Academic literature on the topic 'Microorganisme'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the lists of relevant articles, books, theses, conference reports, and other scholarly sources on the topic 'Microorganisme.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Journal articles on the topic "Microorganisme"

1

Supianor, Supianor, Juanda Juanda, and Hardiono Hardiono. "Perbandingan Penambahan Bioaktivator EM-4 (Effective Microorganisme) Dan Mol (Microorganisme Local) Kulit Nanas (Anana Comosus L.Merr) Terhadap Waktu Terjadinya Kompos." JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN: Jurnal dan Aplikasi Teknik Kesehatan Lingkungan 15, no. 1 (2018): 567. http://dx.doi.org/10.31964/jkl.v15i1.41.

Full text
Abstract:
The Comparison Of Additional Bio-Activator EM-4 (Effective Microorganism) And Mol (Microorganisme Local) Pineapple (Ananas Comosus L.Merr) Skin To The Composting Time. Composting is the reform process (decomposition) and stabilization of organic materials by microorganism in controlled environment (controlled) and its final outcome of humus or compost. It can be speed up by addition other ingredients called the activator. Activator is material consisting of enzymes and microorganisms (bacterial culture) that can accelerate the composting process. This study aimed to determine the effect of additional bioactivator EM-4 (Effective Microorganism) and MOL (Microorganism Local) pineapple skin (Ananas comosus l.merr) skin to the composting time. They was administered on each treatment and observed for 24 day. The result of the compost with the addition bio-activator EM-4 took for 16 days and compost with the addition MOL pineapple skin took for 14 days. Based on the statistical analysis by One Way Analysis of Variance method with α = 0.05 was significant effect between the addition of bio-activator EM-4 and MOL pineapple skin to the compositing time with average composting time for 16 and 14 days. Further study can be conducted by potential materials as basic raw materials for MOL such as fruits (banana, sugar cane, jackfruit), animal and human urine, and food scraps.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Hafiz, Muhammad, Surya Aji Wibowo, Wahyu Purbaningsih, and Sriyono Sriyono. "Penyuluhan Pembuatan Microorganisme Local Bagi Warga Desa Brengkol Guna Mengurangi Penggunaan Pupuk Kimia Pada Pertanian." Surya Abdimas 2, no. 2 (2018): 21–26. http://dx.doi.org/10.37729/abdimas.v2i2.557.

Full text
Abstract:
Mayoritas pertanian saat ini menggunakan pupuk kimia. Meskipun efektif dalam menyuburkan tanaman, namun dampak jangka panjangnya dapat merusak ekosistem persawahan dan lahan pertanian itu sendiri. Penyubur tanaman memanfaatkan mikro bioorganisme lokal menjadi solusi bagi petani lokal, menuju pertanian ramah lingkungan dan bebas dari pupuk dan obat-obatan kimiawi. Tujuan kegiatan ini adalah (1) Memanfaatkan limbah organik sebagai bahan pembuatan microorganisme local, (2) Menghindari penggunaan pupuk kimia agar hasil tanaman layak dikonsumsi, (3) Menginformasikan pemanfaatn limbah organik sebagai bahan microorganisme local terhadap petani. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 30 Januari 2017, bertempat di aula balai desa Brengkol, kecamatan Pituruh, pukul 08.00 WIB. Metode pelaksanaan yaitu penyuluhan, mengintroduksikan bahan limbah organik dan pembuatan micoorganisme local. Hasil kegiatan pembuatan microorganisme local di desa Brengkol kecamatan Pituruh menunjukan: (1) Kegiatan ini dihadiri oleh perangkat desa, petani, karang taruna dan tohoh masyarakat, (2) Peserta yang mengikuti kegiatan ini antusias dan sangat termotivasi dengan penyampaian materi dan praktik sehingga dengan penyampaian materi dan praktik pembuatan MOL peserta diharapkan bisa mempraktekan sendiri.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Supriwan, Supriwan, A. E. Harahap, and E. Erwan. "Hasil Fermentasi Menggunakan Effective Microorganisme-4 dengan Penyimpanan Berbeda." Jurnal Ilmu dan Industri Peternakan (Journal of Animal Husbandry Science and Industry) 6, no. 2 (2020): 77. http://dx.doi.org/10.24252/jiip.v6i2.18313.

Full text
Abstract:
Tujuan untuk mengetahui kualitas nutrisi pellet yang disimpan dengan bahan kulit ari biji kedelai yang difermentasi menggunakan EM4. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Peubah yang diamati adalah kualitas nutrisi pellet meliputi (kadar air, protein kasar, lemak kasar, serat kasar, abu dan bahan ekstrak tanpa nitrogen). Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nurisi dan Kimia Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau dan Laboratorium Hasil Perikanan Universitas Riau. Hasil penelitian ini adalah semakin lama waktu simpan dapat mempertahankan kualitas nutrisi dilihat dari protein kasar, lemak kasar dan BETN dan tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap kadar air, serat kasar, dan abu yang dihasilkan. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa lama penyimpanan 8 minggu merupakan perlakuan terbaik dalam meningkatkan kualitas nutrisi pellet dilihat dari kandungan protein kasar sebesar 20,70%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Benaroyo, Lazare. "Les recherches de Theodor Kocher sur l'étiologie de l'ostéomyélite et de la strumite aiguës." Gesnerus 49, no. 2 (1992): 151–60. http://dx.doi.org/10.1163/22977953-04902004.

Full text
Abstract:
Theodor Kocher démontre expérimentalement en 1879 que ¡’ostéomyélite aiguë est une maladie infectieuse causée par un microorganisme non spécifique, le microcoque. Il montre que Vinfection de la moelle osseuse est consécutive à une dissémination hêmatogène d’une infection locale, cutanée ou muqueuse. La forme clinique et pathologique que prend la maladie dépend, selon lui, non seulement de la virulence du microcoque, mais également de la qualité du terrain sur lequel ce dernier se développe. Il suggère la même année que la strumite aiguë (l’inflammation du goitre) a, par analogie, la même étiologie que l’ostéomyélite ; il ne fournit cependant pas de preuves expérimentales à l’appui de cette hypothèse. Nous pouvons ainsi constater qu’à l’aube des années 1880, Kocher a défini de manière originale l’infection comme le produit d’une interaction entre un microorganisme et son hôte. L’influence exercée par ses idées sur ses contemporains atteste qu’il a stimulé les recherches sur l’étiologie des maladies infectieuses.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Meriatna, Meriatna, Suryati Suryati, and Aulia Fahri. "Pengaruh Waktu Fermentasi dan Volume Bio Aktivator EM4 (Effective Microorganisme) pada Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) dari Limbah Buah-Buahan." Jurnal Teknologi Kimia Unimal 7, no. 1 (2019): 13. http://dx.doi.org/10.29103/jtku.v7i1.1172.

Full text
Abstract:
Pembuatan pupuk organik cair khususnya dari limbah buah-buahan dengan penambahan bio aktivator EM4 (Effective Microorganisme) bertujuan untuk menentukan pengaruh waktu pembuatan terhadap kandungan Nitrogen (N), Phosfor (P2O5), dan Kalium (K2O) dalam pupuk organik cair, serta menentukan pengaruh bio aktivator EM4 terhadap kandungan N, P, K. Metode pembuatan pupuk organik cair ini yaitu limbah buah-buahan seperti buah semangka, jeruk, dan buah pepaya yang banyak mengandung air dihancurkan sebelum di fermentasikan. Kemudian bio aktivator EM4 disiapkan untuk penambahan dalam limbah buah-buahan yang sudah dikecilkan ukurannya. Limbah buah-buahan dimasukkan ke dalam galon air 5 liter, larutan bio aktivator EM4 kemudian dimasukkan ke dalam galon secara merata. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan variasi waktu 10 hari, 13 hari dan 16 hari serta variasi penambahan jumlah bio aktivator EM4 sebanyak 40 ml, 50 ml, dan 60 ml. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar N, P, K terbaik didapat pada hari ke 13 dengan volume bio aktivator EM4 60 ml, untuk kandungan nitrogen yaitu 13,4 %, untuk kandungan phosfor 10,92 %, dan untuk kandungan kalium yaitu 6,39 %. Volume bio aktivator EM4 sangat berpengaruh terhadap kandungan N, P, dan K, dikarenakan semakin banyak volume bio aktivator EM4 maka kadar N, P, dan K juga akan semakin tinggi.Kata kunci:effective microorganisme, nitrogen, phosfor, kalium, pupuk organik cairPembuatan pupuk organik cair khususnya dari limbah buah-buahan dengan penambahan bio aktivator EM4 (Effective Microorganisme) bertujuan untuk menentukan pengaruh waktu pembuatan terhadap kandungan Nitrogen (N), Phosfor (P2O5), dan Kalium (K2O) dalam pupuk organik cair, serta menentukan pengaruh bio aktivator EM4 terhadap kandungan N, P, K. Metode pembuatan pupuk organik cair ini yaitu limbah buah-buahan seperti buah semangka, jeruk, dan buah pepaya yang banyak mengandung air dihancurkan sebelum di fermentasikan. Kemudian bio aktivator EM4 disiapkan untuk penambahan dalam limbah buah-buahan yang sudah dikecilkan ukurannya. Limbah buah-buahan dimasukkan ke dalam galon air 5 liter, larutan bio aktivator EM4 kemudian dimasukkan ke dalam galon secara merata. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan variasi waktu 10 hari, 13 hari dan 16 hari serta variasi penambahan jumlah bio aktivator EM4 sebanyak 40 ml, 50 ml, dan 60 ml. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar N, P, K terbaik didapat pada hari ke 13 dengan volume bio aktivator EM4 60 ml, untuk kandungan nitrogen yaitu 13,4 %, untuk kandungan phosfor 10,92 %, dan untuk kandungan kalium yaitu 6,39 %. Volume bio aktivator EM4 sangat berpengaruh terhadap kandungan N, P, dan K, dikarenakan semakin banyak volume bio aktivator EM4 maka kadar N, P, dan K juga akan semakin tinggi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Fridarti, Fridarti, N. Jamarun, M. Zain, and R. W. S. Ningrat. "The Characteristics of Rumen Fluid and Digestibility Cocoa Leaves Fermentation With Microorganisme Indigenus Method In -Vitro." International Journal of Forest, Animal and Fisheries Research 1, no. 4 (2017): 1–7. http://dx.doi.org/10.22161/ijfaf.1.4.1.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Adrianto, Mario Dwi. "Analisis Produksi Biogas Berdasarkan Bahan Baku Limbah Kotoran Sapi, Serbuk Gergaji, dan Effective Microorganisme-4 (EM4)." Jurnal BETA (Biosistem dan Teknik Pertanian) 7, no. 2 (2019): 297. http://dx.doi.org/10.24843/jbeta.2019.v07.i02.p10.

Full text
Abstract:
Biogas is an alternative energy made from organic waste. Organic waste which is often used as raw material for biogas is cow dung. Cow manure is used as raw material for biogas because the cellulose content in it is quite high and its availability is relatively large. However, if only one material is used, the optimum C / N ratio will not be achieved. If the optimum C / N ratio is achieved, the gas produced in biogas production will also increase. One way to get the optimum C / N ratio is by adding biogas filling material. In this study, variations in the composition of biogas filling materials were carried out, namely (1) cow dung, (2) cow dung and sawdust, and (3) cow dung, sawdust, and EM4. Of the three variations of this filling material, measurements of temperature, gas pressure, and pH will be carried out. The purpose of this study was to determine the effect of the composition of the biogas mixture on the variables of temperature, gas pressure, and pH. The biogas production process were divided into several stages, such as mixing filling material, inputting filling material into the digester, fermentation process, taking the data of observation, and analyzing the data. The results showed that differences in the composition of biogas raw materials affected the variable temperature and gas pressure. As for pH, the composition of the filling material does not have a significant effect.
 
 Keywords: biogas, cow dung, sawdust, EM4
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Khazanah, Wiqayatun, Nurliana Nurliana, and Rini Safitri. "The Effect of Irradiation to Sensoric Characteristic, Physic and Microbe in Sie Balu, Acehnese Dried Meat." International Journal of Tropical Veterinary and Biomedical Research 2, no. 1 (2017): 12–17. http://dx.doi.org/10.21157/ijtvbr.v2i1.8635.

Full text
Abstract:
One of the Acehnese traditional food preserved by the addition of salt, acid and dried was sie balu. The preservation method may lead to changes in the structure and nutritional content. Sie balu with the addition of vinegar, garlic and ginger can reduce the value of water activity (aW), pH and bacterial counts. This condition affects the physical properties and sensory of sie balu. Irradiation can control pathogenic microorganisms in meat without affecting the physical condition. Low-dose irradiation is able to maintain the desired sensory attributes nutritious food products. This study aims to determine the characteristics of the sensory and physic sie baluthat irradiated with increasing doses and the shelf life of 3-6 weeks. Sie balu was made of 10 kg fresh beef, dried in the sun to dry, vacuum and irradiated at doses of 5, 7 and 9 kGy. Sensory test conducted by taste sie balu by trained panelists and fill out the hedonicform. The physical properties based on pH and aW. The microbe total calculated used Total Plate Count.The results showed that the irradiation dose significantly (P <0.05) affected on microbe total, aroma, color, texture and taste of sie balu. Storage time does not affect the sensory properties. Irradiation dose and storage time significantly (P <0.05) on pH and aWsiebalu. The study concluded that irradiation can improve the physical properties, sensory and microorganisme reductionof sie balu.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Widyastuti, Sri, and Yogi Suyantara. "PENAMBAH AN SAM PAH SAYURAN PADA FERMENTASI BIOGAS DARI KOTORAN SAPI DENGAN STARTER EM4." WAKTU: Jurnal Teknik UNIPA 15, no. 1 (2017): 36–42. http://dx.doi.org/10.36456/waktu.v15i1.433.

Full text
Abstract:
Jumlah sampah sayuran yang dihasilkan dari kegiatan pasar sangat melimpah, sampah sayuran dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pupuk kompos, selain digunakan sebagai bahan baku pupuk sampah sayuran dapat juga dimanfaatkan menjadi biogas. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan komposisi sampah sayuran pada fermentasi biogas dari kotoran sapi. Reaktor berupa digester drum kapasitas 150 liter sampah sayuran dicampur dengan kotoran sapi dan ditambah Effektive Microorganisme (EM4). Proses fermentasi selama 20 hari. Penelitian ini menggunakan 3 variasi berat sampah sayuran yaitu berat sampah sayuran 10 kg, 14 kg, dan 18 kg. Hasil penelitian menunjukkan dengan semakin banyaknya takaran sampah sayuran maka tekanan gas yang dihasilkan semakin besar, tetapi berbanding terbalik dengan uji nyala api. Nilai uji tekanan gas dan uji lama nyala api pada sampel P1,P2, dan P3 berturut-turut 27,73 cm., 78 detik, 20,67 cm., 38,06 detik, dan 27,83 cm., 23,23 detik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Anis, Mohhamad Yunus, and Dyah Hariani. "Pemberian EM4 (Effective Microorganisme 4) Hasil Kultur dalam Media yang Berbeda pada Pakan untuk Budi daya Lele (Clarias sp.)." Jurnal Riset Biologi dan Aplikasinya 1, no. 1 (2019): 1. http://dx.doi.org/10.26740/jrba.v1n1.p1-8.

Full text
Abstract:
Ikan lele (Clarias sp.) merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang banyak diminati di Indonesia dan terjadi peningkatan produksinya setiap tahun. Untuk itu, terus dipacu peningkatan produksi ikan lele. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi ikan lele yaitu melalui pemberian EM4 (Effective microorganism 4) pada pakan. EM4 yang digunakan berisi Lactobacillus casei dan Saccharomyces cerevisiae. EM4 dikultur dalam media yang dibuat dari molase, bekatul, susu sapi, buah nanas, kunyit putih, temulawak, jahe merah dan air kelapa. EM4 hasil kultur dalam media disebut sebagai fermentor. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian EM4 hasil kultur dalam media yang berbeda pada pakan terhadap laju pertumbuhan spesifik/spesific growth rate (SGR), rasio konversi pakan/feed conversion ratio (FCR) dan tingkat kelangsungan hidup/survival rate (SR) benih ikan lele. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan terdiri atas A (pakan komersial), B (pakan+10% EM4), C (pakan+10% fermentor 1), D (pakan+10% fermentor 2) dan E (pakan+10% fermentor 3), setiap perlakuan diulang sebanyak empat kali. Pakan difermentasi selama 1-3 hari sebelum pakan diberikan kepada benih ikan lele ukuran panjang 7-9 cm. Data dianalisis menggunakan ANAVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian EM4 hasil kultur dalam media yang berbeda pada pakan berpengaruh secara signifikan terhadap SGR, FCR dan SR benih ikan lele (P<0,05). Perlakuan terbaik diperoleh pada perlakuan E (pakan+10% fermentor 3) dengan nilai SGR sebesar 5,91±0,04%, FCR sebesar 0,88±0,045 dan SR sebesar 73,50±1,91%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
More sources
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography