To see the other types of publications on this topic, follow the link: Prostodontia.

Journal articles on the topic 'Prostodontia'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Prostodontia.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Tjahjanti, M. Th Esti. "Hubungan antara Kesehatan Gigi dan Mulut dan Upaya Rehabilitasi Prostodonsia pada Lanjut Usia." Majalah Kedokteran Gigi Indonesia 19, no. 1 (2016): 141. http://dx.doi.org/10.22146/majkedgiind.15400.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Peningkatan populasi lanjut usia berdampak pada status kesehatan gigi dan mulut dan pelayanannya termasuk pelayanan rehabilitasi prostodonsia. Tujuan. Untuk mengetahui hubungan antara kesehatan gigi mulut dan upaya rehabilitasi prostodonsia pada lanjut usia. Metode penelitian. Seratus duapuluh sampel lanjut usia dipilih dengan ciri: umur > 60 tahun, tahapan keluarga sejahtera II dan III, gigi kurang 20, pendidikan minimal SD atau SR, dilakukan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut dan diberi angket. Pemeriksaan kesehatn gigi dan mulut untuk mengetahui: jumlah gigi tinggal dengan cara menghitung berdasarkan 32 – gigi missing, kebersihan mulut dengan Oral Hygiene Indek-S, kesehatan jaringan periodontal dengan indeks Russel, pemakaian gigi tiruan dan kebutuhan gigi tiruan dengan observasi. Angket merupakan skala sikap dibuat berdasarkan skala Likert yang dimodifikasi untuk mengetahui tingkat upaya rehabilitasi prostodonsia pada lanjut usia. Angket berisi 5 aspek rehabilitasi yaitu aspek pengunyahan, estetis, bicara, kenyamanan, dan pelestarian jaringan. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis regresi berganda. Hasil. Terdapat hubungan positif sangat bermakna antara kesehatan gigi dan mulut dan upaya rehabilitasi prostodonsia pada lanjut usia (R= 0,497, F= 7,492, p<0,01). Kesimpulan penelitian. Ada hubungan positif antara kesehatan gigi dan mulut dan upaya rehabilitasi prostodonsia pada lanjut usia. Background. Increase in elderly population have impact to oral and dental health and dental services included prostodontic rehabilitation services. Purpose. The purpose of this research was to investigate the correlation between oral and dental health and prostodontic rehabilitation effort of elderly. Methods. One hundred and twenty elderly people were selected sample with criteria: more than 60 years old, the prosperous family stage II and III, have teeth less than 20 and minimum education is elementary school. The research was taken by oral and dental examination and questionnaire. The oral and dental examination were: remaining dentition (31 minus missing teeth), oral hygiene status (OHI-S), periodontal status (Russel periodontal index), denture wearing and denture’s need. A modification Likert scale questionnare was used to measure the prostodontic rehablitation effort level. The data were analyzed statistically by multiple regression. Result. The result showed there was a significant positive correlation between oral and dental health and prostodontic rehabilitation effort (R= 0,497, F= 0,7492, <0,01). Conclusion. There was a positive correlation between oral and dental health and prosthodontic rehabilitation effort of the elderly.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Amorim, Susana, Marta Marques, Filipe Miguel Araújo, Cristina Paiva Figueiredo, Ana Margarida Silva, and André Correia. "I-88. Complicações biológicas e mecânicas em Prostodontia Removível numa clínica universitária." Revista Portuguesa de Estomatologia, Medicina Dentária e Cirurgia Maxilofacial 54 (October 2013): e38-e39. http://dx.doi.org/10.1016/j.rpemd.2013.12.089.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Waskitho, Arief, Erwan Sugiatno, and Titik Ismiyati. "Protesa Mata: Rehabilitasi Pasien." Majalah Kedokteran Gigi Indonesia 20, no. 2 (2015): 178. http://dx.doi.org/10.22146/majkedgiind.7957.

Full text
Abstract:
Kasus kehilangan bola mata dapat menimbulkan masalah fungsi, psikis, dan estetik. Salah satu perawatan rehabilitatif pada kasus ini adalah dengan protesa mata. Tujuan pembuatan protesa mata adalah untuk mempercepat penyembuhan fisik dan psikis serta memperbaiki estetik. Pasien laki-laki usia 50 tahun datang ke klinik Prostodonsia RSGM Prof. Soedomo FKG UGM dengan kondisi kehilangan mata sebelah kanan akibat trauma 3 tahun yang lalu.Pemeriksaan soket mata menunjukkan konjungtiva yang sehat dan tidak terdapat infeksi. Rencana perawatan adalah pembuatan protesa mata non fabricated berbahan resin akrilik. Prosedur perawatan dilakukan dengan tahap-tahap yaitu pencetakan mata dengan sendok cetak mata perorangan dan pengisian hasil cetakan dilakukan 2 tahap. Pembuatan model malam sklera, mencoba pola malam sklera, membuat sklera akrilik, mencoba sklera akrilik, dan penentuan lokasi dan diameter iris, melukis iris dan pupil, penyelesaian protesa mata, serta insersi protesa mata, pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah retensi, stabilisasi, dan kenyamanan protesa mata. Kontrol setelah 1 minggu protesa mata menunjukkan hasil yang baik, tidak ada keluhan rasa sakit, dan tidak ada peradangan. Pasien lebih percaya diri dan nyaman dengan protesa mata ini karena bentuknya sesuai soket mata. Pemakaian protesa mata dapat meningkatkan kepercayaan diri pasien sehingga dapat diterima dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Ocular Prosthesis: Patient Rehabilitation. The loss of eyeballs may lead to problems in function, psychology, and aesthetics. One of rehabilitative treatments for this case is by making prosthesis eyes. The purpose of this treatment is to heal the physical and psychological function quickly and to fix the aesthetics. A 50-year-old male patient who came to RSGM Prof. Soedomo FKG UGM’s Prostodontia Clinic complained that he lost his right eye because of traumatic injury 3 years ago. After checking the eye socket up, it was found that his conjunctiva lining was healthy, and there was no infection. The treatment plan was to make non-fabricated ocular prosthesis from acrylic resin. For the treatment procedure, the steps are as follow: minting the individual eye by using minted spoon and pouring the minting result of the eye by two phases; making the model of wax sclera followed by trying on the wax sclera pattern to the patient eye socket and making an acrylic version of sclera followed by trying on the acrylic sclera to the eye socket, and then determining the location and iris diameter to draw the iris and pupil. The finishing process of the eye prosthesis is by inserting the eye prosthesis to the patient eye socket. The checkup is needed to know the retention, stabilization and fitting the eye prosthesis. After medical check-up during a week, the eye prosthesis showed the good result, absence of pain and inflammation. The patient was more confident psychologically and comfortable using this eye prosthesis because the shape was compatible with the eye socket. Using eye prosthesis can improve the patients’ confidence as they can be accepted in social life.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Giani, Prilanita, Taufik Sumarsongko, and Erna Kurnikasari. "Persentase perlekatan otot rahang bawah tidak bergigi berdasarkan klasifikasi prosthodontic diagnostic indexPercentage of edentulous mandibular muscle attachment based on prosthodontic diagnostic index classification." Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran 30, no. 2 (2018): 143. http://dx.doi.org/10.24198/jkg.v30i2.18542.

Full text
Abstract:
Pendahuluan: Proses resorpsi lingir sisa akan bertambah setelah gigi diekstraksi. Proses resorpsi menyebabkan puncak lingir turun mendekati origo otot. Posisi perlekatan otot terhadap puncak lingir ini dapat melepaskan gigi tiruan. Setiap pasien memiliki pola resorpsi yang berbeda, sehingga mengklasifikasikan perlekatan otot lingir pasien sebelum perawatan prostodonsia perlu dilakukan agar pasien dapat dirawat secara tepat.Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan persentasi masing-masing tipe perlekatan otot berdasarkan klasifikasi prosthodontic diagnostic index pada pasien dengan rahang bawah tidak bergigi di RSGM FKG Unpad. Metode: Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Sebanyak 35 pasien tidak bergigi di Instalasi Prostodonsia RSGM FKG Unpad yang diperoleh dengan teknik consecutive sampling diperiksa keadaan perlekatan otot rahang bawahnya. Pemeriksaan dilakukan dengan mengukur kedalaman vestibulum menggunakan kaca mulut berskala. Pasien yang kedalaman vestibulumnya di bawah 5 mm dikelompokkan ke dalam kolom kehilangan vestibulum. Berdasarkan Prosthodontic Diagnostic Index, pasien tidak bergigi diklasifikasikan ke dalam lima tipe yaitu A, B, C, D, dan E. Hasil: menunjukkan bahwa frekuensi persentase perlekatan otot tipe A sebanyak 25,72%, tipe B sebanyak 8,57%, tipe C sebanyak 2,86%, tipe D sebanyak 34,28%, dan tipe E sebanyak 28,57%. Simpulan: Frekuensi tipe perlekatan otot terbanyak pada pasien tidak bergigi di Instalasi Prostodonsia adalah tipe D sebesar 34,28%, diikuti tipe E sebesar 28,57%, tipe A sebesar 25,72%, tipe B sebesar 8,57% dan paling sedikit tipe C sebesar 2,86%. ABSTRACTIntroduction: Resorption of alveolar ridge will increase continously after extraction of the tooth. The resorption process cause descend of the alveolar ridge close to the origo of muscle. The position of the muscle attachment to the alveolar crest could dislodge the denture. Every patients has a different resorption pattern, therefore classifying the muscle attachment before the prosthodontic treatment is necessary so that patients can be treated appropriately. Methods: This research was a descriptive study. A total of 35 edentulous patients in Prostodontic Installation RSGM FKG Unpad that collected by consecutive sampling had been examined their mandible’s muscle attachment. Examination carried out by measuring the depth of vestibules using scaled mouth mirror. Patients with a vestibule depths below 5 mm were grouped into the ‘no vestibule’ column. They were classified into five types: A, B, C, D, E based on Prosthodontic Diagnostic Index. Result: The results showed that the frequency of edentulous patient’s muscle attachment was 25,72 % of type A, 8,57% of type B, 2,86% of type C, 34,28% of type D, and 28,57% of type E. Conclusion: The conclusion of this study showed that the type of mandible’s muscle attachment in edentulous patients in RSGM Unpad based on PDI classifications were mostly type D with a percentage of 34,28%.Keywords: Mandibular muscle attachment, edentulous, Prosthodontic Diagnostic Index
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Kostina, Irina Y. "Servicio terminológico para prostodoncia e implantología." ÁNFORA 4, no. 8 (2018): 20–32. http://dx.doi.org/10.30854/anf.v4.n8.1996.431.

Full text
Abstract:
Debido al constante desarrollo de la ciencia. la tecnología y la ingeniería del conocimiento. los léxicos especializados se amplían y se precisan cada vez más con la aparición de nuevos conceptos y elementos que requieren una denominación. lo cual a su vez plantea problemas mayores al traductor. En el siglo XX, aumenta considerablemente el flujo de información especializada y con ello la aparición de términos nuevos "... más del 90% de las palabras nuevas que surgen en las lenguas modernas pertenecen al léxico especializado» (Grtnev, 8). Según los datos de la historia de la ciencia, cada 25 años en promedio. el número de disciplinas científicas se duplica. Se hace más evídente la necesidad de lenguaje y comunicación profesional adecuados. Ademas. la introducción acelerada de términos nuevos en las terminologías" nacionales genera una avalancha de sinonimia. homoníma y polísemía en los discursos científico-técnicos.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Sugiyo, Paul, and Heriyanti Amalia Kusuma. "Obturator Definitive Mandibula Post Hemimandibulectomy Sinistra." Majalah Kedokteran Gigi Indonesia 19, no. 2 (2012): 158. http://dx.doi.org/10.22146/majkedgiind.15541.

Full text
Abstract:
Latar Belakang. Operasi bedah pemotongan mandibula pada kasus tumor jinak maupun tumor ganas dapat menyebabkan deviasi mandibula. Tindakan perawatan bedah tergantung pada lokasi dan perluasan tumor mandibula, tindakan perawatan bedah tersebut meliputi bedah marginal, segmental, hemimandibulectomy, dan total mandibulectomy. Tujuan. Makalah ini menjelaskan tentang perawatan rehabilitasi dengan obturator definitive mandibula. Para klinisi harus menunggu masa penyembuhan yang sempurna sebelum disarankan untuk dibuatkan onturator definitive mandibula. Sejak awal penyembuhan diperlukan intervensi prostodontis untuk mencegah deviasi mandibula. Protesa ini membantu pergerakan mandibula secara normal tanpa terjadi penyimpangan pada fungsi bicara dan pengunyahan. Laporan Kasus. Pada bulan Maret 2012, pasien laki-laki, berumur 46 tahun datang ke RSGM Bagian Prostodonsia atas rujukan dari RS. Dr. Sardjito Bagian Bedah Mulut setelah dilakukan operasi tumor ameloblastoma mandibula sinistra (post hemimandibulectomy mandibula sinistra) dengan pemasangan plat rekonstruksi tiga bulan sebelumnya untuk dibuatkan obturator definitive mandibula. Pasien mengeluh bibir bawah sebelah kiri sering tergigit, fungsi bicara, fungsi pengunyahan, dan penampilannya terganggu. Hasil. Setelah dilakukan perawatan dengan memakai obturator definitive mandibula dalam kurun waktu 8 bulan, hingga saat ini hasil perawatan ini dapat mengembalikan fungsi bicara, fungsi pengunyahan, dan fungsi estetik sehingga pasien merasa lebih nyaman dan percaya diri. Kesimpulan. Deviasi mandibula setelah operasi hemimandibulectomy diatasi dengan bedah rekonstruksi menggunakan plat rekonstruksi, kemudian segera setelah penyembuhan perlu melibatkan prostodontis untuk pemasangan obturator definitive mandibula. Background. Surgical restion of the mandible due to presence of benign or malignant tumor is the common cause of the mandibular deviation. Depending upon the location and extent of the tumor in the mandible, various surgical treatment modalities like marginal, segmental, hemimandibulectomy, or total mandibulectomy. Purpose. This study was to deteminated of rehabilitation treatment by mandible definitive obturator. The clinicians must wait for extensive period of the time for completion of healing before considering the definitive prosthesis. During this initial healing period prosthodontic intervention is required for preventing the mandibular deviation. This case report describes management of a patient who has undergone a reconstructed hemimandibulectomy with mandible definitive obturator. The prosthesis help patient moving the mandible normally without deviation during functions like speech, mastication, and aesthetic. Case Report. On March 2012, a 46 years old man was referred from Dr. Sardjito Hospital Oral Surgery Department to Department of Prosthodontics RSGM Faculty of Dentistry Gadjah Mada University Yogyakarta, for prosthetic rehabilitation following a hemimandibulectomy sinintra reconstructed with plate reconstruction three months ago. Patient felt speech function, masticatory function, and impaired performance, lower lip frequently bitten. Results. After treated while 8 months till now by mandible definitive obturator, patient felt more comfortable and confident with recovery function of speech, mastication, and aesthetic. Conclusion. The deviation of mandible after hemimandibulectomy was reconstructed by reconstruction plate surgery. During this initial healing period early prosthodontic intervention by mandible definitive obturator.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Sarwono, Aditya P. "Management of gag reflex in prosthodontic treatment." e-GiGi 10, no. 1 (2022): 57. http://dx.doi.org/10.35790/eg.v10i1.38047.

Full text
Abstract:
Abstract: In practice, dentists often find patients with very sensitive oral cavity, which results in patients being unable to tolerate the entry of foreign objects into the oral cavity. Gag reflex can be triggered by any kind of dental procedure both before and after treatment due to various causes. In addition, it can be said that the ability and patience of a dentis are important requirements to be able to control the gag reflex and create a comfortable treatment. This paper is a narrative review consisting of a collection of data on the gag reflex and various treatment methods recorded in the literature. This includes various modifications that dentists and prosthodontists can make during the treatment process such as molding, fabricating, and fitting dentures to treat the patient's gag reflex problem. Although there is no definite solution for the successful management of patients with gag reflex problem, dentists can use various methods to control the gag reflex at their discretion, so that dental treatment can be carried out comfortably.Keywords: gag reflex; prosthodontics; comfortable dental treatment Abstrak: Dalam praktiknya, sering kali dokter gigi menemukan pasien dengan rongga mulut yang sangat sensitif, yang berakibat pasien tidak dapat mentoleransi masuknya benda asing ke dalam rongga mulut. Refleks muntah dapat dipicu oleh segala jenis prosedur gigi baik sebelum dan sesudah perawatan karena berbagai penyebab. Selain itu, dapat dikatakan bahwa kemampuan dan kesabaran dokter gigi merupakan syarat-syarat penting untuk dapat mengendalikan refleks muntah dan menciptakan perawatan yang nyaman. Studi ini merupakan tinjauan naratif yang terdiri dari kumpulan data mengenai refleks muntah dan berbagai metode penanganannya yang tercatat dalam bentuk literatur. Hal ini mencakup berbagai macam modifikasi yang dapat dilakukan oleh dokter gigi maupun prostodontis selama proses perawatan seperti pencetakan, pembuatan dan pemasangan gigi palsu untuk menangani masalah refleks muntah pasien. Meskipun tidak ada solusi yang pasti untuk keberhasilan manajemen pasien dengan masalah refleks muntah, dokter gigi dapat meng-gunakan berbagai macam metode untuk mengontrol refleks muntah sesuai pertimbangannya sendiri sehingga perawatan gigi dapat dilakukan dengan nyaman.Kata kunci: refleks muntah; kedokteran gigi; prostodonti; perawatan gigi yang nyaman
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Tenripada, Novi, M. Th Esti Tjahjanti, and Erwan Sugiatno. "Rehabilitasi Prostetik Paska Hemimaksilektomi pada Pasien Edentulos." Majalah Kedokteran Gigi Indonesia 19, no. 2 (2012): 150. http://dx.doi.org/10.22146/majkedgiind.15539.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Hemimaksilektomi adalah reseksi sebagian maksila pada satu sisi. Defek yang dihasilkan setelah hemimaksilektomi akan menyebabkan kecacatan pada wajah serta akan menimbulkan gangguan stomatognatik. Rehabilitasi prostetik merupakan suatu bagian yang penting dalam rekonstruksi rongga mulut pasien pasca pembedahan kanker rongga mulut. Upaya rehabilitasi ini mencakup bentuk perawatan yang melibatkan kerjasama multidisipliner dengan bagian ilmu penyakit mulut, bedah onkologi dan prostodonsi. Tujuan. Penulisan laporan kasus ini bertujuan untuk menginformasikan rehabilitasi prostetik pasca hemimaksilektomi untuk pasien edentulous. Kasus dan penanganan. Pasien laki-laki berumur 65 tahun datang ke RSGM Prof Soedomo dengan diagnose kanker di palatum dan akan dilakukan hemimaksilektomi di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta. Protesa yang digunakan dalam rehabilitasi prostetik ini adalah obturator imidiat, obturator interim dan obturator definitive. Obturator definitif pada pasien edentulous berupa gigi tiruan lengkap dengan bulb pada sisi defek. Bentuk obturator dibuat dengan mengoptimalisasi retensi dari struktur anatomi yang tersisa. Kesimpulan. Rehabilitasi prostodontik pada pasien edentulous pasca hemimaksilektomi adalah dengan obturator imidiat, obturator interim dan obturator definitive berupa gigi tiruan lengkap dengan bulb. Background. Hemimaxillectomy is resection on unilateral side of maxilla. Maxillary defect that occurred after hemimaxillectomy result in facial deformities and stomatognatic disfunction. Prosthetic rehabilitation is essential part in oral reconstruction after patient undergone oral cancer surgery. Rehabilitative efforts involve treatment modalities involving multidiscipliner teamwork with oral pathologist, oncologist and prosthodontist. Purpose. Purpose of the report was to inform the prosthetic rehabilitation after hemimaxillectomy in completely edentulous patient. Case and treatment. A 65 years male diagnosed cancer on palatal referred to RSGM Prof Soedomo in order to prepare prosthodontic rehabilitation after hemimaxillectomy in RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta. Prosthesis used in this rehabilitation were immediate obturator, interim obturator and definitive obturator. Obturator for completely edentulous patients is complete denture with the bulb on defect side. The shape of obturator was designed to optimalize retention from the remaining anatomical structure. Conclusion. Prosthetic rehabilitation for hemimaxillectomy edentulous patient were immediate obturator, interim obturator and definitive obturator.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Kudasova, E. O., E. V. Kochurova, V. N. Nikolenko, P. A. Demenchuk, A. V. Zotov, and T. M. Vasilyeva. "Immediate modified prostodontic rehab for tumor of the maxilla: case report." Head and Neck Tumors (HNT) 10, no. 2 (2020): 90–96. http://dx.doi.org/10.17650/2222-1468-2020-10-2-90-96.

Full text
Abstract:
Introduction. Timely maxillofacial orthopedic care is aimed at leveling the message of the oral cavity with the nasal cavity and its paranasal sinuses, orbit, helps to improve swallowing, speech, breathing and salivation. The objective of this work is to demonstrate the possibility of application of a polymethyl methacrylate prosthesis with a superhydrophobic modified surface directly on the operating table, as well as to demonstrate the possibility of using in the shortest postoperative period. Materials and methods. Patient Z., 28 years old, clinical diagnosis: chondrosarcoma of the upper jaw on the right, Т2N0M0, stage 2. A resection of the upper jaw was proposed with simultaneous reconstructive treatment and the application of a dental resection forming denture of the upper jaw. To form a hydrophobic surface, the prosthesis was modified with a high-frequency plasma of sulfur hexafluorides. The study of the quantitative and qualitative composition of microflora on the surface of the resection forming prosthesis was carried out after transportation of the prosthesis from the dental laboratory, after processing of high-frequency plasma of sulfur hexafluoride and before applying the resection forming prosthesis, 3, 7 days after the prosthesis was applied. Results. After modification of sulfur hexafluoride in the medium, the contact angle of contact with distilled water increased, the critical surface tension decreased compared to the initial one, and the hydrophobic properties were increased. Conditionally pathogenic microflora in a diagnostically significant amount was cultivated from the surface of the resection forming prosthesis obtained from the dental laboratory. Bacterial seeding after modification in the plasma of sulfur hexafluoride showed the absence of microflora strains; a slight increase in opportunistic microflora was obtained on days 3 and 7 after application of the prosthesis. In the immediate postoperative period (3 days), the patient complained of pain and discomfort associated with the surgical stage. Conclusions. The presented clinical case indicate that the superhydrophobic surface modified by sulfur hexafluoride contributes to a more stable healing of the postoperative defect.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Apostolska, Sonja, Vasilka Rendzova, Marina Eftimoska, Vesna Filipovska, Sasho Elenchevski, and Nadica Janeva. "Minimally invasive restorative treatment with direct composite veneers – case report." Stomatoloski glasnik Srbije 64, no. 2 (2017): 88–93. http://dx.doi.org/10.1515/sdj-2017-0009.

Full text
Abstract:
Summary Esthetic and minimally invasive restorative techniques are current topics in dentistry. Introduction of modern composite materials and adhesive technology provided numerous options for design of esthetic restorations without invasive teeth preparation common for traditional prostodontic restorations. Modern esthetic dentistry can provide solutions for simple as well as complex cases by implementation of various alternatives.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Fatima, Fatima, Citra Insany Irgananda, Kartika Andari Wulan, and Farida Audinarti Tabatya. "KEKUATAN TEKAN MODEL GIGI BERBAHAN DASAR SELF-CURED ACRYLIC SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN KLINIS PROSTODONSIA." E-Prodenta Journal of Dentistry 5, no. 2 (2021): 496–505. http://dx.doi.org/10.21776/ub.eprodenta.2021.005.02.6.

Full text
Abstract:
Latar Belakang : Model gigi merupakan media yang digunakan untuk melatih keterampilan klinik mahasiswa kedokteran gigi dalam melakukan preparasi gigi penyangga dari gigi tiruan cekat pada saat pre-klinik. Kekuatan tekan merupakan salah satu sifat mekanik yang perlu diperhatikan dari model gigi tersebut. Tujuan: Untuk mengetahui nilai kekuatan tekan model gigi berbahan self-cured acrylic dengan buatan pabrik dan enamel gigi, sebagai media pembelajaran ketrampilan klinis prostodonsia. Metode : Penelitian ini menggunakan pendekatan cross- sectional study dengan rancangan penelitian observasional analitik, yang melibatkan 3 kelompok sampel yaitu model gigi berbahan self-cured acrylic , model gigi buatan pabrik dan elemen gigi 44. Kekuatan tekan sampel diuji dengan Micro Load System Universal Testing Machine. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan nilai kekuatan tekan enamel gigi adalah 486,6 Mpa, model gigi buatan pabrik 485,9 Mpa dan model gigi berbahan self-cured acrylic 482,84 Mpa. Hasil statistik menggunakan oneway anova yaitu p = 0,476 dimana p > 0,05 yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan pada kekuatan tekan antara 3 kelompok sampel. Kesimpulan: Model gigi berbahan self-cured acrylic memiliki daya saing terhadap model gigi buatan pabrik & berpeluang dikembangkan sebagai media pembelajaran keterampilan klinis prostodonsia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Melati, Cindy Annisa, Sri Susilawati, and Rasmi Rikmasari. "Gambaran kualitas hidup pasien lansia pengguna gigi tiruan lepasan di RSGM Unpad." Majalah Kedokteran Gigi Indonesia 3, no. 3 (2017): 15. http://dx.doi.org/10.22146/majkedgiind.17834.

Full text
Abstract:
Description of quality of life on elderly patients with removable denture at RSGM Unpad. The elderlies are prone to the process of the gradual decreasing ability of the tissue for self-healing. This process greatly affects the dental structure and periodontal tissue leading to tooth decay. When it is not properly treated, it may disturb oral functions and activities influencing their life quality. This research, therefore, aims to obtain the description of quality of life on elderly patients with removable denture at the Prosthodontic Clinic RSGM Unpad. Research was conducted with a descriptive method using the consecutive technique sampling method. Data were collected from 31 elderly patients with removable denture at the Prosthodontic Clinic RSGM Unpad and quality of life was measured by GOHAI questionnaire. The results showed that the dimensions of physical function fell into the adequate criteria, while the dimensions of pain and inconvenience and psychosocial aspects were considered good. It can be concluded that the general quality of life on elderly patients with removable denture at the Prosthodontic Clinic RSGM Unpad were good. ABSTRAKPada lansia terjadi suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri yang disebut proses menua. Proses tersebut berpengaruh terhadap gigi dan jaringan periodontal sehingga mengakibatkan kehilangan gigi. Jika kehilangan gigi tidak diberi perawatan dapat mengganggu fungsi dan aktivitas rongga mulut sehingga akan mempunyaidampak pada kualitas hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kualitas hidup pasien lansia pengguna gigi tiruan lepasan di Instalasi Prostodonsia RSGM Unpad. Jenis penelitian adalah deksriptif dengan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik populasi terjangkau dengan minimal sampling. Data dikumpulkan dari 31 pasien lansia pengguna gigi tiruan lepasan di Instalasi Prostodonsia RSGM Unpad. Kualitas hidup diukur dengan menggunakan kuesioner GOHAI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi fungsi fisik berada pada kriteria cukup, dimensi nyeri dan ketidaknyamanan berada pada kriteria baik dan dimensi aspek psikososial berada pada kriteria baik. Kesimpulan penelitian menunjukkan kualitas hidup pasien lansia pengguna gigi tiruan lepasan di Instalasi Prostodonsia RSGM Unpad dikategorikan baik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

SAYIN ÖZEL, Gülsüm, Özgür İNAN, and Doğan DOLANMAZ. "Alternative Prosthodontic Rehabilitation of Traumatic Patients with Tooth, Bone and Soft Tissue Loss: Two Clinical Reports." Turkiye Klinikleri Journal of Dental Sciences 24, no. 2 (2018): 144–52. http://dx.doi.org/10.5336/dentalsci.2016-54003.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Torres Andrade, Dayana, and Alex Cruz Gallegos. "Prostodoncia parcial fija convencional, tecnología CADCAM – Zirconio y caracterizado gingival: Reporte de caso." Kiru 18, no. 2 (2021): 89–96. http://dx.doi.org/10.24265/kiru.2021.v18n2.03.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Reyes Pico, Génesis Jesús, Carlos Andres Pesantes Quijije, and Triana Lucero Jimbo Bello. "La estética: Clave principal en la rehabilitación oral integral." Revista Arbitrada Interdisciplinaria de Ciencias de la Salud. Salud y Vida 3, no. 6 (2019): 732. http://dx.doi.org/10.35381/s.v.v3i6.338.

Full text
Abstract:
Recibido: 2 de mayo de 2019Aprobado: 2 de junio de 2019La búsqueda de una mejor estética dentofacial persiste en la sociedad moderna. Se ha buscado tratamiento para pacientes, modalidades para mejorar la sonrisa y la estética dento-facial. De este modo, la rehabilitación estética oral integral requiere un manejo tambien integral por parte de un equipo multidisciplinario que involucra diferentes especialidades como endodoncia, ortodoncia, prostodoncia y periodoncia. Este artículo tiene como objetivo presentar un caso clínico que describe un manejo multidisciplinario en un paciente de 52 años con restauración estética de la sonrisa
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Cabrera Rojas, Juan Carlos. "REHABILITACIÓN ORAL CON PROSTODONCIA PARCIAL FIJA: REPORTE DE UN CASO COMPLEJO DE ARCO CRUZADO." UstaSalud 11, no. 1 (2012): 45. http://dx.doi.org/10.15332/us.v11i1.1135.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Banaszek, Katarzyna, Leszek Klimek, Emilia Zgorzynska, Amanda Swarzynska, and Anna Walczewska. "Cytotoxicity of titanium carbonitride coatings for prostodontic alloys with different amounts of carbon and nitrogen." Biomedical Materials 13, no. 4 (2018): 045003. http://dx.doi.org/10.1088/1748-605x/aab942.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Шатров, И., I. Shatrov, Л. Ведерникова, L. Vedernikova, С. Жолудев, and S. Zholudev. "STUDYING OF LIFE QUALITY IN PATIENTS WITH TEETH AND DENTITION LESIONS AFTER PROSTODONTIC TREATMENT USING CERAMIC RESTORATIONS." Actual problems in dentistry 9, no. 4 (2013): 53–57. http://dx.doi.org/10.18481/2077-7566-2013-0-4-53-57.

Full text
Abstract:
<p>Questionnaire OHIP used for estimation of life quality in 40 somatic intact patients (mean age 45.9) before and after treatment by zirconia dioxide supported ceramic restorations , feldspar ceramic and «E-max» pressed ceramic restorations.</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Ritonga, Putri Welda Utami, Olivia Avriyanti Hanafiah, and Juliana Irmayanti Saragih. "PROGRAM IPTEK BAGI MASYARAKAT DI POSYANDU LANSIA KELUARGA BESAR WIRAWATI CATUR PANCA SUMATERA UTARA DAN POSYANDU LANSIA BOUGENVILLE TITI KUNING." Jurnal Ilmiah PANNMED (Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dentist) 12, no. 2 (2018): 114–18. http://dx.doi.org/10.36911/pannmed.v12i2.12.

Full text
Abstract:
Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Perubahan secara biologis ini dapat mempengaruhi status gizi lansia yang berkaitan erat dengan menurunnya aktivitas biologis tubuhnya dan berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan kualitas hidup lansia melalui perawatan gigi yang mengganggu seperti gigi goyang dan berlubang, serta pembuatan gigi tiruan. Program ini dilakukan dengan tiga tahap dengan masing-masing tahap dilakukan oleh pakar prostodonsia, psikologi, dan rongga mulut dengan prosedur sesuai bidangnya. Hasil dan capaian yang diperoleh pada program ini terpenuhi sesuai dengan permasalahan yang terdapat pada masing-masing bidang. Kesimpulannya, penyuluhan yang dilakukan memberikan pengaruh positif untuk pengetahuan tentang akibat dan perawatan kehilangan gigi, serta motivasi untuk memakai gigi tiruan menjadi ada.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Olsen, Johannes. "Maestrías en Periodoncia e Implantología Oral y Prostodoncia e Implantología: una mirada desde dentro al proceso de enseñanza-aprendizaje/Masters in Periodontology and Oral Implantology and Prosthodontics and Implantology: a view from within the teachingl." Cuaderno de Pedagogia Universitaria 11, no. 22 (2015): 73–79. http://dx.doi.org/10.29197/cpu.v11i22.221.

Full text
Abstract:
ResumenDesde la perspectiva de un estudiante, en este artículo se expone el diseño curricular de dos nuevas maestrías para profesionales de la Odontología: Maestría en Periodoncia e Implantología Oral y Prostodoncia e Implantología Oral. Se presenta el proceso de enseñanza-aprendizaje, que se lleva a cabo desde la concepción del aprendizaje reflexivo y la investigación; se hace énfasis en el valor el trabajo interdisciplinario en odontología y se destaca la importancia de invertir en recursos de aprendizaje de alta calidad técnica.AbstractThis article presents, from a student’s perspective, the curriculum design of two new Master’s degree Programs for Dentistry professionals: Master of Periodontology and Oral Implantology and Prosthodontics and Oral Implantology. Emphasis is made in the teaching-learning process based on reflective learning and research. The article highlights the value of interdisciplinary work in dentistry and the importance of investing in high technical quality learning resources.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Sinamo, Sopan, Susi Marlina Silalahi, and Vivie Zahara. "PENGARUH KETEBALAN LAPISAN DENTIN TERHADAP KEKUATAN FLEKSURAL PADA GIGI TIRUAN CEKAT KERAMIK-LOGAM." Jurnal Ilmiah PANNMED (Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dentist) 15, no. 1 (2020): 46–51. http://dx.doi.org/10.36911/pannmed.v15i1.648.

Full text
Abstract:
GTC keramik-logam adalah gigi tiruan cekat dengan bahan keramik-logam yang secara permanen disemenkan pada gigi geligi, dan sampai saat ini menjadi gold standard di Bidang Prostodontik, akan tetapi sering terjadi permasalahan pada GTC keramik-logam antara lain fraktur adhesi dan fraktur kohesi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ketebalan lapisan dentin terhadap kekuatan fleksural pada GTC keramik-logam. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium secara in vitro, dengan rancangan penelitian post test only control group design. Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 27 sampel yang dibagi menjadi 3 kelompok, dimana masing-masing kelompok terdiri dari lapisan dentin 0,5mm, 0,6mm, dan 0,7mm. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai rata-rata kekuatan fleksural pada GTC keramik-logam pada ketebalan lapisan dentin 0,5 mm adalah 95,32 MPa, 0,6 mm adalah 101,68 MPa, dan 0,7 mm adalah 104,30 MPa. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tebal lapisan dentin maka dapat menghasilkan kekuatan fleksural yang optimal.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Falatehan, Niko, and Jihan Fahira. "PERSEPSI TENTANG FUNGSI ESTETIK DAN MASTIKASI GIGI TIRUAN LENGKAP TERHADAP LANJUT USIA." Cakradonya Dental Journal 12, no. 2 (2020): 99–103. http://dx.doi.org/10.24815/cdj.v12i2.18440.

Full text
Abstract:
Salah satu masalah dalam rongga mulut yang banyak dialami oleh populasi lansia adalah kehilangan gigi secara keseluruhan, untuk mengatasi hal tersebut pasien bisa melakukan perawatan prostodontik berupa gigi tiruan lengkap. Persepsi lansia dalam penggunaan GTL penting diketahui guna mengevaluasi kelebihan dan kekurangan GTL yang digunakan, terutama dari segi estetik dan mastikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi lansia terhadap fungsi estetik dan mastikasi GTL, dimana merupakan observasional deskriptif dengan desain cross-sectional dari 30 orang lansia di Panti Werdha Tresna Wisma Mulia, Jelambar, Jakarta Barat. Persepsi lansia terhadap fungsi estetik dan mastikasi GTL diukur dengan instrumen OHIP-14 (Oral Health Impact Profile-14). Analisis data dengan program SPSS versi 22.0 menunjukkan secara umum keseluruhan sampel memiliki persepsi sedang terhadap fungsi estetik dan mastikasi GTL. Berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin diperoleh kelompok lansia pria dengan kategori sedang memiliki persepsi mengenai fungsi mastikasi terhadap GTL. yaitu sebesar 84,6% dan kelompok lansia wanita dengan kategori baik memiliki persepsi mengenai fungsi estetik terhadap GTL yaitu sebesar 58, 8%. Pria lebih mementingkan fungsi mastikasi pada penggunaan GTL, sedangkan wanita lebih mementingkan fungsi estetik pada penggunaan GTL.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Rohmah, Fathur, and Ika Andryas. "HUBUNGAN DIMENSI VERTIKAL TERHADAP KUALITAS HURUF BILABIAL PADA PASIEN PEMAKAI GIGI TIRUAN LENGKAP DI RSGM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA." Cakradonya Dental Journal 13, no. 1 (2021): 48–55. http://dx.doi.org/10.24815/cdj.v13i1.20911.

Full text
Abstract:
Edentulus penuh adalah kehilangan seluruh gigi pada rahang atas dan rahang bawah yang dapat di atasi dengan gigi tiruan. Pembuatan gigi tiruan disarankan agar dapat membantu memroses makanan serta mengembalikan fungsi bicara yang mengharuskan dokter gigi menggunakan kemampuan berbicara sebagai pengetahuan klinis tentang peranan faktor fonetik dalam pembuatan gigi tiruan. Dimensi vertikal merupakan salah satu faktor yang memengaruhi suara pada pasien pemakai gigi tiruan lengkap. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat adanya hubungan dimensi vertikal pada pasien pemakai gigi tiruan lengkap terhadap kualitas huruf bilabial. Rancangan penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan metode cross sectional. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling pada pasien edentulous lengkap di klinik Prostodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara tahun 2017-2019 yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 30 orang. Data dianalisis dengan uji T berpasangan dan uji wilcoxon range test. Hasil menunjukkan bahwa adanya hubungan signifikan antara dimensi vertikal terhadap kualitas huruf [b] dan tidak terdapat hubungan signifikan antara dimensi vertikal terhadap kualitas huruf [m] pada pemakai gigi tiruan lengkap.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Sulaeman, Mey Amalia Fitriani, and Irmaleny Satifil. "Modifikasi mahkota metal porselen pada restorasi paska perawatan endodontik gigi premolar atas kananModification of porcelain metal crowns in post-endodontic restoration in upper right premolar teeth." Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran 32, no. 3 (2021): 157. http://dx.doi.org/10.24198/jkg.v32i3.27337.

Full text
Abstract:
Pendahuluan: Gigi yang telah dirawat endodontik dapat mengalami perubahan baik secara makro maupun mikrostruktur, sehingga menjadikannya lebih rentan terhadap fraktur. Restorasi gigi yang telah dirawat endodontik perlu mempertimbangkan sisa jaringan yang tersedia agar restorasi dapat bertahan lama. Tujuan laporan kasus ini untuk memaparkan bahwa restorasi modifikasi mahkota metal porselen dapat menjadi alternatif pilihan pada gigi pasca perawatan endodontik. Laporan kasus: Wanita berusia 43 tahun dirujuk dari departemen prostodonti untuk dilakukan perawatan saluran akar pada gigi premolar atas kanan. Pemeriksaan klinis menunjukan gigi 14 dengan sisa tambalan komposit dan hilangnya dinding palatal. Tes vitalitas tidak berespon, pada pemeriksaan perkusi, tekan dan palpasi memberikan hasil negatif. Pemeriksaan radiografis memperlihatkan saluran akar yang telah terisi gutta-percha yang inadekuat. Diagnosis untuk gigi 14 adalah previously treated tooth. Perawatan endodontik ulang dilakukan dan dipersiapkan untuk restorasi akhir berupa mahkota penuh dengan pasak fiber. Berdasarkan rencana perawatan dari departemen prostodonti, mahkota penuh dibuat dengan bahan metal porselen modifikasi bahan metal pada permukaan oklusal karena pasien mengalami bruksisme dan sedang dalam perawatan menggunakan splin oklusal. Simpulan: Modifikasi mahkota metal porselen pada gigi pertama rahang atas paska perawatan endodontik merupakan alternatif pilihan terbaik dan memberikan hasil yang memuaskan.Kata kunci: Mahkota metal porselen, restorasi, gigi paska perawatan endodontik. ABSTRACTIntroduction: Endodontically-treated teeth can change both macro and microstructure, making them more susceptible to fracture. Restorations of endodontically-treated teeth need to consider the remaining tissue available, thus makes the restoration last longer. This case report was aimed to demonstrate that modified porcelain metal crown restoration could become a choice in post-endodontic teeth treatment. Case report: A 43-year-old woman was referred from the prosthodontics department for her maxillary right premolar root canal treatment. Clinical examination revealed that tooth 14 with remaining composite filling and loss of the palatal wall. The vitality test did not respond. On percussion examination, pressure and palpation gave negative results. Radiographical examination showed a root canal filled with insufficient gutta-percha. The diagnosis for tooth 14 was previously treated tooth. Re-endodontic treatment was performed and prepared for the final restoration of a full crown with fibre posts. According to the prosthodontics department’s treatment plan, the full crown was made of metal modified porcelain for the occlusal surface because the patient had bruxism and was being treated with occlusal splints. Conclusion: Modification of porcelain metal crown on the maxillary first premolar after endodontic treatment is the best alternative and gives satisfactory results.Keywords: Porcelain metal crown, restoration, post-endodontic dental treatment.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Sherman Salim and Mefina Kuntjoro. "EFEK KOMBINASI SPIRULINA KITOSAN UNTUK PRESERVASI SOKET TERHADAP OSTEOBLAS, OSTEOKLAS DAN KEPADATAN KOLAGEN." Dentika Dental Journal 18, no. 3 (2015): 225–31. http://dx.doi.org/10.32734/dentika.v18i3.1955.

Full text
Abstract:
Soket preservasi merupakan tindakan penting dilakukan sehubungan dengan perawatan di bidang prostodonsia yangmemerlukan bentukan tulang yang prominen sebagai retensi dan stabilitas untuk pemakaian gigi tiruan. Bahan yang dapatmencegah inflamasi berlebihan dan meningkatkan remodeling tulang perlu diaplikasikan pada soket pasca pencabutan.Biomaterial spirulina memiliki sifat antiinflamasi dan antioksidan serta kitosan yang memiliki sifat mucoadhesive akandikombinasikan karena memiliki efek sinergis apabila digabungkan. Tujuan penelitian ini adalah untukmendapatkanbiomaterial yang memberikan efek untuk preservasi soket. Sebanyak 28 ekor Cavia cobaya (marmot) dibagi menjadi 4kelompok perlakuan. Setelah dilakukan pencabutan, pada soket kelompok kontrol diinduksi gel CMC Na 3%, kelompokI diinduksi gel spirulina 12%, kelompok II diinduksi gel kitosan 20%, kelompok III diinudksi gel kombinasi spirulina12% kitosan 20%. Pada hari ke 14, hewan coba dieksekusi dan diambil mandibulanya. Kemudian dilakukan pemeriksaanhistopatologi jumlah osteoblas, osteoklas dan kolagen pada daerah 1/3 soket. Data hasil pemeriksaan dianalisismenggunakan Kruskal Wallis test. Pada pemeriksaan hari ke 14 terdapat perbedaan signifikan antara kelompok kontroldan kelompok perlakuan. Jumlah osteoblas dan kolagen paling tinggi pada kelompok III dan jumlah osteoklas palingrendah pada kelompok III. Sebagai kesimpulan, kombinasi spirulina 12% dan kitosan 20% meningkatkan jumlahosteoblas dan kolagen dan menurunkan jumlah osteoklas pada hari ke 14.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Rifky, Mirna. "Ekstrak daun sukun sebagai inhibitor alami penghambat korosi pada kawat stainless steel." Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi 15, no. 2 (2019): 61. http://dx.doi.org/10.32509/jitekgi.v15i2.960.

Full text
Abstract:
Pemakaian Kawat stainless steel pada bidang kedokteran gigi cukup banyak digunakan, terutama untuk perawatan di bidang ortodonsi dan prostodonsi yang menggunakan kawat stainless steel. Rongga mulut merupakan lingkungan yang sangat ideal untuk terjadinya korosi, yang dapat disebabkan oleh saliva. Pencegahan korosi pada kawat stainless steel dapat dilakukan dengan memakai inhibitor korosi yang bersifat organik maupun non organik.Salah satu inhibitor organik yang dapat digunakan untuk mencegah korosi adalah daun sukun. Metode yang digunakan untuk penelitian ini menggunakan alat uji Atomic Absorption Spectrophometric. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan pelepasan ion kromium pada perendaman dalam saliva dan ekstrak daun sukun pada hari ke 1, 3, 7 dan 14. Perhitungan statistik dengan uji Independent T-test 0,000 dengan p<0,05 menunjukkan hasil perbedaan yang bermakna. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak daun sukun dapat menghambat laju korosi kawat stainless steel.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Rosalina, Clara, Erwan Sugiatno, and Haryo Mustiko. "Pembuatan Obturator Mata pada Pasien dengan Kehilangan Mata Akibat Cacat Bawaan." Majalah Kedokteran Gigi Indonesia 17, no. 1 (2010): 35. http://dx.doi.org/10.22146/majkedgiind.16017.

Full text
Abstract:
Kasus kehilangan mata pada pasien dapat menimbulkan masalah fungsi dan estetik. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memperbaiki masalah estetik adalah dengan membuatkan protesa mata kepada pasien tersebut. Tujuan pembuatan obturator mata pada pasien yang kehilangan mata adalah untuk membantu pasien dalam memperbaiki estetik. Pasien wan ita usia 35 tahun datang ke klinik Prostodonsia RSGM FKG UGM dengan kondisi kehilangan mata sebelah kanan yang merupakan cacat bawaan. Pemeriksaan wajah menunjukkan muka asimetris. Pada mata kanan tampak adanya cheloid yang timbul setelah operasi pengangkatan bola mata. Perawatan dilakukan dengan pembuatan protesa mata non fabricated dengan tahap-tahap: pencetakan mata dengan sendok cetak mata perorangan dan pengisian hasil cetakan terdiri dari dua bagian, yang pertama diisi dengan gips keras sampai bagian terlebar dari cetakan dasar soket dan dibuat tiga retensi sebagai kunci, kedua sampai menutupi seluruh hasil cetakan. Pembuatan model malam sklera, mencoba pola malam sklera dan packing model malam sklera. Oef/asking dan polishing untuk membuat sklera akrilik, mencoba sklera akrilik dan penentuan lokasi diameter iris, melukis iris dan pupil, penyelesaian protesa mata, packing sklera dan iris, def/asking dan polishing untuk membuat protesa mata serta insersi protesa mata. Kontrol setelah 2 minggu menunjukkan hasil yang baik, tidak ada keluhan rasa sakit, tidak ada peradangan, volume dan frekuensi air mata menjadi berkurang jumlah dan frekuensinya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Nuning, Fransiska, Poetry Oktanauli, and Herjanti Tyawati. "Evaluasi Hasil Preparasi Servikal pada Model Kerja Gigi Tiruan Jembatan." Majalah Kedokteran Gigi Indonesia 21, no. 1 (2014): 9. http://dx.doi.org/10.22146/majkedgiind.8782.

Full text
Abstract:
Ketepatan preparasi tepi servikal merupakan elemen terpenting dalam mengevaluasi sebuah restorasi. Restorasi yang baik didapat dari hasil pencetakan yang akurat dengan tepi servikal yang sesuai. Sebuah restorasi dapat dikatakan berhasil bertahan di dalam rongga mulut jika tepi servikal dapat beradaptasi dengan permukaan garis tepi preparasi.Penelitian dilakukan pada 57 pasien dari mahasiswa yang sedang melakukan kerja di klinik prostodonsia. Kriteria penelitian adalah tepat dan tidak tepat berdasarkan penelitian terdahulu yang mendapatkan hasil evaluasi sebanyak 70% pada model kerja. Hasil penelitian menunjukkan evaluasi preparasi servikal pada model kerja yang termasuk tepat sebanyak 78,95%.Evaluation of Cervical Working Model Bridge Preparation. The accuracy of the cervical edge preparation is the most important element in evaluating a restoration. Good restoration results obtained from accurate impression with cervical corresponding side. A restoration was successful to survive in the oral cavity if it can adapt to the cervical edge surface preparation line side. The study was conducted on 57 patients of the students who are doing work in clinics Prosthodontics. Research criteria are appropriate and not appropriate based on previous research that gets results of the evaluation as much as 70% on the operating model. The results showed the assessment of cervical preparation in proper working model that included as many as 78,95%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Rafni, Elita, Yanwirasti Yanwirasti, Eriyati Darwin та Rasmi Rikmasari. "PERBEDAAN KADAR INTERLEUKIN-1β SALIVA ANTARA PENDERITA MYOFASCIAL PAIN DENGAN DISC DISPLACEMENT SENDI TEMPOROMANDIBULA". Dentika Dental Journal 19, № 1 (2016): 62–65. http://dx.doi.org/10.32734/dentika.v19i1.152.

Full text
Abstract:
Gangguan sendi temporomandibula dapat terjadi karena peradangan neurogenik yang banyak melibatkan sitokin. Pada penderita gangguan sendi temporomandibula dengan keluhan nyeri ditemukan adanya substansi algogenik prostaglandin dan lukotrien sebagai mediator nyeri dan inflamasi. Prostaglandin berasal dari asam arakidonat yang berubah menjadi PGE2 karena aktivitas Cox2 yang diinduksi oleh sitokin IL-1β. Saliva merupakan cairan yang mengandung hormon, antibodi, konstituent mikroba, dan sitokin seperti yang terdapat dalam darah. Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan kadar IL-1β pada penderita myofascial pain dan disc displacement sendi temporomandibula. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional comparative. Variabel dependen dan independen diperiksa secara bersamaan. Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Prostodonsia Rumah Sakit Arifin Ahmad Pekanbaru dan Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang. Pemeriksaan sampel saliva dilakukan pada 37 penderita myofascial pain dan 37 penderita disc displacement. Kadar IL-1β diperiksa dengan Elisa dan data dianalisis dengan t test. Berdasarkan uji statistik Kolmogorov Smirnov ditemukan bahwa data terdistribusi normal baik pada kelompok gender (p =0,772) maupun kelompok umur (p =1,000). Rerata nilai kadar IL-1β penderita myofascial pain adalah 0,22 ± 0,18 nm/L dan penderita disc displacement adalah 0,57 ± 0,45 nm/L. Hasil analisis t-test menunjukkan terdapat perbedaan kadar IL-1β saliva yang signifikan antara penderita myofascial pain dan disc displacement p =0,01 (p<0,05). Sebagai kesimpulan bahwa kadar IL-1β lebih tinggi pada disc displacement dibandingkan myofascial pain.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Santiko, Aditya Ayat, and Murti Indrastuti. "Preparasi Minimal pada Pembuatan Gigi Tiruan Cekat dengan Fiber Reinforced Composite (FRC)." Majalah Kedokteran Gigi Indonesia 17, no. 1 (2016): 12. http://dx.doi.org/10.22146/majkedgiind.15977.

Full text
Abstract:
Dalam praktek sering kali dokter gigi dihadapkan pada pasien yang kehilangan gigi anterior dan ingin segera dibuatkan gigi tiruan karena alasan estetik. Gigi tiruan yang dibuat bisa berupa gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) atau gigi tiruan cekat (GTC). Pada GTSL, adanya plat pada palatum menyebabkan rasa tidak nyaman, selain itu pasien setiap kali harus buka pasang gigi tiruan kembali sehingga cukup merepotkan. Oleh karena itu pada umumnya pasien ingin dibuatkan GTC dan hal ini memang sesuai dengan indikasi GTC. Hal yang menjadi pertimbangan pada pembuatan GTC adalah pengasahan permukaan gigi secara keseluruhan bila akan dibuat desain full crown. Pada perkembangan desain GTC ada desain yang disebut resin bonded bridge atau adhesive bridge yaitu GTC yang dibuat pada gigi abutment yang dipreparasi minimal pada bagian palatal saja dan dilekatkan secara mikromekanikal antara retainer sayap logam dan gigi yang telah dipreparasi. Pasien wan ita usia 22 tahun datang ke klinik Prostodonsia RSGM Prof Soedomo UGM karena kehilangan gigi insisif sentral kiri atas. Pada kasus ini dilakukan pembuatan GTC dengan bahan fiber reinforced composite (FRC). Pembuatan bridge dengan bahan FRC dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pada makalah ini akan dibahas pembuatan bridge FRC secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan gigi artlfisial komposit. Hasil menunjukkan estetis yang baik, kontrol setelah 2 bulan tidak ada perubahan warna dan pasien merasa puas dengan penampilannya, jaringan gingiva di sekitarnya normal.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Putranti, Dwi Tjahyaning, and Afrita Rizky. "PENGARUH PENYEMPROTAN EKSTRAK DAUN ALPUKAT DAN LARUTAN SODIUM HIPOKLORIT PADA CETAKAN ELASTOMER TERHADAP STABILITAS DIMENSI." Jurnal Ilmiah PANNMED (Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dentist) 13, no. 1 (2019): 1–6. http://dx.doi.org/10.36911/pannmed.v13i1.123.

Full text
Abstract:
Faktor utama keberhasilan perawatan jangka panjang prostodonsia adalah keakuratan dari gigi tiruan. Prosedur pencetakan merupakan salah satu tahap yang sangat penting dalam pembuatan gigi tiruan. Polivinil siloksan (PVS) adalah bahan cetak elastomer yang sering digunakan di kedokteran gigi untuk melakukan pencetakan. Berdasarkan anjuran American Dental Association (ADA) membersihkan darah dan saliva dari hasil cetakan menggunakan larutan desinfektan sebelum dilakukan pengisian gipsum di laboratorium sangatlah penting. Proses desinfeksi dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia buatan maupun alami. Salah satu metode desinfeksi adalah metode penyemprotan, yang dapat mengurangi resiko perubahan stabilitas dimensi hasil cetakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyemprotan ekstrak daun alpukat 25% dan larutan sodium hipoklorit 0,5% pada cetakan elastomer terhadap stabilitas dimensi. Rancangan penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan sampel hasil cetakan elastomer yang telah diisi gips tipe IV diperoleh dari pencetakan pada model induk yang terbuat dari stainless steel berbentuk 2 mahkota yang telah dipreparasi dengan ukuran bukolingual 6,33 mm, oklusogingival 8,02 mm, dan interpreparasi 28,25 mm. Jumlah sampel 30 buah untuk 3 kelompok. Sampel diukur menggunakan kaliper digital kemudian dianalisis dengan uji t tidak berpasangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh penyemprotan ekstrak daun alpukat 25% dan larutan sodium hipoklorit 0,5% pada cetakan elastomer terhadap stabilitas dimensi, namun perubahan yang terjadi dalam batas yang masih dapat di tolerir dengan persentase perubahan stabilitas dimensi <0,5%, tetapi tidak ada perbedaan pengaruh antara penyemprotan ekstrak daun alpukat 25% dan larutan sodium hipoklorit 0,5% pada cetakan elastomer terhadap stabilitas dimensi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Balderas Tamez, Jonathan E., Fabiola Neri Zilli, Luis Antonio Fandiño, and Juan Manuel Guizar. "Factores relacionados con el éxito o el fracaso de los implantes dentales colocados en la especialidad de Prostodoncia e Implantología en la Universidad de La Salle Bajío." Revista Española de Cirugía Oral y Maxilofacial 39, no. 2 (2017): 63–71. http://dx.doi.org/10.1016/j.maxilo.2016.02.001.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Pradana, F. Wihan, Haryo Mustiko Dipoyono, and Titik Ismiyati. "Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap Obturator Rahang atas pada Kasus Kelas III Arammany dengan Penguat Mini Dental Implant untuk Protesa Rahang Bawah." Majalah Kedokteran Gigi Indonesia 18, no. 1 (2011): 68. http://dx.doi.org/10.22146/majkedgiind.16481.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Kasus Edentulous dengan defek maksilofasial pada geriatri merupakan kasus yang komplek dan menyangkut estetika serta fungsi rongga mulut. Penggunaan hollow bulb dan implant untuk memberikan retensi merupakan alternatif cara yang dapat digunakan dalam perawatan defek maksilofasial dan sisa lingir alveolar yang tipis. Tujuan. dari pembuatan protesa GTL ini ialah untuk mengembalikan fungsi pencernaan rongga mulut sehingga dapat mengembalikan kemampuan mencerna dan mengolah makanan. Pembuatan GTL diupayakan untuk dapat retentif dan stabil sehingga protesa dapat bermanfaat sebagai instrumen rehabilitatif dalam rongga mulut. Kasus. Pasien laki-Iaki usia 70 tahun datang ke klinik prostodonsia FKG UGM dengan keluhan gigi tiruan lengkap yang longgar dan tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga makanan dan minuman dapat keluar dari hidung melalui lubang di area palatum yang timbul kurang lebih 2 bulan sebelum datang ke RSGM. Penanganan. Setelah dilakukan proses bedah pengangkatan tumor oleh Onkologis selanjutnya dilakukan perencanaan pembuatan GTL. Paska operasi pasien mengenakan GTL sementara dari GTL lama pasien yang diperbaiki. Proses selanjutnya ialah pembuatan GTL baru untuk mengganti GTL lama yang rusak. Setelah GTL selesai dibuat, dilakukan insersi dan dilanjutkan dengan pemasangan mini dental implant untuk rahang bawah. Satu minggu berikutnya dilakukan pemasangan metal housing implant pada fitting surface gigi tiruan lengkap rahang bawah sehingga implant dan gigi tiruan menjadi satu kesatuan gigi tiruan lengkap dengan dukungan implant. Kesimpulan. Kontrol2 minggu dan satu bulan menunjukan implant masih stabil dan tidak ada keluhan pada pasien. Pasien dapat menggunakan gigi tiruannya untuk makan dan minum. Dari pemeriksaan subjektif diketanui bahwa dan makanan ataupun minuman tidak lagi keluar melalui hidung pasien.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Amie, Edy Machmud,, and Elizabeth Mailoa. "PENGARUH PENAMBAHAN RUGAE PALATINAL PADA BASIS TIGA JENIS DESAIN OBTURATOR VELOFARINGEAL TERHADAP KUALITAS PRODUKSI BICARA PASIEN INSUFISIENSI VELOFARING PASCA PALATOPLASTI." Dentika: Dental Journal 18, no. 1 (2014): 68–74. http://dx.doi.org/10.32734/dentika.v18i1.1952.

Full text
Abstract:
Penderita lahir dengan celah bibir dan langit-langit merupakan malformasi komponen penting untuk mekanismevelofaringeal, sehingga katup velofaringeal tidak bekerja secara adekuat untuk memungkinkan penutupan nasofaring danorofaring yang sesuai. Kekurangan mekanisme ini mengakibatkan kesulitan dalam berbicara untuk suara tertentu, kondisiini disebut insufisiensi velofaringeal. Celah bibir dan langit-langit memerlukan pendekatan multidisiplin ilmu dari ahlibedah mulut dan maksilofasial, ahli bedah plastik, prostodontis hingga ahli terapi bicara. Salah satu penanganan celahlangit-langit yaitu melalui pembedahan yang dilanjutkan dengan penggunaan obturatator velofaringeal untukmemperbaiki kualitas bicara. Penambahan rugae palatina pada basis obturator untuk mengembalikan bentuk anatomipalatum sehingga lidah terbiasa dengan kondisi normal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruhpembuatan rugae palatinal pada basis obturator velofaringeal terhadap kualitas produksi bicara. Penelitian ini merupakanpra eksperimental klinis dengan pre and post with control group design dengan tiga bentuk desain obturator velofaringealyang dibuatkan rugae palatina pada masing-masing obturator. Terdapat 12 sampel yang dibagi menjadi 3 kelompok, yang mana tiap kelompok terdiri atas 4 subjek. Penelitian ini meneliti mengenai udara lolos hidung, hipernasalitas dankompensasi artikulasi sebelum dan sesudah pemakaian obturator velofaringeal dengan penambahan rugae palatina padabasisnya. Data dianalisis menggunakan uji Kruskal Wallis yang dilajutkan dengan uji Post-hoc Mann- Whitney untukmelihat perbedaan pengaruh pada masing-masing alat saat pengucapan bunyi konsonan maupun kata-kata. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa semua piranti tidak memberikan pengaruh pada udara lolos hidung, piranti 1 dan 3memberikan pengaruh paling signifikan pada hipernasalitas dan piranti 2 memberikan pengaruh paling signifikan untukkompensasi artikulasi. Sebagai kesimpulan, tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara tanpa pemakaian piranti danpemakaian piranti dengan pemberian rugae palatine pada basis obturator saat pengucapan kata “rakun”.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Aditama, Pramudya, Erwan Sugiatno, Murti Indrastuti, and Endang Wahyuningtyas. "Protesa obturator definitif resin akrilik pada pasien systemic lupus erythematosus (SLE) pasca maksilektomi." Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran 32, no. 2 (2020): 63. http://dx.doi.org/10.24198/jkg.v32i2.28175.

Full text
Abstract:
ABSTRAKPendahuluan: Systemic lupus erythematosus (SLE) merupakan inflamasi kronis yang dapat melibatkan sistem saraf, membran mukosa, dan organ lain dalam tubuh. Avascular bone necrosis (AVN) merupakan gejala yang muncul pada penderita SLE. Maksilektomi dilakukan pada tulang maksila yang mengalami AVN. Penutupan celah pasca maksilektomi tersebut dilakukan dengan cara menggunakan protesa maksilofasial intraoral yaitu obturator. Tujuan laporan kasus ini mengkaji rehabilitasi prostetik menggunakan protesa obturator definitif resin akrilik pada penderita SLE pasca maksilektomi. Laporan kasus: Seorang wanita berusia 21 tahun datang ke Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr. Sardjito dengan keluhan bau mulut, hilangnya gusi pada langit-langit, dan kegoyahan gigi rahang atas. Pasien didiagnosis SLE sejak lebih dari 1 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan intraoral, selain lesi pada mukosa palatum, ditemukan juga nekrosis pada tulang palatum, kehilangan gigi 14, 15, 16, dan 25, serta kegoyahan derajat 3 pada seluruh gigi rahang atas yang tersisa. Pasien dirawat dengan obat Myfortic (2 x 180 mg/hari) dan Fluconazole (1x150 mg/hari) kemudian dirujuk ke Poli Bedah Mulut untuk dilakukan maksilektomi, dilanjutkan dengan pembuatan protesa obturator oleh tim prostodonti. Pasien dibuatkan obturator pasca bedah untuk menutup celah palatum pasca maksilektomi. Pencetakan menggunakan bahan hydrocolloid irreversible sebelum operasi untuk pembuatan obturator pasca bedah. Insersi obturator menunjukkan celah palatum tertutup rapat oleh plat akrilik. Retensi didapatkan menggunakan kawat stainless pada titanium wire mesh pengganti tulang maksila. Tidak ada keluhan saat kontrol, penelanan baik. Tiga bulan pasca pemakaian obturator pasca bedah dilakukan pemasangan obturator definitif resin akrilik rahang atas. Pemeriksaan klinis menunjukkan suara sengau berkurang, estetis, dan pengunyahan baik. Simpulan: Protesa obturator definitif resin akrilik pada pasien SLE pasca maksilektomi dapat mengembalikan fungsi estetik, mengurangi suara sengau (mengembalikan fungsi bicara), mengembalikan fungsi penelanan, dan pengunyahan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Santos, Lays Mayara Macena, José André Carneiro da Silva, Cristine D’Almeida Borges, et al. "Panorama da prótese total no Brasil: um estudo bibliométrico." ARCHIVES OF HEALTH INVESTIGATION 9, no. 6 (2020): 629–34. http://dx.doi.org/10.21270/archi.v9i6.5091.

Full text
Abstract:
Objetivo: O presente trabalho objetiva avaliar a produção científica publicadas nos anais do Congresso da Sociedade Brasileira de Pesquisa Odontológica (SBPqO) acerca da prótese total convencional. Metodologia: Foi realizado um estudo observacional retrospectivo, a partir da observação indireta e a análise de dados secundários, baseado nos trabalhos apresentados na Reunião Anual da SBPqO no período de 2014 a 2018. Foram analisados as variáveis nível de satisfação e qualidade de vida; deslocamento e inclinação; vínculo ao serviço público; infecção e contaminação; técnicas de moldagens; higiene; planejamento; estabilidade e retenção; e, materiais utilizados. Além disso, foram coletadas informações das subdivisões de regiões e estados, com o objetivo de verificar dentro da prótese total o panorama no Brasil no intervalo de cinco anos. Os dados foram catalogados e analisados com o auxílio do software SPSS na versão 16, e apresentados por meio da estatística descritiva. Resultados: Os resultados encontrados mostram que as Regiões Sudeste e Nordeste representam 56,9% e 24,7% da produção científica nacional sobre prótese respectivamente; 79,57% dos trabalhos foram realizados em instituições públicas; os temas mais pesquisados sobre prótese total é o nível de satisfação dos usuários e estabilidade da prótese; o número de publicações é muito flutuante ao longo dos anos. Conclusão: Conclui-se que existem muitas lacunas a serem abordadas sobre próteses totais, como os materiais disponíveis, planejamento e técnicas de moldagem. Descritores: Prostodontia; Bibliometria; Prótese Total; Prótese Dentária. Referências Melo M, Borges RN, Freitas GC, Prado MM, Melo TG, Melo TCAS. Verificação do uso de próteses dentárias em servidores da UFG. Robrac. 2015;24(69):92-4. Evangelista Souza S, Valadares Oliveira L, Pinheiro Freitas A, Andrade Meyer G, Carneiro Leão Gabarto M. Perfil sócio-econômico de pacientes desdentados totais reabilitados na Faculdade de Odontologia da Universidade Federal da Bahia, Brasil. Rev cubana estomatol. 2015;52(1). Nóbrega DRM, Lucena AG, Medeiros LADM, Farias TSS, Meira KRS, Mahon SMOD. Avaliação da utilização e hábitos de higiene em usuários de prótese dentária removível. Rev Bras Odontol. 2016;73(3):193-97. Azevedo JS, Azevedo MS, Oliveira LJC, Correa MB, Demarco FF. Uso e necessidade de prótese dentária em idosos brasileiros segundo a Pesquisa Nacional de Saúde Bucal (SBBrasil 2010): prevalências e fatores associados. Cad Saúde Pública. 2017;33(8): e00054016. Cardoso M, Balducci I, Telles DM, Lourenço EJV, Nogueira Junior, L. Edentulism in brazil: trends, projections and expectations until 2040. Cienc saúde coletiva. 2016; 21(4):1239-46. Silva ET, Oliveira RT, Leles CR. O edentulismo no brasil: epidemiologia, rede assistencial e produção de próteses pelo sistema único de saúde. Tempus. 2015;9(3):121-34. Silva FR, Padilha EZ, Baldani MH. Serviços odontológicos especializados nas cidades médias não metropolitanas do estado do Paraná, entre 2003 e 2010: estudo exploratório. Epidemiol Serv Saúde. 2013;22(4):641-50. Pereira VR, Carvalho MM, Rotondaro RG. Um estudo bibliométrico sobre a evolução da pesquisa da qualidade em serviço. Production. 2013; 23(2):312-28. Maciel MMSA, Silva KBN, Melo JGA, Soares DM. Metodologia ativa aplicada ao ensino odontológico: um panorama nacional a partir de um estudo bibliométrico. Arch Health Invest. 2019;8(2):74-8. Melo JGA, Soares DM. Análise bibliométrica do uso de células-tronco em pesquisas odontológicas. Arch Health Invest. 2019;8(12):766-70. Soares D, Maciel M, Figueredo-Filho A, Melo J. Brazilian scientific production in periodontics: a national panorama from a bibliometric study. Rev Clin Periodoncia Implantol Rehabil Oral. 2019;12(2); 66-9. Queiroz VKP, Soares DM. Pesquisas odontológicas relacionadas com microcefalia: um estudo bibliométrico. Arch Health Invest 2019;8(11):681-85. Gomes D, Agnoletto IG, Souza ML, Spiger V, Jakymiu JRG, Fugii EC et al. A produção científica da Odontologia e a Agenda Nacional de Prioridades de Pesquisa em Saúde. Rev ABENO. 2017;17(2):11-21. Primo BT, Grazziotin-Soares R, Bertuzzi D, Claudy MP, Hernandez PAG, Fontanella VRC. Produção científica da ULBRA: análise do número e do delineamento das pesquisas publicadas nos suplementos da Brazilian Oral Research (SBPqO). Stomatos. 2010; 16(31):69-76. Souza JGS, Popoff DAV, Oliveira RCN, Almeida ER, Martelli Junior H, Martins AMEBL. Profile and scientific production of Brazilian researchers in dentistry. Arq Odontol. 2016;52(1):13-22. Navarro P, Chuhuaicura P, Soto-Faúndez N, Soto C. Diseños de investigación y pruebas estadísticas utilizadas en revistas odontológicas de la red SciELO. Av Odontoestomatol. 2019; 35(1):19-25. Aguiar VR, Celeste RK. Necessidade e alocação de laboratórios regionais de prótese dentária no brasil: um estudo exploratório. Ciênc saúde coletiva. 2015;20:3121-28. Dias AA, Narvai PC, Rêgo DM. Tendências da produção científica em odontologia no Brasil. Rev Panam Salud Publica. 2008;24(1):54-60. Celeste RK, Warmling CM. Produção bibliográfica brasileira da Saúde Bucal Coletiva em periódicos da saúde coletiva e da Odontologia. Ciênc saúde coletiva. 2014;19(6):1921-32. Cavalcanti AL, Melo TRNB, Barroso KMA, Souza FECD, Maia AMA, Silva ALDO. Perfil da pesquisa científica em Odontologia realizada no Brasil. Pesqui bras odontopediatria clin integr. 2004;4(2):99-104. Gonçalves APR. Cenário atual e inserção internacional da pesquisa Odontológica brasileira [tese]. Pelotas: Universidade Federal de Pelotas; 2019. Gabardo MCL, Copelli FA, Tuzzi AL, Trentin G, Lima J, Tomazinho FSF, et al. Pesquisa científica em Endodontia apresentada na Reunião Anual da Sociedade Brasileira de Pesquisa Odontológica: análise bibliométrica de 2010 a 2018. Rev ABENO. 2019;19(3):144-52. Barbosa D, Barão VAR, Assunção WG, Gennari Filho H, Goiato MC. Instalação de prótese total: uma revisão. Rev Odontol UNESP. 2006;35(1):53-60. Abreu CW, Munhoz E. Os fatores que influenciam na satisfação do paciente submetido a tratamento de prótese total convencional. Hu Rev. 2011;37(4):413-19. Martins LMJ. Vantagens e desvantagens da prótese total acrílica e a prótese total sobre implante: uma revisão narrativa da literatura [disseetação]. Portugal: Instituto Universitário de Ciências da Saúde; 2018. Marchini L, Montenegro FLB, Cunha VDPP, Santos JFF. Prótese dentária na terceira idade: considerações clínicas e preventivas diversas. Rev Longeviver. 2010;1. Grings JS. Protocolo de branemark: uma revisão de literatura [monografia]. Porto Alegre: Faculdade de Odontologia da Universidade Federal do Rio Grande do Sul; 2018 Gonzalez Ramos RM, Reyes SAR, Grandal OV, Padrón ER, Pedroso LH. Caracterización bibliométrica de la producción científica de la Facultad de Estomatología “Raúl González Sánchez”, 2011-2015. Rev cubana estomatol. 2018;55(2):8-14.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Lenggogeny, Putri, and Sri Lelyati C. Masulili. "Gigi Tiruan Sebagian Kerangka Logam sebagai Penunjang Kesehatan Jaringan Periodontal." Majalah Kedokteran Gigi Indonesia 1, no. 2 (2015): 123. http://dx.doi.org/10.22146/majkedgiind..9233.

Full text
Abstract:
Penggunaan gigi tiruan sebagian sangat penting dalam mempertahankan kesehatan jaringan periodontal dan menjaga stabilitas gigi yang tersisa. Pembuatan gigi tiruan yang tepat merupakan fase integral dari perawatan penyakit periodontal secara keseluruhan dalam mempertahankan kesehatan jaringan periodontal tersebut.Gigi tiruan sebagian lepasan harus didesain untuk dapat mengurangi penumpukan sisa makanan serta plak pada gigi dan tepi gingiva dari gigi penyangga. Pemilihan bahan logam sebagai gigi tiruan pada kasus periodontal kompromis dapat membantu dalam mencegah pergerakan gigi dan mempertahankan posisi gigi pasca perawatan periodontal karena sifat logam yang lebih kaku dibandingkan dengan bahan lainnya, sehingga keberhasilan perawatan dapat tercapai. Pembuatan gigi tiruan kerangka logam yang baik dan kerjasama yang baik antara semua anggota tim medis dalam menangani kasus akan menghasilkan keberhasilan perawatan yang dilakukan. Tujuan dari penulisan sari pustaka ini adalah menambah ilmu dan wawasan periodontis dan prostodontis dalam penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan kerangka logam pasien periodontal kompromis. Pemberian informasi dan mendidik pasien dalam menjaga kebersihan gigi tiruan dan mulutnya juga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan pembuatan gigi tiruan.Frame Partial Denture as a Supportive Therapy for Periodontal Health. Partial denture is very important in maintaining periodontal health and maintaining the stability of the remaining teeth. The fabrication of denture is an important phase in comprehensive periodontal health therapy, so as to maintain the periodontal health. Removable partial dentures should be designed to reduce the accumulation of food residue and plaque on the teeth and gingival edge of the abutment. The selection of metallic materials as denture in case of periodontal compromise can help in preventing tooth movement and maintain the position of the teeth after periodontal treatment because the nature of metal is more rigid when compared with other materials, so that the success of the treatment can be achieved. Making good metal framework denture and good cooperation between all members of the medical team in handling the case will result in a successful treatment. The aim of the study is to enrich the knowledge for periodontists and prosthodontists in using metal removable prothesis in compromised periodontal patients. Providing information and educating patients in maintaining the cleanliness of denture and mouth are also an important factor that determines the success of the manufacture of dentures.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Lenggogeny, Putri, and Sri Lelyati C. Masulili. "Gigi Tiruan Sebagian Kerangka Logam sebagai Penunjang Kesehatan Jaringan Periodontal." Majalah Kedokteran Gigi Indonesia 20, no. 2 (2015): 123. http://dx.doi.org/10.22146/majkedgiind.9233.

Full text
Abstract:
Penggunaan gigi tiruan sebagian sangat penting dalam mempertahankan kesehatan jaringan periodontal dan menjaga stabilitas gigi yang tersisa. Pembuatan gigi tiruan yang tepat merupakan fase integral dari perawatan penyakit periodontal secara keseluruhan dalam mempertahankan kesehatan jaringan periodontal tersebut.Gigi tiruan sebagian lepasan harus didesain untuk dapat mengurangi penumpukan sisa makanan serta plak pada gigi dan tepi gingiva dari gigi penyangga. Pemilihan bahan logam sebagai gigi tiruan pada kasus periodontal kompromis dapat membantu dalam mencegah pergerakan gigi dan mempertahankan posisi gigi pasca perawatan periodontal karena sifat logam yang lebih kaku dibandingkan dengan bahan lainnya, sehingga keberhasilan perawatan dapat tercapai. Pembuatan gigi tiruan kerangka logam yang baik dan kerjasama yang baik antara semua anggota tim medis dalam menangani kasus akan menghasilkan keberhasilan perawatan yang dilakukan. Tujuan dari penulisan sari pustaka ini adalah menambah ilmu dan wawasan periodontis dan prostodontis dalam penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan kerangka logam pasien periodontal kompromis. Pemberian informasi dan mendidik pasien dalam menjaga kebersihan gigi tiruan dan mulutnya juga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan pembuatan gigi tiruan.Frame Partial Denture as a Supportive Therapy for Periodontal Health. Partial denture is very important in maintaining periodontal health and maintaining the stability of the remaining teeth. The fabrication of denture is an important phase in comprehensive periodontal health therapy, so as to maintain the periodontal health. Removable partial dentures should be designed to reduce the accumulation of food residue and plaque on the teeth and gingival edge of the abutment. The selection of metallic materials as denture in case of periodontal compromise can help in preventing tooth movement and maintain the position of the teeth after periodontal treatment because the nature of metal is more rigid when compared with other materials, so that the success of the treatment can be achieved. Making good metal framework denture and good cooperation between all members of the medical team in handling the case will result in a successful treatment. The aim of the study is to enrich the knowledge for periodontists and prosthodontists in using metal removable prothesis in compromised periodontal patients. Providing information and educating patients in maintaining the cleanliness of denture and mouth are also an important factor that determines the success of the manufacture of dentures.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Limarga, Nidia, Mendy Hatibie, and Maximillian Ch Oley. "Graft Tulang Alveolar dan Pemberian Terapi Oksigen Hiperbarik pada Gnatoschizis: Laporan Kasus." e-CliniC 9, no. 2 (2021): 550. http://dx.doi.org/10.35790/ecl.v9i2.36877.

Full text
Abstract:
Abstract: Gnatoschizis is a congenital disorder due to complex causes involving many genetic and environmental factors. The shape and complexity of the cleft varies greatly, which will determine the final outcome of the reconstruction. The management involves a multidisciplinary approach including orthodontics, prosthodontics, as well as speech and psychological therapist. Bone grafting materials such as iliac crest (corticocancellous autogenous), bone morphogenetic proteins and recombinant human proteins have shown good long-term results. An additional method that is considered effective in accelerating bone growth is the administration of hyperbaric oxygen therapy (HBOT) which has been reported to increase the accumulation of minerals needed for osteogenesis, such as calcium, magnesium, and phosphorous. We reported a case of a 14-year-old girl with gnatoschizis who underwent an alveolar bone graft surgery and one day after the operation was immediately followed by administration of (HBOT) to improve the bone healing process. cleft location. Autogenous iliac bone graft was used for closure of the bony defect at the site of the cleft. Follow up at day-14 showed a satisfying result. In conclusion, in this patient continuity of upper dental arch was achieved as well as optimal alar basis, no fistula, stabile upper dental arch for orthodontic treatment, and ideal alveolar morphology that supported the ultimate goal of cleft palate treatment - improvement of quality of life.Keywords: gnatoschizis; alveolar bone graft; hyperbaric oxygen therapy Abstrak: Gnatoschizis merupakan kelainan kongenital dengan penyebab kompleks yang meli-batkan banyak faktor genetik dan lingkungan. Bentuk dan kompleksitas sumbing sangat bervariasi, yang akan menentukan hasil akhir rekonstruksi. Tatalaksananya melibatkan pendekatan multi-disiplin termasuk ortodontik, prostodontik, serta terapi wicara dan psikologis. Bahan pencang-kokan tulang seperti krista iliaka (corticocancellous autogenous), protein morfogenetik tulang dan protein manusia rekombinan telah menunjukkan hasil jangka panjang yang baik. Salah satu metode tambahan yang dianggap efektif mempercepat pertumbuhan tulang ialah pemberian terapi oksigen hiperbarik (TOHB) yang telah dilaporkan meningkatkan akumulasi mineral yang dibutuh-kan untuk osteogenesis, seperti kalsium, magnesium, dan fosfor. Kami melaporkan kasus seorang anak perempuan berusia 14 tahun dengan gnatoschizis yang menjalani operasi cangkok tulang alveolar dan satu hari setelah operasi langsung dilanjutkan pemberian TOHB untuk meningkatkan proses penyembuhan tulang. Cangkok tulang iliaka autogenous digunakan untuk penutupan defek tulang di lokasi sumbing. Follow up pada hari ke 14 di poliklinik dengan pemeriksaan fisik pada defek lokasi sumbing mendapatkan hasil yang memuaskan. Simpulan laporan kasus ialah pada pasien ini diperoleh kontinuitas lengkung rahang atas, basis alar yang optimal, fistula dihilangkan, segmen rahang atas yang stabil untuk perawatan ortodontik, dan morfologi alveolar yang ideal yang menyokong tujuan akhir tatalaksana sumbing yaitu perbaikan kualitas hidup.Kata kunci: gnatoschizis; cangkok tulang alveolar; terapi oksigen hiperbarik
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Wijanarko, Owin Bambang, Endang Wahyuningtyas, and Suparyono Saleh. "Pembuatan Protesa Maksilofasial Hidung dengan Retensi Magnet." Majalah Kedokteran Gigi Indonesia 19, no. 2 (2012): 154. http://dx.doi.org/10.22146/majkedgiind.15540.

Full text
Abstract:
Latar belakang masalah. Restorasi dari cacat masalah. Restorasi dari cacat yang disebabkan tumor di daerah fasial sangat menantang bagi dokter bedah dan ahli prostodonti. Maxillofacial prosthetics adalah cabang kedokteran gigi yang berhubungan dengan cacat baik kongenital maupun yang didapat pada kepala dan leher. Cacat yang didapatkan dibagi menjadi cacat intraoral dan ekstraoral. Cacat intraoral meliputi mandibula, lidah, palatum, keras, sedangkan cacat ekstraoral meliputi daerah lainnya pada kepala dan leher. Tujuan. Laporan kasus ini adalah untuk rehabilitasi daerah wajah pasien dengan memperbaiki fungsi dan estetik dengan membuat protesa maksilofasial hidung sehingga pasien tidak merasa malu. Laporan kasus. Pasien laki-laki, 74 tahun datang atas kemauan sendiri, dan rujukan dari THT ingin dibuatkan hidung dan langit-langit atas buatan karena hidung sudah diamputasi. Dibuatkan prothesa maksilofasial hidung dari bahan silikon karena mempunyai tekstur yang hampir sama dengan kulit, kemudian dipasang kaitan magnet yang dilekatkan dengan obturator sehingga retensi bertambah baik. Protesa dipasang pada kacamata agar mudah cara menggunakan. Kesimpulan. Pasien merasa lebih nyaman ketika bernafas dan berbicara setelah memakai protesa maksilofasial hidung dengan retensi magnet ini. Protesa maksilofasial dapat membantu pasien baik dari sisi estetik maupun fungsional. Background. Restoration of facial defects resulting from ablation of facial neoplasm or anyother reasons is a challenge for the head and neck surgeon, plastic surgeon and prosthontist. Maxillofacial prosthetics is a branch of dentistry that deals with congenital and acquired defects of the head and neck. Acquired defects can be divided into intraoral and extraoral. Intraoral defects may involve the mandible, tongue, soft palate, or hard palate, while extraoral defects may involve any other area of the head or neck. The aim. Of making maxillofacial prosthetics is to make better aesthetics and functional so the patients will not be ashamed with their appearance. Case report. A man age 74 years old came to the prosthodontics clinic of RSGMP Prof. Soedomo, bringing reference letter from ear nose and throat specialist (ENT). She wants to make a nose prostheses because her nose was amputated. Nose prostheses with magnetic attachmet has been made for this patient using silicon material which have almost the same texture as the original one. This prostheses was attached on eye glasses so the patient can use and remove it easily. The result of using nose prostheses is the patient has better aesthetic. Beside that the function of speech and breathing can also be aided. So the conclusion is that the usage of maxillofacial prosthetic on post amputated nose patient can aid both aesthetic and functional.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Wijaya, Demmy, Murti Indrastuti, and Erwan Sugiatno. "Pembuatan Adhesive Bridge dengan Fiber Reinforced Composite untuk Perawatan Kehilangan dan Kegoyahan Gigi Anterior Rahang Bawah." Majalah Kedokteran Gigi Indonesia 21, no. 1 (2014): 61. http://dx.doi.org/10.22146/majkedgiind.8522.

Full text
Abstract:
Salah satu perawatan kehilangan gigi anterior untuk tujuan estetis adalah dengan adhesive bridge. Fiber Reinforced Composite (FRC) adalah bahan struktural yang terdiri dari 2 konstituen yang berbeda. Komponen penguat (fiber) memberikan kekuatan dan kekakuan, sedangkan matriks (resin komposit) mendukung penguatan. Bahan FRC dapat digunakan untuk pembuatan adhesive bridge dan juga dapat digunakan sebagai stabilisasi gigi yang mengalami kegoyahan. Adanya gigi pendukung yang sehat juga sangat membantu keberhasilan perawatan ini. Laporan kasus ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang penatalaksanaan perawatan kehilangan dan kegoyahan gigi anterior rahang bawah menggunakan FRC. Seorang pasien laki-laki berusia 33 tahun datang ke klinik Prostodonsia RSGM Prof. Soedomo ingin dibuatkan gigi tiruan. Pasien kehilangan gigi 31, gigi 32, gigi 41 dan mengalami kegoyahan derajat 2 disertai resesi gingiva. Kondisi tersebut akibat pasca pembuatan gigi tiruan di tukang gigi. Pasien tidak ingin giginya yang goyah dilakukan pencabutan. Tatalaksana kasus: pencetakan rahang untuk model diagnostik, pembuatan mock-up pontik gigi 31 pada model diagnostik, pembuatan index dengan mencetak bagian lingual dan 1/3 incisal menggunakan putty, preparasi gigi penyangga (gigi 32, 33, 41, 42, 43), pemasangan fiber dengan bantuan index putty, pembentukan bagian labial pontik dengan komposit, finishing dan polishing. Kesimpulan: Fiber reinforced composite dapat dipakai untuk pengelolaan pasien yang mengalami kehilangan dan kegoyahan gigi anterior rahang bawah.Adhesive Bridge of Fiber Reinforced Composite to Treat Tooth Missing and Luxation of Lower Anterior Teeth. One of the anterior tooth loss treatments for esthetic purposes is the adhesive bridge. Fiber Reinforced Composite (FRC) is a structural material that consists of two different constituencies. Amplifier components (fiber) provide strength and stiffness, while matrix (resin composite) support reinforcement. FRC materials can be used in the manufacture of adhesive bridge and can also be utilized for a tooth stabilization for luxation case. The existence of supporting healthy teeth is also very helpful the success of this treatment. Objective: The aim of this case report was to provide information about management of missing teeth and luxation of lower anterior teeth using the FRC. Case: Thirty-three years old male patient came for a denture to the Prosthodontics Clinic of the Prof. Soedomo Hospital. The patient lost tooth 31, the teeth 32 and 41 had a luxation degree 2 with gingival recession. The condition is due to post-manufacture of artificial teeth in dental technician. The Patient did not want to extract the teeth. Managing cases: Impression of teeth for diagnostic models, mock-ups of the pontic tooth 31 on diagnostic models, manufacturing of index scoring lingual and 1/3 incisal using putty, preparation of the abutment (32, 33, 41, 42, 43), the installation of fiber with index putty, forming the labial pontic with composite continued with finishing and polishing. Conclusion: Fiber reinforced composite can be used for the management of patients who experienced a loss and shakiness lower anterior teeth.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Apsari, Anindita, and Chaterina Dyah Nanik K. "The Importance of Abutment Teeth Preparation Guide for Telescopic Double Crown Restorations with Friction Element." DENTA 11, no. 1 (2017): 69. http://dx.doi.org/10.30649/denta.v11i1.129.

Full text
Abstract:
<p><strong><em>Background: </em></strong><em>Telescopic double crown restoration can be used as an alternative treatment if the patient wants the tooth to be maintained as long as the supporting tooth has a healthy periodontal. In dental preparation telescopic double crown support requires a preparation guide so that the preparation can be acurate. Minimal preparation can cause the results of the telescopic double crown restoration to be overcontoured, so that the patient may occur uncomfortable, speech disorders and esthetic is not good. <strong>Objective:</strong> to provide information about the importance teeth preparation guidelines for prosthodontic treatment with telescopic double crown restorations. <strong>Case: </strong>A 72-year-old female patient, coming to the dentist wants to make dentures so that she can chew food well and improve her appearance. The remaining teeth are only 13 and 23. In making the denture, the patient wants the teeth to be retained (not removed) and the denture is aesthetically good. <strong>Case Management: </strong>Make a diagnostic wax-up on a semiadjustable articulator to estimate the results of restoration, </em><em>mould</em><em> </em><em>the patient's teeth before starting the preparation with three times putty for the preparation guide and making a temporary crown. the first putty mold is cut mesial-distal right in the middle of the incical teeth, the second putty mould is cut in the labial-palatal direction right in the middle of the tooth mould, the third putty mould is fixed on the stock tray to make the temporary crown. Preparation of teeth 13 and 23 with regard to the putty cut preparation guide, then moulding the maxilla and mandibula with double impressions using an individual tray, after that make the temporary crown directly with the third putty mould. <strong>Conclusion: </strong>The preparation guide of teeth is very necessary so that the making of telescopic double crown restorations is not overcontoured, so that esthetic and retention can be achieved which are good and do not cause speech disorders.</em></p><p><strong><em>Keywords:</em></strong><em> Telescopic double crown, tooth preparation guide, esthetic</em></p><p><strong><em>Correspondence:</em></strong><em> Anindita Apsari. Prostodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Hang Tuah, Arief Rahman Hakim 150, Surabaya, Telepon 031-</em><em>5945864, </em><em>5912191, </em><em>E</em><em>mail: <span style="text-decoration: underline;">anindita.apsari@hangtuah.ac.id</span></em></p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Amalia, Elka Ayu, Heriyanti Amalia Kusuma, and Endang Wahyuningtyas. "Gigi Tiruan Overlay Thermoplastic Resin Pada Pasien Celah Bibir dan Palatum." Majalah Kedokteran Gigi Indonesia 21, no. 2 (2014): 171. http://dx.doi.org/10.22146/majkedgiind.8753.

Full text
Abstract:
Kasus celah bibir dan palatum, adalah kasus yang memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi dalam hal perbaikan bila dibandingkan dengan kasus kecacatan lain yang disebabkan oleh cacat bawaan maupun dapatan lain. Karena kasus celah bibir dan palatum meminta perhatian khusus pada tahap-tahap perbaikannya, serta memerlukan kolaborasi antar disiplin ilmu kedokteran untuk mendapatkan hasil yang optimal. Prostodonsi adalah salah satu bidang kedokteran gigi yang memegang peranan menentukan hasil akhir dari rangkaian perawatan yang telah dilakukan. Gigi tiruan overlay adalah gigi tiruan lepasan yang digunakan untuk mengurangi penyempitan rahang atas dan perbedaan dalam dimensi vertikal. Tujuan dari artikel ini adalah membahas perawatan yang lebih nyaman dengan gigi tiruan overlay thermoplastic resin untuk kasus celah bibir dan palatum. Seorang pasien perempuan, 25 tahun, datang dengan keluhan ingin perbaikan estetik pada regio anterior rahang atas, untuk menutupi defek sisa hasil operasi penyatuan celah palatum yang telah dilakukan ketika balita. Tatalaksana kasus: 1) Anamnesa, 2) Pemeriksaan klinis dan radiografis, 3) Pencetakan model studi, 4) Pencetakan model kerja, 5) Pemasangan pada artikulator, 6) Penyusunan gigi, 7) Pasang coba model malam, 8) Processing laboratorium, 9) Insersi, 10) Kontrol. Kesimpulan: Perawatan pasien celah palatum dengan gigi tiruan overlay thermoplastic resin memberikan kenyamanan, perbaikan estetis sehingga menimbulkan dampak psikologis yang baik pada pasien. Thermoplastic Resin Overlay Denture On Cleft Lip And Palate Patient (A Case Report). Background: Cleft lip and palate has a degree of difficulities in habilitativeness among other congenital or acquired handicaps. Because this case requires a special attention on the habilitation stage, also requires an interdiciplinary collaboration in medical professions in order to achieve optimal results. Prosthodontics is a part in dentistry that has a role in determining the final results of a series of treatments that have been performed. Overlay denture is a removable prosthesis which are used to alleviate maxillary constriction and discrepancies in vertical dimension. Purpose: To give more comfortable treatment with overlay denture on cleft lip and palate case. Case: A 25 years old female patient, with the chief complaint of the aesthetic on her maxillary anterior region. Requires a treatment to covered her defect, post cleft lip and palate operations that have been performed when she was a child. Case management: 1) Anamnesis, 2) Clinical and radiographic examination, 3) Study model impressions, 4) Working model impressions, 5) Articulator mounting, 6) Artificial teeth arrangement, 7) Wax model try-in, 8) Laboratorium processing, 9) Insertion, 10) Control. Conclusion: Treatment of a cleft lip and palate case with a thermoplastic resin overlay denture can delivered comfort, and aesthetic improvement which can gives the patient a positive physiological impact.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Octovianus, Henry, and Dudi Aripin. "Perawatan saluran akar pada gigi kaninus bawah dengan konfigurasi saluran akar Vertucci tipe II dan III<p></p>Root canal treatment in lower canines with type II and III Vertucci root canal configuration<p>." Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran 33, no. 3 (2022): 37. http://dx.doi.org/10.24198/jkg.v33i3.30785.

Full text
Abstract:
ABSTRAKPendahuluan: Kunci dasar keberhasilan perawatan saluran akar adalah diagnosis, rencana perawatan, disertai pengetahuan tentang morfologi saluran akar dan variasinya. Saluran akar merupakan sistem yang kompleks dan dapat bercabang serta menyatu kembali. Identifikasi berdasarkan Vertucci, terdapat delapan tipe konfigurasi i bentuk variasi sistem saluran akar. Tujuan laporan kasus ini adalah memaparkan perawatan saluran akar pada gigi kaninus rahang bawah dengan konfigurasi saluran akar Vertucci tipe II dan III. Laporan kasus: Pasien perempuan usia 54 tahun dirujuk ke Klinik Konservasi Gigi RSGM Unpad untuk dilakukan perawatan saluran akar pada gigi kaninus kiri dan kanan rahang bawah yang akan menjadi gigi penyangga untuk pembuatan overdenture. Hasil pemeriksaan klinis didapatkan gigi kaninus kiri masih dalam keadaan vital dan gigi kaninus kanan telah nekrosis. Pemeriksaan radiologis CBCT menunjukkan bahwa gigi 33 memiliki bentuk konfigurasi saluran akar tipe III dan gigi 43 yang memiliki konfigurasi saluran akar tipe II. Perawatan endodontik intensional pada gigi 33 diawali dengan anestesi infiltrasi karena gigi vital normal. Tahapan perawatan pada kedua gigi adalah pembukaan akses kavitas, negosiasi (penjajakan) saluran akar menggunakan K-File #8 dan #10, preparasi saluran akar, medikamen antar kunjungan, serta pengisian saluran akar. Setelah kontrol dan tidak ada keluhan, pasien dirujuk kembali ke Klinik Prostodonsia. Simpulan: Perawatan saluran akar pada gigi kaninus bawah dengan konfigurasi saluran akar Vertucci tipe II dan III membutuhkan pengetahuan mengenai morfologi, variasi, kompleksitas sistem saluran akar, pemeriksaan radiologis, teknik pengisian saluran akar, serta komunikasi antar departemen untuk mendapatkan hasil perawatan yang baik.Kata kunci: preparasi saluran akar; cone-beam computed tomography; overdenture; gigi kaninus. ABSTRACTIntroduction: The essential key to successful root canal treatment is the diagnosis, treatment plan, and knowledge of root canal morphology and its variations. Root canals are complex systems that can branch and rejoin. Identification based on Vertucci, there are eight configurations in the form of variations in the root canal system. This case report aims to describe root canal treatment for mandibular canines with Vertucci type II and III root canal configurations. Case report: A 54-year-old female patient was referred to the Dental Conservation Clinic, RSGM Unpad, for root canal treatment for the left and right mandibular canines, which will become abutments for the overdenture. The clinical examination results revealed that the left canine was still in a vital condition and the right canine was necrotic. CBCT radiological examination showed that tooth 33 had a type III root canal configuration and tooth 43 had a type II root canal configuration. Intentional endodontic treatment on tooth 33 was initiated with infiltration anaesthesia because the vital teeth were normal. The treatment steps for both teeth were opening the access cavity, negotiating (exploring) the root canal using K-File #8 and #10, root canal preparation, medicaments between visits, and root canal filling. After control and no complaints, the patient was referred back to the Prosthodontic Clinic. Conclusion: Root canal treatment for lower canines with Vertucci type II and III root canal configurations requires knowledge of morphology, variation, complexity of the root canal system, radiological examination, root canal filling techniques, and communication between departments to get good treatment results.Keywords: root canal preparation; cone-beam computed tomography; overdenture; canines
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Yunisa, Fahmi, Murti Indrastuti, and Suparyono Saleh. "Rehabilitasi Pasien Karsinoma Sel Skuamosa Pasca Bedah Menggunakan Obturator dengan Magnet." Majalah Kedokteran Gigi Indonesia 19, no. 2 (2012): 141. http://dx.doi.org/10.22146/majkedgiind.15537.

Full text
Abstract:
Latar Belakang. Tindakan pembedahan pada pasien dengan kanker rongga mulut dapat mengakibatkan terjadinya defek di area intra oral dan maksillofasial. Defek tersebut dapat mengakibatkan terganggunya fungsi normal rongga mulut, yaitu mengunyah, bicara dan estetis, serta mengurangi rasa percaya diri. Untuk megatasinya diperlukan rehabilitasi fungsi rongga mulut berupa pembuatan obturator. Tujuan. Rehabilitasi defek pasca bedah pada pasien karsinoma sel skuamosa yang melibatkan palatum keras, sebagian palatum lunak, rongga hidung dan sinus maksilaris. Laporan Kasus dan Penatalaksanaan. Seorang pasien laki-laki, usia 74 tahun, datang ke klinik prostodonsia RSGM UGM, atas rujukan dari RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, untuk dibuatkan hidung dan penutup untuk langit-langit mulutnya yang terbuka. Pasien merasa malu karena kondisi hidungnya yang hilang dan terbuka, serta susah untuk menelan makanan dan jika berbicara kurang jelas karena langit-langit mulutnya juga hilang/terbuka. Pasien telah menjalani operasi pembedahan hidung dan palatum, karena terdiagnosa karsinoma sel skuamosa. Pemeriksaan obyektif menunjukkan terdapat defek yang cukuo besar pada rongga hidung dan palatum durum dan sebagian palatum molle. Gigi yang tersisa pada rahang atas hanya gigi 23. Perawatan yang dilakukan adalah dengan pembuatan protesa hidung dan obturator. Obturator dibuat dari bahan resin akrilik dengan klamer C pada gigi 23. Untk menambah kekuatan retensi maka ditambahkan magnet di fitting surface obturator yang dilekatkan dengan protesa hidung. Kontrol dilakukan 1 bulan kemudian. Pasien merasa nyaman menggunakan obturator dengan penguat magnet pada protesa hidung. Pasien bisa menelan makanan dan bicaranyapun sudah lebih jelas. Pasien juga merasa obturatornya tidak mudah lepas, ketika menelan makanan maupun saat berbicara. Kesimpulan. Penggunaan obturator dengan magnet dapat mengembalikan fungsi normal rongga mulut akibat defek pasca bedah, serta mengembalikan rasa percaya diri pasien. Background. Surgery in patients with cancer of the oral cavity can result in defects in the area of intra-oral and maxillofacial. Defects can lead to discruption of the normal functions of the oral cavity, ie chewing, talking and aesthetic, as well as reducing confidence. In order to fix the function, the patient needed rehabilitation of oral function such as the manufacture of the obturator. Objective. Postoperative rehabilitation defects in patients with squamous cell carcinoma involving the hard palate, part soft palate, nasal cavity and the maxillary sinus. Case Report and Management. A male patient, aged 74, came to the clinic of prosthodontics Gadjah Mada University Dental Hospital, upon referral from the Dr. Sardjito Hospital Yogyakarta. He wanted to make the nose and the cover for his open mouth roof. He feels embarrassed because of the condition of his nose was missing and open, as well as difficult to swallow food and if he talk was less obvious because of the condition of his nose was missing and open, as well as difficult to swallow food and if he talk was less obvious because the roof of his mouth is also missing/open. He had undergone nose and palate surgery, as diagnosed squamous cell carcinoma. The objective examination shows that there substantial defects in the nasal cavity and hard palate and part of the soft palate. The remaining teeth in the upper jaw only element 23. The treatment that performed in this patient was making the nose and obturator prosthesis. Obturator is made of acrylic resin with C clamer on teeth 23. In order to add strength retention, there was addition of magnet on the obturator fitting surface that attached to the nose prosthesis. The control performed one month later. Patient feels comfortable using the obturator prosthesis with magnetic on nose prosthesis. He can already swallow food again and the talk has been clearer. He also feels comfort since the obturator was not easily escape, while swallowing food or speaking. Conclusion. The use of the obturator with magnets can restore the normal function of the oral cavity caused by post-surgical defect and restore the confidence of the patient.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Widaningsih, Widaningsih, Ajeng Erlinda Muchtar, and Anindita Apsari. "Effect Of Immersion Resin Acrylic Heat Cured On Sargassum ilicifolium as a Denture Cleanser Towards To Hardness Surface." DENTA 12, no. 1 (2018): 1. http://dx.doi.org/10.30649/denta.v12i1.166.

Full text
Abstract:
<p><strong><em>Background:</em></strong><em> Heat cured acrylic resin is a material that has been used as a base for dentures. The main recruitment of ideal dentures include esthetic, durable, and also the how hard the surface itself</em><em>.</em><em> A dirty denture can lead to smell of the mouth, unesthetic, and inflammatory in the oral cavity. One of the material denture cleanser made of natural can inhibit the growth of fungal contained in Sargassum ilicifolium that have content of Mg, Na, Fe, and Fenol. </em><strong><em>Purpose: </em></strong><em>The aimed of this research is to understand the effect of soaking heat cured acrylic resin as the dentures material in 40% Sargassum ilicifolium towards the hardness surface. <strong>Methods:</strong></em><strong><em> </em></strong><em>20 plates of 65 x 10 x 2,5 mm heat cured acrylic divided into 4 different group as samples. First group soaked for 270 hours in aquades, second group soaked for 630 hours in aquades, third group soaked for 270 hours in 40% Sargassum ilicifolium extract, and the fourth group soaked for 630 hours in 40% Sargassum ilicifolium extract. The time of the research 270 hours equivalent of the use of the denture for 3 years, 630 hours equivalent of the use of the denture for 7 years. Then, researcher tested the hardness of all four group surface using Vickers Hardness Tester by using 0,20 kg indenter weight<strong>. </strong></em><strong><em>Result: </em></strong><em>The result of Kruskal Wallis parametric description showed that there is a difference number of the surface hardness between Aquades and Sargassum ilicifolium 40%. Mann Whitney test result also showed that there are significant number each groups</em><em> Aquades and Sargassum ilicifolium. </em><strong><em>Conclusion:</em></strong><strong><em> </em></strong><em>A number of the hardness surface of heat cured acrylic resin were soaked using 40% Sargassum ilicifolium extract for 630 hours is lower than compared heat cured acrylic resin were soaked using 40% Sargassum ilicifolium extract for 270 hours.</em></p><p><em> </em></p><p><strong><em>Key words:</em></strong><strong><em> </em></strong><em>Acrylic resin. Sargassum ilicifolium, Surface hardness</em><em>, Vickers Hardness Tester</em></p><p><em> </em></p><strong><em>Correspondence:</em></strong><em> Widaningsih,<strong> </strong>Department of Prostodontics, Faculty of Dentistry, Hang Tuah University, Arif Rahman Hakim 150, Surabaya, Phone 031-5945864, Email: <span style="text-decoration: underline;">ningsih2008@yahoo.com</span></em>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Utama, Moh Dharma, Angela Th K, and Muh Ikbal. "Perawatan sederhana prostodontik pencegahan pada pasien lansia." Makassar Dental Journal 1, no. 2 (2018). http://dx.doi.org/10.35856/mdj.v1i2.51.

Full text
Abstract:
Perawatan yang dilakukan pada pasien lansia ditujukan untuk mempertahankan agar gigi dan jaringan yang masih ada di dalam rongga mulut dapat dipertahankan selama mungkin, dan mencegah agar tidak terjadi resorpsi y ang cepat dari lingir alveolar. Mempertahankan gigi atau sisa akar pada umumnya dihubungkan dengan pemeliharaan lingir alveolar, yaitu usaha untuk mempertahankan tinggi dari lingir alveolar yang tersisa . Dari beberapa laporan dikatakan bahwa perawatan dengan overdenture dapat mempertahankan tinggi dari lingir alveolar. Perawatan dengan overdenture mempertimbangkan konsep preventif, oleh karena itu dapat dikatakan sebagai perawatan pencegahan dalam bidang prostodonsia. Alasan dari pendekatan perawatan menggunakan overdenture yang didukung oleh gigi yang masih ada akan dibahas pada dua pasien berusia lanjut.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Yenisey, Murat, Ertan Emek ONUK, Nergiz UZ, Şafak KÜLÜNK, Gözlem CEYLAN, and Ahmet Umut GÜLER. "Prostodonti Klinik Havasının Mikrobiyal Düzeyi Üzerine Havalandırma-Klima Sisteminin Etkisi." Selcuk Dental Journal, December 1, 2019. http://dx.doi.org/10.15311/selcukdentj.316885.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

"Asistencia en Prostodoncia Removible frente a la pandemia por COVID-19." Odontoestomatología 22, no. 35 (2020). http://dx.doi.org/10.22592/ode2020nespa8.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Sada-Garralda, Vicente, and Raúl G. Caffesse. "Enfoque ortodóncico en el tratamiento multidisciplinario de pacientes adultos: Su relación con implantes y prostodoncia." RCOE 9, no. 2 (2004). http://dx.doi.org/10.4321/s1138-123x2004000200005.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography