Membran ZSM-5 yang Disintensis dengan Variasi Jenis dan Ukuran Kasa Penyangga." ALCHEMY Jurnal Penelitian Kimia 16, no. 1 (February 28, 2020): 1. http://dx.doi.org/10.20961/alchemy.16.1.25406.1-9.

Full text
Abstract:
<p>Telah dilakukan sintesis dan karakterisasi membran ZSM-5 dengan penyangga kasa jenis 304 ukuran 200 dan 400 mesh dan jenis kasa AISI 316 ukuran 180 mesh. Tujuan penelitian ini adalah mensintesis membran ZSM-5 dengan penyangga kasa jenis 304 ukuran 200 dan 400 mesh dan jenis kasa AISI 316 ukuran 180 mesh dan mengkarakterisasi membran ZSM-5 hasil sintesis. Sintesis membran dilakukan dengan cara melapiskan prekursor ZSM-5 (<em>coating)</em> pada penyangga kasa yang telah diberi perlakuan dan dipanaskan pada suhu 90 °C selama 4 hari. Selanjutnya, membran yang dihasilkan dikarakterisasi engan metoda <em>X-ray diffraction</em> (XRD), <em>scanning electron microscope-energy dispersive spectroscopy</em> (SEM-EDS) dan <em>Fourier-transform infrared</em> (FTIR). Hasil citra SEM-EDS menunjukkan bahwa ukuran membran ZSM-5 yang semakin besar, menghasilkan jumlah lubang atau pori semakin banyak dengan luasan pori yang semakin kecil. Pola difraksi XRD menunjukkan bahwa membran yang dihasilkan mempunyai intensitas tertinggi pada 2 8º dan 23º yang merupakan karakteristik dari ZSM-5. Hasil spektra FTIR menunjukkan adanya serapan pada bilangan gelombang 450 cm<sup>-</sup><sup>1</sup>yang merupakan ciri khas membran ZSM-5.</p><p class="Text"><strong>Characterization of ZSM-5 Membranes Synthesized by Variation of Support Types and Sizes.</strong> Synthesis and characterization of ZSM-5 membrane were carried out with 304 type 200 and 400 mesh gauze supports and 180 mesh AISI 316 gauze types. The purpose of this study was to synthesize ZSM-5 membrane with 304 type 200 and 400 mesh gauze support and AISI 316 type 180 mesh size 180 mesh and characterize the synthesized ZSM-5 membrane. Membrane synthesis was carried out by coating the pre-treated gauze support with the ZSM-5 precursor and was heated at 90 °C for 4 days. Furthermore, the resulting membrane was characterized by X-ray diffraction (XRD), scanning electron microscope-energy dispersive spectroscopy (SEM-EDS) dan Fourier-transform infrared (FTIR). The SEM-EDX analysis shows that the increasing of ZSM-5 membrane size allowed pores number to increase with smaller pore surface area. The X-ray Diffraction pattern (XRD) shows that the resulting membrane has the highest intensity at 2 of 8º and 23º as the characteristics of ZSM-5. The FTIR spectra results show absorption at wavenumbers 450 cm<sup>-1</sup> which is a characteristic of ZSM-5 membranes.</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Djunaidi, Muhammad Cholid. "Recovery Logam Cu (II) dan Cr(VI) dari Limbah Cair Elektroplating Menggunakan Polymer Inclusion Membrane (PIM)." Reaktor 18, no. 2 (August 24, 2018): 113. http://dx.doi.org/10.14710/reaktor.18.2.113-116.

Full text
Abstract:
Telah dilakukan penelitian tentang recovery logam Cu(II) dan Cr(VI) dari limbah cair elektroplating menggunakan Polymer Inclusion Membrane (PIM). [NA1] PIM memiliki kestabilan yang tinggi untuk mengatasi kelemahan ketidakstabilan membran cair. Membran PIM diletakkan diantara dua fasa yaitu fasa umpan sebagai sumber logam Cu (II) dari limbah elektroplating dengan pH 3 dan fasa penerima adalah larutan HNO3 denganpH 1 dan pH 4,4 di fasa umpan serta pH 6,3 di fasa penerima dengan NaCl 2 N untuk logam Cr(VI). Efisiensi recovery diketahui dengan menentukan kadar Cu (II) dan Cr(VI) dalam fasa umpan dan penerima menggunakan AAS, sedangkan karakterisasi membran menggunakan FTIR, SEM dan spektroskopi UV. Membran PIM yang dihasilkan memiliki sifat: tipis, bening, jernih dan lentur. Dari hasil AAS diperoleh persentase transpor PIM yang dilakukan dengan pengadukan selama 24 jam menunjukkan bahwa persentase transpor logam Cu (II) yang paling tinggi dari fasa umpan sebesar 83,41% dan transpor pada fasa penerima sebesar 72,56%. Sementara prsentase transpor Cr(VI) optimal yaitu 97,8% dari fasa umpan serta 76,5 % di fasa penerima. Hasil karakterisasi membran menggunakan spektroskopi FTIR dan UV menunjukkan bahwa membran PIM cukup stabil. Sedangkan hasil SEM menunjukkan tidak terdapat pori dalam membran sehingga transpor yang terjadi secara difusi melalui perantara senyawa pembawa Research on Cu (II) and Cr(VI) metal recovery from electroplating wastewater using a Polymer Membrane Inclusion (PIM was conduct. PIM has a high stability to overcome the distability of liquid membrane. PIM membrane was placed between two phases, namely phase feed as a source of Cu(II) from electroplating wastewater with pH 3 and receiver phase was HNO3 solution with a pH of 1 while a system with pH 4,4 in feed phase and 6.3 in receiver phase (2N NaCl) was used for recoveried Cr(VI) from electroplating. The efficiency of recovery was known by determine the concentration of Cu (II) and Cr(VI) in feed phase and receiver using AAS, whereas the membrane was characterized using FTIR, SEM and UV spectroscopy. The resulting PIM membrane had properties: a thin, transparent, clear and supple. From the results was obtained that the percentage of transport of Cu (II) at the highest performance from the feed phase was 83.41% and transport at the receiving phase was 72.56%. While the highest transport of Cr(VI) from feed phase by 97,8 % and in receiving phase was 76,5 %. Results membrane characterization using FTIR and UV spectroscopy showed that the PIM membrane was quite stable. While the results of SEM showed that no pores in the membrane so that the diffusion transport occurs through intermediary carrier compound.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Muhari, Emma Hermawati, Ayu Ratna Permanasari, and Fitria Yulistiani. "Pengolahan Air Tanah di Kawasan Politeknik Negeri Bandung menjadi Air Minum dengan Metoda Ultrafiltrasi." Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan 2, no. 2 (October 24, 2018): 55. http://dx.doi.org/10.33795/jtkl.v2i2.73.

Full text
Abstract:
Di Indonesia, khususnya di sekitar Politeknik Negeri Bandung, sebagian besar sumber air berasal dari air tanah. Air tanah di lingkungan Politeknik Negeri Bandung memiliki pH asam (< 6), coliform > 2.400, dan colitinja positif. Proses pemanasan air kurang efektif untuk mengolah air tanah karena memerlukan waktu yang relatif lama, energi besar, dan tidak dapat meningkatkan pH air agar memenuhi standar air minum sebagaimana tercantum dalam Permenkes Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010. Untuk mengolah air tanah di lingkungan Politeknik Negeri Bandung, telah dibuat alat pengolahan air minum portabel dengan menggunakan konsep aliran dead-end filtration. Membran yang dipakai merupakan membran hollow-fiber, berjenis membran ultrafiltrasi berbahan dasar PVDF (Poly Vinylidene Flouride), ukuran pori 0,1μm, panjang membran 15cm, jumlah membran sebanyak 148 buah, dan dapat dioperasikan pada daya isap normal manusia. Permeat yang dihasilkan sesuai dengan standar PERMENKES No. 492/MENKES/PER/IV/2010 dari parameter fisika, kimia, dan biologi. Lifetime membran diamati melalui jumlah permeat yang dihasilkan dari awal pemakaian membran hingga membran tersebut rusak. Lifetime pada alat pengolah air minum portabel ini adalah 38,879 L. Pengolahan air tanah menggunakan alat ini dapat menaikkan pH sebesar 12,78%, menurunkan konduktivitas sebesar 39,31%, dan menurunkan Total Dissolved Solid (TDS) 13,72%. Dari segi ekonomi, penggunaan alat ini dapat menghemat biaya 50% dibandingkan dengan pembelian air minum kemasan 600 ml.In Indonesia, especially around the Bandung State Polytechnic, most of the water sources come from ground water. Ground water in the Bandung State Polytechnic environment has acidic pH (<6), coliform> 2,400, and positive colitis. The process of water heating is less effective for treating ground water because it requires a relatively long time, large energy, and can not increase the pH of the water to meet drinking water standards as stated in Permenkes No. 492 / MENKES / PER / IV / 2010. To treat ground water in the Bandung State Polytechnic, portable drinking water treatment equipment has been made using the concept of dead-end flow filtration. The membrane used is a hollow-fiber membrane, a type of ultrafiltration membrane made from PVDF (Poly Vinylidene Fluoride), pore size of 0.1μm, membrane length of 15cm, membrane number of 148 pieces, and can be operated on normal human suction. The permeate produced is in accordance with PERMENKES No. 492 / MENKES / PER / IV / 2010 from physical, chemical and biological parameters. Lifetime membranes are observed through the amount of permeate produced from the beginning of the use of the membrane until the membrane is damaged. Lifetime of this portable drinking water treatment device is 38,879 L. Ground water treatment using this tool can increase pH by 12.78%, decrease conductivity by 39.31%, and reduce Total Dissolved Solid (TDS) 13.72%. From an economic standpoint, the use of this tool can save 50% costs compared to the purchase of 600 ml of bottled water.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Yuliani, Anisa, Mahmud Mahmud, and Chairul Abdi. "PENINGKATAN KINERJA MEMBRAN ULTRAFILTRASI ALIRAN DEAD-END PADA PENYISIHAN BAHAN ORGANIK DALAM EFLUEN IPAL DOMESTIK DENGAN PRA-PERLAKUAN ADSORPSI." Jernih: Jurnal Tugas Akhir Mahasiswa 2, no. 2 (December 8, 2020): 23–28. http://dx.doi.org/10.20527/jernih.v2i2.589.

Full text
Abstract:
Salah satu kendala yang membatasi kinerja membran ultrafiltrasi (UF) yaitu fouling membran. Keberadaan Bahan Organik (BO) merupakan salah satu penyebab utama terjadinya fouling membran pada air efluen IPAL Domestik. Oleh karena itu, perlu dilakukan pra-perlakuan adsorpsi karbon aktif untuk mengurangii foulingi dani meningkatkani performai membrani UF. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pengolahan air efluen dengan kondisi terbaik pada proses hibrid adsorpsi dan Ultrafiltrasi (UF) selulosa asetat (SA), serta menganalisis terbentuknya fouling membran pada proses hibrid adsorpsi dan UF-SA. Karbon aktif yang digunakan pada rencana penelitian ini adalah Powdered Activated Carbon (PAC) dengan interval variasi dosis 25 mg/L pada rentang 25 mg/L-200mg/L serta pH 4. Metode yang digunakan pada proses pra-perlakuan adsorpsi menggunakan sistem batch dengan pengadukan adsorpsi 180 rpm selama 240 menit. Kemudian, dialirkan pada membran UF-SA menggunakan sistem aliran dead-end dengan variasi tekanan operasi 1-3 bar dengan interval 0,5 bar pada pH 4 selama 120 menit. Selanjutnya dicari kondisi terbaik proses hibrid adsorpsi dan UF-SA dengan cara mengatur dosis optimum (dinaikkan maupun diturunkan), sehingga didapatkan tiga variasi dosis. Analisis kandungan BO dilakukan melalui pengukuran parameter Dissolved Organic Carbon (DOC), UV254, E4/E6 , dan UV456 menggunakan TOC Analyzer dan Spektrofotometer UV serta karakterisasi membran dengan permeabilitas. Hipotesis dari penelitian ini adalah pra-perlakuani adsorpsii karboni aktifi berpengaruh untuki mereduksii foulingi pada membrani UF-SA, dan model Modified Fouling Index (MFI) dapat menggambarkan pembentukan fouling pada proses hibrid adsorpsi dan UF-SA pada penyisihan air efluen.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Ariyanti, Dhita, Nurul Widiastuti, and Nourma Safarina. "Kinerja Membran Plat Berpori Berbasis Selulosa Asetat yang Disintesis Secara Inversi Fasa untuk Ultrafiltrasi Bakteri E.coli di PDAM Surabaya." Jurnal Teknologi Lingkungan 21, no. 2 (July 30, 2020): 165–73. http://dx.doi.org/10.29122/jtl.v21i2.3945.

Full text
Abstract:
ABSTRACTThe lack of consumable water in urban and industrial-dense areas encourages research on clean water treatment methods. Some current treatment methods, such as precipitation, adsorption, and UV light irradiation are ineffective for water with high levels of suspended solids, organic matter, and turbidity. Therefore, alternative approaches are required to support the availability of clean and consumable water. The membrane technology is an alternative filtration method proposed in the East Surabaya's municipal waterworks area. The membrane filtration method is quite simple and easy to operate. This study aimed to determine the performance of cellulose acetate-based porous plate membranes synthesized by phase inversion for E. coli bacteria's ultrafiltration. As a raw material, cellulose acetate is preferred because of its high hydrophilicity and good biocompatibility. Membrane synthesis was carried out through the phase inversion method with acetone solvents and non-solvent water in the coagulation bath. The positive test for E. coli bacteria was carried out through the MPN (Most Probable Number) method on the municipal waterworks water samples before and after filtering with membranes. The results showed that the synthesis of cellulose acetate membrane had good homogeneity. This result was supported by the results of ANOVA single factor statistical data analysis. Also, cellulose acetate membrane had good permeability and flux performance as ultrafiltration of E. coli bacteria with a flux of 37.25 L/m2.hour.bar at a sufficient pressure of 5 bar. Test results for the presence of E. coli bacteria in PDAM water samples using the MPN method gave an initial indication that the water sample after filtration with cellulose acetate membrane was negative. Keywords: membrane, cellulose acetate, permeability, water fluxABSTRAKMinimnya air bersih yang layak konsumsi di daerah perkotaan dan padat industri mendorong penelitian tentang metode pengolahan air bersih. Kurangnya efektivitas metode pengolahan sebelumnya seperti pengendapan, adsorbsi, dan penyinaran dengan sinar UV untuk air dengan kadar suspended solids, zat organik, dan kekeruhan yang tinggi, diperlukan metode alternatif untuk mendukung ketersediaan air bersih layak konsumsi. Metode filtrasi alternatif yang ditawarkan di PDAM di kawasan Surabaya Timur. Metode filtrasi dengan membran sangat sederhana dan mudah dalam operasionalnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja membran plat berpori berbasis selulosa asetat yang disintesis secara inversi fasa untuk ultrafiltrasi bakteri E.coli. Selulosa asetat dipilih sebagai bahan baku membran karena selulosa asetat merupakan bahan polimer yang memiliki hidrofilitas tinggi dan biokompatibilitas yang baik. Sintesis membran dilakukan melalui metode inversi fasa dengan pelarut aseton dan nonpelarut air dalam bak koagulasi. Uji positif bakteri E.coli dilakukan melalui metode MPN (Most Probable Number) pada sampel air PDAM sebelum dan sesudah difiltrasi dengan membran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sintesis membran selulosa asetat memiliki homogenitas baik yang ditunjukkan oleh hasil analisis data statistika ANOVA single factor. Selain itu, membran selulosa asetat memiliki kinerja permeabilitas dan fluks yang baik sebagai ultrafiltrasi bakteri E.coli dengan ketercapaian fluks sebesar 37,25 L/m2.jam.bar pada tekanan efektif sebesar 5 bar. Hasil uji keberadaan bakteri E.coli pada sampel air PDAM dengan metode MPN memberikan indikasi awal bahwa sampel air setelah filtrasi dengan membran selulosa asetat adalah negatif.Kata kunci: membran, selulosa asetat, permeabilitas, fluks air
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Doddy, Putu, Ester Susanti, and Debby Mariana. "Studi penggunaan membran berslot untuk memproduksi emulsi minyak/air." Jurnal Teknik Kimia Indonesia 9, no. 1 (October 2, 2018): 19. http://dx.doi.org/10.5614/jtki.2010.9.1.3.

Full text
Abstract:
Emulsion is dispersion system, which consist of two or more immiscible liquids. If this system is not stable, particle dispersed will form separate layer. The degree of instability will be greater if size of dispersed particles is not uniform. Generally, emulsion is produced by using high speed homogenizer, which will destruct the product. Some technology has been developed to overcome this problem. One of such technology is membrane emulsification, where the emulsion is flowed through the membrane so the size of particles will be smaller and more uniform. Symmetric membrane, which is used effectively to produce emulsion, has been used in this research. From the experiments, it has been proved that 28 microns membrane could produce emulsion, which has small and uniform size of particles. Emulsion with feed concentration of 10 % w/w and concentration of surfactant 3 % w/w has the highest degree of stability with particle sizes in the range of 3.5–13.5 microns. Fluxes were decreased if we use higher feed and surfactant concentration.Keywords: Emulsion, microfiltration, slotted membraneAbstrakEmulsi adalah dispersi dua atau lebih cairan yang tidak bercampur. Jika sistem ini tidak stabil, maka partikel terdispersi akan bergabung membentuk lapisan terpisah. Ketidakstabilan emulsi semakin tinggi jika ukuran partikel terdispersi besar dan distribusi ukurannya tidak seragam. Umumnya pembuatan emulsi dilakukan dengan pengadukan kecepatan tinggi yang merugikan jika bahan sensitif terhadap tekanan. Banyak cara dikembangkan untuk mengatasi hal ini, salah satunya adalah teknologi membran emulsifikasi, dimana emulsi dilewatkan melalui membran agar ukuran partikel terdispersi menjadi lebih kecil dan seragam sehingga emulsi stabil. Membran simetris yang efektif untuk memproduksi emulsi adalah membran mikrofiltrasi berslot seperti dalam penelitian ini. Hasil percobaan menunjukkan bahwa penggunaan membran berslot 28 m memberikan ukuran dan distribusi partikel yang kecil dan seragam. Emulsi minyak dalam air yang paling stabil adalah pada konsentrasi umpan 10% (b/b) dan konsentrasi surfaktan 3% (b/b) dengan ukuran partikel berkisar antara 3,5–13,5 µm. Fluks menurun bila konsentrasi umpan dan surfaktan semakin besar.Kata kunci: emulsi, mikrofiltrasi, membran berslot
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Widyaningsih, Senny, Dian Windy Dwiasi, and Dwi Hidayati. "PENURUNAN KONSENTRASI ZAT WARNA DALAM LIMBAH BATIK MENGGUNAKAN MEMBRAN DARI Sargassum sp." Molekul 9, no. 2 (November 1, 2014): 166. http://dx.doi.org/10.20884/1.jm.2014.9.2.164.

Full text
Abstract:
Pencemaran perairan merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh industri batik, terutama akibat pemakaian pewarna tekstil. Teknologi membran merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk pengolahan limbah cair. Membran merupakan lapisan tipis yang berfungsi sebagai filtrasi. Salah satu bahan baku pembuat membran adalah selulosa bakteri. Selulosa bakteri adalah selulosa hasil fermentasi bakteriAcetobacter xylinum yang mengubah glukosa menjadi selulosa.. Penelitian ini memanfaatkan rumput laut jenis alga cokelat (Sargassum sp.) yang dianggap sebagai sampah di pantai sebagai sumber glukosa. Fermentasi alga cokelat dilakukan dengan 3 variasi waktu fermentasi yaitu 7, 10, dan 13 hari. Selulosa bakteri optimum yang dihasilkan adalah selulosa bakteri dengan waktu fermentasi 10 hari, berwarna putih dengan ketebalan 1 cm. Membran Sargassum sp. dihasilkan dengan cara pengepresan selulosa bakteri. Hasilnya membrane Sargassum sp. memiliki ketebalan sebesar 1,8 mm, fluks sebesar 3,386 L. m-2.jam-1dan rejeksi sebesar 39,34%. Membran Sargassum sp. digunakan untuk menurunkan konsentrasi zat warna batik dengan cara filtrasi. Zat warna tersebut adalah rodamin B, metilen biru, dan metal jingga. Penurunan konsentrasi yang diperoleh untuk masing-masing zat warna rodamin B, metilen biru dan metil jingga berturut-turut adalah 80,04; 77,83 dan 75,84%. Penelitian ini menunjukkan bahwa membran Sargasuum sp. dapat digunakan dalam pengolahan limbah cair industri batik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Yohan, Y., Rifaid M. Nur, Lilik Hendrajaya, and E. S. Siradj. "Kopolimerisasi pencangkokan asam akrilat pada film pp dengan teknik iradiasi awal." Jurnal Teknik Kimia Indonesia 4, no. 3 (October 9, 2018): 314. http://dx.doi.org/10.5614/jtki.2005.4.3.7.

Full text
Abstract:
Grafting pre-irradiation process of acrylic acid monomer on polypropylene (PP)film for hydrophilic membrane as cationic exchanger membrane have been done. PP film is irradiated by -ray and is then grafted by acrylic acid monomer in wate1: The preparation conditions such as rate and total dose of irradiation, monomer concentration, time and temperature of grafting have been studied in order to get the optimum grafting process. Some properties of the prepared grafted membranes were characterized and accordingly the possibility of its applications in fuel cell and in waste water treatment for toxic heavy metals removals, such as As, Cd, Co, Cu, Fe and Pb was investigated. The optimum grafting condition was as follows: total dose was 45 kGy, dose rate was 7 kGy/hour, acrylic acid was 40% volume, grafting time was 90 minutes, and grafting temperature was 70oC which gave a percent of grafting PP-g-AA of 350-450% weight. The chelated metal ions were easily desorbed by treating the membrane with 0.I N HCI for 2 hours at room temperature. The sorption level of grqfted membrane (PP-g-AA) to metallic ions are Fe> Co> Cu >As> Cd > Pb. Finally, a mixture of three metals in the same feed solution was used to determine the selectivity of the membrane toward different metals. The results obtained for the prepared membranes showed a promise for their applicability in the removal of heavy metals from wastewate1:Keywords: Grafted Pre-irradiation,Cathionic Exchanger Membrane, Fuel Cell, Waste TreatmentAbstrakTelah dilakukan proses pencangkokan dengan teknik iradiasi awal monomer asam akrilat padafilm polipropilena (PP) untuk bahan membran hidrofil yang dapat berperan sebagai membran penukar kation. Film PP diiradiasi dengan sinar-y dan selanjutnya dicangkok menggunakan monomer asam akrilat dalam pelarut air. Beberapa kondisi preparasi ditentukan untuk mendapatkan persen pencangkokan yang optimum, seperti laju dan dosis total radiasi, konsentrasi monomer, waktu dan suhu pencangkokan. Karakterisasi dari beberapa sifat bahan membran tercangkok juga dipelajari dan dilakukan pengujian kemungkinan penggunaannya dalam fuel cell dan dalam pengolahan limbah yang mengandung logam berat beracun, seperti As, Cd, Co, Cu, Fe, dan Pb. Dari hasil penelitian diperoleh kondisi relatif baik untuk pencangkokan yaitu dosis total 45 kGy, laju dosis 7 kGy/jam, asam akrilat 40% volume, waktu pencangkokan 90 menit, dan suhu pencangkokan 70oC memberikan persen pencangkokan PP-g-AA = 350-450% berat. Ion-ion logam yang mudah membentuk senyawa kelat relatif lebih mudah dielusi dari membran yang direndam dalam lantan HCl 0,1N selama 2 jam pada suhu kamar. Tingkat penyerapan membran tercangkok (PP-g-AA) terhadap ion-ion logam adalah Fe> Co> Cu >As> Cd> Pb. Akhirnya, suatu campuran yang terdiri atas tiga ion logam dalam larutan umpan digunakan untuk menentukan selektivitas membran terhadap ion-ion logam. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa membran tercangkok mempunyai kemungkinan untuk digunakan dalam pengolahan logam-logam berat dalam air limbah.Kata Kunci: Pencangkokan Iradiasi Awal, Membran Penukar Kation, Sel Bahan Bakar, Jilengolahan Limbah
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Kurniawan, Ian, and Pra Dian Mariadi. "REVIEW : PROFIL HYBRID MEMBRANE DALAM PROSES REDUKSI AIR LIMBAH." JURNAL KONVERSI 5, no. 1 (April 10, 2015): 1. http://dx.doi.org/10.24853/konversi.5.1.1-10.

Full text
Abstract:
Frekuensi penggunaan air sangat tinggi seiring dengan perkembangan teknologi dan pertumbuhan jumlah penduduk. Peningkatan standar hidup manusia yang semakin tinggi menimbulkan permasalahan lingkungan terkait dengan kualitas air akibat bahan kimia, nutrisi, lindi, tumpahan minyak, pembuangan limbah bahan berbahaya, serta penggunaan bahan dispossable dan non-biodegradable. Perkembangan sumber daya teknologi menghasilkan suatu revolusi sehingga menghasilkan lebih banyak bahan dan senyawa kimia. sejumlah senyawa yang diidentifikasi memiliki ancaman potensial terhadap organisme lingkungan hidup. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi teknik pengolahan air limbah dengan menggabungkan dua sifat membran dalam mereduksi air limbah. Metode yang digunakan adalah review dari beberapa sumber pustaka dengan melakukan studi literatur terdahulu terhadap beberapa penelitian yang pernah dilakukan. Kesimpulan dari penelitian menghasilkan bahwa teknologi membran sebagai salah satu instalasi unit pengolahan limbah perkembangan dan kemajuannya sangat menjanjikan dan banyak dilakukan dalam proses dengan prinsip pemisahan dan pemurnian air. Teknologi membran bisa menjadi solusi dalam pengolahan air limbah, seiring dengan perkembangannya membran dapat dikombinasikan (Hybrid Process) dengan menggunakan berbagai jenis membrane yaitu Ultrafiltrasi, Mikrofiltrasi, Nanofiltrasi dan Reverse Osmosis, akan tetapi harus diperhatikan kondisi operasional dari proses tersebut. Kata kunci: air limbah, hybrid membrane, reduksi
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Wafiroh, Siti, Suyanto Suyanto, and Yuliana Yuliana. "PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KOMPOSIT KITOSAN-SODIUM ALGINAT TERFOSFORILASI SEBAGAI PROTON EXCHANGE MEMBRANE FUEL CELL (PEMFC)." Jurnal Kimia Riset 1, no. 1 (June 1, 2016): 14. http://dx.doi.org/10.20473/jkr.v1i1.2436.

Full text
Abstract:
AbstrakDi era globalisasi ini, kebutuhan bahan bakar fosil semakin meningkat dan ketersediannya semakin menipis. Oleh karena itu, dibutuhkan bahan bakar alternatif seperti Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC). Tujuan dari penelitian ini adalah membuat dan mengkarakterisasi membran komposit kitosan-sodium alginat dari rumput laut coklat (Sargassum sp.) terfosforilasi sebagai Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC). PEM dibuat dengan 4 variasi perbandingan konsentrasi antara kitosan dengan sodium alginat 8:0, 8:1, 8:2, dan 8:4 (b/b). Membran komposit kitosan-sodium alginat difosforilasi dengan STPP 2N. Karakterisasi PEM meliputi: uji tarik, swelling air, kapasitas penukar ion, FTIR, SEM, permeabilitas metanol, dan konduktivitas proton. Berdasarkan hasil analisis tersebut, membran yang optimal adalah perbandingan 8:1 (b/b) dengan nilai modulus young sebesar 0,0901 kN/cm2, swelling air sebesar 19,14 %, permeabilitas metanol sebesar 72,7 x 10-7, dan konduktivitas proton sebesar 4,7 x 10-5 S/cm. Membran komposit kitosan-sodium alginat terfosforilasi memiliki kemampuan yang cukup baik untuk bisa diaplikasikan sebagai membran polimer elektrolit dalam PEMFC. Kata kunci: kitosan, sodium alginat, terfosforilasi, PEMFC AbstractIn this globalization era, the needs of fossil fuel certainly increases, but its providence decreases. Therefore, we need alternative fuels such as Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC). The purpose of this study is preparationand characterization of phosphorylated chitosan-sodium alginate composite membrane from brown seaweed (Sargassum sp.) as Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC). PEM is produced with 4 variations of concentration ratio between chitosan and sodium alginate 8:0, 8:1, 8:2, and 8:4 (w/w). Chitosan-sodium alginate composite membrane phosphorylated with 2 N STPP. The characterization of PEM include: tensile test, water swelling, ion exchange capacity, FTIR, SEM, methanol permeability, and proton conductivity. Based on the analysis result, the optimal membrane is ratio of 8:1 (w/w) with the value of Young’s modulus about 0.0901 kN/cm2, water swelling at 19.14%, methanol permeability about 72.7 x 10-7, and proton conductivity about 4.7 x 10-5 S/cm. The phosphorylated chitosan-sodium alginate composite membrane has good potentials for the application of the polymer electrolyte membrane in PEMFC. Keywords: chitosan, sodium alginate, phosphorylated, PEMFC
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Deniz Özsoy, Sadiye, and Hülya Yılmaz Ak. "Extracorporeal Membrane Oxygenation." Kosuyolu Heart Journal 21, no. 3 (December 3, 2018): 236–44. http://dx.doi.org/10.5578/khj.59769.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Kedang, Yohana Ivana. "Review: Karakterisasi dan Modifikasi Membran Poliamida untuk Aplikasi Pemisahan Zat Warna." Jurnal Saintek Lahan Kering 1, no. 2 (December 23, 2018): 28–30. http://dx.doi.org/10.32938/slk.v1i2.568.

Full text
Abstract:
Membran nanofiltrasiterjadi akibat proses perbedaan tekanan untuk memisahkan solut berukuran lebih besar dari larutan. Membran inidigunakan pada proses pemurnian air, seperti pelunakan air, penghilangan zat warna, dan penghilangan mikropolutan. Membran memiliki beberapa kriteria yang penting untuk menentukan kinerja membran sebagai filtrasi yakni parameter fluks (permeabilitas), rejeksi (permselektivitas), ketebalan, morfologi dan sifat mekanik membran. Artikel ini diharapkan dapat memberikan ide dan rekomendasi mengenai karakterisasi membran serta pembuatan membran nanofiltrasi menggunakan modifikasi membran poliamida.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Scheidat, S., and R. A. K. Stahl. "Membran�se Glomerulonephritis." Der Internist 44, no. 9 (September 1, 2002): 1120–30. http://dx.doi.org/10.1007/s00108-003-1022-5.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Arsiwan, Arsiwan, Takdir Saili, La Ode Ba'a, and Syam Rahadi. "MEMBRAN PLASMA UTUH SPRMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING PERRANAKAN ETTAWA DALAM NATRIUM KLORIDA DENGAN KONSENTRASI BERBEDA." Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis 1, no. 1 (August 11, 2015): 79. http://dx.doi.org/10.33772/jitro.v1i1.364.

Full text
Abstract:
ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya tahan membran plasma spermatozoa kambing Peranakan Etawa (PE) dalam larutan NaCl dengan konsentrasi berbeda. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo, pada bulan Juni 2013 sampai November 2013. Epididimis dikoleksi dari rumah pemotongan dan spermatozoa dikoleksi dari epididimis menggunakan metode penyayatan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan. Perlakuan tersebut terdiri dari NaCl 0.7% (T1), NaCl 0.8% (T2), NaCl 0.9% (T3), NaCl 1.0% (T4) dan NaCl 1.1%. Evaluasi membran plasma utuh spermatozoa menggunakan Hypo-osmotic Swelling Test (HOS-test). Data hasil penelitian ditransformasi kedalam arcsin sebelum dianalisis menggunakan analisis varian, perbedaan antara perlakuan dianalisis dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil penelitian ini menunjukan rata-rata membran plasma utuh berbeda sangat nyata (P>0,01), yaitu T3 (87.92%), T4 (87.60%), T2 (85.17%), T1 (78.53%), dan T5 (75.79%). konsentrasi larutan NaCl 0.9% merupakan medium terbaik untuk mempertahankan keutuhan membrane plasma spermatozoa epididimis kambing PE.Kata Kunci: Kambing PE, Spermatozoa Epididimis, Membran Plasma Utuh.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Kusumawati, Nita, and Septiana Tania. "PEMBUATAN DAN UJI KEMAMPUAN MEMBRAN KITOSAN SEBAGAI MEMBRAN ULTRAFILTRASI UNTUK PEMISAHAN ZAT WARNA RHODAMIN B." Molekul 7, no. 1 (May 1, 2012): 43. http://dx.doi.org/10.20884/1.jm.2012.7.1.105.

Full text
Abstract:
Telah dilakukan penelitian tentang pembuatan membran kitosan dan aplikasinya dalam pemisahan zat warna Rhodamin B. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik fisik serta kinerja membran kitosan yang dihasilkan dalam memisahkan zat warna Rhodamin B dengan variasi konsentrasi kitosan dan tekanan operasional. Penelitian ini diawali dengan pembuatan membran dengan variasi konsentrasi kitosan, yaitu 1-5%. Membran kitosan dibuat dengan mencampurkan kitosan dalam asam asetat 1% kemudian dicetak pada cawan petri. Uji karakteristik fisik membran meliputi, kekuatan tarik dan regangan membran menggunakan Autograph, dan morfologi serta ukuran pori membran menggunakan Scanning Eletron Microscopy (SEM). Kinerja membran meliputi nilai fluks dan rejeksi, diketahui dari pengukuran menggunakan alat uji membran “dead-end” dan UV-Visible Genesys 10. Hasil penelitian menunjukkan bahwa membran kitosan yang dihasilkan masuk dalam rentang membran ultrafiltrasi. Membran memiliki daya tegang dan regang yang tinggi dengan bertambahnya konsentrasi kitosan. Nilai tegangan (Load) yang diperoleh sebesar 0,1531–2,8571 kgf dan nilai regangan (Stroke) sebesar 2,86-5,48%. Semakin besar konsentrasi kitosan dalam membran akan menghasilkan fluks yang kecil. Nilai fluks terbaik dihasilkan oleh membran kitosan 1% pada tekanan 5 kg/cm2 yakni sebesar 38,372 L/m2 jam. Sedangkan nilai koefisien rejeksi tertinggi dihasilkan oleh membran kitosan 3% pada tekanan 1 kg/cm2 yakni sebesar 88,27%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Dita Auline Saragih, Nurul Qomariah, and Abdullah Saleh. "Pembuatan membran komposit nilon-karbon aktif dengan variasi suhu dan waktu pengadukan." Jurnal Teknik Kimia 24, no. 3 (November 1, 2018): 89–93. http://dx.doi.org/10.36706/jtk.v24i3.29.

Full text
Abstract:
Membran Komposit Nilon-Karbon Aktif merupakan modifikasi membran nilon dengan filler inorganic berupa karbon aktif. Modifikasi dalam proses pembuatan membran berupa variasi suhu pengadukan yaitu 20oC, 30o C, 40 oC, dan 50 oC dan variasi waktu pengadukan 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, dilakukan untuk mengetahui pengaruh kondisi operasi dalam pembuatan membran terhadap karakteristik membran komposit nilon-karbon aktif. Membran dibuat menggunakan metode inversi fasa dengan pelarut HCl 25%, tebal membran diseragamkan, waktu evaporasi 120 detik, waktu imersi dalam aquades selama 10 menit, dan waktu pengeringan membran 24 jam. Karakteristik mekanik dari membran dilihat melalui uji kuat tarik membran, dimana dari hasil pengujian didapatkan titik optimum berdasarkan nilai kuat tarik dan modulus elastisitas terbesar pada variasi suhu 30o C dan waktu pengadukan 2 jam yaitu 134,75 x106 kg/ms2 dan 1,347x108kg/ms2. Karakteristik struktural membran dilihat melalui uji porositas, dan analisa permukaan dengan menggunakan SEM. Berdasarkan uji porositas, dihasilkan membran dengan rata-rata persen porositas 70% dan tergolong hidrofil karena persen penyerapan air tinggi. Sedangkan melalui analisa SEM didapatkan karakteristik membran asimetrik dengan ukuran pori 2,7-3,5 mikrometer dan tergolong membran mikrofiltrasi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Fauji, Najmudin, Ahmad Kusumaatmaja, and Kuwat Triyana. "Pengaruh NaClO2 terhadap Membran Nanofiber Polisulfon dengan Metode Electrospinning." POSITRON 7, no. 2 (January 6, 2018): 34. http://dx.doi.org/10.26418/positron.v7i2.1996.

Full text
Abstract:
Polisulfon merupakan polimer termoplastik yang banyak digunakan dalam pembuatan membran karena ketangguhan dan stabilitasnya pada suhu tinggi. Dalam penelitian ini, dibuat membran polisulfon kosentrasi 20% dengan metode electrospinning. Selanjutnya pada larutan polisulfon konsentrasi 20% dilakukan penambahan NaClO2 0,015 gram, 0,020 gram, dan 0,030 gram. Material-material pada membran tersebut diidentifikasi dengan menggunakan FTIR, sedangkan morfologi permukaan membran diamati dengan SEM. Hasil spektrum FTIR menunjukkan tidak adanya ikatan pada penambahan NaClO2. Ini berarti, tidak terjadi perubahan sifat pada membran sebelum dan setelah ditambahkan NaClO2. Diameter fiber membran polisulfon konsentrasi 20% dengan penambahan NaClO2 0,015 gram mengalami perubahan menjadi lebih kecil dari diameter fiber membran polisulfon konsentrasi 20%. Diameter membran polisulfon 20% memiliki diameter rata-rata nanofiber (801±185) nm, sedangkan diameter membran polisulfon 20% dengan penambahan NaClO2 0,015 gram memiliki diameter rata-rata nanofiber (252±57) nm. Ini berarti penambahan NaClO2 pada larutan polisulfon 20% berpengaruh pada perubahan diameter. Pada membran polisulfon 20% dengan penambahan NaClO2 0,020 gram dan 0,030 gram tidak terbentuk membran (hanya terbentuk spray).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Darmawan, Anton Budhi. "Interlay technique type 1 tympanoplasty, an alternative for closing large central tympanic membrane perforation." Oto Rhino Laryngologica Indonesiana 50, no. 1 (July 1, 2020): 84. http://dx.doi.org/10.32637/orli.v50i1.356.

Full text
Abstract:
Background: Type 1 tympanoplasty or myringoplasty is the most frequently performed procedure in the field of otology. Type 1 tympanoplasty is a surgical procedure to repair and only involves the restoration of the perforated tympanic membrane. There are three most accepted methods often used universally, namely underlay, overlay, and interlay. The interlay method is a relatively new method developed in 1992 for closing tympanic membrane perforation. This method has a high success rate of 96%. Objective: To report the success of type 1 tympanoplasty with an interlay method to close large central tympanic membrane perforations at Margono Soekarjo District Hospital. Case Report: Reporting 3 cases of chronic tubotympanic suppurative otitis media with large central tympanic membrane perforation which were repaired by type 1 tympanoplasty using interlay method. Clinical Question: Does interlay method type 1 tympanoplasty performed on large central tympanic membrane perforation provide better result compared with other methods of type 1 tympanoplasty? Review Method: Studying the evidence-based literatures on type 1 tympanoplasty interlay methods through Cochrane, Pubmed, and Google Scholar databases. Based on the inclusion and exclusion criteria, three journals were relevant with the reported cases. Result: All three journals stated that interlay method type 1 tympanoplasty had high success rate in terms of closing the tympanic membrane perforation and diminishing air-bone gap. Conclusion: Type 1 Tympanoplasty interlay method could be used as an alternative for the closure of a large central tympanic membrane perforation.Keywords: Chronic Tubotympanic Suppurative Otitis Media, large central tympanic membrane perforation, interlay tympanoplasty ABSTRAK Latar belakang: Timpanoplasti tipe 1 atau miringoplasti merupakan prosedur di bidang otologi yang paling sering dilakukan. Timpanoplasti tipe 1 merupakan metode pembedahan yang bertujuan untuk memperbaiki, dan terbatas hanya di membran timpani. Terdapat tiga metode yang paling diterima dan sering digunakan secara universal, yaitu underlay, overlay, dan interlay. Metode interlay merupakan metode penambalan perforasi membran timpani yang relatif baru, dikembangkan pada tahun 1992. Metode ini mempunyai keberhasilan yang tinggi yaitu mencapai 96%. Tujuan: Melaporkan keberhasilan timpanoplasti tipe 1 dengan metode interlay untuk penutupan perforasi membran timpani sentral besar di RSUD Margono Soekarjo. Laporan kasus: Dilaporkan 3 kasus otitis media supuratif kronik tipe tubotimpani dengan perforasi sentral besar, yang dilakukan timpanoplasti tipe 1 dengan metode interlay. Pertanyaan klinis: Apakah metode interlay timpanoplasti tipe 1 yang dilakukan pada perforasi membran timpani yang besar, dapat memberikan hasil yang lebih baik daripada metode lain timpanoplasti tipe 1? Telaah literatur: Telaah berbasis bukti mengenai timpanoplasti tipe 1 metode interlay melalui database Cochrane, Pubmed, dan Google Scholar. Berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi didapatkan tiga jurnal yang relevan dengan kasus yang dilaporkan. Hasil: Ketiga jurnal tersebut menyatakan bahwa timpanoplasti tipe 1 metode interlay mempunyai angka keberhasilan yang tinggi dalam hal penutupan perforasi membran timpani maupun mengurangi air-bone gap. Kesimpulan: Timpanoplasti tipe 1 metode interlay dapat digunakan sebagai alternatif untuk penutupan perforasi membran timpani sentral yang besar
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Indah Dhamayanthie and Hamzah An’nur. "Kajian Tentang Kapasitas Tangki Ultrafiltrasi Pada Proses Reverse Osmosis di PT X." Jurnal Indonesia Sosial Sains 2, no. 2 (February 21, 2021): 254–64. http://dx.doi.org/10.36418/jiss.v2i2.193.

Full text
Abstract:
Reverse Osmosis (RO) merupakan sistem yang paling advance untuk penyaringan air pada saat ini. RO system sangat efisien dalam penggunaan energi dan murah dalam pengoprasiannya untuk menghasilkan air bersih. RO menggunakann sistem semi permeable membran dimana molekul air dapat melewatinya sementara partikel atau padatan tidak. Pada unit RO ini terbagi menjadi dua yaitu RO unit I dan RO unit II. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui proses reverse osmosis dan permasalahannya serta mengetahui jumlah air yang digunakan untuk proses RO. Setelah perhitungan dari data yang diperoleh didapat kebutuhan air diunit ultra filtrasi yaitu sebesar 267 m3/ jam. Sedangkan permasalahan yang sering dialami pada sistem RO ini yaitu terjadinya membran mampat, membran kotor dan membrane pecah pada unit RO I dan RO II
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Pramono, Edi, Rosid Eka Mustofa, Ozi Adi Saputra, Yulianto Adi Nugroho, Deana Wahyunigrum, Cynthia Linaya Radiman, Sayekti Wahyuningsih, et al. "Pengaruh Bentonit terhadap Pembentukan Fasa Polimorf dan Sifat Termal Membran Hibrida Poliviniliden Fluorida/Bentonit." ALCHEMY Jurnal Penelitian Kimia 17, no. 2 (September 9, 2021): 177. http://dx.doi.org/10.20961/alchemy.17.2.46136.177-184.

Full text
Abstract:
<p>Kajian struktur dan degradasi termal pada membran hibrida poliviniliden fluorida (PVDF)/lempung bentonit (BNT) telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penambahan BNT terhadap pembentukan fasa PVDF dan sifat termalnya. Membran hibrida PVDF/lempung BNT dibuat dengan metode inversi fasa. Membran yang dihasilkan dikarakterisasi dengan <em>attenuated total reflectance fourier transform infrared</em> (ATR-FTIR), <em>x-ray diffraction</em> (XRD), dan <em>differential scanning calorimetry</em> (DSC). Hasil penelitian menunjukkan membran PVDF/BNT memiliki struktur polimorf PVDF fasa α dan β yang terkonfirmasi dari data FTIR dan XRD. Data DSC menunjukkan penurunan nilai titik leleh (Tm) dengan penambahan BNT, dan dengan rentang suhu pelelehan yang lebih kecil. Kristalisasi PVDF terjadi secara isothermal dan adanya BNT menghasilkan titik kristalisasi (Tc) pada suhu yang lebih tinggi dibandingkan membran PVDF murni. Analisis termal dengan DSC memberikan informasi komprehensif pelelehan dan kristalisasi dari polimorf PVDF pada matriks membran.</p><p id="docs-internal-guid-c92edf53-7fff-cf03-76f3-f207f37c74f5" style="line-height: 1.2; text-align: justify; margin-top: 6pt; margin-bottom: 6pt;" dir="ltr"><strong>Effect of Bentonite toward Polymorph Phase Formation and Thermal Properties of Polyvinylidene Fluoride/Bentonite Hybrid Membranes. </strong>The study of the structure and thermal properties of PVDF/bentonite (BNT) hybrid membranes has been carried out. This study aims to determine the effect of BNT addition on the phase formation and thermal properties of the PVDF. In this study, PVDF/BNT hybrid membranes were prepared through the phase inversion method. The resulting membrane was characterized by Attenuated Total Reflectance Fourier Transform Infrared (ATR-FTIR), x-ray diffraction (XRD), and differential scanning calorimetry (DSC). The results showed that the PVDF/BNT membrane has a PVDF polymorph structure with α and β phases confirmed by FTIR and XRD data. The DSC data showed that the addition of BNT decrease of the melting point (Tm) and with a smaller melting temperature range. PVDF polymorph crystallization occurs isothermally and the presence of BNT produces a crystallization point (Tc) at a higher temperature than pristine PVDF membrane. Thermal analysis with DSC provides comprehensive information on melting and crystallization of PVDF polymorphs in the membrane matrix.</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Kaseno, Kaseno, and T. Kokugan. "Pengaruh Gelombang Ultrasonik Pada Karakteristik Membran Ultrafiltrasi." REAKTOR 7, no. 1 (June 19, 2017): 1. http://dx.doi.org/10.14710/reaktor.7.1.1-6.

Full text
Abstract:
Untuk mengetahui pengaruh gelombang atau daya ultrasonik (Ultrasonic force, USF) terhadap karakteristik membrane ultrafiltrasi (UF) yang terbuat dari keramik (alumina, Al2O3), maka dilakukan percobaan permeasi pada skala laboratorium untuk 3 jenis larutan yaitu : larutan ovalbumin, larutan dextran, dan larutan polyvinyl alcohol (PVA). USF dipancarkan pada 1/8 bagian dari batang membran keramik pada saat percobaan permeasi dilaksanakan. Hasil percobaan membuktikan bahwa USF menghambat pembentukan lapisan gel pada permukaan membrane dan polarisasi konsentrasi di dekat permukaan membrane. Hal ini disimpulkan dari penurunan rejeksi dan peningkatan fluk membrane UF, serta meningkatnya koefisien transfer massa (mass transfer coefficient) 1,4 kali jika dibandingkan dengan tanpa pengukuran USF.Kata kunci : Gelombang ultrasonic, membrane ultrafiltrasi, dan koefisien transfer masa.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Rahayu, Iman. "PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK DENGAN VARIASI TEPUNG BERAS SEBAGAI ADITIF UNTUK PROSES MIKROFILTRASI." Jurnal Sains dan Terapan Kimia 11, no. 2 (October 3, 2017): 52. http://dx.doi.org/10.20527/jstk.v11i2.4035.

Full text
Abstract:
Membran keramik merupakan membran sintetik dan bagian dari membran anorganik. Aplikasi mengenai membran ini telah banyak dikembangkan, seperti untuk proses pemisahan gas dan juga pada proses mikrofiltrasi yang digunakan untuk proses penjernihan air. Bahan-bahan yang digunakan untuk proses pembuatan membran keramik adalah kaolin, tanah liat, felspar, pasir kuarsa dan tepung beras yang digunakan sebagai zat pembentuk pori dengan variasi tiga komposisi. Proses pembuatan keramik menggunakan proses cetak tekan dengan suhu pembakaran sampai 1300°C selama 9 jam. Nilai fluks yang dihasilkan dari membran M25%, M35% dan M45% adalah 2440-2520 L/atm.jam.m2, 1680-1760 L/atm.jam.m2, dan 3660 L/atm.jam.m2. Membran M45% memiliki nilai fluks yang lebih besar dari membran yang lainnya. Semakin banyak bahan pembentuk pori yang digunakan, semakin banyak pori yang terbentuk. Hasil dari uji kuat lentur untuk membran M45% cukup rapuh tapi masih dapat digunakan dengan tekanan 0,5 atm. Struktur dari pori membran dilihat dengan menggunakan SEM, diperoleh pori- pori yang tidak teratur dengan ukuran pori sekitar 5 μm. Kata Kunci: Membran, keramik, tepung beras, aditif, mikrofiltrasi ABSTRACT
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Agus Susanto, Susi Susanah, Bambang Pontjo, and Mieke Hemiawati Satari. "MEMBRAN GUIDED TISSUE REGENERATION UNTUK REGENERASI PERIODONTAL." Dentika Dental Journal 18, no. 3 (July 1, 2015): 300–304. http://dx.doi.org/10.32734/dentika.v18i3.1980.

Full text
Abstract:
Berbagai teknik bedah dan bahan terus dikembangkan untuk meningkatkan regenerasi periodontal. Salah satu metode bedahyang sering digunakan pada defek periodontal adalah menggunakan barriermembranguided tissue regeneration (GTR) atauguided bone regeneration (GBR). Prinsip GTR/GBR adalah menggunakan barriermembran untuk menutupi tulang danligamen periodontal, kemudian memisahkannya sementara dari epitel gusi. Fungsi membran ini meningkatkan dan menjagabekuan darah dan bertindak sebagai scaffold untuk perlekatan dan proliferasi sel. Terdapat dua jenis membran yaitumembran non resorbable dan resorbable. Membran non resorbable pada umumnya terbuat dari polytetrafluoroethylene,membran ini sifatnya stabil, nondegradable dan biokompatibel, tetapi penggunaannya memerlukan bedah kedua untukmengambil membran. Membran resorbable berasal dari bahan sintetis seperti polyglycolic, polylactic acid dan bahan alamiseperti kolagen dan laminar bone. Pembuatan membran yang ideal masih terus dikembangkan, membran kolagen saat inilebih sering digunakan karena mempunyai biocompatibility yang optimal walaupun tingkat resorpsi membran sulit untukdiprediksi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Bahtiar, Ahmad Doni Mutiara. "Rekayasa Limbah Cangkang Pilla Ampullacea Sebagai Penyaring Air Rumahan Dengan Variasi Ketebalan." Jurnal Mesin Nusantara 3, no. 2 (January 21, 2021): 55–61. http://dx.doi.org/10.29407/jmn.v3i2.14867.

Full text
Abstract:
Rekayasa cangkang keong sawah (Pilla Ampellacea) ini adalah upaya pemanfaaatan limbah cangkang keong sawah yang selama ini hanya dibuang begitu saja supaya mempunyai nilai lebih yang bermanfaat untuk masyarakat. Serta cangkang keong sawah mudah untuk diternakan dan hidup bebas di daerah tropis seperti di Indonesia. Penelitian ini mengusulkan sebuah gagasan baru menggunakan cangkah keoang sawah sebagai membrane penyaring air kran di perumahan untuk mengikat logam-logam yang berbahaya apabila dikonsumsi oleh manusia. Selain logam-logam yang berbahaya juga mengikat bakteri e-coli yang menyebabkan diare. Cangkang keong sawah tersebut dicuci dengan larutan asam asetat dan disikat sampai bersih. Kemudian di giling sampai berbentuk serbuk dan mengalami berbagai macam perlakuan sampai terbentuk membran saringan air. Penelitian ini sebagai awal untuk mengatahui kemampuan keefetifan cangkang keong sawah sebagai media untuk menyaring air dalam mengikat logam dan bakteri di air. Tentunya penelitian berikutnya akan tetap dilaksanakan untuk mengetahui seberapa kemampuan teknis dari kekuatan membran terhadap tekanan air.Untuk mengetahui membran yang efektif untuk menyaring air dari kran perumahan maka dilakukan variasi ketebalan membran yaitu 2,4,6,8 mm
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Zaiyar. "PENGARUH ZAT ADITIF PADA MORFOLOGI MEMBRAN HIBRID POLISULFON-LEMPUNG." Photon: Jurnal Sain dan Kesehatan 4, no. 2 (May 30, 2014): 33–38. http://dx.doi.org/10.37859/jp.v4i2.178.

Full text
Abstract:
Morfologi membran hibrid polisulfon-lempung dengan zat aditif PEG dan lempung (PEL 1) berbeda dengan membran hibrid polisulfon-lempung dengan zat aditif lempung saja. Penggunaan 2 jenis zat aditif pada membran PEL 1 menyebabkan jumlah pori lebih banyak, ukuran pori lebih kecil dan distribusi pori lebih merata dibandingkan membran PL 1 yang hanya menggunakan zat aditif lempung saja. Zat aditif PEG pada membran PEL 1 berperanan pada pembentukan pori membran dengan cara meningkatkan koneksitas pori, sedangkan peranan lempung pada membran PEL 1 dan PL 1 melalui interkalasi visit host ke dalam polimer organik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Suryandari, Ervin Tri. "Sintesis Membran Komposit PVDF-Zeolit untuk Penghilangan Metilen Biru." al-Kimiya 6, no. 2 (May 10, 2020): 58–66. http://dx.doi.org/10.15575/ak.v6i2.6491.

Full text
Abstract:
Metilen biru (MB) merupakan zat warna kation yang sering digunakan dalam industri tekstil, karena harganya yang ekonomis dan mudah diperoleh. Dalam pewarnaan, senyawa ini hanya digunakan sekitar 5% sedangkan sisanya 95% akan dibuang sebagai limbah. Keberadaannya di lingkungan menurunkan kualitas air dan kenaikan BOD (Biological Oxygen Demand) sehingga dapat merusak keseimbangan ekosistem lingkungan. Metilen biru tidak termasuk zat warna toksik, tetapi dalam keadaan tertentu dapat menimbulkan beberapa efek yang berbahaya seperti jika tertelan dapat menyebabkan kesulitan bernafas, menimbulkan sensasi terbakar dalam mulut, mual, muntah, dan diare. Jika terpapar dalam jangka waktu yang lama, dapat menimbulkan nyeri di dada dan perut, sakit kepala, keringat berlebihan. Oleh karena itu, dibutuhkan penanganan limbah metilen biru yang tepat. Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan membran komposit poliviniliden fluorida (PVDF)–Zeolit. Penambahan zeolit ke dalam membran PVDF diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membran. Proses pembuatan membran menggunakan metode inversi fasa. Larutan PVDF 20% larutan PVDF (b/v) dalam N,N-dimetilformamida (DMF) sebagai pelarut dan air suling sebagai non-pelarut. Sedangkan membran komposit PVDF-Zeolit dibuat dengan menambahka zeolit sebesar 20% (b/b) ke dalam larutan PVDF. Membran yang diperoleh kemudian dikarakterisasi dengan FTIR, SEM, dan ditentukan nilai permeabilitasnya. Berdasarkan citra SEM, membran PVDF bersifat berpori dan penambahan zeolit ke dalam membran PVDF membuat membran menjadi semakin berpori. Membran komposit PVDF-Zeolit memiliki ketebalan yang lebih tipis daripada membran PVDF biasa sehingga proses pemisahan pada membran komposit bisa terjadi lebih cepat. Proses pemisahan metilen biru menggunakan kedua membran diuji berdasarkan penentuan nilai persen rejeksi pada pH 3, 4, 5, dan 6. Hasil menunjukkan kedua membran memiliki nilai persen rejeksi optimum pada pH 5 yaitu sebesar 76,45% dengan nilai permeabilitas sebesar 8,921 Lm-2h-1bar-1 pada membran PVDF, dan 82,65% dengan nilai permeabilitas 19,197 Lm-2h-1bar-1 pada membran komposit PVDF-Zeolit.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Zaiyar. "Selektivitas Membran Hibrid PS/DMAc/PEG-Lempung dan PS/DMAc/Lempung Dalam Non Pelarut Campuran H2O/2-propanol." Photon: Jurnal Sain dan Kesehatan 6, no. 02 (June 17, 2016): 149–55. http://dx.doi.org/10.37859/jp.v6i02.2576.

Full text
Abstract:
Selektivitas membran hibrid PS/DMAc/PEG-Lempung yang menggunakan polimer polisulfon (PS), pelarut dimetil asetamida (DMAc) zat aditif polietilen glikol (PEG) dan lempung dan PS/DMAc/Lempung yang tanpa menggunakan PEG ditentukan dari kemampuan kedua membran dalam merejeksi dekstran. Perbandingan konsentrasi retentat didalam permeat dan umpan ditentukan spektrofotometri UV-Vis. Selektivitas membran hibrid PS/DMAc/PEG-Lempung sebesar 97,06%, sedangkan membran hibrid PS/DMAc/Lempung sebesra 82,77%. Pengujian selektivitas rata-rata kedua membran menggunakan uji t menunjukkan perbedaan yang signifikan. Perbedaan komposisi dari polietilen glikol dan lempung mempengaruhi selektivitas dari membran yang dihasilkan . Membran hibrid PS/DMAc/PEG-Lempung lebih selektif dalam merejeksi dekstran.karena jumlah, ukuran dan distibusi pori lebih baik dibandingkan membran PS/DMAc/Lempung
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Rahmiati, Mevitri, Siti Wafiroh, and Pratiwi Pudjiastuti. "PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN FOTOKATALITIK HOLLOW FIBER SELULOSA ASETAT-TiO2 UNTUK DEGRADASI REMAZOL RED 198." Jurnal Kimia Riset 3, no. 1 (July 11, 2018): 20. http://dx.doi.org/10.20473/jkr.v3i1.8238.

Full text
Abstract:
Pengolahan limbah cairdapat menggunakan membran fotokatalitik yang dikompositkan dengan TiO2, salah satunya untuk degradasi limbah zat warna remazol red 198. Tujuan penelitian ini untuk pembuatan dan karakterisasi membran fotokatalitik hollow fiberselulosa asetat-TiO2untuk degradasi remazol red 198. Membran hollow fiberdibuat dengan metode inversi fasa menggunakan larutan dopedengan perbandingan komposisi selulosa asetat, aseton, dan formamida (22%, 51%, dan 27%). Kemudian TiO2ditambahkan dengan variasi konsentrasi 0,10%; 0,15%; 0,20%; 0,25%; 0,30% (b/b). Karakterisasi membran hollow fibermeliputi uji ketebalan, uji mekanik, uji kinerja dan efisiensi membran fotokatalitik hollow fiberuntuk degradasi remazol red 198. Dari hasil penelitian diperoleh membran hollow fiberselulosa asetat-TiO2yang optimum pada penambahan TiO2sebesar 0,25%. Membran hollow fiberselulosa asetat-TiO2yang optimum mempunyai sifat mekanik yaitu keteblannya 0,1433 mm nilai tegangan 502,74 kN/m2nilai regangan 0,133 dan modulus young4781,13 kN/m2. Kinerja membran fotokatalitik hollow fiber mempunyai nilai fluks 17,41 L/m2jam dan rejeksi 91,8%. Efisiensi degradasi membran selulosa asetat-TiO2dan TiO2terhadapremazol red 198murni sebesar 92,43% dan 95,56%. Sedangkan efisiensi degradasi membran selulosa asetat-TiO2dan TiO2terhadap limbah cair sebesar 81,77% dan 88,34%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Damayanti, Alia, and Sri Wahyuni. "Pengaruh Konsentrasi dan Kecepatan Pengadukan terhadap Karakteristik Membran Komposit Chitosan." Jurnal Purifikasi 16, no. 1 (January 26, 2016): 44–53. http://dx.doi.org/10.12962/j25983806.v16.i1.36.

Full text
Abstract:
Filtrasi membran merupakan alternatif teknologi baru yang ramah lingkungan dalam mengatasi problematika limbah cair. Dalam penggunaannya, bahan baku serta proses pembuatan berperan penting dalam karakteristik dan permeabilitas membran. Chitosan (CS) adalah salah satu bahan yang paling banyak digunakan sebagai bahan membran karena memiliki kemampuan yang bagus dalam membentuk film. Namun, masih memiliki beberapa kekurangan karena rapuh dan hidroskopis, sehingga perlu dikombinasikan dengan bahan pendukung seperti Poly (vynil) Alcohol dan Poly (ethilene) Glikol. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh konsentrasi penambahan Poly (vynil) Alcohol dan kecepatan pengadukan terhadap karakteristik dan permeabilitas membran. Membran chitosan-Poly (vynil) Alcohol dibuat dengan konsentrasi Poly (vynil) Alcohol sebesar 30%, 40%, 50%, 60% dan 70% (v/v). Analisa karakteristik membran dilakukan menggunakan uji tarik. Membran komposit chitosan diujikan pada reaktor cross flow. Pengujian pada reaktor dilakukan selama 50 menit dan permeate diambil setiap 10 menit. Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan kuat tarik pada saat putus meningkat dengan meningkatnya konsentrasi Poly (vynil) Alcohol,hingga konsentrasi 40% dan dengan peningkatan konsentrasi Poly (vynil) Alcohol lebih lanjut mengakibatkan penurunan pada kuat tarik membran. Kekuatan elastisitas membran pada kecepatan pengadukan 300 rpm lebih besar dibandingkan 100 rpm. Nilai fluks tertinggi didapatkan pada variasi konsentrasi membran 30%, kecepatan pengadukan 100 rpm yaitu sebesar 40,20 L/m2.jam. Berdasarkan tekanan operasi dan nilai fluks per satuan tekanan dapat disimpulkan bahwa membran komposit yang telah dibuat termasuk dalam membran ultrafiltrasi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Refinel, Zaharasmi Kahar, and Sukmawita. "TRANSPOR IODIN MELALUI MEMBRAN KLOROFORM DENGAN TENIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH." Jurnal Riset Kimia 5, no. 1 (February 12, 2015): 53. http://dx.doi.org/10.25077/jrk.v5i1.181.

Full text
Abstract:
Vol 5 No 1ABSTRACT The transport of iodine through a bulk liquid membrane containing chloroform as the solvent and alkaline sodium sulfite solution as the receiving phase was studied .Iodine transport was performed by bulk liquid membrane technique consist of 10 mL I2/KI solution as feed phase, Na2SO3 (20 mL) and NaOH solution as receiving phase, and chloroform (30 mL) as membrane phase which was stirred 100 rpm. The presence of iodine both in feed and receiving phase then where determined by Spectrophotometer UV-Vis with λ max at 567 nm. The optimum conditions for iodine transport investigated from this work are 4x10-3 N, pH 4 in feed phase, pH 9 in receiving phase, I2 : KI ratio in feed phase (2 : 5), and a stirring duration is 180 minutes. As conclusion the bulk liquid membrane technique with Na2SO3 and NaOH as receiving and acception substances is potential for iodine transport resulting 78.6 % of iodin transport. Keywords: Iodine, transport, chloroform, bulk liquid membrane, Na2SO3, NaOH
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography