To see the other types of publications on this topic, follow the link: Musik.

Journal articles on the topic 'Musik'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Musik.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Gumilang, Rizqa, Sri Setiawati, and Syahrizal Syahrizal. "KEBERTAHANAN MUSIK ORKES MINANG KINI: KAJIAN ANTROPOLOGI MUSIK PADA MUSIK ORKES TAMAN BUNGA." Jurnal Budaya Etnika 7, no. 2 (December 19, 2023): 109. http://dx.doi.org/10.26742/jbe.v7i2.2874.

Full text
Abstract:
ABSTRAK Tulisan ini menggambarkan kelangsungan hidup musik Orkestra Minang saat ini, khususnya Kelompok Musik Orkestra Taman Bunga di kota Padangpanjang, Provinsi Sumatera Barat. Di tengah gempuran industri musik yang berorientasi pasar. Menggunakan premis Kontra Hegemoni Gramsci, bagaimana kelompok ini bertahan dengan ideologi musik mereka. Penelitian ini bertumpu pada pendekatan kualitatif deskriptif. Analisis dalam perspektif Antropologi Musik menjelaskan secara mendalam dan holistik kelangsungan hidup kelompok musik ini. Counter Hegemony sebagai alat analisis dalam melihat apa yang memotivasi kelompok ini untuk memilih genre musik orkestra Minang dan kelangsungan hidup kelompok ini dalam menghadapi industri musik saat ini. Temuan menunjukkan bahwa perjuangan ideologis antara ideologi kelompok ini dan ideologi pasar semakin kuat, menunjukkan adanya kekuatan hegemonik di pasar industri musik di Indonesia. Kegigihan dalam ideologi musik mereka mampu bertahan dengan tidak mengganggu atau mengubah bentuk musik mereka. Prinsip kekeluargaan adalah modal utama bagi kelangsungan hidup kelompok musik ini. Kata kunci: Musik Orkestra Minang, Survival, Antropologi Musik, Kontra Hegemoni ABSTRACT This paper describes the survival of the Minang Orchestra music today, specifically the Taman Bunga Orchestra Music Group in the city of Padangpanjang, West Sumatra Province. In the midst of the onslaught of market-oriented music industry. Using the premise of Gramsci's Counter Hegemony, how this group survives with their musical ideology. The research relies on a descriptive qualitative approach. The analysis in the perspective of Music Anthropology explains deeply and holistically the survival of this musical group. Counter Hegemony as an analytical tool in seeing what motivates this group to choose the genre of Minang orchestra music and the survival of this group in facing the current music industry. The findings show that the ideological struggle between this group's ideology and the market ideology is getting stronger, indicating the presence of hegemonic power in the music industry market in Indonesia. Persistence in their musical ideology is able to survive by not disrupting or changing the shape of their music. The principle of kinship is the main capital for the survival of this musical group. Keywords: Minang Orchestra Music, Survival, Musical Anthropology, Counter Hegemony
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Sukmana, Dicky Indra, Robby Hidajat, and Tutut Pristiati. "Musisi Progressive Metal sebagai Pendorong Perkembangan Musik Djent di Kota Malang." JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts 2, no. 5 (May 24, 2022): 746–64. http://dx.doi.org/10.17977/um064v2i52022p746-764.

Full text
Abstract:
Abstract: Djent music is music which has elements of groove and progressive metal. The creation of djent music is an innovative idea from previous metal music which in its development djent music can’t be separated from the influence of rock music, which is phenomenal in the world. This study aims to describe the development of djent music and the factors influence the development of djent music in Malang. The writing of this research was carried out using descriptive qualitative methods. Using data analysis in the form of interviews with sources. The resource persons in this study were Norman Duarte Tolle (35) as a djent music musician (C-four) in Malang, Aulia Rizky Fajar (24) as a djent music guitarist in Malang, Reynal Juliandi (27) as an observer and music guitarist djent music in Pasuruan, Fauzan Sanjaya (24) as a member of the loud music community (Undisputed), and Fajri Ramadahan (27) as a musician djent music (Ceara) in Jakarta. Observations are aimed at knowing the development of djent music in Malang based on a review of the C-four music group. The result of this research is that the existence of djent music can be seen through the music industry and internet media which play an important role in the development of djent music so that the genre is able to spread widely throughout the world, including in Indonesia and Malang especially. Keywords: development; djent music; musicians; Malang Abstrak: Musik djent merupakan musik yang memiliki unsur groove dan progressive metal. Terciptanya musik djent merupakan gagasan inovasi dari musik metal sebelumnya yang dimana dalam perkembangannya musik djent tidak terlepas dari pengaruh musik rock yang sangat fenomenal di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perkembangan musik djent dan faktor yang mempengaruhi perkembangan musik djent di Kota Malang. Penulisan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dengan analisis data berupa hasil wawancara dengan narasumber. Narasumber dalam penelitian ini ada Norman Duarte Tolle (35) sebagai musisi musik djent (C-Four) yang ada di Kota Malang, Aulia Rizky Fajar (24) sebagai gitaris musik djent di Kota Malang, Reynal Juliandi (27) sebagai pemerhati serta gitaris musik djent di pasuruan, Fauzan Sanjaya (24) Selaku anggota komunitas musik keras (Undisputed), dan Fajri Ramadhan (27) sebagai musisi musik djent (Ceara) di Jakarta. Observasi ditujukan untuk mengetahui perkembangan musik djent di Kota Malang berdasarkan tinjauan kelompok musik C-four. Hasil dari penelitian ini ialah bahwa eksistensi musik djent dapat dilihat melalui industri musik dan media internet yang sangat berperan penting bagi perkembangan musik djent sehingga genre tersebut mampu menyebar luas ke seluruh dunia, termasuk di Indonesia dan di Kota Malang. Kata kunci: perkembangan; musik djent; musisi; Malang
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Almanda, Hafi Hilmiah, Setya Yuwana, and Setyo Yanuartuti. "Kajian pertunjukan musik “Thungka” dalam masyarakat Bawean Gresik (Tinjauan etnomusikologi)." Imaji 21, no. 1 (April 24, 2023): 30–37. http://dx.doi.org/10.21831/imaji.v21i1.49233.

Full text
Abstract:
Penelitian ini menemukan kajian etnomusikologi pada alat musik thungka, karena peneliti ingin mengetahui segala sesuatu yang terdapat dalam alat musik thangka, baik itu berupa aspek fungsi, musikal, instrumental dan sosial budaya musik tradisional thungka. Dalam penelitian ini metode yang digunakan yaitu metode kualitatif. Fungsi musik Thungka pada dasarnya sebagai alat untuk penumbuk padi dalam acara musim panen disetiap tahun akan tetapi sekarang menjadi sebagai media pertunjukan seni tradisional, acara pernikahan sampai keacara penyambutan tamu turis ke Bawean. Alat musik Thungka ini merupakan alat musik tradisional yang tergolong bertangga nada tetratonik yaitu memiliki empat tangganada. Thungka, bahan dasarnya dari ronjengan sampai Alu’ terdiri dari kayu berjenis Jati. Lirik yang dimainkan dalam pertunjukan Thungka memaparkan tentang kehidupan masyarakat Bawean. Kata kunci: Etnomusikolgi, Musik Thungka, Bawean Study of "Thungka" music performance in Bawean Gresik community(An ethnomusicology review) AbstractThis study found an ethnomusicological study on the thungka musical instrument, because the researcher wanted to know everything contained in the thangka musical instrument, whether it was in the form of functional, musical, instrumental and socio-cultural aspects of thungka traditional music. In this study the method used is a qualitative method. The function of Thungka music is basically as a tool for pounding rice in the harvest season every year but now it has become a medium for traditional art performances, weddings to welcoming tourist guests to Bawean. This Thungka musical instrument is a traditional musical instrument that is classified as a tetratonic scale, which has four scales. Thungka, the basic ingredients from ronjengan to pestle are teak wood. The lyrics played in the Thungka show describe the life of the Bawean people.Keywords: Ethnomusicology, Thungka Music, Bawean
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Putra, Riomanadona M., and Irwansyah Irwansyah. "Musik Rilisan Fisik Di Era Digital: Musik Indie Dan Konsumsi Rilisan Musik Fisik." Jurnal Komunikasi 11, no. 2 (October 30, 2019): 128. http://dx.doi.org/10.24912/jk.v11i2.4062.

Full text
Abstract:
The release of physical music will never be extinct, as is technology disrupting audio technology. This article provides an explanation of physical music releases in the digital era, where vinyl records, audio and CD tapes are still consumed by connoisseurs and musicians alike. Although digital music players and online music applications such as Joox, Spotify, Apple Music or Sky Music is very important in the spread of music in the digital era. The attitude of independent musicians or who are familiar with the term indie musicians still maintains the release of physical music as a tool for the dissemination of their work. This article presents descriptive data from existing journals which are then combined with interviews to obtain depth about what shapes the attitude of indie musicians in using physical music releases and how indie musicians and indie music distributors collaborate in communicating works - indie musicians work through strategies that are done together. As well as what indie music absorbs local culture and how they influence their work and what their attitudes are. Do they not pay attention to the presence of digital distribution or even combine these two things. With the existence of this article, the description of the things that underlie the independent musicians released the music they made themselves with the release of physical albums. Rilisan musik fisik tidak akan pernah punah, sebagaimana pun teknologi mendisrupsi teknologi audio. Artikel ini memberikan penjelasan tentang rilisan musik fisik pada era digital, dimana piringan hitam (vinyl), kaset audio dan CD masih tetap dikonsumsi oleh para penikmat serta pelaku musik. Walaupun pemutar musik digital dan aplikasi musik secara online seperti Joox, Spotify, Apple Music ataupun Langit Musik sangat berperan penting dalam penyebaran musik di era digital. Sikap dari musisi independen atau yang akrab dengan sebutan musisi indie tetap mempertahankan rilisan musik fisik sebagai alat untuk penyebaran karya mereka. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana rilisan musik fisik akan tetap bertahan, dan mengapa sebuah rilisan fisik menjadi hal yang dianggap penting bagi musisi Indie. Artikel ini menyajikan data-data secara deskriptif dari jurnal-jurnal yang ada yang kemudian di padupadankan dengan wawancara untuk memperoleh kedalaman tentang apa yang membentuk sikap dari para musisi indie dalam menggunakan rilisan musik fisik dan bagaimana musisi indie dan distributor musik indie melakukan kolaborasi dalam mengomunikasikan karya-karya musisi indie melalui strategi yang dikerjakan bersama. Serta seperti apa musik indie menyerap budaya lokal dan bagaimana hal tersebut memberikan pengaruhnya pada karya-karya mereka dan seperti apa sikap mereka. Apakah kehadiran distribusi yang dilakukan secara digital tidak mereka hiraukan atau malah menggabungkan kedua hal tersebut. Adanya artikel ini, memberikan gambaran hal-hal yang mendasari para musisi independen merilis musik yang mereka buat sendiri dengan rilisan album fisik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Jamnongsarn, Surasak. "TRANSKULTURASI MUSIK ANTARAGAMELAN JAWA, ANGKLUNG, DAN MUSIK TRADISI THAILAND." MELAYU ARTS AND PERFORMANCE JOURNAL 2, no. 2 (January 20, 2020): 158. http://dx.doi.org/10.26887/mapj.v2i2.975.

Full text
Abstract:
Javanese gamelan and angklung to Thailand music gives the impact on the development of Thailand traditional music. That musical transculturation exists in the musical instrument of angklung and the musical concept of Javanese gamelan that are then mixed with the system of Thailand traditional music involving gamut (tuning system), presentment method, and its function in society. This transculturation shows the understanding of cultural relation between Thailand traditional music that has the background of Buddhism philosophy and Gamelan that has the background of Kejawen syncretism. These two kinds of music have formed the new characteristic and identity of Thailand music. Angklung played with the concept of Javanese gamelan called as angklung Thailand that then becomes Thailand traditional music. The article aims at revealing the transculturation of Javanese gamelan and angklung into the traditional music and its impact on the development of Thailand traditional music. This research used qualitative method with the accentuation in field research that involved researcher with the material object to delve various musical experiences by participating as the player of those two musical instruments. The transculturation of Javanese gamelan and angklung with Thailand traditional music has given the new development in Thailand traditional music. Keywords: Transculturation, Javanese gamelan, angklung, and Thailand traditional music ABSTRAKTranskulturasi gamelan Jawa dan angklung ke Thailand memberikan dampak pada perkembangan musik tradisi Thailand. Transkulturasi musik itu berwujud pada alat musik angklung dan konsep musikal gamelan Jawa, kemudian bercampur dengan sistem musik tradisi Thailand, yang mencakup pada tangga nada (tuning system), carapenyajian, dan fungsinya dalam masyarakat. Transkulturasi inimemunculkan pemahaman relasi kebudayaan antara musik tradisi Thailand yang berlatar belakang filosofi Buddhisme dan gamelan yang berlatar belakang sinkretis kejawen. Kedua musik ini telahmembentuk ciri dan identitas baru musik Thailand.Angklung yang dimainkan dengan konsep gamelan Jawa yang disebut angklung Thailand selanjutnya menjadi musik tradisi Thailand. Artikel bertujuan mengungkap transkulturasi gamelan Jawa dan angklung ke musik tradisi serta dampaknya pada perkembangan musik tradisi Thailand. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan penekanan pada penelitian lapangan yang melibatkan peneliti dengan objek materialuntuk menggali berbagai pengalaman musikal dengan ikut serta bermain kedua musik itu. Transkulturasi gamelan Jawa dan angklung dengan music tradisi Thailand telah memberikan perkembangan baru pada musik tradisi Thailand. Kata kunci: transkulturasi, gamelan Jawa, angklung, dan musik tradisi Thailand
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Bintarto, A. Gathut. "Aspek Olah Vokal Musik Klasik Barat pada Musik Populer." Journal of Urban Society's Arts 1, no. 1 (April 10, 2014): 44–56. http://dx.doi.org/10.24821/jousa.v1i1.787.

Full text
Abstract:
Setiap medium musik mempunyai keistimewaan yang bisa dikaji seperti halnyapada musik klasik Barat dan musik populer. Norma daya tarik musik populeryang ringan dan mudah dinikmati tidak seperti pada musik klasik Barat atauyang sering disebut sebagai musik seni, namun demikian bukan berarti bahwamemainkannya tidak ada syarat artistik. Bervariasinya musik dan banyaknya pelakumusik mengakibatkan standar yang tinggi dan menuntut pemahaman terhadapdetail musik. Musik populer bertolak dari kebiasaan orang dan musisinya inginmemenuhi kebutuhan tersebut. Gambaran emosional yang muncul pada teksmenyebabkan kecenderungan naturalistik dalam bernyanyi. Melalui penelusuranasal-usul musik populer dan penelitian studi kasus di lapangan ditemukan bahwamusik populer beraliran soul serta R&B (rhythm and blues) mempunyai kesamaanunsur dengan teknik dan gaya bernyanyi klasik pada penerapan suara yang ratadalam rentang ambitus (even scale technique), penggunaan imajinasi dengan iramabebas, nada-nada hiasan, teknik vibrato, dan bahkan gaya bernyanyi Gregorianmurni dengan iringan ritmis yang dianggap sebagai suatu kebaruan dalam musikpopuler. The Overview on the Aspect of Western Classical Singing on Popular Music.Every music medium such as Western classical and popular music has its own practicalspecification due to the observation of each characteristic and uniqueness. The potentialattractiveness of popular music is different from the Western classical music in its easylistening characteristics, but it does not mean that the music does not have the artisticcharacter at all. More performers and more variations in the popular music mayaffect the higher standard and require the demand in every aspect of the details. Thepopular music is derived from the daily habit and that is the way the musician shoulddo to make this kind of music. The emotional characteristics in their lyrics cause thenaturalistic singing tendency. Through the observation of the popular music origin andthe field research study, it is founded that soul and R&B music have the similarities. Interms of the classical music, both use the typical scale technique, imagination with thefree rhythm, ornamentation, vibrato technique and even pure Gregorian singing styleused in some popular songs accompanied by rhythmical music served as a new idea inpopular music.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Sejati, Irfanda Rizki Harmono, Tejo Bagus Sunaryo, and Sunarto Sunarto. "Seni Pertunjukan dan Kreativitas Kelompok Musik Setabuhan Yogyakarta Indonesia." Resital: Jurnal Seni Pertunjukan 23, no. 2 (August 1, 2022): 107–16. http://dx.doi.org/10.24821/resital.v23i2.7083.

Full text
Abstract:
ABSTRACT Setabuhan is a musical group consisting of three people who have different musical concepts from the others. The form of Setabuhan group music is rhythmic or percussion music in which two people are percussionists, and the other plays the exploration of vocal sound. The musical instruments used by Setabuhan are drums, percussion and vocal music using digital effects. The form of music used by this Setabuhan music group is not commonly used in structural forms of musical compositions because it does not use melodic musical instruments, and the vocal music does not have lyrics. The form of the Setabuhan group performance is a collaboration of rhythmic music with the arts of Pencak Silat, or martial arts. The rhythm and tempo of the beats tend to be loud with a fast rhythmic game. This group becomes very interesting and has particular characteristics because not many musical groups have the same concept as Setabuhan . The Setabuhan music group is not well known in Indonesia but has performed many performances in various other countries. The focus of the research on the Setabuhan music group is: 1) The form of Setabuhan music performances; and 2) The creativity of the Setabuhan music group. The research method used in this research is qualitative with descriptive exposure. The research subjects were musicians of the Setabuhan music group in Yogyakarta. Data collection techniques were observation, interviews, documentation, and data analysis. The results show that the form and creativity of the Setabuhan music group lie in the rhythmic drum and percussion music playing, which is filled with exploration of vocal sounds with musical effects and collaboration with the art of Pencak Silat. The conclusion of this research is the form and creativity process of the Setabuhan music group, which is very interesting and has the characteristics of its work and form of performance.ABSTRAK Setabuhan merupakan kelompok musik yang terdiri dari tiga orang yang mempunyai konsep musik yang berbeda dari yang lain. Bentuk musik kelompok Setabuhan adalah musik ritmis atau disebut dengan musik perkusi. Dua orang sebagai pemain perkusi dan satu orang memainkan eksplorasi bunyi vokal. Alat musik yang digunakan Setabuhan menggunakan drum, perkusi dan satu musik vokal yang menggunakan efek digital. Bentuk musik yang digunakan kelompok musik Setabuhan ini tidak lazim digunakan pada bentuk struktural komposisi musik pada umunya karena tidak menggunakan alat musik musik melodis dan bentuk musik vokal nya juga tidak berlirik. Bentuk pertunjukan kelompok Setabuhan adalah kolaborasi musik ritmis dengan seni pencak silat atau bela diri. Irama dan tempo musik Setabuhan cenderung keras dengan permainan ritmis yang cepat. Kelompok ini menjadi sangat menarik dan mempunyai ciri khas karena belum banyak kelompok musik yang mempunyai konsep yang sama dengan Setabuhan. Kelompok musik Setabuhan memang belum begitu dikenal di Indonesia tetapi sudah banyak melakukan pertunjukan di berbagai negara lain. Fokus dari penelitian pada kelompok musik Setabuhan adalah: 1) Bentuk pertunjukan musik Setabuhan; dan 2) Kreativitas kelompok musik Setabuhan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan paparan secara deskriptif. Subjek penelitian adalah musisi kelompok musik Setabuhan di Yogyakarta. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dokumentasi, dan analisis data. Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk dan kreativitas yang dilakukan kelompok musik Setabuhan terletak pada permainan musik ritmis drum dan perkusi yang di isi oleh eksplorasi bunyi vokal yang diberi efek musik dan berkolaborasi dengan seni pencak silat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bentuk dan proses kreativitas kelompok musik Setabuhan yang sangat menarik dan mempunyai ciri khas karya dan bentuk pertunjukannya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Sholichah, Agustina Mar'atus, Hermanto Tri Joewono, and Widjiati Widjiati. "Jumlah Sel Neuron Cerebrum pada Paparan Musik Mozart Lebih Tinggi Dibandingkan Dengan Paparan Musik Indonesia." Jurnal Penelitian Kesehatan "SUARA FORIKES" (Journal of Health Research "Forikes Voice") 11, no. 1 (November 27, 2019): 18. http://dx.doi.org/10.33846/sf11104.

Full text
Abstract:
Background: Intelligence management can produce superior human resources with integrated brain. Mozart music stimulus during pregnancy has been shown to increase the number of neuron of the fetal brain. The study of pop and religious music needs to be improve because they are more popular in Indonesia. Objective: To analyze the differences of number of Neuron in the Cerebrum Rattus norvegicusoffspring that exposed to Mozart, Indonesian pop music and Indonesian religious music during pregnancy. Methods: An experimental study with a post-test only control group design. Groups divide into treatment music groups: Mozart, pop and religious. Treatment in a soundproof room for 1 hour, starting the 10th-day of pregnancy, intensity of 65 dB with a distance of 25 cm from the cage. The number of neuron was counted from HE brain preparations of the head Rattus norvegicusoffspring and analyzed using appropriate statistics test. Results: There were significant differences in the number of neuron of Rattus norvegicusoffspring in cerebrum between groups with p = 0,000 (mean Mozart music group 28.14 ± 3.02, Indonesian pop music 19.71 ± 1.80, Indonesian religious music 24.14 ± 2.91) and Mozart gave a higher number of neuron than Indonesia religious music and Indonesian pop music. Conclusion: Mozart music gave a higher number of neuron in the Cerebrum than Indonesian religious music and Indonesian pop music. Keywords: neuron; cerebrum; Mozart music; Indonesian music ABSTRAK Latar belakang: Pengelolaan kecerdasan otak yang terintegrasi akan menghasilkan SDM yang unggul. Stimulus musik Mozart selama kehamilan terbukti meningkatkan jumlah sel neuron di otak janin. Musik pop dan religi perlu dilakukan penelitian karena lebih populer di Indonesia. Tujuan: Menganalisis perbedaan jumlah sel neuron di Cerebrum Rattus norvegicusbaru lahir antara yang mendapat paparan musik Mozart, musik pop Indonesia dan musik religi Indonesia selama kebuntingan. Metode: Studi eksperimental dengan desain post test only control group. Kelompok perlakuan dibagi menjadi kelompok musik Mozart, musik pop Indonesia dan musik religi Indonesia. Perlakuan di ruang kedap suara selama 1 jam pada malam hari mulai hari ke-10 kebuntingan, intensitas 65 dB dengan jarak 25 cm antara kandang dan speaker. Jumlah sel neuron dihitung dari preparat pewarnaan Hematoxylin-Eosin otak anak Rattus norvegicusdan dianalisis dengan statistik yang sesuai. Hasil: Terdapat perbedaan yang signifikan pada jumlah sel neuron cerebrum Rattus norvegicus baru lahir antar kelompok dengan nilai p=0,000 (rerata kelompok musik Mozart 28,14±3,02, musik pop Indonesia 19,71±1,80 dan musik religi Indonesia 24,14±2,91) dan musik Mozart memiliki jumlah sel neuron lebih tinggi daripada musik religi Indonesia dan musik pop Indonesia. Kesimpulan: Kelompok musik Mozart memiliki jumlah sel neuron di cerebrum yang lebih tinggi dibandingkan kelompok musik Indonesia. Kata kunci: neuron; cerebrum; musik Mozart; musik Indonesia
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Andrew, Teguh Vicky, Riama Maslan Sihombing, and Hafiz Aziz Ahmad. "MUSIK, MEDIA, DAN KARYA : PERKEMBANGAN INFRASTRUKTUR MUSIK BAWAH TANAH (UNDERGROUND) DI BANDUNG (1967-1990)." Patanjala : Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya 9, no. 2 (September 16, 2017): 293. http://dx.doi.org/10.30959/patanjala.v9i2.18.

Full text
Abstract:
AbstrakTren musik populer dari tahun ke tahun semakin mengguntungkan aliran musik bawah tanah (underground). Infrastruktur musik yang mandiri dan fleksibel, baik dalam tataran produksi, distribusi, dan konsumsi, menjadi kunci sukses aliran musik bawah tanah. Hal ini berlaku pula di Bandung. Namun pencapaian musik bawah tanah saat ini sebenarnya telah dirintis sejak 1970. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba menelaah rintisan infrastruktur musik bawah tanah yang memiliki kontribusi bagi generasi sekarang. Untuk itu, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode sejarah dengan pisau analisis skena musik dan musik bawah tanah. Berdasarkan telaah yang dilakukan, infrastrukstur musik yang dibangun pada periode 1967-1990 tidak saja terkait dengan aliran dan grup musik belaka, tetapi juga beragam media (cetak dan radio) dan album independen. Infrastruktur ini kemudian dijadikan model dan dikembangkan dalam sistem yang lebih kompleks sesuai dengan tren musik bawah tanah di Bandung.Kata kunci: skena, musik, bawah tanah, infrastruktur AbstractPopular music trend from year to year more prospering for underground music. Independent and flexibel musical infrastructure, in term of production, distribution, and consumption, becomes key success for underground music. This also applies in Bandung. However, the current achievement of underground music acctually was began since 1970. Therefore, this research tries to analyze infrastructure formation in underground music that has contributed for the current generation. For that reason, this research was conducted by using historical method with music scene and underground music concept. Based on the analysis, the musical infrastructure that built in 1967-1990, not only related to the genre and music grup, but also various media (print and radio) and independent album. The infrastructure subsequently became raw model and developed in more complex system in accordance with the underground music trend in Bandung.Keywords : scene, music, underground, infrastructure
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Sularso, Sularso. "Pendekatan literasi musik: Upaya mengetahui persepsi mahasiswa pendidikan guru sekolah dasar tentang keragaman budaya musik Indonesia." Wiyata Dharma: Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan 10, no. 1 (August 7, 2022): 1–7. http://dx.doi.org/10.30738/wd.v10i1.12745.

Full text
Abstract:
Bagi mahasiswa pendidikan guru sekolah dasar, pembelajaran musik menjadi matakuliah wajib yang harus dituntaskan. Dalam masyarakat multikultural, siswa pendidikan guru sekolah dasar harus memahami khasanah musik Indonesia secara baik. Persoalannya adalah mahasiswa pendidikan guru sekolah dasar tidak secara spesifik mengambil jurusan musik, sehingga rata-rata mereka tidak memiliki pengetahuan literasi musik secara memadai. Perspektif literasi musik tradisional ini dimaksudkan untuk membantu mahasiswa sekolah dasar dalam memahami hubungan antara musik tradisional dan pendidikan musik multikultural. Signifikansi penelitian ini terletak pada pentingnya perspektif literasi musik tradisional dalam membantu semua mahasiswa pendidikan guru sekolah dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan tentang musik tradisional Indonesia. Berpijak pada persoalan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa pendidikan guru sekolah dasar dalam kaitannya dengan keragaman budaya musik Indonesia dengan pendekatan literasi musik. Data diperoleh melalui observasi, dan wawancara. Data yang dikumpulkan meliputi data-data pengetahuan musik tradisi, respon pengindraan musik, hingga perhatian mahasiswa terhadap fenomena musik tradisi disekitarnya. Hasil klasifikasi ketiga jenis data tersebut selanjutnya dianalisis dengan pendekatan literasi musik. Hasilnya adalah bahwa pendekatan literasi musik tradisional dapat membantu mahasiswa pendidikan guru sekolah dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan tentang musik tradisional Indonesia. Kontribusi penelitian ini terletak pada pembentukan perspektif baru tentang pentingnya peningkatan literasi musik tradisional Indonesia sebagai upaya untuk melestarikan identitas dan semangat multikultural bagi calon guru sekolah dasar di Indonesia. Music literacy approach: An effort to find out the perceptions of elementary school teacher education students about the diversity of Indonesian music culture Abstract: For elementary school teacher education students, learning music is a compulsory subject that must be completed. In a multicultural society, elementary school teachers' education students must understand the repertoire of Indonesian music well. The problem is that elementary school teacher education students do not specifically major in music, so on average, they do not have adequate knowledge of musical literacy. This traditional music literacy perspective is intended to assist elementary school students in understanding the relationship between traditional music and multicultural music education. The significance of this research lies in the importance of the traditional music literacy perspective in helping all elementary school teacher education students in constructing knowledge about Indonesian traditional music. Based on these problems, this study aims to determine the perceptions of elementary school teacher education students in relation to the diversity of Indonesian music culture with a musical literacy approach. Data was obtained through observation and interviews. The data collected includes data on knowledge of traditional music, musical sense responses, and students' attention to the phenomenon of traditional music around them. The results of the classification of the three types of data are then analyzed using a musical literacy approach. The result is that the traditional music literacy approach can help elementary school teachers educate students in constructing knowledge about Indonesian traditional music. The contribution of this research lies in the formation of a new perspective on the importance of increasing literacy in traditional Indonesian music as an effort to preserve the identity and multicultural spirit of prospective elementary school teachers in Indonesia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Nainggolan, Oriana Tio Parahita, and Vill Alvia Martin. "Pembelajaran Musik Kreatif Dalam Sudut Pandang Pembelajaran Abad ke-21." PROMUSIKA 7, no. 2 (September 30, 2019): 85–92. http://dx.doi.org/10.24821/promusika.v7i2.3454.

Full text
Abstract:
Creative music learning is one of the challenging subjects of learning music for elementary school students. The main topic of creative music is sound. It is the most important element in learning music. Sound must recognized and heard at the beginning of music lesson. Creative music aims not only to develop students’ listening skills but also to develop the ability to in making innovation in music either creating creative musical composition or musical instruments. The students also will get the advantages from creative music learning processes such as critical thinking, communication, collaboration, and creativity and innovation (4C). In the framework of the 21st century learning, the 4C is the ability that must achieved by the students. Although creative music subject is important in learning music, it has not been widely taught in public schools. This paper will examine how 4C integrated into creative music learning. The data obtained from observations and interviews during the music creative learning process. The results have shown that students integrate 4C in the learning process. Making creative music requires critical thinking finding various possibilities in order to make making innovations in music. Communication skill is also needed to express ideas from critical thoughts. The collaborative ability also used when playing creative music. Critical thinking skills, communication, and collaboration will ultimately result in creativity and innovation in making creative music. Pembelajaran musik kreatif merupakan salah satu pembelajaran yang menarik bagi siswa Sekolah Dasar (SD). Materi utama pembelajaran musik kreatif adalah suara. Suara merupakan materi pertama yang harus dikenali oleh siswa pada pembelajaran musik. Pembelajaran musik kreatif bertujuan tidak saja untuk mengembangkan keterampilan mendengar, tetapi juga mengembangkan kemampuan dalam membuat inovasi mencipta komposisi musik kreratif. Pada saat pembelajaran musik kreatif, siswa juga mendapat keuntungan yaitu melatih kemampuan berpikir kritis, berkomunikasi, berkolaborasi, dan kreativitas serta berinvoasi (4C). Kemampuan 4C merupakan kemampuan yang harus dicapai oleh seluruh peserta didik dalam pembelajaran abad 21. Artikel ini bertujuan untuk mendeksripsikan kemampuan 4C pada pembelajaran musik kreatif. Data penelitian diperoleh dari observasi, wawancara, dan dokuemntasi selama proses pembelajaran musik kreatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan 4C terintegrasi secara langsung pada pembelajaran musik kreatif. Kemampuan 4C dibutuhkan siswa pada saat membuat komposisi musik kreatif. Pada saat membuat komposisi musik kreatif, berpikir kritis dibutuhkan untuk menemukan berbagai macam kemungkinan suara untuk disusun dalam komposisi musik kreatif. Kemampuan berkomunikasi digunakan untuk dapat mengkomunikasikan ide-ide untuk membuat komposisi musik kreatif. Kemampuan berkolaborasi digunakan untuk dapat memainkan komposisi musik kreatif. Kreativitas merupakan hasil dari kemampuan berpikir kritis, berkomunikasi dan berkolaboasi sehingga dapat membuat dan memainkan komposisi musik kreatif.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Janawati, Janawati, and Kornelius Gulo. "MUSIK DAN PERANANNYA DALAM IBADAH." Inculco Journal of Christian Education 2, no. 3 (September 19, 2022): 268–80. http://dx.doi.org/10.59404/ijce.v2i3.109.

Full text
Abstract:
Abstrak: Artikel ini adalah suatu pengangkatan judul yang dilatar belakangi oleh, keinginan seorang Penulis untuk mengetahui apa yang menjadi peran musik, yang digunakan dalam setiap Ibadah Kristen, serta bagaimana supaya musik yang dimainkan oleh seorang musisi, boleh menjadi musik yang berjalan tidak sebagai simbol saja, tetapi ada fungsi dan tujuan dari musik yang dimainkan. Berbicara tentang musik dan peranannya dalam ibadah bukanlah sesuatu hal yang asing lagi, sebab banyak gereja yang sudah menggunakan musik dalam melaksanakan ibadah, baik itu dari aliran Injili, Protestan, Karismatik atau Pantekosta. Artikel ini bertujuan menjawab 1. Apa peranan musik gereja dalam ibadah? 2. Bagaimana musik yang berkenan bagi Tuhan? 3. Apa itu Musik Gereja dan bagaimana Liturgi Nyayian Jemaat dalam Ibadah? Dengan hasil: 1. Peranan musik menjadi sebuah pertempuran krisis, kuasa penyembahan, memulihkan pelayanan. 2. Musik yang berkenan kepada Tuhan adalah musik yang penuh dengan ketaatan, yang berisi ucapan syukur. 3. Musik gereja yang karena isinya serta dengan pernyataan Iman penciptanya atau orang yang menampilkan karya tersebut, dalam liturgi ibadah meliputi berarti perayaan iman, termasuk dalam liturgi adalah tata ruang, tata Ibadah, tata waktu, simbol-simbol, pembacaan Alkitab, musik gereja dan sebagainya. Abstract: This article is an appointment of a title based on the desire of an author to know what is the role of music, which is used in every Christian worship, and how the music played by a musician may become music that operates not only as a symbol , but there is a function and purpose of the music being played. Talking about music and its role in worship is not something new, because many churches already use music in carrying out their services, whether they are from Evangelical, Protestant, Charismatic or Pentecostal. This article aims to answer 1. What is the role of church music in worship? 2. How is music pleasing to God? 3. What is Church Music and how is the Liturgy of Congregational Singing in Worship? With the results: 1. The role of music becomes a crisis battle, the power of worship, restoring ministry. 2. Music that pleases God is music that is full of obedience, which contains thanksgiving. 3. Church music which, because of its content and the statement of faith by the creator or the person performing the work, in the liturgy of worship includes the meaning of the celebration of faith, including in the liturgy are spatial planning, worship arrangements, timing, symbols, Bible readings, church music and etc.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Harsawibawa, Harsawibawa. "Disrupsi dalam Musik." Resital: Jurnal Seni Pertunjukan 18, no. 3 (November 26, 2019): 144–58. http://dx.doi.org/10.24821/resital.v18i3.3337.

Full text
Abstract:
Disrupsi identik dengan keadaan khaos bagi manusia akibat perkembangan teknologi; utamanya gagasan mesin menggantikan manusia. Musik yang merupakan bagian dari kehidupan manusia tidak luput dari khaos yang dihasilkan oleh disrupsi. Karena keadaan khaos itu tidak mengherankan bila banyak orang menduga bahwa disrupsi tidak mungkin memiliki kerangka pikir yang jelas. Tulisan ini, dengan mengadaptasi pemikiran di dalam ilmu teknik berhasil memformulasikan sebuah metodologi untuk memahami disrupsi di dalam musik. Metodologi itu memiliki tiga aspek di dalamnya, yaitu aspek horizontal yang berbicara mengenai percampuran genre musik dengan genre seni lainnya, aspek vertikal yang berbicara mengenai percampuran di dalam genre musik, dan aspek aksiologis yang berbicara mengenai hubungan musik dengan bidang-bidang lain yang bersifat non-musik. Metodologi disrupsi di dalam musik memperlihatkan bahwa disrupsi bukan masalah yang besar; disrupsi merupakan sesuatu yang melekat di dalam musik. Disrupsi adalah sesuatu yang hakiki di dalam musik. Ia tidak mengancam musik, tetapi merupakan sebuah situasi yang memperkaya musik dalam hubungannya dengan dirinya sendiri dan bidang-bidang lain yang bersifat seni maupun non-seni.Disruption in Music. Disruption is identical to chaotic state which is disrupted by the advance of technology especially with its notion of machine replaces men in work. It is said that music as part of men’s life are not immune from those chaotic states. Because of its seemingly chaotic state, it is not surprising that no one thought of disruption as having a clear methodology. By adopting a methodology of technical engeneering, this paper has succeded in forming a methodology which is able to explain musical disruption. This methodology has three aspects, i.e.: horizontal aspect which is about the mixing of musical genre with other art genres; vertical aspect which is about the the mixing of subgenres in musical genre; and axiological aspect which is about the interaction between music and non-music disciplines. The method of disruption in music shows that disruption is not a big problem; disruption is something inherent in music. Disruption is something essential in music. It does not pose a real threat to music; it is a condition which enriches the music in its relations to itself, other arts and non-music disciplines.Keywords: music disruption; liberal arts
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Soputan, Ferdinand A. "Aransemen Musik Populer dalam Ansambel Musik Kolintang Kayu Minahasa." Urban: Jurnal Seni Urban 4, no. 1 (April 15, 2020): 43–60. http://dx.doi.org/10.52969/jsu.v4i1.63.

Full text
Abstract:
Kolintang is a traditional musical instrument from Minahasa, North Sulawesi. This music is traditional because the instruments or instruments are made of wood. This music is played by hitting so that the type of music is included in the type of pitched percussion music. Kolintang music is a type of musical instrument that can play various genres of music, ranging from keroncong, classical, jazz, chacha, and so on. With its openness to various genres, the music from Minahasa is certainly played with a certain arrangement. There are two arrangement models that the author will describe in this paper, namely the standard arrangement with three chords and the modern arrangement with progressive chords. In this article, the author will describe these two arrangement models to show that the audience’s enthusiasm is also determined by an attractive arrangement in a kolintang musical performance. The method used is a method of comparison of two different arrangements. From the search conducted, the author will show that kolintang music can be arranged with various chords and musical genres. Thus, it was found that the novelty that emerged was that the kolintang musical arrangements that could be presented with various genres were part of the adaptation to the popular arrangement model. So, the development and progress of music that occurs in general can also be found in kolintang music, especially with regard to the problem of arrangement as seen in the data studied.Kolintang adalah alat musik tradisional dari Minahasa, Sulawesi Utara. Musik ini bersifat tradisional karena instrumen atau alatnya terbuat dari kayu. Musik ini dimainkan dengan cara pukul sehingga jenis musiknya termasuk ke dalam jenis musik perkusi bernada. Musik kolintang adalah jenis alat musik yang dapat memainkan berbagai genre musik, mulai dari keroncong, klasik, jaz, chacha, dan lain sebagainya. Dengan keterbukaannya pada berbagai genre, musik asal Minahasa ini tentu dimainkan dengan sebuah aransemen tertentu. Terdapat dua model aransemen yang akan penulis uraikan dalam tulisan ini, yakni aransemen standar dengan tiga akor dan aransemen modern dengan akor progresif. Dalam artikel ini, penulis akan menguraikan kedua model aransemen ini untuk memperlihatkan bahwa antusias audiens juga ditentukan oleh aransemen yang menarik dalam sebuah penampilan musik kolintang. Metode yang digunakan adalah metode perbandingan dua aransemen yang berbeda. Dari penelusuran yang dilakukan, penulis akan memperlihatkan bahwa musik kolintang dapat diaransemen dengan berbagai akor serta genre musik. Dengan demikian, didapatkan hasil bahwa kebaruan yang muncul adalah bahwa aransemen musik kolintang yang dapat disuguhkan dengan berbagai genre itu merupakan bagian dari adaptasi dengan model aransemen yang populer. Jadi, perkembangan dan kemajuan musik yang terjadi pada umumnya juga dapat ditemukan dalam musik kolintang, khususnya berkaitan dengan masalah aransemen sebagaimana terlihat pada data yang diteliti.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

S. Santoso, Dedik. "PENGARUH MUSIK TERHADAP PERFORMANCE FISIK." Jurnal Teknik Industri 4, no. 1 (July 9, 2004): 1–7. http://dx.doi.org/10.9744/jti.4.1.1-7.

Full text
Abstract:
The main objective of this study, as mentioned on the title, is to determine whether there is any effect of music on physical task performance. Three different kind of music were used in this study: easy listening/slow music, hard rock music, and subject's own favorite music. The same physical task without music was also conducted for every subject as the control. To simulate the physical task, each subject has to walk on a treadmill at a constant speed (3 MPH) and inclination (4º) for six minutes. Enough rest was given after a subject finished each task. Four undergraduate and six graduate students were volunteered as subjects in this study. They are three females and seven males. Statistical analysis software programs were used to analyze the results. It is shown from this study that slow music and favorite music have significant effect on the physical task. The heart rate is significantly lower when the subjects listened to a slow music or their favorite music while performing a physical task compared with performing the same task without listening to any music. The heart rate is not significantly different when subjects listened to hard rock music compared with no music listened. On the other hand, VO2 consumption is not significantly different between without music and with all kind of music. Therefore, according to this study, it is beneficial to listen to a certain kind of music while performing a physical task since they lower the heart rate. Abstract in Bahasa Indonesia : Tujuan utama dari paper ini adalah untuk menentukan apakah ada pengaruh dari musik terhadap performance dari seseorang saat melaksanakan pekerjaan fisik. Tiga jenis musik digunakan dalam studi ini: musik ringan, hard rock, dan musik favorit masing-masing subjek. Pekerjaan fisik yang sama tanpa musik juga dilaksanakan sebagai kontrol. Sebagai pekerjaan fisik, setiap subjek berjalan di atas treadmill dengan kecepatan konstan (4.8 km/jam) dan kemiringan konstan (4º) selama 6 menit. Setiap subjek diberikan istirahat yang cukup setiap kali selesai melaksanakan satu eksperimen. Sepuluh mahasiswa, tiga wanita dan tujuh pria berpartisipasi secara sukarela dalam studi ini. Program statistik digunakan untuk menganalisa hasil studi. Dari hasil perhitungan, tampak bahwa musik ringan dan favorit secara signifikan mempengaruhi performance fisik. Detak jantung per menit lebih rendah saat subyek mendengarkan musik ringan atau musik favorit mereka sambil melaksanakan pekerjaan fisik, dibandingkan tanpa mendengarkan musik. Pada saat mendengarkan musik hard rock, detak jantung menurun tetapi tidak signifikan. Di lain pihak, konsumsi oksigen tidak menurun secara signifikan bila tanpa musik dibandingkan dengan mendengarkan musik. Karena itu, akan lebih menguntungkan bila pada saat melakukan suatu pekerjaan fisik, pekerja mendengarkan musik ringan atau musik favorit mereka. Kata kunci: musik, performance fisik, detak jantung, konsumsi Oksigin
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Wigati, Oki Turatula Narendra, Raden Muhammad Mulyadi, and Widyo Nugrahanto. "Identitas musik: Studi netnografi rilisan musik di Bandung." Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial 7, no. 1 (April 13, 2023): 153–66. http://dx.doi.org/10.22219/satwika.v7i1.25253.

Full text
Abstract:
Penggemar dan penikmat musik mulai kembali membeli pemutar analog, membeli rilisan dan mengoleksinya. Hal tersebut memunculkan fenomena mengunggah koleksi rilisan musik di instagram. Tujuan penelitian ini adalah merekonstruksi identitas musik remaja oleh idharrez, amenkcoy, opetho, alter.naive, dan iamcollapse. Adapun signifikansi topik dalam penelitian ini adalah identitas musik yang berkaitan dengan aging dengan keterlibatnnya dalam mengoleksi rilisan musik fisik yang diunggah di media sosial. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menampilkan data-data untuk mendukung temuan penelitian, serta kajian literatur. Penelitian ini menggunakan pendekatan netnografi dalam mengamati jejak digital yang menampilkan keterlibatan dalam lingkup musik di instagram. Selain itu, melakukan wawancara untuk memperoleh kedalaman informasi melalui lima informan pemilik akun instagram yang dikelola warga kota Bandung dengan rentang usia 35 sampai 42 tahun. Pemilihan kelima pemilik akun yang menjadi informan peneliti berdasarkan kredibilitas yang sudah dikenal dalam lingkup musik di kota Bandung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keaktifan mengunggah rilisan musik fisik di usia muda telah membentuk identitas yang melekat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah musik berperan bagi hidup mereka maka hingga saat ini mereka tetap berada dalam lingkup musik; karya, dan kiprahnya telah dikenal di kota Bandung terlihat dari unggahan mereka di instagram. Music fans and connoisseurs are returning to buying analog players, purchasing releases, and collecting them. This led to the phenomenon of uploading a collection of music releases on Instagram. The purpose of this research is to reconstruct the musical identity of youth by idharrez, amenkcoy, opetho, alter.naive, and iamcollapse. The significance of the topic in this study is musical identity related to aging with involvement in collecting physical music releases uploaded on social media. This qualitative research presents data to support research findings and a literature review. This study uses a netnographic approach to observing digital footprints that display involvement in the music sphere on Instagram—in addition, conducting interviews to obtain in-depth information through five informants who own Instagram accounts managed by residents of the city of Bandung with an age range of 35 to 42 years. The five account owners who became research informants were selected based on credibility that was well-known in the music scene in the city of Bandung. The results of this study indicate that the activeness of uploading physical music releases at a young age has formed an inherent identity. This study concludes that music plays a role in their lives, so until now, they are still within the scope of music; their works and work have been known in Bandung, as seen from their uploads on Instagram.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Ma, Lita. "Bentuk dan Elemen Musik Akustik dalam Piano Kover Lagu ‘DNA’ karya BangtanSonyeondan (BTS)." PROMUSIKA 9, no. 2 (March 17, 2022): 78–83. http://dx.doi.org/10.24821/promusika.v9i2.5435.

Full text
Abstract:
Perpaduan antara musik elektronis dan musik populer menghasilkan aliran musik baru, yaitu Electronic Dance Music (EDM). EDM merupakan genre musik elektronis perkursif dengan menggunakan peralatan berteknologi tinggi. Salah satu tempat yang mulai mengeksperimen EDM adalah Korea Selatan, yaitu Kpop atau lebih dikenal sebagai Korean Pop. Kpop menggunakan perpaduan antara musik Korea dengan musik Barat, salah satu contoh yang menggunakan EDM adalah lagu ‘DNA’ karya grup BTS. Masyarakat sekarang suka mengkover lagu ke bentuk vokal ataupun instrument, salah satunya adalah piano kover. Permasalahan yang diteliti adalah mengetahui bentuk dan elemen musik EDM dalam bentuk piano kover. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk dan elemen musik lagu ‘DNA’ karya BTS dalam piano kover. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pengambilan data berupa studi literatur, studi diskografi, dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk musik yang diterapkan dalam piano kover tetap sama, tetapi terdapat perbedaan dalam elemen musik, yaitu poliritmik, harmoni, dan warna nada.AbstractForms and Elements of Acoustic Music in Bangtansonyeondan (BTS)'s Piano Cover of 'DNA'. Electronic music and popular music combined resulted in a new genre of music, namely Electronic Dance Music (EDM). EDM is a percussive electronic music genre using high-tech equipment. One of the places that started experimenting with EDM was South Korea, namely Kpop or Korean Pop. Kpop uses a mix of Korean music with Western music. One example that uses EDM is the song 'DNA' by the BTS group. People now like to cover songs to vocals or instruments, one of which is a piano cover. The problem under study is knowing the form and elements of EDM music in a piano cover. This study aims to determine the form and musical elements of the song 'DNA' by BTS on the piano cover. This study uses qualitative methods with data collection in literature studies, discography studies, and observations. The results showed that the musical form applied to the piano cover remained the same, but there were differences in the musical elements, namely polyrhythmic, harmony, and tone colour.Keywords: electronic music; music popular; EDM; Kpop; piano cover
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Junaidi, Akhmad Arif. "JANENGAN SEBAGAI SENI TRADISIONAL ISLAM-JAWA." Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan 21, no. 2 (December 15, 2013): 469. http://dx.doi.org/10.21580/ws.2013.21.2.254.

Full text
Abstract:
<p class="IIABSBARU1">This paper is based on the cultural reality of Javanese Muslim society especially in Islamic Javanese traditional music. The cultural expression of Islamic-Javanese music is very diverse and reflecting the diversity of the “face” of Islam that has been adapted to the local culture. Janengan’s Islamic Javanese traditional music is an expression from three different cultural music traditions: Javanese music tradition, Middle Eastern music traditions (Arabic), and currently has been developed with a combination of Western music such as pop. The combination of three different musical traditions creates a unique creativity in Javanese music character. The character also encourages the values covering musical values, cultural values, and religious values. Thematically, the Janengan’s lyrics contain a variety of Islamic teaching such as monotheism, shari’ah and sufism.<strong></strong></p><p class="IKa-ABSTRAK">***</p>Tulisan ini dilatarbelakangi satu realitas budaya yang dihasilkan dari kehidupan masyarakat Muslim Jawa khususnya seni musik tradisional Islam-Jawa. Ekspresi kebudayaan Islam-Jawa dalam seni musik ini sangat beragam dan mencerminkan keberagaman “wajah” Islam yang telah beradaptasi dengan budaya lokal. Musik tradisional Islam-Jawa <em>Janengan</em> merupakan perwujudan dari perpaduan tiga unsur tradisi musik, yakni tradisi musik Jawa, tradisi musik Islam Timur Tengah (Arab) dan kini telah dikembangkan dengan kombinasi musik Barat seperti pop. Perpaduan ketiga unsur tradisi musik yang berbeda ini membentuk suatu hasil kreativitas yang unik bercirikan musik Jawa. Musik tradisional Islam-Jawa ini juga melahirkan nilai-nilai yang meliputi nilai-nilai musikal, nilai-nilai kultural, dan nilai-nilai religius. Secara tematik syair-syair <em>Janengan</em> berisi berbagai ajaran seperti akidah (tauhid), syari’at dan tasawuf.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Gumilar, Teguh, and Rendi Alhusaini. "Kajian Musikologis Terhadap Komposisi Musik Angklung Toel dan Maqam Hijaz." PROMUSIKA 11, no. 1 (April 11, 2023): 19–29. http://dx.doi.org/10.24821/promusika.v11i1.9202.

Full text
Abstract:
Studi ini bertujuan untuk menunjukan komposisi musik yang menggunakan konsep musik islam dengan kaya fungky. Maqam hijaz merupakah salah satu dari tujuh irama seni membaca Al-Qur’an yang terdapat pada sumber yang dikaji. Hijaz dalam irama memiliki makna doa, panggilan, dan mengingat-ingat sesuatu. Metode yang digunakan dalam penciptaan karya ini adalah pengembangan dasar dari tangga nada maqam hijaz ke dalam bentuk karya musik dengan penggabungan antara dua jenis musik, yaitu musik Timur Tengah, dan musik gaya funky. Karya angklung toel dan maqam hijaz, diketahui bahwa karya musik ini dapat menciptakan suatu hal baru dalam pengkolaborasian antara musik Timur Tengah dan musik gaya funky sebagai pengembangannya, dan diwarnai dengan progresi-progresi akornya yang terdapat pada karya ini. Gaya seni membaca Al-Qur’an dapat dikembangkan atau diaplikasikan ke dalam bentuk karya musik bambu.AbstractMusicological Study of Angklung Toel and Maqam Hijaz Music Composition. This study aims to show a musical composition that uses the concept of Islamic music with a funky richness. Maqam Hijaz is one of the seven rhythms of the art of reading the Qur'an found in the sources studied. Hijaz, in rhythm, has the meaning of prayer, calling, and remembering something. The method used in creating this work is the essential development of the Maqam Hijaz scales into the form of musical works by combining two types of music, namely Middle Eastern music and funky style music. The results of the musical works that have been made show that this work can create something new in the collaboration between Middle Eastern music and funky style music as its development, and is coloured by the chord progressions found in this rich. The art style of reading the Qur'an can be developed or applied as bamboo musical works.Keywords: Maqam, Hijaz, Music, Bamboo
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Maulana, Rifqy Azka Navual. "MUSIK CADAS SEBAGAI REPRESENTASI EMOSI (STUDI PADA PENIKMAT HARDCORE PUNK SURABAYA)." Sintesa 1, no. 2 (February 3, 2023): 1–7. http://dx.doi.org/10.30996/sintesa.v1i2.8185.

Full text
Abstract:
Musik merupakan sarana hiburan dan penanda budaya suatu negara yang sudah dikenal sejak jaman dahulu. Musik merupakan sarana untuk menyampaikan kreatifitas dan ide yang ada dipikiran manusia. Setelah sebelumnya musik cadas pernah mengalami mati suri di awal tahun 2000an, kini musik cadas kembali muncul ke permukaan dan kembali menunjukkan eksistensinya. Pertengahan tahun 2019 hingga tahun 2020 ini benar-benar seperti surga bagi pecinta musik cadas. Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana music cadas digunakan sebagai representasi emosi bagi penikmat hardcore punk Surabaya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musik cadas merupakan musik keras digunakan sebagai pengobat rasa memang kerap terjadi. Jenis music yang mayoritas disukai oleh laki-laki ini memiliki pola kepribadian tertentu seperti progresif dan di sisi lain, penggemar music cadas dalam penelitian ini disebut cenderung memiliki harga diri yang relatif rendah (low self-esteem). Sehingga, mendengarkan musik metal menjadi jalan keluar bagi mereka untuk mengatasi kondisi tersebut.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Raharja, Budi. "Musik Iringan Drama Tari Pengembaraan Panji Inukertapati Bermisi Perdamaian dan Toleransi." Resital: Jurnal Seni Pertunjukan 20, no. 1 (April 10, 2019): 13–23. http://dx.doi.org/10.24821/resital.v20i1.3459.

Full text
Abstract:
Tujuan penulisan ini untuk mendeskripsikan musik iringan drama tari berjudul “Pengembaraan Panji Inukertapati Bermisi Perdamaian dan Toleransi.” Drama tari tersebut mengisahkan perjalanan Panji Inukertapati menjelajahi beberapa wilayah Nusantara mencari kekasihnya, Dewi Sekartaji. Pembahasan fokus terhadap dinamika pertunjukan, alasan pemilihan bunyi atau lagu, dan hubungan musik dengan gerak tari. Metode interview, observasi, studi literatur, dan studi dokumen digunakanuntuk pengumpulan datanya. Hasil kesimpulan diketahui bahwa musik iringan drama tari tersebut terdiri atas bunyi Dijerido, bunyi aplikasi program DJ (monster dan drum), dan musik-musik daerah (musik Jawa, musik Melayu, musik Papua, dan musik Bali). Musik-musik tersebut dirangkai dalam struktur dramatik kerucut tunggal, digunakan untuk menciptakan atmofir musikal pertunjukan, dan sebagai pedoman penari memeragakan gerak-gerak tari. Hubungannya dengan gerak tari terbagi ke dalam tiga jenis, yaitu hubungan antara pola melodi dengan pola gerak, hubungan antar frase melodi dengan frase gerak, dan hubungan antar karakter melodi dengan karakter gerak.Accompaniment Music for The Journey of Panji Inukertapati Dance Drama for the Peace and Tolerance Mission. The writing article aimed to describing the accompany music for drama dance entitle Panji Inerktupati Journey in peace and tolerance mission. The performance described Inukertapati the journey and passed some regions in archipelago to looking for his lover, Dewi Sekartaji. The disccusion focus on dinamic performance structure, choosing sound and song reason, and its relationship to the movement. The result is the music consisted of Dijeridu instrument sound combined to electrical sounds and some Indonesian folksong (Javanese music, Malay, Papua, and Balinese music). The musics are arranged in single cone dinamic structure, are used to create performance musical atmosphere and as guidance dancers demonstrate movement; hovewer its relationship to movement are classified in three types: relationship of movement pattern with musical sound pattern; music phrase with movement phrase, and song character with movement character.Keywords: Panji journey; drama dance; musical identity
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Simanjuntak, Fredy. "Musik Sebagai Media Terapi Penyembuhan: Sebuah Penelusuran Historis dalam Alkitab." Jurnal EFATA: Jurnal Teologi dan Pelayanan 8, no. 2 (July 2, 2022): 115–26. http://dx.doi.org/10.47543/efata.v8i2.66.

Full text
Abstract:
Music has evolved in such a way, including within the church itself, but there is a part of music that is often overlooked in the church, namely the power of music in healing. In particular, the researcher takes the setting of the use of music in pentecostal-charismatic churches. This paper is a historical search in the Bible regarding the use of music in worship as a healing medium. The researcher as one of the music activists in the church gives an assessment that the sound produced by musical instruments in a series of praise and worship in worship affects the welfare of the congregation. The type of research used is descriptive research, using a qualitative approach. Researchers conclude that musical healing is real and far from speculation. Relying on the biblical basis of music as a therapeutic medium, the researchers revealed that music has the potential to have a therapeutic function in worship. AbstrakMusik telah berkembang sedemikian rupa termasuk di dalam gereja sendiri, namun ada bagian dari musik yang sering terabaikan dalam gereja, yaitu kekuatan musik dalam kesembuhan. Secara khusus peneliti mengambil setting penggunaan musik pada gereja-gereja bercorak pentakosta-kharismatik. Tulisan ini merupakan sebuah penelusuran historis dalam Alkitab mengenai penggunaan musik dalam ibadah sebagai media penyembuhan. Peneliti sebagai salah seorang penggiat musik dalam gereja memberikan penilaian bahwa suara yang dihasilkan oleh alat musik dalam rangkaian pujian maupun penyembahan dalam ibadah mempengaruhi kesejahteraan jemaat. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti menyimpulkan bahwa penyembuhan musik adalah nyata dan jauh dari spekulasi. Mengandalkan dasar alkitabiah musik sebagai media terapi, peneliti mengungkapkan bahwa musik berpotensi terhadap fungsi terapi dalam ibadah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Rustiyanti, Sri. "Musik Internal dan Eksternal dalam Kesenian Randai." Resital: Jurnal Seni Pertunjukan 15, no. 2 (March 15, 2015): 152–62. http://dx.doi.org/10.24821/resital.v15i2.849.

Full text
Abstract:
Kehidupan musik pada masyarakat Minangkabau tidak terlepas adanya peranan serta fungsi yang melekat pada kesenian Randai. Melalui pendekatan etnomusikologi, tulisan ini menelaah peranan musik internal dan eksternal dalam kesenian Randai. Kesenian ini menggunakan medium seni ganda atau kolektif karena didukung oleh beberapa cabang seni antara lain tari, musik, teater, sastra, dan rupa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musik iringan dalam Randai terbagi menjadi dua, yaitu musik internal dan musik eksternal. Musik internal adalah musik atau bunyi-bunyian yang berasal dari anggota tubuh manusia (penari), misalnya tepukan tangan, petik jari, tepuk dada, siulan, hentakan kaki ke tanah dan sebagainya, sedangkan musik eksternal adalah bunyi-bunyian atau suara yang berasal dari alat musik atau instrumen seperti talempong, gandang, saluang, dan rabab. The Role of Internal and External Music in the Arts of Randai. The musical life in Minangkabau society is inseparable from its roles and functions which attach to the arts of Randai. Through the ethnomusicology approach, this paper examines the role of internal and external music in the art of Randai. Considering its sustainability and amendment, the musicality is the identity of Minangkabau society so that the sustainability of the music can be run in accordance with the dynamics of society today. Among the types of arts in Minangkabau, Randai is an art form that uses multiple or collective art medium for it is supported by several branches of the arts, including dance, music, theater arts, literary arts, and fine arts. The results of this study is more focused on the art of music. Musical accompaniment in Randai is divided into two, namely internal and external music. The internal music is the music or the sounds that come from the human body (a dancer), for example, clapping, finger picking, patting the chest, whistling, stomping on the ground, and so on, while the external music is the sounds emanating from the tools of music or instruments, such as talempong, gandang, saluang, and rabab.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Ihsan, Andi. "STRUKTUR MUSIKAL POMPANG: SUATU KAJIAN BENTUK DAN KOMPOSISI MUSIK TRADISIONAL DI KABUPATEN MAMASA." JURNAL IMAJINASI 6, no. 2 (December 9, 2022): 144. http://dx.doi.org/10.26858/i.v6i2.38729.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis bentuk dan komposisi musik Pompang sebagai salah-satu musik tradisional yang ada di kabupaten Mamasa. Penelitian ini adalah penelitian analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, studi dokumen, dan wawancara, yang selanjutnya dianalisis dengan cara mereduksi data, display dan selanjutnya verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bentuk lagu pada musik pompang di kabupaten Mamasa terdiri atas dua bentuk yaitu (1) bentuk lagu dua bagian dan (2) bentuk lagu tiga bagian. Komposisi musik popang terdiri atas tiga komponen besar yaitu alat musik suling, alat musik pompang dan alat musik gendang. Kata kunci: Bentuk music; Komposisi; Musik tradisional AbstractThis study aims to describe and analyze the form and composition of Pompang music as one of the traditional music in Mamasa district. This research is a descriptive analysis research with a qualitative approach. Data was collected through observation, document study, and interviews, which were then analyzed by reducing data, displaying and further verifying data. The results showed that the form of the song in the pompang music in Mamasa district consisted of two forms, namely (1) a two-part song form and (2) a three-part song form. The composition of popang music consists of three major components, namely the flute, the pump and the drum. Keywords: Musical form; Composition; Traditional music
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Poluan, David, Syahrul Syah Sinaga, and Udi Utomo. "The Role of Society and Artists in the Preservation of Bamboo Music in Minahasa." Edumaspul: Jurnal Pendidikan 7, no. 1 (March 1, 2023): 1719–24. http://dx.doi.org/10.33487/edumaspul.v7i1.6420.

Full text
Abstract:
Musik Bambu merupakan kelompok orkes musik instrumen tradisional yang berasal dari suku Minahasa, Sulawesi Utara. Penelitian ini berfokus pada dua jenis Musik Bambu di Minahasa, yaitu Musik Bambu Melulu, dan Musik Bambu Klarinet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya pelestarian Musik Bambu yang dilakukan oleh Pelaku seni dan Masyarakat di desa Tumaratas dua, kecamatan Langowan Barat, kabupaten Minahasa, dan desa Liwutung. Kecamatan Pasan, Kabupaten Minahasa Tenggara. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan kajian etnomusikologi. Etnomusikologi merupakan disiplin ilmu yang memayungi beberapa disiplin ilmu lain seperti musikologi, organologi, dan antropologi. Hasil yang didapati adalah terdapat perbedaan dalam upaya pelestarian yang dilakukan oleh masyarakat dan pelaku seni di desa Tumaratas Dua, dan desa Liwutung. Musik Bambu Melulu yang merupakan jenis Musik Bambu pertama di Minahasa masih dipertahankan keasliannya oleh pelaku seni di Desa Tumaratas Dua meskipun dihadapi oleh tantangan perkembangan zaman. Meskipun banyak ancaman yang dihadapi dalam pelestaran Musik Bambu Melulu, masyarakat di desa Tumaratas Dua juga masih menggunakan Musik Bambu Melulu dalam acara/kegiatan-kegiatan desa. Di sisi lain, Musik Bambu Klarinet di desa Liwutung hingga saat ini masih dilestarikan oleh pelaku seni dan masyarakat disana. Upaya-upaya yang dilakukan adalah perubahan organologi, pengembangan aransemen, dan keterelibatan masyarakat dari kalangan muda hingga dewasa dalam Musik Bambu Klarinet.Kata Kunci: Pelestarian, Perubahan, Musik Tradisional Abstract Bamboo Music is a group of traditional musical instrument orchestras originating from the Minahasa tribe in North Sulawesi. This research focuses on two types of Bamboo Music in Minahasa: Melulu Bamboo Music and Clarinet Bamboo Music. This study aims to determine the efforts to preserve Bamboo Music carried out by performers and the community in Tumaratas Dua village, West Langowan sub-district, Minahasa district, and Liwutung village. Pasan District, Southeast Minahasa Regency This study combines qualitative research with ethnomusicological studies. Ethnomusicology is a discipline that covers several other disciplines, such as musicology, organology, and anthropology. The results found that there were differences in the conservation efforts carried out by the community and artists in Tumaratas Dua village and Liwutung village. Melulu Bamboo Music, which is the first type of Bamboo Music in Minahasa, is still maintained by artists in Tumaratas Dua Village, despite the challenges of the times. Even though there are many threats to the performance of Melulu Bamboo Music, the community in Tumaratas Dua village still uses Melulu Bamboo Music in village events and activities. On the other hand, the Clarinet Bamboo Music in Liwutung village is still being preserved by artists and the people there. The efforts made are organological changes, arrangement development, and community involvement from young people to adults in Clarinet Bamboo Music.Keywords: Preservation, Change, Traditional Music
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Manggala, Bondan Aji. "“DURMA” (Model Penciptaan Pesan dan Kesan Musik Melalui Pembenturan Teks Lirik dengan Ekpresi Musik)." Acintya Jurnal Penelitian Seni Budaya 12, no. 1 (August 3, 2020): 23–32. http://dx.doi.org/10.33153/acy.v12i1.3139.

Full text
Abstract:
ABSTRACT This article is part of a report on the results of artistic research (works of music) in the field of music. Briefly expresses experience and some knowledge findings related to the process of creating musical works of art. "Durma" is an editorial for this artwork, which contains three works of music with a popular music creation approach. Inspired by the anxiety of observing the infertility of creativity in the area of popular music in Indonesia, through "Durma" the thought was made to model the creativity of popular music by paying attention to the clash of lyric texts with musical expressions to produce messages and impressions of songs that are not public. In the habits of popular music, the elements of lyric text and musical expression are linear and mutually reinforcing relationships. It has never been imagined before that when a popular musical creation thinks a little freely and tries to clash ideas with an established knowledge of popular music creation, it will instead create ambiguity and the complexity of a refreshing taste. The outputs of the "Durma" artistic research include (1) art work products in the form of audio recordings of three songs entitled (a) Candles, (b) Girls, and (c) Good Night, (2) research reports, and (3) scientific publications articles that unravel the knowledge behind this work process.Keywords : Music creation, popular, clash of musical expressions and lyric texts ABSTRAK Artikel ini adalah bagian dari laporan hasil penelitian artistik (karya musik) di bidang musik. Secara singkat, ini mengungkapkan pengalaman dan beberapa temuan pengetahuan terkait dengan proses penciptaan karya seni musik. "Durma" adalah editorial untuk karya seni ini, yang berisi tiga karya musik dengan pendekatan penciptaan musik populer. Terinspirasi oleh kecemasan mengamati ketidaksuburan kreativitas di bidang musik populer di Indonesia, melalui "Durma" pemikiran dibuat untuk memodelkan kreativitas musik populer dengan memperhatikan benturan teks lirik dengan ekspresi musik untuk menghasilkan pesan dan tayangan lagu yang tidak umum. Dalam kebiasaan musik populer, unsur-unsur teks lirik dan ekspresi musik adalah hubungan linier dan saling menguatkan. Belum pernah terbayangkan sebelumnya bahwa ketika sebuah ciptaan musik populer berpikir sedikit dengan bebas dan mencoba untuk bertabrakan dengan pengetahuan mapan tentang ciptaan musik populer, ia malah akan menciptakan ambiguitas dan kompleksitas rasa yang menyegarkan. Output dari penelitian artistik "Durma" meliputi (1) produk karya seni dalam bentuk rekaman audio dari tiga lagu berjudul (a) Lilin, (b) Gadis, dan (c) Selamat Malam, (2) laporan penelitian, dan (3) artikel publikasi ilmiah yang mengungkap pengetahuan di balik proses kerja ini. Kata kunci: Penciptaan musik, populer, benturan ekspresi musik dan teks lirik
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Sukmayadi, Yudi. "Musik Kontemporer dalam Kurikulum dan Buku Sekolah di Jerman." Resital: Jurnal Seni Pertunjukan 15, no. 2 (December 1, 2014): 169–78. http://dx.doi.org/10.24821/resital.v15i2.851.

Full text
Abstract:
Tulisan ini menyajikan tentang posisi musik kontemporer dalam kurikulum dan buku sekolah di Jerman. Hal yang dibahas adalah pemilihan materi musik kontemporer untuk setiap kelas, jenis musik kontemporer yang dibahas, serta metode didaktis yang diterapkan. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan bahwa melalui pelajaran musik kontemporer, siswa tidak hanya mempelajari hal musikal, namun juga mempelajari masalah kontekstualnya di masyarakat, termasuk di dalamnya masalah musik kontemporer dan perkembangan teknologi. Contemporary Music in German Curriculum and Schoolbooks. This study presents the position of contemporary music in German curriculum and schoolbooks in Germany. This study discusses how to select contemporary music materials for every class, kinds of contemporary music, and how the didactic concepts are applied. This study also discusses how, through contemporary music, the students are introduced to contextual problems in society, including the issue of contemporary music and technology development.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

., Riaman, Betty Subartini, Eddy Djauhari, Agus Supriatna, and Sonia . "ANALISIS SURVIVAL CHART MUSIC RADIO MENGGUNAKAN METODE KAPLANMEIER DENGAN MODEL COX PROPORTIONAL HAZARD (Studi Kasus 103,1 FM OZ Radio Bandung)." In Search 18, no. 1 (April 26, 2019): 205–12. http://dx.doi.org/10.37278/insearch.v18i1.159.

Full text
Abstract:
Musik adalah salah satu dari jenis hiburan yang seringkali dinikmati oleh orang-orang.Banyak mediayang bisa digunakan untuk mendengarkan musik, salah satunya adalah radio. Analisis survival dapatdigunakan untuk menganalisis lamanya suatu lagu/musik bertahan di chartmusicradio. Penelitian inimencari faktor-faktor apa saja yang dapat memengaruhi lamanya suatu lagu/musik berada di chartmusic radio. Sampel yang digunakan adalah top 21 lagu yang berada di chart music mingguan OZRadio Bandung selama 18 bulan, baik itu Chart Music Biggest Hits maupun Chart Music TopRequest. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Metode Kaplan-Meier dan Model CoxProportional Hazard. Hasil dari penelitian ini yaitu faktor yang paling berpengaruh terhadap lamanyasuatu lagu/musik berada di Chart Music Top Request adalah label yang memproduksi lagu/musik.Sedangkan pada Chart Music Biggest Hits tidak ada faktor yang berpengaruh secara signifikan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Suranto, Joni, and Santosa Santosa. "Sistem pelarasan pada campursari." Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni 14, no. 1 (July 17, 2019): 28–33. http://dx.doi.org/10.33153/dewaruci.v14i1.2534.

Full text
Abstract:
Campursari, keinginan manusia untuk selalu berkarya dan membuat hal-hal baru melahirkan sebuah musik yang terbentuk dari beberapa jenis musik yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda. Secara garis besar musik ini terbentuk dari dua jenis musik yang berbeda yaitu karawitan dan keroncong, tetapi campursari sudah memiliki ciri khas sendiri dengan estetika dan rasa musikal yang berbeda dengan musik aslinya. Alat musik yang digunakan dalam campursari mengambil beberapa dari gamelan jawa dan beberapa dari alat musik barat. Sistem pelarasan dalam campursari sebagian menggunakan tangga nada diatonis dan mengubah nada-nada pada gamelan menyesuaikan dengan keyboard atau alat-alat musik dengan sistem pelarasan diatonis yang lain. Seiring dengan perkembangan jaman beberapa seniman campursari mulai mencoba menerapkan sistem pelarasan pelog dan slendro pada gamelan Jawa kedalam campursari, alat-alat musik yang sebenarnya berasal dari musik barat ditalu untuk bisa menyesuaikan dengan gamelan Jawa. ABSTRACTCampursari, a human willingness to always make work and create something new, create a kind of music which is formed by different types of music that have a different cultural background. Mainly, this music formed by two kinds of music which are karawitan and keroncong. However, campursari has its characteristic with the esthetic and musical taste which differ from its original music source. The music instruments used in campursari consist of Javanese gamelan and western music instruments. From Gamelan, it uses saron, demung, gender, kendhang, siter, suling, and gong. It also uses cak and cuk / ukulele from keroncong and keyboard, guitar, guitar bass, and drum set from combo band. The tunings system in campursari partly uses diatonic scales and transforms the gamelan musical scales to suit the keyboard or other music instruments that use other diatonic tunings systems. With the development of technology, some Campursari artists start to implement pelog and slendro system of Javanese gamelan into campursari. The western music instruments used are played in such a way so it will suit the Javanese gamelan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Saputra, Wahyu Eka, and Agusti Efi. "GAYA BELAJAR AURAL PLAY DI YAMAHA MUSIK PADANG." Gorga : Jurnal Seni Rupa 8, no. 2 (November 22, 2019): 378. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v8i2.15420.

Full text
Abstract:
AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran gaya belajar aural play di Yamaha musik Padang. Metode yang digunakan dalam mengetahui pelaksanaan pembelajaran aural play di Yamaha musik Padang ini adalah metode kualitatif natural observasi, dimana peneliti sebagai instrument utama penelitian. Siswa Yamaha musik padang memiliki kecendrungan menggunakan indra pendengaran untuk belajar dan mempraktekkan alat musik dengan menirukan kembali apa saja yang dilakukan oleh guru mereka. Walaupun telah adanya buku penunjang berisi notasi musik yang dipelajari dengan cara membaca, siswa lebih senang mendengarkan dan menirukan cara guru mereka mempraktekan materi musik yang sedang dipelajarinya. Oleh sebab itu perlu untuk dicari tahu kenapa siswa Yamaha musik padang sangat cendrung menggunakan gaya belajar aural play dalam mempelajari dan mempraktekkan instrument musik mereka. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kajian pembelajaran musik tentang penerapan gaya belajar aural kepada siswa di lembaga pendidikan musik, mampu memperkaya teori tentang gaya belajar aural dan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan gaya belajar aural. Kata Kunci: gaya belajar, musik, aural, play.AbstractThis research study is to study the implementation of aural play style learning in Yamaha Padang music. The method used in studying the implementation of learning to play in Yamaha Padang music is a qualitative method of natural observation, where the researcher as the main research instrument. Yamaha Padang students have a tendency to use the sense of hearing to learn and practice musical instruments by imitating whatever their teacher does. Although there are supporting books containing music notation that are learned by reading, students prefer to listen and imitate the way their teacher practices the music material that they are learning. Therefore it is necessary to know why Yamaha Padang students are so inclined to use aural learning learning styles in discussions and practice their musical instruments. This research is expected to add insight into music learning about the application of aural learning styles to students in music education institutions, able to enrich theories about aural learning styles and to the development of knowledge related to aural learning styles. Keywords: learning style, music, aural, play.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Djohan, Djohan, Asep Hidayat Wirayudha, and Aghisna Indah Mawarni. "Efek Reinstrumentasi Karya Organ Js. Bach Melalui Alih Timbre Terhadap Selera Musik." Resital:Jurnal Seni Pertunjukan 24, no. 2 (August 3, 2023): 136–45. http://dx.doi.org/10.24821/resital.v24i2.9747.

Full text
Abstract:
As today teenagers have less appreciation for instrumental works from Baroque era, the objective of this research is to identify the indicators their music preference through timbre shifting of the musical instrument. In the context of the creative economy, this will open opportunities for art music to compete in the music industry. Music has been studied and observed for centuries, and even today, the works of great composers are associated with timeless creations. One factor that has contributed to the continued existence of music is its strong reliance on conductors during performances, especially when presented in orchestral format involving dozens of supporting musicians. Generally, not only do audiences watch a stage filled with musicians, but they also listen to the works of composers in various timbres. Some musics are performed in the form of solo, duet, or as ensemble. However, the challenge for musicians is that the majority of society do not understand art music well due to lack of knowledge and the prevalence of easily accepted popular music. It occurs because music education still upholds the tradition of classifying music into high and low art according to European concepts. Art music carries musicological elements rooted in mathematical discipline, which implicitly requires audiences to have a background in music knowledge, even during performances. In Indonesia, which is currently developing and strengthening its creative economy, creative breakthroughs are needed to make art music more popular and have a positive impact on musicians. In this study, the author implemented a quantitative method with a one-posttest design approach. The sample consisted of teenagers studying art music. The total sample was N=100, consisting of students in music performance vocational program who were given treatment by listening to a recorded toccata in D minor by JS Bach played on the organ and re-instrumented using the electric guitar, electric bass, and synthesizer. The results reveal that the subjects' preference for rock music is significantly influenced by personal preference with p<0.05. Particularly, the predictor of preference has a coefficient of R 0.900 with an R2 of 0.809, indicating that preference contributes 80.9% to the variability of the preferences. Therefore, it can be concluded that the renewing instrumentaion of Baroque music by shifting timbre of electric instruments with rock sensation has an influence on the musical preference of today youth. It happens especially when the ornamentation, one of the characteristic of Baroque music, is played with forte dynamic and blended technique, resulting in piercing and swinging sounds as an effect of electric guitar distortion.Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi indikator selera musik remaja masa kini yang kurang menyukai karya instrumental era Barok (musik seni) melalui rekayasa warna suara (timbre) alat musiknya. Karena dalam konteks ekonomi kreatif akan membuka peluang musik seni untuk berkompetisi dalam dunia industri musik. Selama ini musik seni telah berabad lamanya dipelajari dan ditekuni hingga saat ini bahkan karya-karya para komponis besar diasosiasikan dengan karya abadi. Salah satu faktor yang menjadikan eksistensi musik seni hingga sekarang adalah karena dalam pertunjukkannya sangat dipengaruhi oleh konduktor. Terutama sekali jika karya tersebut dipertunjukkan dalam format orkestra yang melibatkan puluhan musisi pendukung. Di satu sisi secara visual selain menyaksikan panggung penuh dengan musisi juga mendengarkan karya para komponis dalam berbagai macam warna suara. Sementara di sisi lain, ada musik seni yang dimainkan secara solo, duet atau kelompok (musik kamar). Pada kenyataannya, tantangan musisi musik seni adalah karena sebagian besar masyarakat tidak paham musik seni baik karena kurangnya pengetahuan dan maraknya musik industri yang jauh lebih mudah dicerna. Hal ini terjadi karena dalam pendidikan musik seni pun masih mempertahankan tradisi seni tinggi sesuai dengan sumbernya di Eropah. Musik seni memiliki muatan musikologi yang berasal dari disiplin matematika sehingga dalam bentuk pertunjukanpun secara implisit mensyaratkan audiens memiliki latar belakang pengetahuan musik. Indonesia yang sedang mengembangkan serta memperkuat ekonomi kreatif maka diperlukan terobosan kreatif agar musik seni dapat semakin digemari sehingga membawa dampak positif bagi musisi musik seni. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan one posttest design only dan sampel dalam penelitian ini adalah remaja yang sedang belajar musik seni. Total sampel sebanyak N=100 terdiri dari mahasiswa program vokasi penyajian musik yang diberi intervensi dengan mendengarkan rekaman toccata in d-minor karya JS Bach untuk alat musik organ dan yang sudah direinstrumentasi menggunakan alat musik gitar, bas elektrik dan synthesizer. Hasilnya menunjukkan bahwa selera subjek terhadap musik rock secara signifikan lebih ditentukan oleh preferensi pribadi dengan p<0.05. Terutama dengan prediktor preferensi yang memiliki koefisien R 0.900 dengan R2 0.809 sehingga preferensi memberi sumbangsih sebanyak 80.9% terhadap variabilitas selera. Maka, dapat disimpulkan bahwa reinstrumentasi musik barok menggunakan warna suara instrumen elektrik dengan sensasi rock memiliki pengaruh terhadap selera musik subjek remaja. Terutama sekali ketika pada bagian ornamentasi sebagai ciri khas musik barok dibunyikan dalam dinamika forte dengan teknik blend sehingga terdengar melengking dan mengayun sebagai efek dari suara distorsi gitar elektrik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Barus, Rodenita Br, and Antonius Richard Gondowijoyo. "Peranan Alat Musik Dalam Ibadah Gerejawi Abad I-V." Journal Kerusso 7, no. 2 (September 13, 2022): 14–31. http://dx.doi.org/10.33856/kerusso.v7i2.244.

Full text
Abstract:
The problem in this paper lies in the use of musical instruments where in the Old Testament musical instruments played a very important role in worship, but in the New Testament the role of musical instruments is not explained and the Greek Orthodox Church does not use musical instruments in worship. This discussion aims to First, the role and use of musical instruments in worship ceremonies during the Old Testament period. Second, to answer the role and use of musical instruments in the ministry of the Lord Jesus and in the early church. The third, to explain why musical instruments are not used in the worship of the Greek Orthodox Church. So this paper uses a historical literature research approach. This paper will describe the role of music in the Old Testament, the role of music in the ministry of the Lord Jesus and in the early church, and the role of music in the Greek Orthodox Church. The conclusion of this paper proves that the role of music has different meanings in the Old Testament, the role of music during the ministry of the Lord Jesus and the early church, and the role of music in the worship of the Greek Orthodox Church. Abstrak Indonesia Permasalahan dalam tulisan ini terletak pada penggunaan alat musik dimana dalam Perjanjian Lama alat musik sangat berperan dalam peribadahan, namun berbeda dalam Perjanjian Baru peran alat musik tidak dijelaskan dan Gereja Orthodox Yunani tidak menggunakan alat musik dalam ibadahnya. Pembahasan ini bertujuan untuk Yang Pertama, peran dan penggunaan alat musik dalam upacara peribadahan pada masa Perjanjian Lama. Yang kedua, untuk menjawab peran dan penggunaan alat musik dalam masa pelayanan Tuhan Yesus dan pada masa gereja mula-mula. Yang ketiga, untuk menjelaskan mengapa alat musik tidak digunakan dalam peribadahan Gereja Orthodox Yunani. Maka tulisan ini menggunakan pendekatan penelitian pustaka bersifat historis. Tulisan ini akan menjabarkan peran musik dalam Perjanjian Lama, peran musik dalam pelayanan Tuhan Yesus dan pada masa gereja mula-mula, dan peran musik dalam Gereja Orthodox Yunani. Kesimpulan dari tulisan ini membuktikan bahwa peran musik memiliki makna yang berlainan baik dalam Perjanjian Lama, peran musik pada masa pelayanan Tuhan Yesus dan gereja mula-mula, dan peran musik dalam ibadah Gereja Orthodox Yunani.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Nataraja, Dionysius Arya. "Encounter with The Other: The Serialists and The Spectralists." Jurnal Kajian Seni 7, no. 1 (January 18, 2021): 20. http://dx.doi.org/10.22146/jksks.57953.

Full text
Abstract:
Musik kontemporer di Paris pada tahun 1970an didominasi oleh musik serial, dan spektralisme hadir memberi alternatif. Di tulisan ini, saya berargumen bahwa fenomena naiknya musik spektral ini bukan hanya sekedar masalah domestik musik kontemporer Eropa, tetapi fenomena ini berkaitan erat dengan masalah hubungan dengan yang “Liyan”, termasuk dengan budaya musik non-Barat. Dalam analisis saya, saya menemukan tendensi pada komposer musik serial untuk menjadi eksklusif melalui apa yang saya sebut mekanisme Othering, yang muncul pada tulisan-tulisan Schoenberg dan Boulez. Sebaliknya, komposer spektral menunjukkan sikap yang lebih inklusif terhadap musik di luar musik kontemporer Eropa. Musik spektral menawarkan terobosan dalam cara pandang terhadap musik, baik dalam ranah teknis mau pun kultural. Sebagai contoh, menggunakan spektrum inharmonik untuk basis komposisi daripada spektrum harmonik—spektrum harmonik sering digunakan sebagai landasan teori untuk membingkai musik non-Barat sebagai “alami” dan “belum tersentuh”. Contoh lain adalah memblurkan perbedaan antara warnanada dan harmoni, di mana konsep ini memperluas konsep harmoni, hingga tidak terbatas pada definisi harmoni klasik Eropa. Musik spektral membuka jalan baru untuk menghadapi pertanyaan-pertanyaan tentang inklusivitas. The Parisian contemporary music scene was dominated by serial music in the 1970s, and spectral music came to provide a musical alternative. In this essay, I argue that the rise of spectral music is not merely a domestic phenomenon within the European contemporary music scene, but that it is deeply tied with the issues of Othering, including the relationship with non-Western musical cultures. My analysis points out the tendency of exclusivity of the serialists via what I call mechanisms of Othering, as appears in the writings of Schoenberg and Boulez. On the contrary, the view and approach of the spectral composers tend to be more inclusive towards various musical system. Spectral music proposes viewpoints that are groundbreaking on the technical and cultural level. For example, putting the focus on the inharmonic spectra as a compositional basis, which negates the obsession towards the harmonic spectra, as it is often used as a theoretical justification to frame non-Western music as being “natural” and “untouched”. Another example, blurring the distinction between timbre
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Primaningrizki, Devina Minati. "Percampuran Dua Idiom Musikal pada Karya Aransemen Musik Bambu." Urban: Jurnal Seni Urban 4, no. 1 (April 14, 2020): 61–72. http://dx.doi.org/10.52969/jsu.v4i1.64.

Full text
Abstract:
Bamboo music is a type of music that developed from local cultural wisdom in Indonesia. One type of music from bamboo is angklung. The following article will discuss the maintenance of angklung music in the face of the times in an urban context. In this study, the author uses a qualitative method with an ethnographic approach to see the hybridity process that occurs in angklung music. Through a case study of the song On My Way, which was arranged by Eka Gustiwana, it was found that the process of combining hybridity and creativity can strengthen the existence of angklung music, both nationally and internationally. The collaboration of the concepts of creativity and hybridity in angklung music also shows the mixing of two idioms of Western and Eastern music.Musik bambu merupakan jenis musik yang berkembang dari kearifan budaya lokal di Indonesia. Salah satu jenis musik dari bambu adalah angklung. Tulisan berikut ini akan membahas pemertahanan musik angklung menghadapi perkembangan zaman dalam konteks urban. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi untuk melihat proses hibriditas yang terjadi pada musik angklung. Lewat studi kasus lagu On My Way yang diaransemen oleh Eka Gustiwana, didapatkan hasil bahwa proses penggabungan hibriditas dan kreativitas dapat memperkuat eksistensi musik angklung, baik secara nasional maupun internasional. Pengolaborasian konsep kreativitas dan hibriditas pada musik angklung juga memperlihatkan terjadinya percampuran dua idiom musik Barat dan Timur.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Simanjorang, Jeffri Yosep, and Gandhi Pawitan. "MODAL SOSIAL, INOVASI, DAN SKENA MUSIK: STUDI KUALITATIF KOMUNITAS MUSIK INDIE BANDUNG 1994-2004." Sosioglobal : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi 5, no. 1 (February 2, 2021): 73. http://dx.doi.org/10.24198/jsg.v5i1.31169.

Full text
Abstract:
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendalami bagaimana modal sosial pada komunitas musik indie di Kota Bandung memengaruhi ekosistem musik pada era 1994-2004 yang melahirkan berbagai inovasi pada industri kreatif. Dengan menerapkan pendekatan kualitatif sejak Maret hingga November 2020, penelitian ini melibatkan 16 informan dengan berbagai latar belakang peran pada industri musik. Penelitian ini fokus pada (1) aktivitas bersama yang dilakukan oleh komunitas, (2) relasi, nilai dan norma pada komunitas, (3) pengaruh modal sosial pada proses difusi, produksi dan distribusi musik, dan (4) peran modal sosial dalam inovasi musik indie. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa modal sosial berpengaruh secara signifikan dalam perkembangan komunitas musik indie Bandung. Dengan modal sosial yang ada, komunitas musik indie saat itu secara kolektif mengenal dan mengaplikasikan konsep do-it-yourself, terutama dalam bermusik. Kondisi tersebut pada akhirnya menjadi awal terciptanya beberapa inovasi yang membuat musik indie sebagai warna baru yang diperhitungkan dan hingga kini menjadi salah satu kekuatan besar di industri musik. Penelitian ini juga menemukan bahwa dimensi struktural pada modal sosial yang mencakup bonding, bridging, linking connections berperan dalam menopang eksistensi musik indie Bandung. Kata kunci: modal sosial, inovasi, komunitas, musik, BandungABSTRACT This study aims to explore how social capital in the indie music communities in Bandung City influenced the music ecosystem in the 1994-2004 era which created various innovations in the creative industry. By applying a qualitative approach from March to November 2020, this study involved 16 informants with various backgrounds in music industry. This study focuses on (1) joint activities carried out by the community, (2) relationships, values and norms in the community, (3) the influence of social capital on the diffusion process, production and distribution of music, and (4) the role of social capital in indie music innovation. The result of this study illustrates that social capital has a significant effect on the development of the Bandung indie music community. With the existing social capital, the indie music community at that time collectively recognized and applied the do-it-yourself concept, especially in music. This condition eventually led to the creation of several innovations that transformed indie music and now become one of the great forces in the music industry. This study also found that the structural dimensions of social capital which include bonding, bridging, linking connections play a role in sustaining the existence of Bandung indie music.Keywords: social capital, innovation, community, music, Bandung
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Bagaskara, Akbar, Kun Setyaning Astuti, and Umilia Rokhani. "Filsafat musik: Memahami esensi, perkembangan, dan relevansinya." Imaji: Jurnal Seni dan Pendidikan Seni 22, no. 1 (April 28, 2024): 71–78. http://dx.doi.org/10.21831/imaji.v22i1.71954.

Full text
Abstract:
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki serta menguraikan ilmu filsafat musik dari banyak dimensi, mulai dari pendefinisian esensinya hingga perkembangan keilmuannya sepanjang sejarah dan relevansinya di era kontemporer. Metode penelitian yang digunakan dalam peneltian kali ini adalah metode kualitatif, dengan ciri lebih mengedepankan pada analisis fenomena sosial budaya yang luas dan mendalam. Teori analisis data yang diaplikasikan pada penelitian ini adalah model dari Miles dan Huberman dengan konsep empat tahapan analisis data yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. Adapun temuan dari peneltian ini adalah (1) filsafat musik bukan hanya sekedar analisis teoritis bentuk belaka, tetapi juga berkaitan dengan makna mendalam musik pada konteks yang lebih luas yaitu, sosial, budaya, individual maupun kelompok yang menyertainya. (2) Sejarah dari filsafat musik menggambarkan bagaimana perjalanan atau evolusi dari pemikiran tentang musik dari masa ke masa yang akhirnya memberikan pemahaman utuh terhadap fenomena musik era saat ini. (3) Pada era kontemporer analisis wacana filsafat musik condong kepada masalah-masalah seperti tren musik modern, teknologi yang menyertainya dan dampak perubahannya terhadap masyarakat global. (4) Urgensi dari mempelari filsafat musik sangat erat kaitannya pada, dihasilkannya keterbukaan wawasan mendalam tentang musik, yang pada akhirnya akan membuat siapapun yang mendalaminya akan lebih menghargai musik dan memiliki daya analisis kritis lebih pada fenomena musik di sekitar. Kata kunci: Filsafat musik, esensi, perkembangan, relevansi Philosophy of music: Understanding its essence, development, and relevance AbstractThe purpose of this study is to investigate and describe the science of music philosophy from many dimensions, from defining its essence to its scientific development throughout history and its relevance in the contemporary era. The research method used in this research is a qualitative method, characterized by prioritizing the analysis of broad and in-depth socio-cultural phenomena. The theory of data analysis applied in this research is the model of Miles and Huberman with the concept of four stages of data analysis, namely data collection, data reduction, data presentation and conclusions. The findings of this research are (1) the philosophy of music is not just a theoretical analysis of form, but also related to the deep meaning of music in a broader context, namely, social, cultural, individual and group that accompanies it. (2) The history of the philosophy of music illustrates how the journey or evolution of thinking about music from time to time which ultimately provides a complete understanding of the phenomenon of music in the current era. (3) In the contemporary era, the analysis of music philosophy discourse leans towards issues such as modern music trends, the technology that accompanies them and the impact of their changes on global society. (4) The urgency of studying the philosophy of music is closely related to, the resulting openness to deep insight into music, which will ultimately make anyone who deepens it will appreciate music more and have more critical analysis power on the phenomenon of music around. Keywords: Philosophy of music, essence, development, relevance
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Prayogo, Moh Aldiansyah, and Lutfiah Ayundasari. "Pengaruh politik terhadap dinamika musik rock n roll di Malang Tahun 1959–1992." Jurnal Integrasi dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial (JIHI3S) 3, no. 5 (May 11, 2023): 472–83. http://dx.doi.org/10.17977/um063v3i5p472-483.

Full text
Abstract:
This article discusses political influence on the rock n roll music which began from 1959 till 1992. Rock n roll music entered Malang through Australian radio many people who liked rock n roll music. Soekarno acted decisively and began to seriously deal with anything that smelled of foreign culture entering big cities in Indonesia, one of which was Malang. Malang musicians made music in the Soekarno era by uniting Western music with nationalist lyrics. Differences in policy can be seen in the Suharto era facing this. In the 1960s Suharto began to hold a series of performances featuring music that was prohibited during the Guided Democracy. This had an impact and gave birth to famous musicians and bands in Malang such as Ian Antono and Sylvia Saartje. The people of Malang in 1970 were very critical of music, especially rock n roll music, Malang was dubbed the barometer of Indonesian rock music in the 1970s. This article aims to find out the policies of Soekarno and Suharto on the dynamics of rock n roll music in Malang in 1959-1992. Artikel ini membahas tentang pengaruh politik terhadap Musik rock n roll yang dimulai pada tahun 1959-1992. Musik rock n roll mulai masuk di Malang melalui radio Australia dan tidak sedikit yang menyukai musik rock n roll. Melihat hal tersebut, Soekarno bertindak tegas dan mulai serius menghadapi apapun yang berbau budaya asing yang mulai masuk di kota-kota besar di Indonesia, salah satunya kota Malang. Musisi Malang bermusik pada era Soekarno dengan cara menyatukan musik Barat dengan lirik nasionalis. Perbedaan kebijakan dapat terlihat pada era Soeharto menghadapi hal tersebut. Pada dekade 1960-an Soeharto mulai mengadakan serangkaian pertunjukan yang menampilkan musik-musik yang dilarang pada masa Demokrasi Terpimpin. Hal tersebut berdampak dan melahirkan musisi dan band ternama di Malang seperti Ian Antono dan Sylvia Saartje. Masyarakat Malang tahun 1970 sangat kritis prihal musik terutama musik rock n roll, Malang di juluki barometer musik rock Indonesia pada tahun 1970-an. Artikel ini memiliki tujuan untuk mengetahui kebijakan Soekarno dan Soeharto terhadap dinamika musik rock n roll di Malang tahun 1959-1992.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Auliya', Eldiana Putri, and Ananta Yudiarso. "Medium Effect Size Terapi Musik untuk Menurunkan Kecemasan melalui Musik Klasik, Tradisional dan Relaksasi/Instrumental." Jurnal Psikologi Perseptual 8, no. 2 (December 1, 2023): 124–37. http://dx.doi.org/10.24176/perseptual.v8i2.7468.

Full text
Abstract:
This research was aimed to determine the effectiveness of music therapy to reduce anxiety by using a meta-analytic method through a literature review of 13 international research journals between 2010 until 2021. Some studies have shown that the types of music used to reduce anxiety are relaxing, classical and traditional music. That researchers are interested in take a research with three types of music. There were 1288 participants of 649 experimental groups and 639 control groups. Based on data management M, SD, and N the value of effect size hedge’s g=0,201 (CI-0,255-0,657) with I2 (inconsistency)=88,95% and Egger Bias P= 0,521. The result that classical music is also effective to reducing anxiety with d=1,85. Concluded, that music therapy with music using three types was significantly less effective in reducing anxiety. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas terapi musik untuk menurunkan kecemasan dengan menggunakan metode meta-analisis melalui review literatur 13 jurnal dengan penelitian internasional antara tahun 2010 hingga 2021. Beberapa penelitian dapat diketahui jenis musik yang digunakan untuk menurunkan kecemasan adalah musik relaksasi, klasik dan tradisional. Sehingga, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan tigas jenis musik tersebut. Pastisipan sebanyak 1288 yang terdiri dari 649 kelompok eksperimen dan 639 kelompok kontrol. Berdasarkan pengelolaan data M, SD dan N dihasilkan nilai effect size hedge’s g = 0,201 (CI-0,255-0,657) dengan I2 (inconsistency) = 88,95% dan Egger Bias P= 0,521. Terapi musik yang efektif untuk menurunkan kecemasan adalah musik relaksasi dengan nilai d sebesar 2,79 dari penelitian Chirico et al. (2020). Hasil lainnya menunjukkan bahwa musik klasik juga efektif dalam menurunkan kecemasan dengan nilai d sebesar 1,85. Demikian hasil menunjukkan effect size medium dan tidak bias publikasi. Hal ini dapat dikatakan bahwa terapi musik dengan melalui tiga jenis musik secara signifikan kurang efektif untuk menurunkan kecemasan
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Afdhal, Muhammad. "“REPUBLIKEN” MENYATU DALAM PERBEDAAN." Imaji 17, no. 1 (June 27, 2019): 66–73. http://dx.doi.org/10.21831/imaji.v17i1.25736.

Full text
Abstract:
Republiken adalah penganut ketatanegaraan yang berbentuk republik. Istilah Republiken menunjukkan suatu kesatuan masyarakat yang berbangsa dan berdaulat. Republiken dalam kaitannya dengan karya seni ini adalah suatu bentuk semangat berbangsa melalui seni, dalam hal ini musik, menunjukkan bahwa perbedaan ras atau suku bukanlah masalah untuk bangsa Indonesia menjadi semangat yang satu. Karya komposisi musik yang berjudul “Republiken”, diharapkan dapat menunjukkan semangat berbangsa melalui beberapa karakteristik musik-musik nusantara yang diekspresikan melalui EDM atau Elektronik Dance Music yang merupakan sebuah rumah besar untuk genre-genre musik, seperti disco, dupstep dan sebagainya, karena sebagian alat musiknya menggunakan alat-alat elektronik seperti gitar elektrik, keyboard, synthesiezer dan lauchpad yang dewasa ini menjadi alat musik yang banyak digunakan dalam penciptaan musik EDM “REPUBLIKEN” UNITES IN DIFFERENCESAbstractRepubliken are followers of republic constitutions. The term Republiken shows a united nation and sovereign community. In relation to this work of art, Republiken is a form of nationalism spirit through art—in this case music—showing that racial or ethnic differences are not a problem for Indonesian people to be one spirit. The music composition works entitled "Republiken", are expected to show the spirit of nationalism through several characteristics of archipelago music expressed through EDM or Electronic Dance Music which is a big house for music genres, such as disco, dupstep and so on, because some of the music tools uses electronic devices like electric guitars, keyboards, synthesizers and lauchpads which today are a musical instrument that is widely used in EDM music creation
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Irgi Rechansyah Gani and Kiki Zakiah Darmawan. "Perkembangan Musik Pop Indonesia." Bandung Conference Series: Journalism 3, no. 2 (July 28, 2023): 153–58. http://dx.doi.org/10.29313/bcsj.v3i2.8486.

Full text
Abstract:
Abstract. The phenomenon of reciting old Indonesian popular music from the 60-90s era is increasingly circulating everywhere, social media timelines, cafes, and many other unique mediums are widely listened to by Gen Z who incidentally were not born or even experienced the era that music first appeared. However, one thing that is missing from the phenomenon of the glittering Indonesian pop music today is the ongoing debate about what pop music really is, what underlies it's success. This study examines audience reception as readers of the book "From Ngak Ngik Ngok to Dheg Dheg Plas" to explore readers' understanding of the history and development of pop music in Indonesia. This research has a focus on examining how audience reception of the history of the development of Indonesian pop music in the book "From Ngak Ngik Ngok to Dheg Dheg Plas". The data were analyzed qualitatively using the reception analysis method through observation and interviews with readers. The results of this study indicate the hypothetical position of a number of informants. All informants occupy a dominant hegemonic position, 1 of a number of informants occupies a negotiating position, and none of the informants occupies an oppositional position. This evidence contains 4 aspects of knowledge discussed in the book From Ngak Ngik Ngok to Dheg Dheg Plas, and the informant claimed to have knowledge, especially in terms of state intervention in Indonesian pop music in the decade of the 60s. The informant admitted that after reading the book, his attitude changed and he liked Indonesian pop music in terms of strengthening the identity of a pop music lover, feeling validated as a pop music lover. Keywords: History, Pop Music, Communication. Abstrak. Fenomena lantunan musik populer lawas Indonesia era 60-90an kian berseliweran dimana-mana, linimasa media sosial, café, dan banyak medium lainnya yang uniknya banyak didengarkan oleh Gen Z yang notabene tidak lahir atau bahkan mengalami era musik-musik itu pertama kali muncul. Namun satu hal yang luput dari fenomena kemilaunya musik pop Indonesia saat ini adalah perdebatan yang tiada hentinya mengenai apa sebenarnya musik pop, apa yang melandasi musik-musik itu berjaya. Penelitian ini mengkaji resepsi khalayak sebagai pembaca buku “Dari Ngak Ngik Ngok ke Dheg Dheg Plas” untuk menggali pemahaman pembaca mengenai sejarah dan perkembangan musik pop di Indonesia. Penelitian ini memiliki fokus untuk meneliti bagaimana resepsi khalayak tentang sejarah perkembangan musik pop Indonesia dalam buku “Dari Ngak Ngik Ngok ke Dheg Dheg Plas”. Data dianalisis secara kualitatif dengan metode analisis resepsi melalui hasil observasi dan wawancara pembaca. Hasil dari penelitian ini menunjukkan posisi hipotekal sejumlah informan. Semua informan menempati posisi hegemoni dominan, 1 dari sejumlah informan menduduki posisi negosiasi, dan tidak ada satupun informan yang menduduki posisi oposisi. Bukti ini memuat 4 aspek pengetahuan yang dibahas dalam buku Dari Ngak Ngik Ngok ke Dheg Dheg Plas, dan informan mengaku mendapat pengetahuan terutama dalam hal intervensi negara terhadap musik pop Indonesia pada dekade 60-an. Informan mengaku mengalami perubahan sikap setelah membaca buku tersebut menambah rasa suka terhadap musik pop Indonesia dalam hal merperteguh identitas penyuka musik pop, merasa tervalidasi, sebagai penyuka musik pop. Kata Kunci: Sejarah, Musik Pop, Komunikasi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Purwanto, Andrian, Yudi Sukmayadi, and Enry Johan Jaohari. "Simulasi Desain Web Music Entertainment Sebagai Produk Mata Kuliah Kewirausahaan." EDUKATIF : JURNAL ILMU PENDIDIKAN 5, no. 3 (August 11, 2023): 1631–40. http://dx.doi.org/10.31004/edukatif.v5i3.5304.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk membuat penggunaan simulasi desain web music entertainment sebagai alat pendukung ketercapaian hasil pembelajaran mahasiswa Program Studi Musik pada mata kuliah kewirausahaan yang didasarkan oleh perkembangan pesat industri musik dan hiburan di era digital serta pentingnya pemanfaatan teknologi dan platform digital dalam mempromosikan usaha jasa musik. Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis deskriptif didukung dengan Teknik pengumpulan data berupa wawancara dengan subjek penelitian untuk memperoleh data mengenai minat pengguna terhadap simulasi desain web dan kebutuhan dalam industri ini. Temuan penelitian menunjukkan bahwa pengguna jasa music entertainment menunjukkan minat yang tinggi terhadap platform sebagai sumber rujukan dan interaksi dengan usaha jasa musik favorit mereka. Simulasi desain web music entertainment memiliki potensi membantu mahasiswa mengembangkan keterampilan kewirausahaan dan memanfaatkan teknologi digital dalam membangun usaha jasa musik. Penelitian ini menyimpulkan desain web yang menarik, format musik yang beragam, dan fitur interaktif yang merupakan faktor penting dalam mengembangkan platform usaha jasa musik. Simulasi desain web dapat menjadi produk yang menarik untuk dikembangkan, dengan penggunaan teori kewirausahaan, desain UX, pemasaran digital, dan prinsip desain web yang responsif. Dengan menerapkan penemuan dan saran dari penelitian ini, diharapkan mahasiswa dapat meningkatkan peluang kesuksesan dalam industri musik dan hiburan yang semakin kompetitif.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Rewang, Maria R. Jein, Kristina Petra Tensa, Anastasia Z. Zembang, Emiliana Wae, and Yosefina Uge Lawe. "PENERAPAN ALAT MUSIK TRADISIONAL BEPI PEPI DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR." Jurnal Citra Pendidikan 2, no. 4 (September 8, 2022): 142–49. http://dx.doi.org/10.38048/jcp.v2i4.935.

Full text
Abstract:
Pendidikan musik bagi siswa Sekolah Dasar sudah sejak lama di rasakan penting, karena selain bersifat edukatif juga bersifat apesiatif. Pendidikan seni music membantu perkembangan siswa di bidang seni music, mengembangkan sikap menghargai dan mencintai karya budaya bangsa, serta memberikan kesegaran dan kegembiraan kepada siswa. Selain pencapaian prestasi, juga di harapkan peran sertanya dalam mengembangkan kepekaan artistic dan aestetik siswa. Dengan demikian Pendidikan music ikut berperan dalam pengemban kepribadian subjek-didik. Alat musik tradisional Ngada merupakan alat musik yang diciptakan oleh masyrakat Ngada dari alat-alat tradisional misalnya salah satunya B’pe Pepi yang berasal dari Etnis So’a. Alat musik tradisional diciptakan dari Nenek Moyang sejak dahulu kala yang diturunkan kepada anak cucu hingga sekarang. Harapannya untuk masyarakat Ngada khususnya Etnis Soa yang memiliki alat musik tradisional misalnya B’pe Pepi agar dapat melestarikan alat musik tradional tersebut agar tidak punah dan tetap dilanjutkan sepanjang hayat. Alat musik tradisional Ngada memiliki nama dan kegunaan yang unik dimasing daerah maupun etnis. Kabupaten Ngada memiliki tiga etnis kebudayaan yaitu Etnis Bajawa, Etnis Soa dan Etnis Riung. Dari setiap Etnis memiliki alat tradisional yang berbeda namun sebagian juga memiliki alat musik tradisional yang sama.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Harper, Adam. "Musik. Music That Laughs." POP 6, no. 1 (March 1, 2017): 60–65. http://dx.doi.org/10.14361/pop-2017-0110.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Harper, Adam. "Musik. Scar - Tissue Music." POP 8, no. 1 (March 1, 2019): 36–45. http://dx.doi.org/10.14361/pop-2019-080105.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Prasetyo, Prasetyo, Tritjahjo Danny S, and Yustinus Windrawanto. "Minat Musik Dangdut Koplo dan Kemampuan Interaksi Sosial Anak Desa Sendangcoyo RT 02 RW 02 Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang." JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan 5, no. 10 (October 6, 2022): 4517–23. http://dx.doi.org/10.54371/jiip.v5i10.1054.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk menngetahui minat mendengarkan musik dangut koplo kemampuan interksi anak di Desa Sendangcoyo, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang. Adapun alasan penulis dalam memilih metode ini adalah penulis ingin memaparkan, menjelaskan dan menguraikan data-data yang terkumpul kemudian disusun secara sistematis dan dianalisis untuk kemudian diambil kesimpulan. Hasil analisis anak usia 7-10 tahun terhadap minat music dangdut koplo yaitu Anak anak mengetahui musik dangdut merupakan musik khas Indonesia. Anak anak sejak kecil sudah mendengar musik dangdut melalui media seperti HP, TV, Sound, Youtube. Anak anak mendengarkan musik dangdut di rumah, di acara desa atau di hajatan. musik dangdut membuat semangat dan ingin berjoget, iramanya membuat gembira. Merujuk pada hasil wawancara topik minat mendengarkan musik dangdut koplo diperoleh gambaran kelima responden anak usia 7-10 tahun Desa Sendangcoyo mulai mendengar dan menyukai musik dangdut dari kecil. Anak-anak menyukai musik dangdut karena iramanya yang membuat gembira dan berjoget. Hal ini berkaitan dengan perasaan anak-anak ketika mendengar music dangdut koplo. Dari hasil enelitian dapat disimpulkan Minat mendengarkan musik anak Desa Sendangcoyo ini karena pengaruh dari keluarga, lingkungan sekitarnya dan mereka mencari cara untuk mendengarkan musik dangdut dengan melakukan pemutaran lagu melalui media yang mereka miliki atau mengunjungi tempat adanya musik dangdut.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Anggraini, Raden Roro Anggita, Ni Wayan Ardini, and Ketut Sumerjana. "PROSES PEMBELAJARAN ALAT MUSIK PIANO PADA ANAK USIA DINI DI AMABILE MUSIK STUDIO." MELODIOUS : JOURNAL OF MUSIC 1, no. 2 (April 10, 2023): 64–73. http://dx.doi.org/10.59997/melodious.v1i2.2169.

Full text
Abstract:
Penelitian ini membahas tentang observasi pembelajaran alat musik piano pada anak usia dini di Amabile Music Studio. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan perencanaan, pelakasanaan serta pembelajaran melalui musik dalam proses pembelajaran antara pengajar dan murid di Amabile Music Studio. Dampak penelitian yang dilaksanakan di Amabile Music Studio adalah meningkatnya kualitas pembelajaran yang lebih memotivasi, inspirasi, dan meningkatkan minat dan bakat di bidang seni, khususnya di bidang musik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Kaparang, Grace Fresania, and Mega Gayo. "PREFERENSI MUSIK DAN KECERDASAN EMOSI MAHASISWA PROFESI NERS UNIVERSITAS KLABAT." Nutrix Journal 4, no. 1 (April 28, 2020): 48. http://dx.doi.org/10.37771/nj.vol4.iss1.422.

Full text
Abstract:
Emotional intelligence is crucial in life; thus, proper stimulations, including music, were necessary. The study aimed to identify the relationship between music preference and emotional intelligence and also to find if there is any significant difference in emotional intelligence among music preference groups. Descriptive correlational method with cross-sectional approach and purposive sampling technique were employed. Most of the students prefer unpretentious music genres and having "moderate" emotional intelligence (M=121.85, SD=11.3). No significant difference in emotional intelligence between music preference groups from Kruskal-Wallis analysis; however, Spearman's analysis shown that “sophisticated” music genre was positively weak correlated with emotional intelligence (p=.028<.05; r=.218). Furthermore, the music type of Gospel, New Age, Pop, Religious and Soundtracks type of music were positively weak correlated with emotional intelligence, while Punk was negatively weak correlated. It is recommended that profesi ners students be wise in music selection since music may have a significant impact on emotional intelligence, and for further studies should ensure that the participants are familiar with the STOMP that they may understand the genre. Furthermore, future studies also may use direct observatory analysis for emotional intelligence by giving situational experiment to the participant rather than just using a self-rated questionnaire. Keywords: emotional, intelligence, music, student, nurse Kecerdasan emosi memiliki peran yang sangat penting untuk kehidupan karena itu perlu adanya stimulus yang tepat, salah satunya dengan menggunakan musik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran preferensi musik serta kecerdasan emosi pada mahasiswa profesi ners Universitas Klabat serta mengidentifikasi perbedaan kecerdasan emosi berdasarkan preferensi musik dan juga untuk mengidentifikasi hubungan preferensi musik dengan kecerdasan emosional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan paling banyak mahasiswa menyukai musik dengan genre unpretentious dan memiliki kecerdasan emosi “sedang”. Ditemukan juga bahwa tidak ada perbedaan dalam kecerdasan emosional berdasarkan preferensi musik berdasarkan uji Kruskal-Wallis, namun dari uji Spearman menunjukkan bahwa Gospel, New Age, Pop, Religious dan Soundtracks memiliki hubungan positif dengan kecerdasan emosi, sedangkan musik Punk memiliki hubungan yang negatif. Rekomendasi bagi mahasiswa profesi ners agar bijaksana memilih jenis aliran musik yang tepat guna meningkatkan kecerdasan emosional dan bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengadopsi dan menggunakan Tes Preferensi Musik (STOMP) harus memastikan bahwa mereka mendengarkan setidaknya satu dari lagu-lagu tersebut, agar peserta tahu jenis musik yang dimaksud. Penelitian selanjutnya juga dapat melakukan pengukuran observasi perilaku langsung dengan memberikan ujian situasional untuk menguji kecerdasan emosi kepada partisipan gantinya menggunakan kuesioner “self-rated”. Kata kunci : kecerdasan emosional, musik, mahasiswa profesi ners, preferensi
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Hadi, Sumasno. "Bibliografi Musik di Kalimantan Selataan (1978-2017)." Pelataran Seni 2, no. 1 (March 17, 2017): 37. http://dx.doi.org/10.20527/jps.v2i1.9257.

Full text
Abstract:
IntisariPenelitian ini bertujuan untuk memeroleh data bibliografis tentang kesenian musik di Kalimantan Selatan. Penelitian berjenis kualitatif-deskriptif ini menggunakan metode studi kepustakaan (literature research), dilakukan selama tiga bulan dari Maret hingga Mei 2017. Sumber data berupa bahan pustaka tentang musik di Kalimantan Selatan diperoleh dari berbagai perpustakaan di Kota Banjarmasin. Selain itu, dalam pengumpulan data, peneliti juga melakukan observasi, wawancara dan studi dokumen terkait subjek penelitian ini. Keabsahan data penelitian ini diperoleh melalui perpanjangan keikutsertaan peneliti, ketekunan pengamatan, triangulasi, diskusi sejawat/pakar, serta dengan kecukupan referensial. Hasil penelitian yang diperoleh adalah tersusunnya sebuah bibliografi kesenian musik di Kalimantan Selatan dengan beberapa catatan berikut. Dalam kurun waktu hampir 40 tahun (1978—2017), tercatat sebanyak 17 terbitan dengan subjek musik di Kalimantan Selatan. Dari 15 terbitan yang dapat ditelusuri, diketahui bahwa sebagian besar masih menggarap khazanah musik tradisional di Kalimantan Selatan, seperti musik Gamelan, Panting, Kintung, dan lain-lain. Terbitan-terbitan lain yang membahas musik modern-populer belum banyak dilakukan. Selain itu, jumlah 17 terbitan dalam kurun waktu empat dasawarsa dapat dikatakan masih belum mencerminkan kondisi yang ideal dalam perkembangan ilmu musik di daerah Kalimantan Selatan. Kata kunci: bibliografi musik, musik Kalimantan, musik Kalimantan Selatan AbstractThis study aims to obtain bibliographic data about music art in South Kalimantan. This descriptive qualitative research uses literature research method, conducted for three months from March to May 2017. Sources of data in the form of library materials about music in South Kalimantan obtained from various libraries in the city of Banjarmasin. In addition, in data collection, researchers also conducted observations, interviews and document studies related to this research subject. The validity of this research data is obtained through extension of researcher's participation, observational persistence, triangulation, peer/expert discussion, and with referential adequacy. The result of the research is the compilation of a bibliography of music art in South Kalimantan with the following notes. In the period of nearly 40 years (1978-2017), there were 17 publications with the subject of music in South Kalimantan. Of the 15 publications that can be traced, it is known that most are still working on the treasures of traditional music in South Kalimantan, such as Gamelan music, Panting, Kintung, and others. Other publications that discuss modern-popular music have not been widely practiced. In addition, the number of 17 publications within a period of four decades can be said still does not reflect the ideal conditions in the development of music science in the area of South Kalimantan.Keywords: music bibliography, Kalimantan music, South Kalimantan music
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Mehendara, Benny. "Pembelajaran Alat Musik Panting dengan Pendekatan Tangganada dan Tablature." Pelataran Seni 6, no. 1 (March 17, 2021): 42. http://dx.doi.org/10.20527/jps.v6i1.11413.

Full text
Abstract:
Panting merupakan alat musik petik Kalimantan Selatan yang sering dipelajari dalam pembelajaran musik di sekolah. Selama masa pandemi Covid 19, pembelajaran alat musik Panting dengan pendekatan tangganada dan tablature memungkinkan untuk dilakukan karena siswa dapat belajar secara mandiri di rumah. Artikel ini mendeskripsikan hasil penelitian mengenai pembelajaran musik dengan penggunaan pendekatan tangganada dan tablature. Dalam proses penelitian, peneliti melakukan tahapan: (1) mempraktikkan teknik bermain alat musik Panting, (2) membuat bahan pembelajaran dari hasil analisis, lalu (3) kemudian menuliskanya pada sebuah notasi balok dan tablature. Penelitian ini telah menghasilkan metode belajar alat musik Panting yang efektif melalui pendekatan tangganada dan tablature.Kata kunci: musik panting, pembelajaran musik, tangganada, tablature Panting is a South Kalimantan stringed instrument that is often studied in music learning at school. During the Covid 19 pandemic, learning the Panting musical instrument with a scale and tablature approach is possible because students can study independently at home. This article describes the results of research on music learning using a scale and tablature approach. In the research process, the researcher carried out the stages: (1) practicing the technique of playing the Panting musical instrument, (2) making learning materials from the results of the analysis, then (3) writing them down on a block notation and tablature. This research has produced an effective method of learning the musical instrument Panting through a scale and tablature approach.Keywords: panting music, music learning, scales, tablature
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Herdianto, Ferry, Yusnelli Yusnelli, and Freddy Antara. "KOMPOSISI MUSIK BADONDONG BAIBO DALAM MUSIK INSTRMENTAL." Gorga : Jurnal Seni Rupa 10, no. 1 (May 18, 2021): 115. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v10i1.24912.

Full text
Abstract:
The composition of instrumental and vocal music in this creation came from the art of badondong baibo and was developed into an instrumental music performance in the form of a musical composition with an orchestra format. The principle of the formulation of the creation of conventional music science. While the purpose of this creation is 1) to create badondong baibo art with different contexts and functions into modern music compositions and develop it using conventional techniques, 2) to realize musical ideas inspired by badondong baibo art and make it a new musical composition. . While the method of creation is carried out in three stages, namely; 1) data collection stage, 2) creation stage and 3) evaluation stage. This composition can be concluded that; a) creating musical compositions derived from regional arts has its own difficulties, where the creator must understand and explore the arts of the area, b) badondong is a new musical composition that is adapted from the melodies and vocals of badondong baibo in the Danto area of East Kampar district, c) the tone of the composition this music is a modified "nandung-nandung" melody without reducing the basic "nandung-nandung" melody, d) this badondong baibo vocal is sung by a vocalist to show the main theme in the creation of this musical composition, e) this composition is in the form of an orchestra format, f) This badondong is a musical composition with a lot of development, and is presented in the context of performing arts.Keywords: badondong, baibo, composition, music. AbstrakRumusan penciptaan komposisi ini diwujudkan dalam sebuah pertunjukan yaitu musik instrumental dan vokal yang mengangkat kesenian badondong baibo menjadi sebuah pertunjukan musik instrumental yang kreatif dan inovatif dalam bentuk komposisi musik dengan format orketra. Dimana rumusan penciptaan menggunakan prinsip-prinsip ilmu musik konvensional. Sedangkan tujuan penciptaan ini adalah 1) untuk menghadirkan kesenian badondong baibo dengan konteks dan fungsi yang berbeda ke dalam komposisi musik modern dan mengembangkannya dengan menggunakan teknik konvensional, 2) untuk merealisasikan ide musikal yang di inspirasi dari kesenian badondong baibo dan menjadikannya sebuah komposisi musik yang baru. Sedangkan metode penciptaan dilakukan dengan tiga tahap yaitu; 1) tahap pengumpulan data, 2) tahap penciptaan dan 3) tahap evaluasi. Secara aris besar kompisisi ini dapat disimpulkan bahwa; a) menggarap sebuah komposisi yang berangkat dari sebuah kesenian bukanlah perkara yang mudah, selain harus memahami, kita juga dituntut untuk mempelajari latar belakang dari kesenian tersebut, b) badondong adalah komposisi musik baru yang bersumber dari melodi vocal badondong baibo yang terdapat didaerah Danto kecamatan Kampar Timur, c) material komposisi ini adalah potongan-potongan melodi “nandung-nandung” yang dikembangkan dengan tidak menghilangkan nuasa melodi pokok “nandung-nandung”, d) vokal dari badondong baibo dibawakan oleh seorang vokalis untuk memperkenalkan tema pokok dalam penggarapan komposisi ini, e) komposisi digarap dengan format orkestra dalam sebuah pertunjukan seni, f) badondong ini adalah sebuah komposisi musik yang dicipatkan dengan menggunakan banyak pengembangan, dimana komposisi musik ini dihadirkan dalam konteks prtunjukan.Kata Kunci: badondong, baibo, komposisi, musik. Authors:Ferry Herdianto : Institut Seni Indonesia PadangpanjangYusnelli : Institut Seni Indonesia PadangpanjangFreddy Antara : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References:­Aziza, M. R., Soemardiono, B. (2013). Canon, Sebuah Teori Musik sebagai Tema Objek Rancang Sekolah Tinggi Seni Pertunjukan Indonesia. Jurnal Sains dan Seni Pomits. 2(2), __ _ __ .Amanriza, dkk. (1989). Koba Sastra Lisan Orang Riau. Pekanbaru: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Riau.Baran, Stanley J. (2011). Pengantar Komunikasi Massa: Literasi Media dan Budaya, Edisi Kelima Buku Satu. Jakarta: Salemba Humanika.Banoe, Pono. (2003). Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius.Esten, M. (1990) Sastra Indonesia dan Tradisi Subkultur. Bandung: Angkasa.Lailia, D. R. (2016). Tinjauan Harmoni Pada Karya Musik “True Love Of Family”. Jurusan Pendidikan Sendratasik: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya.Jamalus. (1988). Pengajaran Musik Melalui Pengalaman Musik. Jakarta: Proyek Pengembangan Tenaga Kependidikan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.Kusumawati, Heni. (2004). Komposisi Dasar. Yogyakarta: Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Yogyakarta.Herdianto, F. (2021). “Badondong Baibo”. Hasil Dokumentasi Pribadi. 2021, ISI Padangpanjang.Hutagalung, R. J. (2018). Klasifikasi Instrumen Musik pada Ensembel Musik Tradisional Batak Toba. Jurnal Christian Humaniora, 2(2), 114-126. https://doi.org/10.46965/jch.v2i2.92. Mahdayeni, M., Alhaddad, M. R., & Saleh, A. S. (2019). Manusia dan Kebudayaan (Manusia dan Sejarah Kebudayaan, Manusia dalam Keanekaragaman Budaya dan Peradaban, Manusia dan Sumber Penghidupan). Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 7(2), 154-165. https://doi.org/10.30603/tjmpi.v7i2.1125. Maran, Rafael Raga. (2007). Manusia dan Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.Mudjilah, H. S. (2004). Teori Musik (Diktat Kuliah). Yogyakarta: Jurusan Sendratasik Program Studi Pendidikan Seni Musik, FBS-UNY Yogyakarta.Juita, N. (2015). Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Pantun Badondong Masyarakat Desa Tanjung Bungo Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar. Bahasa, Sastra, dan Pembelajaran, 3(1). __ _ __ .Purnomo. (2018) Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Hasil Penetapan Kemendikbud 2013 s.d. 2018 Untuk Wilayah Kerja BPNB Kepulauan Riau Provinsi Kepulauan Riau dan Riau. Riau: Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepulauan Riau.Sahar, S. (2016). Merintis Jalan: Membangun Wacana Pendekatan Antropologi Islam. Jurnal Al Adyaan; Jurnal Sosial dan Agama, 1(02). __ _ __ .Syafiq, Muhammad. (2003). Ensiklopedia Musik Klasik. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.Sibarani, R. (2015). Pendekatan antropolinguistik terhadap kajian tradisi lisan. Retorika: Jurnal Ilmu Bahasa, 1(1), 1-17. https://doi.org/10.22225/jr.1.1.9.1-17.Sutami, Hermina. (2005). Ungkapan Fatis dalam Pelbagai Bahasa. Depok: Rumah Printing. Sumardjo, Jakob. (2000). Filsafat Seni, Penerbit ITB: Bandung.Wang, A. (2014, May). The Expression of Emotion and Feeling in Music Composition. In International Conference on Education, Language, Art and Intercultural Communication (ICELAIC-14) (pp. 636-638). Atlantis Press.Turek, Ralp. (1988). Concepts and Application. New York: The University of Akron.Yohana, N., & Husmiwati, K. (2015). Kaidah interaksi komunikasi tradisi lisan basiacuang dalam adat perkawinan Melayu Kampar Riau. Jurnal Penelitian Komunikasi, 18(1), 43-56.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography