Academic literature on the topic 'Mitre 10 (Firm)'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the lists of relevant articles, books, theses, conference reports, and other scholarly sources on the topic 'Mitre 10 (Firm).'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Journal articles on the topic "Mitre 10 (Firm)"

1

N'Dri, Julien K., Rodolphe Arnaud G. N'Da, Fabrice A. Seka, et al. "Patterns of soil mite diversity in Lamto savannah (Côte d’Ivoire) submitted at different fire regimes." Acarologia 57, no. 4 (2017): 823–33. http://dx.doi.org/10.24349/acarologia/20174196.

Full text
Abstract:
In this study, we evaluated the impact of different fire regimes (early, mid-season, or late fire) on soil mite abundance and diversity in three study sites (Salty marigot, Plateau and North piste) of the Lamto shrub savannah at 160 km northwest of Abidjan, Côte d’Ivoire. On each site, three adjacent plots of 100 m x 50 m were delimited, to which a given fire regime was applied. At each site, soil cores were taken at 0-10 cm soil depth three days before the fire application, the day after and one month after the fire (10 soil cores x 3 sampling periods x 3 fire regimes or plots x 3 sites = 270 soil cores). Soil mites were then extracted from these cores. 108 soil cores were sampled at two upper layers (0-5 and 5-10 cm) for estimation of the bulk density and water content. After data analysis, four groups of mite were observed (Actinedida, Gamasida, Oribatida and Acaridida). Gamasida and Oribatida were dominant groups (early fire: Gamasida 35%, Oribatida 55%; mid-season fire: Gamasida 16%, Oribatida 70%; late fire: Gamasida 16%, Oribatida 74%). In total, 70 species were observed, with 29, 44 and 31 species recorded respectively during the early, mid-season and late fires. Mite density and species richness varied significantly along the three fire regimes and decreased substantially after fire application. Except for the mid-season fire, Simpson index from all mites differed significantly across sampling periods. Lower Oribatida represented 25% of the total Oribatida. Whatever the fire regimes, brachypyline Oribatida abundance increased the day after fire application. Overall, fire intensity reduced drastically soil mite abundance and diversity.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Nuryantiningsih, Farida, Asfaria Rachmaniar, and Octaria Putri Nurharyani. "ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA FILM PENDEK POLAPIKE (KAJIAN SOSISOLINGUISTIK)." Jurnal Sasindo UNPAM 11, no. 2 (2023): 11. http://dx.doi.org/10.32493/sasindo.v11i2.11-18.

Full text
Abstract:
Artikel mengenai campur kode dan alih kode sangatlah penting dalam kajian sosiolinguistik di tengah masyarakat Indonesia yang multikultural. Penilitian ini bertujuan untuk menelaah bentuk dan jenis alih kode dan campur kode dalam sebuah film pendek yang menceritakan tentang kehidupan masyarakat Kebumen di Jawa Tengah Indonesia. Dengan menggunakan teori dan pendekatan sosiolinguistik dan campur maupun alih kode, peneliti menggunakan metode artikel deksriptif kualitatif. Hasil artikel menemukan bahwa terjadi peristiwa campur kode dan alih kode dalam film pendek Polapike. Dari dua bentuk alih kode yang dikemukan Suwito, alih kode pada film pendek Polapike hanya ditemukan alih kode internal saja. Dari 15 data alih kode, ditemukan bahwa 4 data merupakan jenis alih kode intra-sentensial, 1 data jenis tag-switching, dan 10 data jenis intersentensial. Ditemukan pula bahwa faktor penyebab terjadinya alih kode dalam film ini ialah dari pribadi penutur yang ingin meyakinkan lawan tuturnya terhadap pendapat yang mereka percayai, topik pembicaraan yang kadang berubah dari informal ke formal, dan sekedar bergengsi, mitra tutur, juga membangkitkan rasa humor. Ditemukan pula campur kode dalam film pendek Polapike yang berupa campur kode internal, ditemukan sejumlah 2 data dan external sejumlah 25 data. Faktor terjadinya campur kode di film ini adalah istilah yang lebih terkenal dalam bahasa Inggris, meningkatkan humor, fungsi dan tujuan, topik pembicaraan, dan terakhir mitra tutur. Dapat digarisbawahi bahwa alih kode internal yang ditemukan dalam film ini kebanyakan merupakan peristiwa tutur dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia dikarenakan latar cerita film ini berada di Jawa Tengah, sedangkan peristiwa tutur campur kode eksternal kebanyakan dilakukan pada penggunaan bahasa Inggris.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Ambarita, Jenri. "MENINGKATKAN KETERAMPILAN GURU PAUD MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN FILM ANIMASI DI NEGERI WARAKA." Jurnal Edutrained : Jurnal Pendidikan dan Pelatihan 6, no. 1 (2022): 12–25. http://dx.doi.org/10.37730/edutrained.v6i1.161.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kendala yang dihadapi oleh guru PAUD dalam pembelajaran dan untuk mengetahui sejauh mana pelatihan dan pendampingan mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru dalam membuat film animasi untuk pembelajaran anak usia dini. Penelitian ini menggunakan pendekatan Participatory Action Research (PAR) dengan langkah-langkah diagnostik, action plan, action taking, evaluasi dan reflesi. Kegiatan pelatihan ini melibatkan 15 orang guru PAUD sebagai mitra partisipatif. Pengumpulan data dilakukan malalui kajian literatur dan penelitian relevan, wawancara, observasi, pretest dan postest, dan dokumentasi hasil karya peserta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru PAUD terkendala dalam merancang pembelajaran berbasis film Animasi dan belum pernah mengikuti kegiatan pelatihan sebelumnya. Pada aspek pengetahuan, 10 orang mengatakan sangat paham dan 5 orang mengatakan paham. Sedangkan keterampilan membuat film animasi, ada sebanyak 13 orang mengatakan sudah terampil dan 2 orang mengatakan masih kurang terampil akan tetapi sudah bisa membuat film animasi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Angelita, Tasya, and Muhamad Saiful Mukminin. "Strategi ketidaksantunan berbahasa dalam film Taksi (1990): kajian pragmatik." Jurnal Genre (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) 5, no. 1 (2023): 41–55. http://dx.doi.org/10.26555/jg.v5i1.7297.

Full text
Abstract:

 
 
 
 Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan ketidaksantunan berbahasa pada film Taksi. Dalam penelitian ini, pengumpulan data menggunakan teknik simak bebas libat cakap dan teknik catat. Berdasarkan hasil analisis data, strategi ketidaksantunan berbahasa yang ditemukan dalam film Taksi berjumlah 29 kata yang terdiri atas 4 data berupa ketidaksantunan Bald on Record; ketidaksantunan positif ditemukan 2 data berupa penggunaan umpatan atau kata- kasar, dan 10 data berupa penggunaan sebutan atau julukan yang tidak pantas atau menghina; ketidaksantunan negatif ditemukan 3 data berupa mencemooh atau mencela orang lain, 2 data berupa memperlakukan orang lain dengan semena-mena, 4 data berupa meremehkan atau memudahkan orang lain, 2 data berupa mengaitkan mitra tutur dengan hal-hal negatif, dan 2 data berupa menakuti-nakuti. Hasil analisis dalam penelitian ini didominasi dengan jenis ketidaksantunan positif dengan bentuk penggunaan sebutan atau julukan yang tidak pantas atau menghina karena dapat dikatakan film pada rentang tahun 1980-1990 merupakan film lama yang masih menggunakan kebahasaan terus terang dalam bertutur.
 
 
 
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Pitkänen, Aki, Pertti Huttunen, Högne Jungner, and Kimmo Tolonen. "A 10 000 year local forest fire history in a dry heath forest site in eastern Finland, reconstructed from charcoal layer records of a small mire." Canadian Journal of Forest Research 32, no. 10 (2002): 1875–80. http://dx.doi.org/10.1139/x02-103.

Full text
Abstract:
Local fire history covering the entire Holocene period at a dry forest site in North Karelia, eastern Finland (ca. 63°07' N, 30°44' E), was reconstructed on the basis of visible charcoal layers from peat deposits of a small mire basin. Seven points studied along a transect a few metres long provided a record of ancient local forest fires that had scarred the margin of the peat deposit. The charcoal layer records indicate a drastic increase in forest fires about 500 years ago compared with the earlier part of the Holocene period. During the past 500 years, human influence has been extensive in the area, and there have been 9 local fires during that period, while during the previous 9500 years there had been only 34 fires. Between the establishment of spruce (Picea abies (L.) Karst.) 6300 calendar years B.P. and the beginning of significant human influence, the site had burned over at a mean interval of 220–260 years. The data indicate a decrease in fire frequency associated with a warm climate between 9000 and 6300 calendar years BP. This suggests that climatic warming does not necessarily result in increased frequency of forest fires.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

N'dri, K. Julien, Kanvaly Dosso, Aya B. N'Dri, et al. "Biomonitoring and Inter-Annual Variation of Soil Mite (Acari) Diversity and Community Structure in Lamto Guinean Savannah (Co´te d'Ivoire) Submitted to Different Fire Regimes." JOURNAL OF ADVANCES IN NATURAL SCIENCES 5, no. 1 (2018): 322–41. http://dx.doi.org/10.24297/jns.v5i1.7097.

Full text
Abstract:
The objective of the study conducted in the Lamto Guinean savannah situated at 165 km northwest of Abidjan, Cote d'Ivoire consisted to assess the changes in soil mite abundance, diversity and community structure specific to the second fire cycle applied in 2015, as well as the inter-annual variation between the two fire cycles (2014 and 2015). Three study sites (Salty marigot, Plateau and North piste) were selected in shrub savannah, where on each, three adjacent stands of 100 m x 50 m formerly delimited were considered. The three fire regimes (early, mid-season, and late fire) were respectively applied on the three sites and stands. Thus, 135 soil cores (5 soil cores x 3 sampling periods x 3 fire regimes or stands x 3 sites) were used for mite extraction. 108 soil cores were taken at two upper layers (0-5 and 5-10 cm) for determination of the bulk density and water content. Whatever the fire regimes, the mean density of soil mites decreased after the fire application. The highest value of density was observed through the early fire (1,715 ± 327 ind.m-2) whereas the lowest value was recorded during the mid season fire (1,433 ± 153 ind.m-2). 41 species had been recorded along the three fire regimes and distributed as follows: early fire 34 species, mid season fire 20 species, and late fire 13 species. The mean species richness of soil mites changed significantly across the fire regimes, and reduced after the fire application, except for the mid season fire. The Simpson diversity index was significantly modified across the fire regimes, and increased after the fire application. Beyond to 24 specialist species, over 50% of the species observed before the burns were rediscovery after the fire application, and could explain this variation. The inter-annual variation of soil mites showed that the density (early fire, mid season fire, and late fire), mite richness (early fire), and diversity (early fire and late fire) increased whereas the mite richness (mid season fire and late fire), and diversity (mid season fire) decreased, respectively, during 2015-burn compared to the previous cycle (2014-burn). The rebound of soil mite parameters during the second fire cycle could be assigned (i) to litter and woody debris, which burn in a mosaic, reflecting local fire intensity, (ii) improving of stand complexity and canopy structure, and (iii) fire tolerance of mites.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Fauzia, Aulia Hamidah, R. Kartikasari, and Helza Nova Lita. "KEDUDUKAN PERUSAHAAN SEBAGAI MITRA NAZHIR DAARUT TAUHID DALAM MENGELOLA ASSET WAKAF BERDASARKAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA." Jurnal Ilmiah Galuh Justisi 10, no. 1 (2022): 30. http://dx.doi.org/10.25157/justisi.v10i1.7144.

Full text
Abstract:
Kedudukan perusahaan sebagai mitra nazhir merupakan salah satu upaya agar asset wakaf menjadi produktif, yaitu memiliki dimensi atau aspek sosial, dan juga komersil. Diikat dengan akad-akad yang sesuai dengan prinsif syariah sesuai Pasal 43 UU Wakaf. Adapun kemitraan tersebut dilakukan dengan konsep syirkah dan harus sesuai dengan peruntukkan harta benda wakaf di akta ikrar wakaf serta tujuan yayasan. Menjadi menarik untuk dikaji dalam artikel ini, karena wakaf tidak hanya dimaknai sebagai dimensi ibadah yang monoton peruntukkannya untuk rumah ibadah, melainkan dapat diproduktifkan menjadi satu kawasan terintegrasi seperti yang dikelola oleh yayasan Daarut Tauhid yang mencakup aspek wisata, religi dan edukasi. Ditelaah dengan menggunakan metode yuridis normatif dan menggunakan data pendukung dari hasil diskusi dengan pengurus harian yayasan tersebut. Nazhir yayasan dapat bermitra dengan perusahaan baik itu mendirikan usaha dengan maksimal menyertakan modal yayasan maksimal 25% total kekayaan yayasan sesuai pasal 3 ayat (1) UU Yayasan No.28 tahun 2004 ataupun membuat unit usaha yang mana laba maksimalnya adalah 10% dari total bersih laba asset wakaf yang diproduktifkan. Adapun perusahaan mitra dapat berupa PT, CV, Firma ataupun Persekutuan Perdata.Kata kunci: wakaf, produktif, yayasan, nazhir, perusahaan
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Zulkifli, Zulkifli, Rosnina Rosnina, Khaidir Khaidir, Martina Martina, and Riani Riani. "Budidaya Hidroponik Tanaman Kangkung Dengan Sistem Nft (Nutrient Film Technique) Bagi Masyarakat Desa Lancang Garam Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe." Jurnal Malikussaleh Mengabdi 2, no. 1 (2023): 177. http://dx.doi.org/10.29103/jmm.v2i1.9166.

Full text
Abstract:
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang berjudul “Budidaya Hidroponik Tanaman Kangkung Dengan Sistem (Nft) Bagi Masyarakat Desa Lancang Garam Kecamatan Banda Sakti Satu Kota Lhokseumawe” bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pertanian kontemporer khususnya metode hidroponik dengan sistem NFT. Metode kegiatan yang digunakan adalah pemberdayaan masyakarat. Pengabdian dengan skema pembinaan desa lingkungan ini melalui sejumlah tahapan antara lain: survei tempat dan pengurusan perijinan kegiatan, menentukan waktu yang tepat untuk melaksanakan kegiatan, memberikan pengetahuan budidaya hidroponik dengan sistem (NFT), alat dan bahan budidaya hidroponik tanaman kangkung dengan sistem (NFT), cara menyemai bibit kangkung, dan cara untuk mengukur kadar kepekatan nutrisi AB-mix. Serta melakukan praktik langsung cara kerja budidaya hidroponik dengan sistem (NFT). Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan dengan sembilan indikator yaitu metode/penyampaian materi, pengetahuan sistem NFT, alat dan bahan budidaya, tahapan proses budidaya hidroponik, manfaat pengabdian, solusi yang ditawarkan, kualitas pengabdian, pelaporan akhir, dan rencana tindak lanjut dengan responden 30 orang peserta ditemukan bahwa 52% peserta sangat puas, 38% puas dan 10% cukup puas dengan pelaksanaan kegiatan. Berdasarkan hasil survei ini dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan ini berjalan dengan berhasil dengan adanya kepuasan mitra dan adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan mitra tentang budidaya hidroponik tanaman kangkung dengan sistem (Nft). Pengabdian selanjutnya disarankan untuk lebih mengembangkan sistem hidroponik lainnya disertai pendampingan berkala untuk mengoptimalkan proses dan hasil budidaya hidroponik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Islamiati, Joty, Oding Supriadi, and Sinta Rosalina. "Analisis Tindak Tutur Direktif dalam Film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (NKCTHI) dan Pemanfaatannya Sebagai Bahan Ajar Teks Persuasi." EDUKATIF : JURNAL ILMU PENDIDIKAN 4, no. 1 (2021): 474–86. http://dx.doi.org/10.31004/edukatif.v4i1.1821.

Full text
Abstract:
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyak ditemukannya peristiwa tindak tutur direktif yang terdapat dalam film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (NKCTHI). Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk dan fungsi tindak tutur direktif yang terdapat dalam film “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (NKCTHI)” yang disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko, serta memanfaatkan hasil penelitian sebagai bahan ajar teks persuasi kelas VIII Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif kualitatif. Dalam analisis data penelitian ini menggunakan metode padan pragmatis yaitu metode untuk mengidentifikasi kebahasaan akibat reaksi yang timbul pada mitra tutur ketika kebahasaan tersebut dituturkan oleh penutur (Kesuma, 2007), dengan menganalisis tindak tutur direktif, menggolongkan setiap tuturan direktif berdasarkan bentuk dan fungsi direktifnya, dan mendeskripsikan konteks tuturannya. Hasil penelitian ini ditemukan 131 data tuturan yang mengandung tindak tutur direktif, lalu digolongkan berdasarkan bentuk direktifnya yaitu bentuk perintah berjumlah 45 data tuturan, bentuk permintaan berjumlah 37 data tuturan, bentuk ajakan berjumlah 15 data tuturan, bentuk nasihat berjumlah 18 data tuturan yang memiliki fungsi direktif seperti, bentuk kritikan berjumlah 10 data tuturan, bentuk larangan berjumlah 6 data tuturan. Kemudian dari hasil penelitian tersebut dimanfaatkan sebagai bahan ajar materi teks persuasi kelas VIII.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Priyadharshini V., Ayyasamy R., and Kathirvelu C. "Bioassays of Fenazaquin 18.3% w/w (200 SC) against Two Spotted Spider Mite, Tetranychus urticae Koch (Acari: Tetranychidae): Effect of Test Method, Exposure Period and Mortality Criterion on the Precision of Response Estimates." UTTAR PRADESH JOURNAL OF ZOOLOGY 44, no. 20 (2023): 152–58. http://dx.doi.org/10.56557/upjoz/2023/v44i203656.

Full text
Abstract:
Quinazoline class of pesticide fenazaquin 18.3% w/w (200 SC) (IUPAC name: 4-tert-butylphenethyl quinazolin-4-yl ether) is used to manage mites and insects by interfering with the biochemistry of the pests' mitochondria. Three different bioassay methods viz., leaf dip, slide dip, and residual film were evaluated using fenazaquin 18.3% w/w (200 SC) at various doses on adults of Tetranychus urticae along with two standard checks (fenazaquin 10 EC and spiromesifen 22.90% SC) and water as control. After 24 h of exposure, fenazaquin 18.3% w/w (200 SC) @ 1.25 and 1.60 ml/l exhibited 100% mortality which was comparably higher than the standard checks. The results revealed that all the doses of fenazaquin 18.3% w/w (200 SC) were superior for the management of two spotted spider mites.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
More sources

Books on the topic "Mitre 10 (Firm)"

1

G, Gellen Gordon. The Mitre 10 story. Mitre 10 (New Zealand) Ltd., 2012.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!