Academic literature on the topic 'Musiker (Motiv)'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the lists of relevant articles, books, theses, conference reports, and other scholarly sources on the topic 'Musiker (Motiv).'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Journal articles on the topic "Musiker (Motiv)"

1

Kleinertz, Rainer. "Richard Wagners Begriff der "dichterisch-musikalischen Periode"." Die Musikforschung 67, no. 1 (2021): 26–47. http://dx.doi.org/10.52412/mf.2014.h1.65.

Full text
Abstract:
Gemessen am Gesamtumfang des Schrifttums über Wagner nehmen Studien zu grundsätzlichen Fragen der Analyse von "Form" / "Formen" seiner Musik einen zahlenmäßig untergeordneten Rang ein. Dies könnte nicht zuletzt auch ein Problem der Begrifflichkeit sein, mit der sich das Spezifische der Musik Wagners überhaupt beschreiben ließe. Neben dem Begriff "Motiv" beziehungsweise "Leitmotiv" ist derjenige der "dichterisch-musikalischen Periode" der einzige von Wagner geprägte Begriff. Seiner Bedeutung für die Analyse von Wagners Werken wird im Folgenden nachgegangen. - Ausgehend von Wagners Verwendung von Begriffen wie "Versmelodie" und "Tonart" wird zunächst herausgearbeitet, dass in seinen Opern "musikalische Modulation" stets in Verbindung mit dem Versinhalt auf Empfindungen zurückleitet. Aus entsprechend sprachlich motivierten Modulationen aus einer Grundtonart heraus eröffnen sich neue Möglichkeiten des musikalischen Ausdrucks. Im nächsten Schritt werden Auffassungen von Wagners Periodenbegriff in der Forschungsliteratur erörtert (Alfred Lorenz, Carl Dahlhaus, Peter Petersen, Thomas S. Grey, Werner Breig). Diese werden anhand von Wagners Opern (insbesondere "Der Ring des Nibelungen") sowie den musiktheoretischen Äußerungen des Komponisten (vor allem in "Oper und Drama") auf ihre Tragfähigkeit überprüft. Dabei wird festgehalten, dass das Problem der Motivation von Modulationen durch das Drama für Wagner ein zentrales harmonisches Effektmittel war. Bereits in "Oper und Drama" betonte er, dass der Musiker bei Versen gleicher Empfindung keinen Grund habe, die Tonart zu verlassen. Diesen Grund liefert erst der Wechsel der Empfindungen, die er in seinen Ausführungen zur "dichterisch-musikalischen Periode" formuliert. Der von Wagner geprägte Begriff taugt nicht nur zu Beschreibung einzelner, tonal mehr oder weniger geschlossener Gebilde, sondern vermag auch das Bewusstsein für ein Grundprinzip Wagners im "Ring" zu schärfen: die aus dem "Drama" motivierte Modulation.
 bms online (Beatrix Obal)
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Sitompul, Amiruddin. "Metamorfosis Kupu-kupu: Sebuah Komposisi Musik." PROMUSIKA 5, no. 1 (2017): 17–24. http://dx.doi.org/10.24821/promusika.v5i1.2283.

Full text
Abstract:
Gagasan menciptakan karya seni terkadang berasal dari lingkungan sekitar, di antaranya yang banyak digunakan sebagai ide ialah kupu-kupu yang perkembangbiakannya melalui proses metamorfosis. Metamorfosis Kupu-kupu dipilih sebagai gagasan komposisi musik karena memiliki metamorfosis sempurna, atau holometabolisme. Penerapan gagasan Metamorfosis Kupu-kupu dalam komposisi ini menggunakan unsur ekstra-musikal sebagai gagasan dasar penciptaannya. Elemen ekstra musikal tersebut ditransformasikan ke dalam ide musikal dengan menggunakan unsur musikal di wilayah musik tonal. Karya ini dibuat oleh sumber program musik apelatif, yaitu yang dapat menempatkan karakter tertentu menjadi judulnya. Musik program musikal ini dibudidayakan dengan mengeksplorasi bentuk dan harmonisasinya. Pada karya ini penulis memperdalam ide dengan konsep-konsep harmoni, melodi, dinamika dan timbre. Penggunaan ukuran elemen eksplorasi dan pengolahan konsep-konsep tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap orisinalitas karya. Metamorfosis Kupu-kupu dilambangkan dengan catatan kunci soprano yang tenang pada bagian awal, kemudian menjadi lebih kompleks, dan didasarkan atas harmoni dan ritme yang dipertahankan sebagai iringan dengan penggunaan arpeggio sehingga menciptakan amosfir tenang pada proses tahap metamorfosis. Pemilihan alat musik yang tepat, penggunaan teknik-teknik kontrapung stretto, modus, polikordal, metrik, dan juga motif ekspansi maupun penyempitan yang digunakan dalam budidaya, diharapkan dapat memberi warna baru dalam penciptaan karya seni musik dan orisinalitasnya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Roch, Eckhard. "Undine-Motiv in Richard Wagners Dramenkonzeption." Die Musikforschung 51, no. 3 (2021): 302–15. http://dx.doi.org/10.52412/mf.1998.h3.945.

Full text
Abstract:
Theorie und Kunst durchdringen in Richard Wagners musikdramatischen Werken einander wechselseitig. Die mythologischen Werke sind Resultat der dramatischen Theorie, aber diese Theorie ist selbst schon mythologischen Ursprungs. Ein zentraler Topos Wagners ist das Undine-Motiv, das einerseits das Verhältnis der weiblichen Musik zur männlichen Dichtung theoretisch begründet, andererseits aber auch im Drama selbst aufscheint: So entpuppt sich das perverse Spiel der Rheintöchter im <Rheingold> als Allegorie der italienischen, französischen und deutschen Oper, während die Erlösung der hohen Paare vom <Fliegende Holländer> bis zum <Parsifal> als Allegorien der Einheit von Musik und Dichtung in Wagners musikalischem Drama zu deuten sind.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Josi, Gabriel Putra, Weni A. Arindawati, and Nurkinan Nurkinan. "Motif Penggunaan Aplikasi Musik Spotify pada Generasi-Z di SMA XYZ Bekasi." Warta ISKI 3, no. 02 (2020): 154–59. http://dx.doi.org/10.25008/wartaiski.v3i02.64.

Full text
Abstract:
Penelitian ini berfokus pada para siswa SMA XYZ Bekasi, merupakan generasi-z yang menggunakan aplikasi musik Spotify sebagai aplikasi pemutar musik. Penelitian ini membahas enam orang siswa SMA XYZ Bekasi untuk memahami motif penggunaan aplikasi musik spotify. Penelitian ini merupakan studi deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan pengamatan nonpartisipatif berdasarkan perpektif tindakan sosial. Hasil penelitian menunjukkan, terdapat empat motif yang melatarbelakangi para siswa menggunakan Spotify. Pertama, motif interaksi sosial yaitu motif yang timbul untuk memenuhi kebutuhan individu dalam hubungan dengan lingkungan sosialnya. Kedua, motif hiburan yaitu hal-hal yang berkenaan untuk mendapatkan rasa senang. Ketiga, motif informasi yaitu memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum serta memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan para siswa. Keempat, motif identitas pribadi yaitu menemukan penunjang nilai-nilai pribadi dalam media, menemukan model dalam berperilaku, mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain dalam media, serta meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri dalam menggunakan suatu media.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Walidaini, Birul. "Analisis Tekstual Koyunbaba Karya Carlo Domeniconi: Bentuk dan Struktur Bagian I Moderato." Musikolastika: Jurnal Pertunjukan dan Pendidikan Musik 2, no. 2 (2020): 94–104. http://dx.doi.org/10.24036/musikolastika.v2i2.53.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk dan struktur musik bagian I Moderato dari Koyunbaba karya Carlo Domeniconi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini yaitu teks atau partitur lagu Koyunbaba (Suite Für Gitarre Op.19) karya Carlo Domeniconi. Penelitian difokuskan pada bentuk dan struktur musik dari koyunbaba bagian pertama yaitu I Moderato. Data utama dalam penelitian ini adalah teks atau partitur dari koyunbaba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah birama dalam bagian pertama I Moderato ini adalah empat puluh dua birama. Setelah dianalisis strukturnya berdasarkan ilmu bentuk dan analisis musik, maka terdapat delapanperiode atau kalimat yang didalam setiap periode berisikan anak kalimat dan motif. Pada bagian pertama I Moderato, motif-motif yang dituliskan merupakan motif yang berpotensi diulang pada bagian-bagian selanjutnya. Bagian pertama ini juga berfungsi sebagai introduction atau pengenalan terhadap karya koyunbaba ini. Dalam bagian pertama ini ditemukan motif-motif yang cukup beragam karena dalam sejarahnya karya ini merupakan hasil improvisasi yang dituliskan ke dalam partitur.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Kusumawati, Heni, G. R. Lono Simatupang, and Victor Ganap. "CIRI-CIRI MUSIKAL LAGU ANAK KARYA A. T. MAHMUD." Imaji 17, no. 1 (2019): 27–34. http://dx.doi.org/10.21831/imaji.v17i1.24820.

Full text
Abstract:
Abstrak Kebertahanan lagu-lagu AT. Mahmud yang hingga saat ini masih dinyanyikan di sekolah maupun di luar sekolah memiliki daya tarik untuk dianalisis secara musikal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ciri-ciri musikal lagu anak karya AT Mahmud. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Analisis data menggunakan 5 lagu anak ciptaan AT. Mahmud yaitu lagu Cemara, Pemandangan, Ruri Abangku, Kereta Apiku, dan Burung Layang-layang dengan fokus ciri-ciri musikal lagu-lagu ciptaan AT Mahmud. Hasil analisis menunjukkan bahwa ciri-ciri musikal lagu-lagu AT. Mahmud adalah: 1) gerakan melodi lebih banyak menggunakan gerakan melangkah (interval M2 dan m2), 2) Teknik pengolahan motif menggunakan teknik sekuens dan harafiah, 3) Progresi akor menggunakan akor pokok I, IV dan V (mayor/minor), serta kadens, 4) tanda birama yang digunakan 2/4, 3/4, dan 4/4, dan 5) lagu-lagu AT. Mahmud masuk dalam kategori lagu bentuk 2 bagian.Kata Kunci: lagu anak, ciri-ciri musikal Abstract Defense of AT. Mahmud songs, who until now is still sung at school and outside of school, has the attraction to be analyzed musikally. The purpose of this study was to find out the musikal characteristics of AT Mahmud's children's songs. This research uses a descriptive method. Data analysis uses 5 children's songs created by AT. Mahmud is a song called Cemara, Pemandangan, Ruri Abangku, Kereta Apiku, and Burung Layang-layang with a focus on the musikal characteristics of the song created by AT Mahmud. The results of the analysis show that the musikal characteristics of AT songs. Mahmud is: 1) more melodic movements using step movements (M2 and m2 intervals), 2) Motif processing techniques using sequence and Harafiah techniques, 3) Chord progressions using the main chords I, IV and V (major / minor), and kadens , 4) the sign of the times used 2/4, 3/4, and 4/4, and 5) AT. Mahmud songs is included in the category of two-part songs.Keywords: children's songs, musikal characteristics
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Tyasrinestu, Fortunata. "Lirik Musikal pada Lagu Anak Berbahasa Indonesia." Resital: Jurnal Seni Pertunjukan 15, no. 2 (2014): 163–68. http://dx.doi.org/10.24821/resital.v15i2.850.

Full text
Abstract:
Penelitian ini mengkaji bahasa lagu anak berbahasa Indonesia. Lagu anak berbahasa Indonesia adalah lagu yang diperuntukkan dan dinyanyikan oleh anak-anak sesuai dengan perkembangan anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan karakteristik lagu anak (LA) secara musikal dengan memperhatikan kata-kata atau lirik yang ada dalam lagu anak berbahasa Indonesia. Karakteristik lirik dan karakteristik musikal yang saling menyatu merupakan harmoni yang indah dalam lagu anak. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Analisis yang diterapkan adalah metode holistik yang dipergunakan untuk melihat LA dari beberapa perspektif melalui wawancara dan angket yang diperoleh dari praktisi musik dan praktisi pendidikan, guru, orangtua, siswa dan awam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lagu anak berbahasa Indonesia mempunyai beberapa karakteristik secara lirik dan musikal yaitu 1) pola ritme yang diulang secara musikal, 2) melodi yang diulang secara musikal, 3) motif yang diulang secara musikal, dan 4) kata-kata yang diulang secara musikal. Fungsi lagu anak berbahasa Indonesia selain untuk belajar bahasa juga mengandung nilai pendidikan dan karakter positif untuk anak dengan kata-kata bermakna positif pada lirik-liriknya. The Characteristics of Musical Lyrics on Indonesian Children Songs.The study tries to examine the discourse of Indonesian children songs. Indonesian children songs are songs that are composed for and sung by children in accordance with the child development stages. The purpose of this study is to describe the discourse of Indonesian children songs which describe their musical characteristics by giving more attention on words or lyrics of the songs. The characteristics of lyrics and musical characteristics that belong to each other are mainly a beautiful harmony in children songs. This study uses a descriptive method. The holistic method is employed to analyze children songs from some perspectives by doing the interview and distributing questionnaires to musicians, educators, teachers, parents, students, and common people in terms of composition background, the actual condition, and the resulted effect. The result shows that the Indonesian children songs have their own lyrics and musical characteristics as the followings: 1) the pattern of repeated musical rhythm, 2) the musically-repeated melody , 3) the repeated musical motives, and 4) the musically-repeated words. The function of Indonesian children songs is to learn a language of which the songs may also contain positive education values and characters for children by showing the meaningful words in the lyrics.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Eger, Manfred. "Mär vom gestohlenen Tristan-Akkord." Die Musikforschung 52, no. 4 (2021): 436–53. http://dx.doi.org/10.52412/mf.1999.h4.909.

Full text
Abstract:
Das Liebestrank-Motiv, das mit dem Tristan-Akkord beginnt und die Keimzelle von Richard Wagners epochemachendem Werk ist, kommt auch in Franz Liszts Lied <Ich möchte hingeh'n> vor, das 1845 konzipiert wurde, 15 Jahre vor <Tristan und Isolde>. Generationen von Musikwissenschaftlern und Publizisten rühmten Liszt deshalb als den eigentlichen Bahnbrecher der neuen Musik. Das Lied wurde jedoch zum ersten Mal 1859 veröffentlicht, nachdem Liszt sich bei Wagner für den Druck des ersten <Tristan>-Aufzugs bedankt und im Druckmanuskript des Liedes einige Korrekturen vorgenommen hatte. Dabei fügte er auch das Liebestrank-Motiv als freundschaftliche Anspielung ein, veränderte jedoch offenbar versehentlich den Tristan-Akkord.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

I Wayan Rai S. "TIFA DI TANAH PAPUA DALAM PERSPEKTIF ETNOMUSIKOLOGI." Jurnal Penelitian Arkeologi Papua dan Papua Barat 12, no. 2 (2021): 115–32. http://dx.doi.org/10.24832/papua.v12i2.290.

Full text
Abstract:
Tifa adalah salah satu jenis alat musik tradisi di Tanah Papua. Sampai saat ini studi tentang Tifa masih sangat terbatas, walaupun ada beberapa artikel tentang alat musik ini, namun tulisan-tulisan tersebut masih sangat ringkas dan tidak lengkap. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara lebih mendalam tentang musik Tifa di Tanah Papua. Tifa dipandang sebagai instrumen musik penting bagi masyarakat Papua yang telah diwarisi sejak masa yang lampau. Selain itu juga untuk mengetahui konteks sosial-budaya tifa itu pada masyarakat pendukungnya di Tanah Papua. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah musik Tifa itu sendiri, para informan terpilih antara lain kepala suku, para pemain, dan budayawan daerah setempat. Seluruh data yang telah dikumpulkan melalui observasi partisipasi, wawancara, dan rekaman, dianalisis dengan menggunakan teori musik dan teori fungsional struktural. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa: (1) Tifa adalah instrumen musik tradisi di Tanah Papua yang terbuat dari kayu dengan membrane dari kulit binatang dan tergolong single-headed frame drum. Asal usul Tifa terkait erat dengan foklor. Badan Tifa dihiasi dengan motif-motif tertentu sesuai kepercayaan masyarakat pendukungnya Alat musik ini dimainkan oleh seorang pemain dengan jalan memukul bagian membrane nya dengan basis empat pola ritme. (2) Dalam konteks sosisal budaya, tifa memiliki fungsi sebagai atribut kebesaran Ondoafi (kepala suku), sebagai sarana komunikasi, sarana penghubung kepada Tuhan, leluhur, serta kekuatan alam lainnya. Sebagai hasil kebudayaan ekspresif, alat musik ini dipergunakan sebagai pengiring nyanyian wor dan pengiring tari. Masyarakat Papua memaknai tifa sebagai karya budaya yang dijadikan simbol jati diri, pemberi identitas, dan sarana penguat ikatan relasi sosial.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Ryabova, Olga. "MUSIKAL-AUDITORY NOTIONS AS THE MAIN FORM OF MUSICAL THINKING OF A PERSON." Aesthetics and Ethics of Pedagogical Action, no. 13 (March 9, 2016): 60–68. http://dx.doi.org/10.33989/2226-4051.2016.13.171539.

Full text
Abstract:
The article deals with some peculiarities of musical-auditory notions as the main form of musical thinking and observes their intonational essence in the context of intensive musical activity of a person. The author emphasizes the great importance of the musical thinking studies of B. Asafyev, M. Aranovsky, B. Teplov, Y. Zagarelly and others, takes into consideration general laws of psychology as well, in accordance with the above-mentioned researchers’ works: musical thinking is an artistic thinking within the framework of the art of music. The form of musical thinking is the musical- auditory notions that are formed in the process of musical activity as a result of interpretation of acoustic impressions.The author points out that the sound nature of music art causes the peculiarities of music impressions, being formed on the ground of the personal music-listening experience. Sound images are produced by the music previously perceived. The essence of these images is music inflection that, in the course of comprehension of music phenomena, becomes the base for the musical-auditory notions emergence.The author states that the musical-auditory notions formation, motive and visual images appear on the ground of personal sensory perceptions and cognitive experience in the course of music activity. Based on the musicological works the author defines the substance of the musical-auditory notions as intonational process that reflects the features of musical thinking in the sociocultural context of the historical development of musical art.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
More sources
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography