To see the other types of publications on this topic, follow the link: Optická kamera.
Journal articles on the topic 'Optická kamera'
Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles
Consult the top 29 journal articles for your research on the topic 'Optická kamera.'
Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.
You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.
Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.
1
Jacobsen, Dirk, Carsten Lanquillon, Carsten Wittenberg, and Peter Ott. "Skalierbare Smart-Kameras für die Inline-Inspektion." atp magazin 62, no. 1-2 (February 19, 2020): 94–100. http://dx.doi.org/10.17560/atp.v62i1-2.2390.
Full textAbstract:
Smart-Kameras sind ein elementarer Bestandteil in der industriellen Fertigung. Jedoch veraltet deren Datenverarbeitungshardware schnell, während die Optik langlebig ist. Um Bildanalysealgorithmen mit erhöhtem Ressourcenbedarf trotz Limitierung der Smart-Kamera in Fertigungsanlagen flexibel integrieren zu können, werden in diesem Beitrag die Möglichkeiten diskutiert, wie solche Systeme mit Ressourcen in der Cloud erweiterbar sind. Es wird eine Systemarchitektur und deren Umsetzung vorgestellt, die konstante, wie auch schwankende Bildverarbeitungskapazitäten in der Cloud skalierbar erschließen.
2
Wasyluk, Jaromir, Ilona Kaczmarek, Małgorzata Myślińska, and Marta Dubisz. "Optyka adaptywna – nowa technologia w diagnostyce obrazowej." OphthaTherapy 7, no. 1 (March 31, 2020): 10–16. http://dx.doi.org/10.24292/01.ot.310320.02.
Full textAbstract:
Technologia optyki adaptywnej (AO, adaptive optics) stała się w ostatnim czasie cennym narzędziem diagnostycznym w badaniach nad mikrostrukturą i funkcją siatkówki. Wykorzystując światło z zakresu bliskiej podczerwieni, kamera optyki adaptywnej umożliwia nieinwazyjne obrazowanie fotoreceptorów (głównie czopków), ściany i światła naczyń siatkówki, włókien nerwowych oraz struktur blaszki sitowej, które trudno uwidocznić za pomocą innych, stosowanych obecnie technik. Technologia AO może dostarczyć informacji o patologicznych zmianach w siatkówce, nawet gdy brakuje jakichkolwiek odchyleń od normy w obrazowych badaniach strukturalnych lub funkcjonalnych. Obecnie aparat rtx1TM (Imagine Eyes, Francja) jest jedynym urządzeniem z kamerą optyki adaptywnej dopuszczonym do badań okulistycznych w wielu krajach. W niniejszym artykule przedstawiamy krótki przegląd rozwoju technologii optyki adaptywnej oraz stale zmieniające się możliwości jej zastosowania w diagnostyce okulistycznej.
3
Bieszczad, Grzegorz, Krzysztof Sawicki, Sławomir Gogler, Andrzej Ligienza, and Mariusz Mścichowski. "Thermal Imaging Camera Supporting the Navigation of UAVs." Pomiary Automatyka Robotyka 25, no. 3 (September 13, 2021): 43–50. http://dx.doi.org/10.14313/par_241/43.
Full textAbstract:
The topic of this paper is an evaluation of developed sensor intended for navigation aid of unmanned aerial vehicles (UAVs). Its operation is based on processing images acquired with a thermal camera operating in the long-wave infrared band (LWIR) placed underneath a vehicle’s chassis. The vehicle’s spatial displacement is determined by analyzing movement of characteristic thermal radiation points (ground, forest, buildings, etc.) in pictures acquired by the thermal camera. Magnitude and direction of displacement is obtained by processing the stream of consecutive pictures with optical-flow based algorithm in real time. Radiation distribution analysis allows to calculate camera’s self-translation vector. Advantages of measuring translation based on thermal image analysis is lack of drift effect, resistance to magnetic field variations, low susceptibility to electromagnetic interference and change in weather conditions as compared to traditional inertial navigation sensors. As opposed to visible light situational awareness sensors, it offers operation in complete darkness (harsh weather, nights and indoors).The topic of this paper is an evaluation of developed sensor intended for navigation aid of unmanned aerial vehicles (UAVs). Its operation is based on processing images acquired from a thermal camera operating in the long wave infrared band (LWIR) placed underneath a vehicle’s chassis. The vehicle’s spatial displacement is determined by analyzing movement of characteristic thermal radiation points (ground, forest, buildings, etc.) in pictures acquired by the thermal camera. Magnitude and direction of displacement is obtained by processing the stream of consecutive pictures with optical-flow based algorithm in real time. Radiation distribution analysis allows to calculate camera’s self-translation vector. Advantages of measuring translation based on thermal image analysis is lack of drift effect, resistance to magnetic field variations, low susceptibility to electromagnetic interference and change in weather conditions as compared to traditional inertial navigation sensors. As opposed to visible light situational awareness sensors, it offers operation in complete darkness (harsh weather, nights and indoors).
4
Supriyatin, Wahyu. "ANALISIS PERBANDINGAN PELACAKAN OBJEK MENGGUNAKAN OPTICAL FLOW DAN BACKGROUND ESTIMATION PADA KAMERA BERGERAK." ILKOM Jurnal Ilmiah 11, no. 3 (December 31, 2019): 191–99. http://dx.doi.org/10.33096/ilkom.v11i3.452.191-199.
Full text
5
Sugeng, Winarno, Rio Korio Utoro, and Mochamad Tegar Prabowo. "Identifikasi Plat Nomor Kendaraan Dengan Metode Optical Character Recognition Menggunakan Raspberry Pi." Jurnal Informatika 7, no. 2 (September 2, 2020): 116–25. http://dx.doi.org/10.31294/ji.v7i2.7997.
Full textAbstract:
Plat Nomor Kendaraan merupakan identitas bagi setiap kendaraan bermotor yang terdaftar oleh pemerintah Indonesia. Proses identifikasi plat nomor diawali dengan pembambilan gambar kendaraan dengan kamera. Gambar akan di resize untuk menyamakan ukuran citra dan crop untuk memisahkan antara plat nomor dengan bagian kendaraan lainnya menggunakan algoritma Perspective Transform, setelah itu di crop kembali untuk memisahkan antara kode wilayah, kode registrasi dan kode seri wilayah, lalu setiap karakter akan dikenali menggunakan metode Optical Character Recognition (OCR) berdasarkan citra karakter hasil crop. Terdapat proses character error handling untuk meningkatkan tingkat akurasi identifikasi pada karakter plat nomor. Plat nomor Indonesia yang diujikan terbagi menjadi 4 kategori yaitu Plat Standar Mobil, Plat Kustom Mobil, Plat Tidak Standar dan Plat Motor. Resolusi kamera terbaik menggunakan resolusi 1280x720 piksel dan menghasilkan rata-rata waktu uji 6,51 detik. Persentase kebenaran identifikasi karakter terbesar untuk plat standar sebesar 100% pada nilai lux 20~39 dan nilai lux 70~99, sedangkan untuk plat nomor kustom persentase kebenaran identifikasi karakter terbesar sebesar 58% pada nilai lux 90~140. Sedangkan untuk plat tidak standar tidak ada persentase kebenaran identifikasi karakter terbesar menghasilkan persentase 0% pada semua nilai lux yang diujikan. Untuk plat nomor motor persentase kebenaran identifikasi karakter terbesar sebesar 8% pada nilai lux 150~199. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa plat nomor standar menjadi rekomendasi yang tepat bagi setiap kendaraan bermotor yang ada di Indonesia.
6
Buana, I. Komang Setia. "Aplikasi Mendeteksi Gerakan Tangan untuk Bermain Game Pingpong dengan Teknik Pengolahan Citra." Creative Information Technology Journal 4, no. 1 (August 12, 2017): 1. http://dx.doi.org/10.24076/citec.2016v4i1.90.
Full textAbstract:
Keyboard, mouse, dan joystick merupakan perangkat keras yang sering digunakan untuk interaksi antara manusia dan komputer yang bersifat mekanis. Meskipun akurat, tetapi model interaksi yang dilakukan tidak bersifat alami sebagaimana manusia berinteraksi dengan sesamanya. Penggunaan peralatan-peralatan tersebut untuk mengoperasikannya membutuhkan adanya kontak langsung antara user dengan komputer. Dengan menggunakan visi komputer tidak membutuhkan kontak langsung pengguna dengan peralatan input, melainkan komputer menangkap gerakan pengguna melalui kamera video dan menginterpretasikannya. Gerakan yang diteliti disini adalah gerakan tangan. Kamera (webcam) merupakan alat yang digunakan untuk melakukan pengenalan tangan. Kamera ini digunakan sebagai sensor untuk mendeteksi pergerakan tangan. Pendeteksian gerakan tangan diimplementasikan dengan menggunakan library emguCV dan algoritma optical flow. Penerapan dari keakuratan aplikasi yang dibuat adalah dengan memainkan game pingpong. Uji coba menggunakan game pingpong sederhana dimana gerakannya kiri kanan atas bawah. Ketika kursor keatas otomatis bat pingpong keatas, dan seterusnya. Dari ujicoba penelitian dengan pencahayaan terang dimana resolusi webcame yang diuji coba 3 MP dan 1 MP, game pingpong lancar dimainkan sedangkan dengan pencahayaan redup, cursor lambat bergerak otomatis bat pingpong juga ikut lambat.Keyboard, mouse, and joystick are hardware devices that are often used for the interaction between humans and computers being mechanical. Although accurate, but the model of interactions is not naturally as humans interact with each other. The use of such equipment to operate it requires direct contact between user and computer. By using a computer vision does not require direct contact with the user input device, but a motion capture computer user via a video camera and interpreting them. Movements studied here is the movement of the hand. The camera (webcam) is a tool used to perform the introduction of the hand. These cameras are used as sensors to detect hand movements. The detection of hand movements implemented using emguCV library and optical flow algorithm. Implementation of the accuracy of the application is made is by playing Ping-Pong game. Test using a simple ping pong game in which the movement left top right bottom. When the cursor upwards automatically ping pong bat up, and so on. From research trials with bright lighting where webcam tested resolution of 3 MP and 1 MP, a Ping-Pong game played smoothly while the dim lighting, the slow-moving cursor automatically Ping-Pong bat also slow.
7
Hidayat, Muhammad, Leo Hermawan, Riskiyan Hadi, Hariyadi Putraga, and Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar. "Pengukuran Diameter dan Kedalaman Kawah Bulan." MUST: Journal of Mathematics Education, Science and Technology 6, no. 1 (July 31, 2021): 121. http://dx.doi.org/10.30651/must.v6i1.7547.
Full textAbstract:
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan dengan tujuan untuk mengukur secara tidak langsung diameter dan kedalaman kawah bulan yang diperoleh saat pengamatan Bulan. Penelitian ini dilakukan di Observatorium Ilmu falak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara dengan menggunakan teleskop William Optics Gt 102, Mounting iEQ45 Pro Kamera CCD QHY 5-II dan Canoon 600D. Penelitian ini fokus pada pengamatan kawah di Bulan, menentukan ukuran diameter dan kedalamannya pada basis foto dan perhitungan sederhana dengan beberapa penyederhanaan matematis. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian, didapat nilai untuk diameter (d) dan kedalaman (h) untuk kawah bernama Tycho yaitu d=102,95; h=6,6. Copernicus d=110,14; h=5,4. Schiller d=28,98; h=8,6. Kepler d=178,82; h=3,8 dengan tingkat kesalahan pengukuran 2%.
8
Güell, José L., and Omar A. Barrada. "Intracorneal Inlays – Special Focus on the Raindrop." European Ophthalmic Review 08, no. 01 (2014): 23. http://dx.doi.org/10.17925/eor.2014.08.01.23.
Full textAbstract:
Presbyopia remains the last frontier for refractive surgeons. With increased demand for spectacle independence at all ages, ophthalmologists are exploring different approaches for presbyopia correction. The idea of adding synthetic material to the cornea for the management of presbyopia has come a long way since its inception. The Raindrop® (ReVision Optics®), KAMRA Inlays (AcuFocus) and the Flexivue Microlens (Presbia) are three very different inlays that attempt to reverse presbyopia through different mechanisms. The Raindrop changes the curvature of the anterior cornea in the plane of the pupil, the Kamra uses the principle of the pinhole to increase depth of focus, while the Flexivue is a refractive annular add lenticule that creates a paracentral zone for near vision. The decreased incidence of complications, ease of insertion, reversibility and potential applicability to patients with various refractive statuses make inlays a powerful addition to the armamentarium in the management of presbyopia.
9
Apriyanti, Kristina, and Triyogatama Wahyu Widodo. "Implementasi Optical Character Recognition Berbasis Backpropagation untuk Text to Speech Perangkat Android." IJEIS (Indonesian Journal of Electronics and Instrumentation Systems) 6, no. 1 (April 30, 2016): 13. http://dx.doi.org/10.22146/ijeis.10767.
Full textAbstract:
AbstrakProsedur penggunaan aplikasi text to speech pada perangkat mobile yang ada umumnya saat ini yakni pengguna aplikasi ini harus menginput manual kata yang akan diaktualisasikan dengan suara. Pada penelitian ini, dirancang sebuah sistem input kata pada aplikasi text to speech dengan memanfaatkan pengolahan citra digital. Pengguna cukup mengambil gambar (capture) kata yang akan disuarakan tersebut tanpa harus mengetik manual pada area teks input. Metode yang digunakan dalam sistem ini meliputi akuisisi citra, pra pengolahan citra, segmentasi karakter, pengenalan karakter, dan integrasi dengan engine text to speech pada perangkat Android. Akuisisi citra dilakukan menggunakan kamera pada perangkat mobile untuk mengambil gambar kata yang akan diinputkan. Pengenalan karakter menggunakan jaringan saraf tiruan (JST) algoritma perambatan balik (back propagation). Sistem pengolahan citra yang berhasil dibuat kemudian dihubungkan dengan engine Google Text to Speech. Sistem pengenalan karakter pada penelitian ini menggunakan model jaringan syaraf tiruan (JST) dengan akurasi 97,58%. Sistem ini mampu mengenali beberapa tipe font yakni Arial, Calibri, dan Verdana. Rerata akurasi pengenalan pada sampel uji yang digunakan di dalam penelitian ini sebesar 94,7% dengan kondisi jarak pengambilan gambar pada rentang jarak 3 – 8 cm dan posisi kamera tegak lurus menghadap kertas tulisan. Kata kunci— Android, OCR, Back Propagation, OpenCV, Text to Speech Abstract Procedures using text to speech application on a mobile device generally at this time is user must manually enter the word to be actualized in speech. In this study, designed a words input system for text to speech application using digital image processing. This system makes users simply to do the words capturing that will be voiced without manually typing in the text area input.The method used in this system includes image acquisition, image pre-processing, character segmentation, character recognition, and integration with text to speech engine on mobile devices. Image acquisition was performed using the camera on a mobile device to capture the word to be entered. Character recognition using back propagation algorithm. Image processing system successfully created and then integrated with Google Text to Speech engine.Character recognition system in this study using a model of neural networks (ANN) with an accuracy of 97.58%. The system is able to recognize some types of font that is Arial, Calibri, and Verdana. The mean recognition accuracy on the test sample used in this study 94.7% with distance shooting conditions within the range 3-8 cm and the camera upright position facing the letter. Keywords— Android, OCR, Back Propagation, OpenCV, Text to Speech
10
Güell, José L., and Omar A. Barrada. "Intracorneal Inlays—Special Focus on the Raindrop." US Ophthalmic Review 07, no. 02 (2014): 123. http://dx.doi.org/10.17925/usor.2014.07.02.123.
Full textAbstract:
Presbyopia remains the last frontier for refractive surgeons. With increased demand for spectacle independence at all ages, ophthalmologists are exploring different approaches for presbyopia correction. The idea of adding synthetic material to the cornea for the management of presbyopia has come a long way since its inception. The Raindrop® (ReVision Optics®), KAMRA™ Inlays (AcuFocus™), and the Flexivue Microlens™ (Presbia™) are three very different inlays that attempt to reverse presbyopia through different mechanisms. The Raindrop changes the curvature of the anterior cornea in the plane of the pupil, the KAMRA uses the principle of the pinhole to increase depth of focus, while the Flexivue is a refractive annular add lenticule that creates a paracentral zone for near vision. The decreased incidence of complications, ease of insertion, reversibility, and potential applicability to patients with various refractive statuses make inlays a powerful addition to the armamentarium in the management of presbyopia.
11
Humonggio, Ribhanrio, Riska Kurniyanto Abdullah, and Muhammad Asri. "Pengenalan Plat Nomor Menggunakan Image Processing Pada Perangkat Mikrokontroller." Jurnal Teknologi Informasi Indonesia (JTII) 4, no. 2 (November 27, 2019): 63–70. http://dx.doi.org/10.30869/jtii.v4i2.400.
Full textAbstract:
Perancangan sistem pengenalan plat nomor merupakan salah satu sistem yang dapat membantu proses pengolahan data plat nomor kendaraan berupa plat mobil dengan menggunakan image processing yang dapat meningkatkan kinerja dari sistem kontrol dan informasi pada area pengenalan. Ada beberapa tahapan dalam pengenalan yaitu gambar yang diambil melalui kamera webcam yang sudah dikonfigurasikan dengan raspberry pi 3, selanjutnya mencari lokasi plat nomor dan menyegmentasi setiap karakter yang ada dari plat nomor tersebut, selanjutnya proses optical caracter recognition dapat mengenali huruf dan angka. Hasil pengujian menunjukkan tingkat keberhasilan yang cukup memuaskan, dari 12 hasil pengujian gambar plat nomor kendaraan total keberhasilan secara menyeluruh terdapat pada plat nomor dengan persentase akurasi 84.7% sampai 99.97 % dan pengenalan warna 8 kendaraan yang berhasil dikenali dengan benar dan 4 kendaraan salah. Pengujian kedua dilakukan pada plat kendaraan mobil mini dengan posisi pengambilan gambar berbeda, dimana hasil dari deteksi berhasil mengenali angka dan huruf dengan benar nilai akurasi 93.3%.
12
Kameta, Naohiro, and Hidenobu Shiroishi. "Correction: PEG-nanotube liquid crystals as templates for construction of surfactant-free gold nanorods." Chemical Communications 54, no. 65 (2018): 9091. http://dx.doi.org/10.1039/c8cc90347f.
Full text
13
Normalasari, Devy, and Irawan Afrianto. "Aplikasi Identifikasi Kata Berbasis Optical Character Recognition dan Augmented Reality." Komputa : Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika 8, no. 2 (October 21, 2019): 77–85. http://dx.doi.org/10.34010/komputa.v8i2.3053.
Full textAbstract:
Teks tertulis merupakan salah satu metode yang umum untuk menyampaikan informasi. Namun, ketika berwisata ke luar negeri informasi tersebut ditemui dalam bahasa asing. Bagi beberapa individu perbedaan bahasa membuat informasi tersebut tidak dapat tersampaikan dengan baik. Penggunaan kamus digital menjadi pilihan wisatawan untuk menerjemahkan bahasa dengan pencarian kata yang cepat dan mudah. Namun kamus digital masih memiliki kekurangan, yaitu wisatawan harus mengetikan teks yang ingin diterjemahkan, maka dibutuhkan sebuah aplikasi alternatif yang dapat mendeteksi karakter teks dan menerjemahkannya langsung. Salah satu teknologi yang dapat dimanfaatkan adalah teknologi Augmented Reality dengan dukungan perangkat mobile bersistem operasi Android. Teknologi Optical Character Recognition juga akan diterapkan untuk pengenalan kata pada citra yang dideteksi. Pada sistem yang akan dibangun, Augmented Reality akan memanfaatkan kamera yang ada pada perangkat Android untuk mendeteksi teks tanpa harus menyimpan gambar terlebih dahulu. Kemudian objek atau target teks yang terdeteksi akan dikonversi kedalam teks yang dapat diedit oleh Optical Character Recognition sehingga teks tersebut dapat diterjemahkan. Penerjemahan dilakukan secara offline maupun online dengan Bing Miscrosoft Translator. Hasil terjemahan teks tersebut kemudian akan ditampilkan dengan Augmented Reality pada layar perangkat Android. Terjemahan kata akan tampil di luar wilayah pendeteksian atau ROI secara berurut untuk setiap kata dari atas ke bawah. Implementasi AR dengan OCR pada aplikasi Word Translatar diharapkan dapat membantu wisatawan dalam menerjemahkan kata-kata berbahasa asing secara realtime dan akurat tanpa harus mengetik.
Kata kunci : Augmented Reality, Optical Character Recognition, Pengenalan Kata, Penerjemah, Vuforia
14
Seitz, Peter, Thierry Oggier, and Nicolas Blanc. "Optische 3D-Halbleiter-Kameras nach dem Flugzeitprinzip (All-Solid-State Optical Time-of-Flight 3D Range Imaging)." tm - Technisches Messen 71, no. 10-2004 (October 2004): 538–44. http://dx.doi.org/10.1524/teme.71.10.538.49132.
Full text
15
Tomita, Minoru, and Tukezban Huseynova. "Evaluating the Short-Term Results of KAMRA Inlay Implantation Using Real-Time Optical Coherence Tomography-Guided Femtosecond Laser Technology." Journal of Refractive Surgery 30, no. 5 (May 1, 2014): 326–29. http://dx.doi.org/10.3928/1081597x-20140416-06.
Full text
16
Neumeister, Volker, Werner Jaross, Jobst Henker, and Georg Kaltenborn. "Simultaneous Determination of Fecal Fat, Nitrogen and Water by Fourier Transform near Infrared Reflectance Spectroscopy through a Polyethylene/Polyaminde Film." Journal of Near Infrared Spectroscopy 6, A (January 1998): A265—A272. http://dx.doi.org/10.1255/jnirs.206.
Full textAbstract:
The determination of fecal fat, nitrogen and water is important to get evidence for malassimilation and for estimating the efficacy of treatment with pancreatic enzymes. Standard methods for the determination of these parameters (van-de-Kamer method for fat determination, Kjeldahl method for nitrogen determination) are expensive, time-consuming and cumbersome for laboratory assistants. Near infrared (NIR) reflectance spectroscopy was evaluated as a potentially attractive alternative method, especially because the simultaneous measurement of fat, nitrogen and water content is possible. After homogenisation parts of stool samples were packed and thermowelded in a bag of polyethylene/polyamide (PE/PA) film to optimize the handling in the laboratory. Two optical systems were tested: 1. Fiber optic, In-Ga-As-detector, weavelength range 1000–2500 nm, area of measurement diameter 4–mm; 2. Integrating sphere, Ge-detector, wavelength range 1000–1800 nm, area of measurement diameter 10 mm. Forty stool samples were used for calibration, another 20 for validation from both healthy children and patients with cystic fibrosis in an age range from 5 to 18 years. The concentrations of fecal compounds were calculated using the chemometric Partial Least Square (PLS) method with the NIR reflectance spectroscopy measurement data. The calibration were carried out based on results of chemical analysis with standard methods. The regression equations of the external NIR reflectance spectroscopy validations were as follows: 1. for the fiber optic system: fat determination y = 0.9737x + 5.7261r = 0.989, nitrogen determination y = 1.0092x+0.0731 r = 0.933, water determination y = 0.9699x+2.0703 r = 0.993; 2. for the integrating sphere system: fat determination y = 1.0308x–1.6797 r = 0.998, nitrogen determination y = 0.9529x+0.5302 r = 0.959, water y = 1.0301x–1.8193 r = 0.993. The NIR reflectance spectroscopy method is a precise and alternative method for the determination of fecal fat, nitrogen and water. Moreover, handling is simple, time of analysis is short (4 minutes on average) and all calibrated constituents can be analyzed simultaneously. Therefore, we conclude that NIR reflectance spectroscopy is a reliable and useful method for analysis of fecal components in laboratory medicine.
17
Kırcı, Pınar, and Fatih Cambek. "El Hareketi Tanıma Sistem Tasarımı." Academic Perspective Procedia 3, no. 1 (October 25, 2020): 571–75. http://dx.doi.org/10.33793/acperpro.03.01.107.
Full textAbstract:
Bilgisayar bilimlerindeki önemli çalışma konularından biri görüntü işlemedir. Bir görüntüden faydalı bir bilgi çıkarılarak yorumlanması gerektiğinde görüntü işleme tekniklerinden faydalanılmaktadır. İşlenecek görüntü, kameralar, optik tarayıcılar ve fotoğraf makineleri yardımıyla elde edilebilir. Bu dijital görüntülerin sayısallaştırılmasıyla üzerinde farklı işlemler uygulanarak anlamlı yorumlanabilir sonuçlar elde edilebilir. Tıp, Askeri, Endüstriyel ve Coğrafi Sistemler gibi birçok alanda kullanılan görüntü işleme teknikleri, güvenlik sistemleri alanında da yaygın olarak kullanılmaktadır. Bu çalışmada, bilgisayarla görme ve görüntü işleme teknikleri kullanılarak kamera görüş alanına giren kullanıcının el hareketlerinin yorumlanması ile hem kameralar daha fonksiyonel kullanılabilmekte hem de kullanıcının monitörden uzakta hiçbir fiziksel temasta bulunmadan bilgisayarı yönetmesi sağlanmaktadır.
18
Jacobs, Cornelius, Milena Ploeger, Sebastian Scheidt, Philip Rößler, Rahel Bornemann, Collin Jacobs, Christof Burger, Dieter Wirtz, Fridjof Trommer, and Frank Schildberg. "3-D Optics for Thoracoscopic Vertebral Body Replacement – Essential Technical Progress or Just Nice to Have?" Zeitschrift für Orthopädie und Unfallchirurgie 157, no. 01 (July 13, 2018): 35–41. http://dx.doi.org/10.1055/a-0630-3073.
Full textAbstract:
Zusammenfassung Hintergrund Dreidimensionale (3-D) endoskopische Optiken können durch 2 Kameras die unterschiedliche Perspektive des rechten und linken Auges simulieren und somit die Illusion einer räumlichen Tiefe erzeugen. Im laparoskopischen Einsatz konnte eine optimierte Orientierung und ein exakteres Handling gegenüber 2-D-Optiken nachgewiesen werden. Ob sich diese Ergebnisse auch auf den thorakoskopischen Wirbelkörperersatz im thorakolumbalen Übergang übertragen lassen, wird anhand der retrospektiven Studie untersucht. Hypothesen: 1. Der ventrale Wirbelkörperersatz unter Einsatz der 3-D-Thorakoskopie führt zu einer kürzeren OP-Zeit. 2. Der perioperative Blutverlust sinkt durch die bessere Raumorientierung (zügigere Blutstillung) und verminderte Gewebeschädigung. Material und Methoden In der retrospektiven Studie wurden 29 Patienten mit ventralem thorakoskopischem Wirbelkörpersatz eingeschlossen. Bei n = 14 Patienten wurde die konventionelle 2-D-Optik angewendet, bei n = 15 Patienten die 3-D-Optik. Es wurden perioperative Daten wie Blutverlust, OP-Dauer und Aufenthaltsdauer analysiert. Statistische Signifikanz wurde mittels Studentʼs t-Test berechnet. Ergebnisse Die häufigste Diagnose war eine LWK-1-Fraktur (n = 18, 62%). Die mittlere OP-Zeit war in der 3-D-Gruppe (149 ± 29, 107 – 198 min) um 24 min kürzer als in der 2-D-Gruppe (173 ± 39, 125 – 260 min), jedoch nicht signifikant. Der gesamte perioperative Blutverlust der 3-D-Gruppe war signifikant niedriger als in der 2-D-Gruppe (**p = 0,043). Der anteilige intraoperative Blutverlust der 3-D-Gruppe war ebenfalls niedriger (im Mittel um 115 ml), jedoch nicht signifikant. Signifikant geringer war die Fördermenge der Thoraxdrainage bei der 3-D-Gruppe (248 vs. 560 ml, *p = 0,0195). Der stationäre Aufenthalt bei der 3-D-Gruppe war im Mittel 1,5 Tage (d) kürzer, jedoch nicht signifikant. Schlussfolgerung Sowohl mit der konventionellen 2-D-Optik als auch mit der 3-D-Optik ist der thorakoskopisch assistierte Wirbelkörperersatz im thorakolumbalen Übergang ein sicheres und zuverlässiges Operationsverfahren. Beide Verfahren ermöglichen vergleichbare OP-Zeiten, aber in unserer Studie bei der 3-D-Optik mit signifikant reduziertem Blutverlust postoperativ. Die vorliegende Studie ist hinsichtlich der geringen Fallzahl und aufgrund des retrospektiven Charakters lediglich als orientierende Pilotstudie zu werten.
19
Cubillan, Nestor, Julio Deluque-Gomez, and Antenor Arcon-Osorio. "Taylor-based finite-differences generalized equations for the nonlinear optical properties calculations/Ecuaciones generalizadas de diferencias finitas basadas en series de Taylor para el cálculo de propiedades ópticas no lineales." Prospectiva 16, no. 2 (July 24, 2018): 13–23. http://dx.doi.org/10.15665/rp.v16i2.1573.
Full textAbstract:
En este trabajo se dedujo un nuevo conjunto de ecuaciones de diferencias finitas basadas en la serie de Taylor para el cálculo de propiedades ópticas no lineales de sistemas moleculares. Las expresiones se obtuvieron a partir de las ecuaciones generalizadas de diferencias finitas con grado y exactitud arbitrarios, corrigiendo el orden de magnitud del error de truncamiento en las componentes no-axiales de las hiperpolarizabilidades. Las mismas se validaron calculando las propiedades ópticas no lineales en 2 grupos de moléculas cuyos valores de primera y segunda hiperpolarizabilidad se han medido experimentalmente. Las moléculas fueron la 4-nitro-anilina, 4-ciano-fenol. Los valores de energía de cada sistema en función del campo eléctrico se calcularon por métodos de teoría del funcional de la densidad. Los resultados se compararon con los obtenidos con las ecuaciones de Kurtz y Kamada. El mejor desempeño se obtuvo con los funcionales HSEH1PBE, MN12SX y N12SX. En conclusión, las ecuaciones generalizadas representan una alternativa viable para el cálculo de β y γ con precisión y exactitud ajustables.
20
Abe, Yoshiaki, Kentaro Narita, Hiroki Kobayashi, Akihiro Kitadate, Masami Takeuchi, and Kosei Matsue. "Prevalence and Clinical Characteristics of False-Positive Aspergillus Galactomannan Test in Healthy Subjects and Patients with Hematologic Malignancies." Blood 132, Supplement 1 (November 29, 2018): 2408. http://dx.doi.org/10.1182/blood-2018-99-110939.
Full textAbstract:
Abstract Background: Monitoring of the Aspergillus galactomannan (GM) antigen is an useful tool for early diagnosis of aspergillosis, especially in patients with hematologic malignancies. However, one of the major limitations of this assay is false-positivity, which has been described in pediatric patients, patients with graft-versus-host disease, and those taking dietary GM or certain antibiotics. Only a few studies have shown high incidence of false-positive GM test results in patients with multiple myeloma (MM). Here we investigated the prevalence of false-positive GM test results in healthy subjects and in patients with hematologic malignancies. Methods: First, we analyzed the prevalence and distribution of false-positive GM test results in healthy subjects. Next, we retrospectively analyzed the prevalence and clinical characteristics of false-positive GM test results in consecutive patients with symptomatic MM diagnosed between 2006 and 2018 at Kameda Medical Center, Kamogawa, Japan, and compared these findings with those of our historical cohort of patients with hematologic malignancies other than plasma cell disorders (consecutive patients with non-Hodgkin lymphoma [NHL] and myelodysplastic syndrome [MDS]). Patients with clinical and/or imaging findings consistent with aspergillosis (e.g. sinopulmonary infection) were excluded from the analysis. Serum GM was measured using the double-sandwich enzyme-linked immunosorbent assay (Platelia, Bio-Rad, France) in all subjects before any use of antibiotics or anticancer agents. Serum GM test results were considered positive for optical index value of ≥0.5 in duplicate tests. Results: We enrolled 572 healthy subjects. The median age was 46 years (interquartile range [IQR]: 30-55 years), and 267 (46.7%) were men. We found a positive correlation between the GM antigen levels and age; GM antigen levels tended to be higher in older patients (Figure 1A), and the patients with false-positive GM results were significantly older than those without (median: 54 and 43 years, respectively; P<0.001). We also found that the GM levels were significantly higher in men than in women (P<0.001, Figure 2A); false-positive GM test results were more prevalent in men than in women (21.0% and 9.8%, respectively; P<0.001, Figure 2B). The number of patients with MM, NHL, and MDS was 244, 187, and 112, respectively. There was no inter-group difference in age across the three groups (median: 73, 73, and 74 years, respectively; P=0.95), whereas male patients were significantly more prevalent among patients with MDS (67.9%) and less prevalent among those with MM (46.7%) (P=0.031). Nevertheless, the patients with MM showed significantly higher GM antigen levels and a higher frequency of false-positive GM test results compared to those with NHL or MDS (Figure 3A and 3B). We further investigated the myeloma-related factors, which were associated with the high incidence of the false-positive GM test results in MM, and found that patients with IgG-type MM had significantly higher GM antigen levels and a significantly higher frequency of the false-positive GM test results than those with IgA-type or light-chain-only MM (Figure 4A and 4B). Among the patients with IgG-type MM, IgG levels in patients with positive GM test results were higher than those with negative GM test results, although the difference was not statistically significant (median: 5092.0 and 4559.5 mg/dL, respectively; P=0.10, Figure 5A), whereas no difference in IgG levels was detected between patients with positive and negative results on GM tests among non-IgG-type MM patients (Figure 5B). IgG levels in patients with positive GM test results were significantly higher than in those with negative results among both patients with NHL and MDS (P=0.013 and 0.041, respectively; Figure 6). Conclusions: Our findings revealed significantly high frequencies of false-positive GM test results in the elderly and in men among healthy subjects. We also found a significantly higher frequency of false-positive GM test results in patients with MM, especially in those with IgG-type myeloma, when compared with patients having lymphoid and myeloid neoplasia. These results indicated that careful interpretation of the GM test results may be required in these populations in the assessment of possible aspergillosis. Further studies are required to validate our results and elucidate the mechanisms of these phenomena. Disclosures No relevant conflicts of interest to declare.
21
Nürnberg, Thomas, Hannes Weinreuter, and Fernando Puente León. "Tiefenmessung mithilfe einer Kamera mit programmierbarer Apertur." tm - Technisches Messen 84, s1 (September 26, 2017). http://dx.doi.org/10.1515/teme-2017-0040.
Full textAbstract:
ZusammenfassungBeim Computational Imaging wird die traditionelle Optik einer Kamera angepasst und damit das Lichtsignal noch vor der Digitalisierung beeinflusst. Ein Problem dabei ist der hohe Aufwand einer nachträglichen Anpassung der optischen Komponenten, weshalb derartige Kameras nur sehr spezifisch eingesetzt werden können. In diesem Beitrag wird eine Kamera untersucht, die anstelle einer mechanischen Apertur ein transparentes Flüssigkristalldisplay nutzt. Aufgrund der einfachen Anpassbarkeit der optischen Übertragungsfunktion kann eine derartige Kamera flexibel eingesetzt und auf wechselnde Umgebungsbedingungen eingestellt werden. Die Leistungsfähigkeit der Kamera wird am Beispiel der Tiefenmessung nach dem Depth-from-Defocus-Prinzip untersucht. Der dafür entworfene Algorithmus beruht auf dem Vergleich des beobachteten Leistungsdichtespektrums mit der eingestellten Form der Apertur, um die Skalierung der Punkverschmierungsfunktion anhand eines Einzelbildes zu bestimmen. Die Auswertung einer Testszene zeigt, dass sich mit der Kamera mit programmierbarer Apertur bisherige Simulationsergebnisse reproduzieren lassen und somit Objektentfernungen aus Einzelbildern zuverlässig ermittelt werden können.
22
Fathonah, Nenden Siti, Achmad Yogie Pratama, and Fajar Astuti Hermawati. "KALKULATOR SAINTIFIK BERBASIS KAMERA." KONVERGENSI 15, no. 2 (July 3, 2020). http://dx.doi.org/10.30996/konv.v15i2.3243.
Full textAbstract:
Sistem Optical Character Recognition (OCR) merupakan teknologi pengolahan citra untuk mengidentifikasi tulisan atau karakter yang terdapat pada sebuah gambar. Dalam menerjemahkan suatu citra, Optical Character Recognition melakukan segmentasi terlebih dahulu terhadap citra tersebut sehingga menjadi potongan – potongan gambar karakter. Setelah terbagi menjadi potongan – potongan gambar sistem OCR melakukan pengenalan pada masing – masing gambar karakter tersebut. Karakter dalam gambar yang di scan dengan OCR diubah menjadi text yang kemudian ditampilkan ke layar. Penelitian ini mengimplementasikan template matching dengan koefisien correlation untuk mengidentifikasi tulisan atau text yang terdapat pada sebuah citra. Dan kemudian hasil keluaran dari OCR akan diubah menjadi angka dan operator untuk selanjutnya dilakukan proses kalkulasi atau penghitungan. Dan hasil perhitungan kemudian ditampilkan ke layar. Dari beberapa percobaan diperoleh akurasi pengenalan dan perhitungan sebesar 85%.
23
Makhov, V. E., D. V. Orlov, O. S. Repin, and A. I. Potapov. "CONSTRUCTION OF OPTICAL SYSTEMS VIDEO CONTROL WITH DIGITAL CAMERA HIGH RESOLUTION." Vestnik komp'iuternykh i informatsionnykh tekhnologii, 2014, 15–22. http://dx.doi.org/10.14489/vkit.2014.09.pp.015-022.
Full text
24
Susilawati, Indah. "Ekstraksi Pembuluh Darah pada Citra Retina Mata." JMAI (Jurnal Multimedia & Artificial Intelligence) 1, no. 1 (February 28, 2017). http://dx.doi.org/10.26486/jmai.v1i1.45.
Full textAbstract:
Deteksi dan ekstraksi pembuluh darah pada retina mata merupakan salah satu langkah penting untuk mengetahui atau mendiagnosa beberapa penyakit yang terkait dengan mata, misalnya mengetahui adanya pertumbuhan pembuluh darah yang tampak pada optic disc pada citra retina mata yang menandai adanya penyakit diabetes militus. Seorang pakar medis biasanya melakukan segmentasi pembuluh darah pada retina secara manual untuk kepentingan tersebut. Cara manual ini dilakukan dengan mendasarkan diri pada citra retina mata yang biasanya dihasilkan menggunakan kamera fundus. Dalam penelitian ini dilakukan ekstraksi pembuluh darah pada citra retina mata berbantuan komputer menggunakan cara-cara pengolahan citra digital. Dengan mengambil citra aras keabuan kanal Y (luminansi) dari citra, pembuluh darah diekstraksi setelah dilakukan peningkatan kontras menggunakan metode CLAHE untuk kemudian dilakukan segmentasi dengan cara thresholding. Penelitian menunjukkan bahwa metode berhasil melakukan ekstraksi pembuluh darah pada retina mata dengan akurasi tertinggi 72,47%. Hasil juga menunjukkan bahwa secara visual pembuluh darah berhasil diekstrak dengan baik, sebagian besar pembuluh darah yang tidak berhasil diekstrak merupakan pembuluh-pembuluh yang sangat halus.
25
Monintja, Yosua K. G., Steward K. Mengko, and Olivia C. P. Pelealu. "Gambaran Hasil Pemeriksaan Laringoskopi Fiber Optik pada Pasien Rawat Inap di RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Periode 2014 -2017." e-CliniC 7, no. 1 (January 2, 2019). http://dx.doi.org/10.35790/ecl.7.1.2019.22452.
Full textAbstract:
Abstract: Flexible fiber-optic laryngoscopy is one of the most common tool to identify abnormalities in larynx and its surrounding structures, biopsy, or to find abnormal tissues, such as polyps on the larynx. One of the advantages of this tool is the presence of a flexible camera that can be manipulated precisely so that it can show the whole vocal cord movement. In addition, the endoscope used in this procedure is made of thin and flexible fiber optic cable, therefore, the patient only experiences slight discomfort when the laryngoscope is inserted that does not require a long time. This study was aimed to describe the results of fiber-optic laryngoscopy (FOL) in hospitalized patients admitted to Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado from 2014 to 2017. This was a descriptive retrospective study with a cross sectional design. Based on medical records, respondents were all inpatients who had the results of FOL examination at the Department of ENT-Head and Neck Surgery Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. From 11 samples, the most common pathological features were arytenoid edema (35.71%) and hyperemic (28.58%), with dysphonia (80%) as the most frequent indication for FOL. Conclusion: The most frequent indication of FOL was dysphonia and the most common pathological abnormalities found were edema and hyperemic of arytenoid.Keywords: fiber optic laryngoscopy (FOL) Abstrak: Flexible fiber-optic laryngoscopy ialah pemeriksaan yang paling umum untuk mengetahui kelainan laring dan sekitarnya, biopsi, atau melihat jaringan abnormal seperti polip pada bagian laring. Salah satu keuntungan dari alat ini ialah kamera fleksibel yang dapat dimanipulasi secara tepat sehingga dapat menunjukkan gerakan pita suara secara penuh. Selain itu, endoskopi yang digunakan dalam prosedur ini terbuat dari kabel fiber optik yang tipis dan fleksibel, pasien hanya mengalami sedikit tidak nyaman saat alat dimasukkan dan tidak memerlukan waktu yang lama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan fiber-optic laryngoscopy (FOL) pada pasien rawat inap di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dari tahun 2014 hingga 2017. Jenis penelitian ialah deskriptif retrospektif dengan desain potong lintang. Responden ialah seluruh pasien rawat inap yang memiliki hasil pemeriksaan FOL yang tercantum dalam rekam medik di KSM THT-KL RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Hasil penelitian memperlihatkan dari 11 sampel didapatkan gambaran patologik yang paling sering ialah aritenoid yang edema (35,71%) dan hiperemis (28,58%) dengan disfonia (80%) sebagai indikasi paling sering untuk pemeriksaan. Simpulan: Pada pemeriksaan FOL, indikasi tersering ialah disfonia dan gambaran patologik tersering didapatkan ialah edema dan hiperemis aritenoid.Kata kunci: laringoskopi fiber optic (FOL)
26
Monintja, Yosua K. G., Steward K. Mengko, and Olivia C. P. Pelealu. "Gambaran Hasil Pemeriksaan Laringoskopi Fiber Optik pada Pasien Rawat Inap di RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Periode 2014 -2017." e-CliniC 7, no. 1 (January 2, 2019). http://dx.doi.org/10.35790/ecl.v7i1.22452.
Full textAbstract:
Abstract: Flexible fiber-optic laryngoscopy is one of the most common tool to identify abnormalities in larynx and its surrounding structures, biopsy, or to find abnormal tissues, such as polyps on the larynx. One of the advantages of this tool is the presence of a flexible camera that can be manipulated precisely so that it can show the whole vocal cord movement. In addition, the endoscope used in this procedure is made of thin and flexible fiber optic cable, therefore, the patient only experiences slight discomfort when the laryngoscope is inserted that does not require a long time. This study was aimed to describe the results of fiber-optic laryngoscopy (FOL) in hospitalized patients admitted to Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado from 2014 to 2017. This was a descriptive retrospective study with a cross sectional design. Based on medical records, respondents were all inpatients who had the results of FOL examination at the Department of ENT-Head and Neck Surgery Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. From 11 samples, the most common pathological features were arytenoid edema (35.71%) and hyperemic (28.58%), with dysphonia (80%) as the most frequent indication for FOL. Conclusion: The most frequent indication of FOL was dysphonia and the most common pathological abnormalities found were edema and hyperemic of arytenoid.Keywords: fiber optic laryngoscopy (FOL) Abstrak: Flexible fiber-optic laryngoscopy ialah pemeriksaan yang paling umum untuk mengetahui kelainan laring dan sekitarnya, biopsi, atau melihat jaringan abnormal seperti polip pada bagian laring. Salah satu keuntungan dari alat ini ialah kamera fleksibel yang dapat dimanipulasi secara tepat sehingga dapat menunjukkan gerakan pita suara secara penuh. Selain itu, endoskopi yang digunakan dalam prosedur ini terbuat dari kabel fiber optik yang tipis dan fleksibel, pasien hanya mengalami sedikit tidak nyaman saat alat dimasukkan dan tidak memerlukan waktu yang lama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan fiber-optic laryngoscopy (FOL) pada pasien rawat inap di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dari tahun 2014 hingga 2017. Jenis penelitian ialah deskriptif retrospektif dengan desain potong lintang. Responden ialah seluruh pasien rawat inap yang memiliki hasil pemeriksaan FOL yang tercantum dalam rekam medik di KSM THT-KL RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Hasil penelitian memperlihatkan dari 11 sampel didapatkan gambaran patologik yang paling sering ialah aritenoid yang edema (35,71%) dan hiperemis (28,58%) dengan disfonia (80%) sebagai indikasi paling sering untuk pemeriksaan. Simpulan: Pada pemeriksaan FOL, indikasi tersering ialah disfonia dan gambaran patologik tersering didapatkan ialah edema dan hiperemis aritenoid.Kata kunci: laringoskopi fiber optic (FOL)
27
Šušić, Ilija, Milica Tepšić, and Milan Šušić. "KOMPJUTERSKI VOĐENO DIZAJNIRANJE I IZRADA ZUBNIH NADOKNADA." PRIMUS - INFORMATIKA, PRAVO, EKONOMIJA, BANKARSTVO 2, no. 2 (February 17, 2017). http://dx.doi.org/10.7251/pmg1602018s.
Full textAbstract:
CAD/CAM (raĉunarom voĊeno dizajniranje / raĉunarom kontrolisana izrada) tehnologija u suštini omogućuje kreiranje dvodimenzionalnih ili trodimenzionalnih modela i njihovu materijalizaciju putem numeriĉki voĊenih mašina. Najvaţniji segment izrade zubnih nadoknada pomoću sistema koji koriste CAD/CAM tehnologiju, predstavlja premjeravanje preparacije zuba u ustima pacijenta ili na radnom modelu. CAD/CAM je akronim od engleskih rijeĉi computer-aided design/computer-aided manufacture, odnosno stomatološki raĉunarski podrţan dizajn i raĉunarski podrţana izrada inleja, onleja, krunica i mostova. U cilju efikasnijeg rada, smanjenja troškova, povećanja zadovoljstva kod korisnika-pacijenta i konaĉno ostvarenja profita, mnoge stomatološke ordinacije u svijetu su njihovu paţnju bile usmjerile na implementaciju savremenih IT rješenja u svakodnevnoj praksi. Pored specijalizovanih softvera za upravljanje ordinacijom, upravljanje zalihama i sliĉno ili hardvera poput upotrebe lasera u estetskoj stomatologiji ili intraoralnih kamera, u skorije vreme na znaĉaju dobija i primjena CAD/CAM tehnologije na polju protetike. Brojni istraţivaĉi su prezentovali razliĉite pristupe metodi 3D skeniranja preparacije zuba. Najvaţnije osobine zbog kojih su optiĉke metode izrasle u lidera 3D skeniranja su: visoka preciznost, široko polje i brzina skeniranja, kao i ergonomija samog instrumenta. U radu su prikazane prednosti korišćenja ove tehnologije, kao i zadovoljstvo pacijenata i stomatologa korišćenjem sistema kao: Cercon, Celay, Cerec, Lava, Everest, koji predstavljaju imperativ u savremenoj stomatologiji u kreiranju fiksnih nadoknada zuba.
28
Dwima, Fajar, Diana Rahmawati, and Kunto Aji Wibisono. "Rancang Bangun Sistem Keamanan Parkir Berbasis Random Password dan Image Processing Menggunakan Optical Character Recognition (OCR)." Jurnal Teknik Elektro dan Komputer TRIAC 4, no. 2 (October 31, 2017). http://dx.doi.org/10.21107/triac.v4i2.3259.
Full textAbstract:
<div><table width="617" cellspacing="0" cellpadding="0"><tbody><tr><td align="left" valign="top"><p class="EECCiSAffiliation">Sistem pengelolaan tempat parkir pada saat ini masih kurang maksimal dalam pemanfaatan lahan parkir, keamanan dan efisiensi waktu. Pada penelitian ini, akan dirancang sistem parkir berbasis image processing, dan menggunakan dua parameter masukan yaitu menggunakan kamera untuk mendeteksi plat nomor kendaraan yang diubah dalam bentuk teks dan sandi (Enkripsi dalam bentuk barcode) yang didapat secara acak. Dua parameter yang di masukan ke dalam basis data mysq oleh sistem di pintu masuk, yaitu plat nomor dan sandi, inputan ini digunakan untuk kendaraan yang akan keluar, sistem mencocokan antara plat nomor kendaraan dan sandi, jika plat nomor dan sandi sesuai dengan basis data maka memenuhi kondisi dan pintu keluar (Motor Servo) terbuka. Sistem ini juga dilengkapi dengan tampilan secara visual pada monitor menggunakan aplikasi visual basic yang dihubungkan dengan arduino secara serial, sehingga bagi pengguna yang menempati tempat parkir dapat mengetahui tempat parkir yang harus dituju. Tampilan pada monitor menyesuaikan dengan sensor fotodiode yang dipasang pada setiap tempat parkir, Selain itu sistem ini juga akan dirancang agar waktu pencarian lahan parkir oleh pengguna parkir tidak membutuhkan waktu lama. sehingga didapatkan sistem parkir yang aman dan mudah di operasikan.</p><p class="IndexTerms">Kata Kunci— Parkir, Mikrokontroler, <em>Database, Image Processing</em>.</p></td></tr></tbody></table></div>
29
Utama, Edgar, Fikario Yapputra, and Gasim Gasim. "Identifikasi Jenis Mangga Berdasarkan Bentuk Menggunakan Fitur HOG dan Jaringan Syaraf Tiruan." Jurnal Ilmiah Informatika Global 9, no. 1 (August 7, 2018). http://dx.doi.org/10.36982/jig.v9i1.437.
Full textAbstract:
<p class="SammaryHeader" align="center"><strong><em>Abstract</em></strong></p><p><em>Many searches have been done for object recognition based on shape using artificial intelligence with various feature extraction. also a lot of research has been done for the introduction of fruit types using various features of extraction and various methods of recognition. This research is identification of mango variant based on shape. Mango is one of the popular fruits and is often consumed by the community. Mango has many variants, each variant of mango usually has a different shape. Mango shape, among others, round with its variants and oval with its variants. the shape of mango is one of the differentiator of each type. Mango used is five variants of mango. The training data comprised 16 images for each variant (a total of 80 images for five mango variants). The test data consisted of 4 images for each variant (a total of 20 images for five mango variants). Train data and test data were obtained by photographing using optical camera, 5 MP secsor resolution, 20 cm photo spacing, and with white background. resize the image used size 50 x 50 pixels on the mango object only. This research uses feature from Histogram of Oriented Gradients (HOG) as training input and testing of recognition method. Recognition method using Artificial Neural Network with back propagation algorithm. Accuracy of recognition that can be achieved in this study is 90%.</em></p><p><strong><em>Keywords </em></strong><em>:<strong> </strong>Object recognition, Shape, HOG, Artificial Neural Network</em></p><p align="center"><strong> </strong></p><p align="center"><strong><em>Abstrak</em></strong><em></em></p><p><em>Banyak penelian yang pernah dilakukan untuk objek recognition berdasarkan shape menggunakan kecerdasan buatan dengan berbagai ekstraksi ciri. juga banyak penelitian yang pernah dilakukan untuk pengenalan jenis buah menggunakan berbagai fitur ekstraksi dan berbagai metode recognition. Penelitian ini adalah identifikasi varian mangga berdasarkan shape. Mangga merupakan salah satu buah yang popular dan sering dikonsumsi oleh masyarakat. Mangga memiliki banyak varian, tiap varian dari mangga biasanya memiliki bentuk yang berbeda. Bentuk mangga antara lain bulat dengan variannya dan lonjong dengan variannya. the shape mangga merupakan salah satu pembeda dari masing-masing jenis. Mangga yang digunakan adalah lima varian mangga. Data latih terdiri 16 citra untuk tiap variannya (total 80 citra untuk lima varian mangga). Data uji terdiri dari 4 citra untuk tiap variannya (total 20 citra untuk lima varian mangga). Data latih dan data uji didapatkan dengan cara difoto menggunakan kamera optik, resolusi secsor 5 MP, jarak foto 20 cm, dan dengan latar putih. resize citra yang digunakan berukuran 50 x 50 piksel pada bagian objek mangga saja. Research ini menggunakan feature from Histogram of Oriented Gradients (HOG) sebagai input pelatihan dan pengujian metode recognition. Metode recognition menggunakan Jaringan Saraf Tiruan dengan algoritma propagasi balik. Akurasi pengenalan yang dapat dicapai dalam penelitian ini adalah sebesar 90%.</em></p><strong><em>Kata kunci </em></strong><em>:<strong> </strong>Pengenalan<strong> </strong>Objek, bentuk , HOG, Jaringan Saraf Tiruan</em>