To see the other types of publications on this topic, follow the link: Radikalismi.

Journal articles on the topic 'Radikalismi'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Radikalismi.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Aatsinki, Ulla. "Rajat ja radikalismi – pohjoisen työväenliike tiellä vallankumoukseen." Väki Voimakas, no. 30 (November 15, 2022): 141–73. http://dx.doi.org/10.55286/vv.122619.

Full text
Abstract:
Ulla Aatsinki kohdistaa katseensa marginaalisiin seutuihin ja tarkastelee vuoden 1917 kehitystä Lapin työväenliikkeen näkökulmasta. Aatsinki huomioi, että Pohjois-Suomi oli marginaalia ja periferiaa myös suomalaisen työväenliikkeen johdolle, mikä vahvisti entisestään Lapin työväestön kokemusta vaikutusmahdollisuuksien puuttumisesta. Pohjoisen kumouskokemusta ja edeltävien vuosien järjestäytymistä värittivät vahvasti myös ylirajaiset yhteydet Ruotsiin, Norjaan ja Muurmannin alueelle. Yhteydet ilmenivät niin työtä etsivien ihmisten konkreettisena liikkuvuutena kuin globaalitalouteen kiinnittyneiden metsäyhtiöiden merkittävänä vaikutuksena lappilaisten elämään; tärkeää oli myös Pohjois-Ruotsin työläisten poliittisen mobilisaation pohjoissuomalaisille tarjoama esimerkki.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

MANIK, S.Pd., M.Pd, TOBA SASTRAWAN, Sorta Lumban Toruan, Dian Kurnia, and Dwi Riyanti. "RADIKALISASI PANCASILA: KENISCAYAAN MENGHADAPI “RADIKALISME” DI INDONESIA." Jurnal Paris Langkis 3, no. 2 (March 28, 2023): 101–6. http://dx.doi.org/10.37304/paris.v3i2.8279.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang pentingnya radikalisasi Pancasila dalam menghadapi tumbuhnya radikalisme di Indonesia. Radikaliasi Pancasila yang dimaksud dalam penelitian ini adalah upaya secara sistematis dan komprehensif baik dari segi mythos, loghos, dan ethos. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan Teknik pengumpulan secara studi Pustaka. Sumber data yang digunakan ialah berupa buku, hasil riset penelitian, koran, dan sumber informasi lain yang dianggap mendukung dan menguatkan tujuan penelitian. Data-data terkumpul dianalisis secara induktif. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Pancasila secara historis maupun muatan perlu penguatan secara sistematis dan terstruktur. Perlu keterlibatan banyak pihak dari pihak masyarakat hingga pemerintah. Penelitian ini masih sangat terbatas masih perlu dikaji lebih luas dan mendalam.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Aisy, Bilqis Rihadatul, Dina Oktarina Ibrahim, Khusnul Khatimah Haruna Intang, and Monique Anastasia Tindage. "PENEGAKAN KONTRA RADIKALISASI MELALUI MEDIA SOSIAL OLEH PEMERINTAH DALAM MENANGKAL RADIKALISME." Jurnal Hukum Magnum Opus 2, no. 1 (February 1, 2019): 1. http://dx.doi.org/10.30996/jhmo.v2i2.2174.

Full text
Abstract:
Perkembangan Radikalisme dalam era globalisasi semakin meningkat ditambah dengan berkembang pesatnya teknologi yang membuat banyaknya gerakan paham radikal muncul terutama dalam media sosial. Hal ini merupakan peluang bagi terorisme untuk melakukan perekrutan kelompok radikal melalui internet. Upaya pemerintah dalam mengembangkan ideologi nasionalisme untuk mengurangi paham radikalisme di tengah munculnya pengrekrutan anggota terorisme di media sosial, pemerintah pada akhirnya membentuk Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang merupakan leading sector yang berwenang untuk menyusun dan membuat kebijakan dan strategi serta menjadi koordinator dalam bidang penanggulangan terorisme seperti menjalankan program deradikalisasi dan kontra radikalisasi. Program Deradikalisasi yang dijalankan pemerintah tersebut dinilai kurang efektif, karena hanya sampai pada tahap upaya mengubah perilaku dari radikal menjadi tidak radikal dengan tidak mencabut sampai ke ideologi yang tertanam, sehingga seringkali kelompok yang memiliki paham radikalisme tinggi akan kembali ke ideologi radikal yang semula. Program kedua dari BNPT yaitu Kontra Radikalisasi yang merupakan upaya penanaman nilai-nilai nasionalisme serta nilai-nilai non-kekerasan, dengan strategi pendekatan melalui pendidikan baik formal maupun non-formal. Kontra radikalisasi mengarahkan masyarakat umum dengan kerjasama tokoh agama, tokoh pendidikan, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh pemuda dan stakeholder lain dalam memberikan nilai-nilai kebangsaan. Penelitian ini akan membahas mengenai Penegakan kontra radikalisasi yang dilakukan oleh pemerintah melalui media sosial dalam menangkal paham radikalisme dan Pemberian regulasi oleh pemerintah dalam pelaksanaan kontra radikalisasi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Hukum Normatif dengan Pendekatan Perundang-Undangan dan pendekatan faktual. Hasil dari penelitian ini adalah pemerintah bekerjasama dengan BNPT melakukan program kontra radikalisasi berupa sosialisasi melalui media sosial dengan menanamkan paham nasionalisme dan Pemerintah memberikan regulasi berupa UU No 5 Tahun 2018 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang namun masih belum ada peraturan pelaksana yang mengatur lebih lanjut tentang kontra radikalisasi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Romly, A. M. "Pencegahan Paham Radikalisme Agama Melalui Pendekatan Keagamaan Yang Moderat." Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin 1, no. 1 (April 12, 2020): 58–71. http://dx.doi.org/10.15408/ushuluna.v1i1.15151.

Full text
Abstract:
Radikalisma merupakan gejala kemasyarakatan yang senantiasa muncul dalam kehidupan kita. Manifestasi radikalisme sering berbentuk kekerasan, karena radikalisme mengandung sifat-sifat ketidaksabaran dan pemaksaan. Motivasi radikalisme pun tidak tunggal, bisa politik dan bisa keagamaan, bahkan bisa sekaligus politik dan keagamaan. Radikalisme dan kekerasan yang menyertainya muncul bukan hanya dalam satu agama, karena semua agama mempunyai potensi. Dalam sejarah kita menyaksikan bahwa radikalisme dan kekerasan bisa munsul dan terjadi di semua agama. Situasi seperti ini hendaknya disadari oleh semua lapisan masyarakat. Karena tanggungjawab untuk mencegah muncul dan terjadinya radikalisme dan kekerasan merupakan tanggungjawab semua orang. Karena itu semua lapisan masyarakat harus berupaya melakukan langkah-langkah yang tepat untuk mencegahnya, agar kehidupan masyarakat senantiasa rukun dan damai.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Sholikin, Ahmad. "INTOLERANSI, RADIKALISME DAN TERORISE DI LAMONGAN." JURNAL POLINTER : KAJIAN POLITIK DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL 4, no. 1 (December 2, 2018): 1–20. http://dx.doi.org/10.52447/polinter.v4i1.1275.

Full text
Abstract:
Permasalahan di Indonesia yang terus mengemuka ke dalam ranah publik hingga saat ini adalah Intoleransi, radikalisasi dan terorisme agama. Intoleransi, radikalisasi dan terorisme agama diwujudkan dalam pelarangan kegiatan ibadah keagamaan, penyebaran kebencian, kekerasan berbasis agama ataupun pengrusakan tempat ibadah. Berangkat dari hal tersebut, Penelitian ini mengambil lokasi di Lamongan karena kota ini dikenal sebagai wilayah dengan sekolah-sekolah agama penelur tokoh-tokoh pelaku terror di Indonesia. Hasil dari Penelitian ini adalah perilaku seseorang dari Intoleransi hingga menjadi terorisme dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya ada perbedaan keyakinan, etnik, status sosial ekonomi sebagai gejala awal yang berpotensi menghasilkan gejala toleransi/intoleransi, radikalisme hingga terorisme. Namun perbedaan tersebut didukung oleh adanya kepentingan ekonomi yang berperan menghubungkan perbedaan dengan intoleransi dan radikalisme yang jika semakin menguat nantinya dapat menghasilkan pula terorisme. Disisi lain ada peran kehadiran negara, yang dapat mengurangi atau menguatkan peran kepentingan ekonomi dalam menghasilkan intoleransi, radikalisme dan terorisme. Jika nilai budaya dan praktik sosial yang sejalan dengan toleransi kuat, maka intoleransi dan radikalisme juga dapat dihambat. Sebaliknya, jika nilai budaya dan praktik sosial memfasilitasi dan menguatkan persepsi akan perbedaan dan petentangan kepentingan ekonomi, maka intoleransi, radikalisme hingga terorisme cenderung menguat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Sya'roni, Muh. "STRATEGI INTEGRASI PENDIDIKAN ANTI RADIKALISME DALAM KURIKULUM SMA/MA." Karangan: Jurnal Bidang Kependidikan, Pembelajaran, dan Pengembangan 1, no. 01 (November 16, 2019): 37–45. http://dx.doi.org/10.55273/karangan.v1i01.6.

Full text
Abstract:
Pendidikan anti radikalise merupakan pendidikan untuk menolak faham radikalisme. Padanan istilah yang juga sering digunakan adalah Deradikalisme. Integrasi pendidikan anti radikalisme dalam Kurikulum SMA/MA dapat dilakukan dengan strategi merubah filosfi kurikulum, menambah konten kurikulum, mengatur metode pembelajaran, dan penggunaan alat evaluasi yang tepat. Implementasi integrasi pendidikan anti radikalisme dalam Kurikulum SMA/MA dilakukan dengan mengintegrasikan Nilai-Nilai Pendidikan Anti Radikalisme serperi Citizenship, Compassion, Courtesy, Fairness, Moderation Respect for other, Respect for the creato, Self control, dan Tolerance ke dalam kegiatan kurikuler, ekstrakurikuler, pembiasaan, dan pengembangan diri yang diselenggrakan di SMA/MA.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Tri WIbowo, Kurniawan, and Wahyu Hadiningrat. "Penanggulangan Penyebaran Radikalisme Melalui Media Sosial dalam Hukum Pidana Indonesia." Jurnal Hukum Lex Generalis 4, no. 2 (February 14, 2023): 187–212. http://dx.doi.org/10.56370/jhlg.v4i2.304.

Full text
Abstract:
Media sosial kini menjadi faktor penting dalam penyebaran radikalisme di Indonesia, hal ini didukung oleh pemakaian internet yang menunjukkan tren peningkatan di Indonesia. Penelitian ini ditujukan untuk mengkaji pengaturan penyebaran radikalisme dalam hukum pidana Indonesia, menganalisis kebijakan penanggulangan radikalisme yang dilakukan melalui media sosial di Indonesia. Selain itu juga membangun konsep kebijakan kriminal penanggulangan penyebaran radikalisme melalui media sosial di Indonesia. Hasil penelitian menyatakan bahwa, pengaturan penyebaran radikalisme yang dilakukan melalui media sosial belum diatur secara komprehensif dalam hukum positif Indonesia. Upaya penanggulangan radikalisme yang dilakukan melalui media sosial di Indonesia saat ini difokuskan pada penegakan hukum represif. Konsep kebijakan kriminal penanggulangan penyebaran radikalisme yang dilakukan melalui media sosial di Indonesia dilakukan melalui tiga poin penanggulangan radikalisme melalui media sosial yaitu pengawasan, penindakan dan kerjasama platform dan masyarakat. Penindakan yang dilakukan tentunya bukan hanya sebatas take down conten di media sosial namun juga assasment untuk menentukan tingkat radikalisasi dari pelaku.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Usmita, Fakhri, Kasmanto Rinaldi, and Riska Ayu Saputri Rangkuti. "UPAYA PERANGKAT DESA DALAM MENCEGAH BERKEMBANGNYA RADIKALISME." BHAKTI NAGORI (Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat) 2, no. 2 (November 29, 2022): 179–85. http://dx.doi.org/10.36378/bhakti_nagori.v2i2.2614.

Full text
Abstract:
Di dalam masyarakat tidak jarang berkembangnya paham-paham radikalisme. Maraknya radikalime di masyarakat dapat berimplikasi pada stabilitas dan keamanan antar umat beragama Radikalisme maupun terorisme sama-sama menggunakan instrumen kekerasan terbuka dalam mencapai kepentingannya. Radikalisme dapat dilakukan dengan mekanisme pencucian otak dan penolakan terhadap hukum maupun pancasila. Metode pengabdian dilaksanakan dalam tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksaaan. Perangkat desa adalah komponen penting didalam masyarakat, karena langsung bersentuhan dengan masyarakat, perangkat desa memiliki berbagai manfaat salah satunya yaitu dalam hal pencegahan. Hasilnya pengabdian ini berupa Masyarakat mengetahui tentang terorisme namun belum sepenuhnya paham terkait apa saja yang dikategorikan paham radikalisme selain itu, perangkat Desa tidak terlalu berperan aktif dan belum secara benar mengetahui cara mencegah berkembangnya paham radikalisme di masyarakat. Oleh karena itu kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk memberikan penyuluhan atau sosialisasi guna untuk mengedukasi anak mengenai upaya perangkat desa dalam mencegah berkembangnya radikalisme Kata Kunci: Radikalisme, Masyarakat, Perangkat Desa
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Rahayu, Ninik Sri. "HUBUNGAN MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA DENGAN PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP RADIKALISME DI ERA GLOBALISASI." Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan 5, no. 2 (September 30, 2018): 97. http://dx.doi.org/10.32493/jpkn.v5i2.y2018.p97-106.

Full text
Abstract:
Pancasila merupakan ideologi dan dasar Negara Republik Indonesia. Tujuan dari mata kuliah Pendidikan Pancasila pada perguruan tinggi, khususnya pokok bahasan Pancasila Sebagai Ideologi Negara yaitu pengembangan karakter Pancasilais yang teraktualisasi dalam sikap jujur, tanggung jawab, santun, ramah lingkungan, gotong royong, dan cinta damai. Paham radikalisme dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dan dapat menghancurkan ideologi Negara. Permasalahan radikalisme di era globalisasi ini dapat, khususnya radikalisme agama. Setelah menempuh mata kuliah Pendidikan Pancasila, mahasiswa diharapkan mampu memahami radikalisme sehingga dapat menangkal adanya radikalisme yang beredar di kampus. Pada Penelitian ini dilakukan tes mengenai persepsi mahasiswa mengenai paham radikalisme sebelum dan sesudah pembelajaran mata kuliah Pendidikan Pancasila. Pengukuran persepsi mahasiswa menggunakan kuesioner skala likert dengan 15 butir item. Kuesioner terbagi menjadi tiga aspek yaitu definisi radikalisme, tujuan radikalisme, akibat adanya radikalime. Kuesioner tersebut diklasifikasikan ke dalam mahasiswa yang memiliki pemahaman yang sangat baik, baik, dan cukup. Dari kedua tes tersebut diketahui adanya pengaruh Pendidikan Pancasila terhadap persepsi mahasiswa mengenai radikalisme. Setelah perkuliahan Pendidikan Pancasila, persepsi mahasiswa dalam kategori yang sama, memiliki peningkatan nilai.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Tedy, Armin. "Literasi Moderasi Beragama." AL Maktabah 7, no. 2 (December 7, 2022): 150. http://dx.doi.org/10.29300/mkt.v7i2.8621.

Full text
Abstract:
Fanatisme agama yang tinggi, menjadikan kekerasan sebagai alat radikalisasi dalam mengaktualisasikan ideologi agama. Radikalisme yang mengarah pada terorisme menjadi masalah penting bagi umat islam saat ini. Hal ini diakibatkan karena tidak adanya pondasi berpikir dan berperilaku dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Radikalisme semakin meluas di Indonesia menjadikan agama sebagai alat propaganda untuk perubahan sosial atau reformasi politik secara drastis dengan menggunakan cara-cara kekerasan. Sehingga Moderasi beragama begitu urgen dalam mengcunter faham Radikalisme dan Fanatisme agama yang tinggi yang tidak hanya merebak ditengah masyarakat, tetapi sudah mulai masuk kedalam dunia pendidikan, yang menjadikan kekerasan sebagai alat dalam mengaktualisasikan fahamnya. Sedangkan era globalisasi cukup menjadi penghambat besar dalam mengoptimalisasikan implementasi moderasi dalam pendidikan karena pengaruh arus teknologi yang tidak mampu dikendalikan. Sehingga pendidikan berbasis moderasi beragama sangat urgen dalam diintegrasi revolusi industri 4.0 dan society 5.0
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Fuad, Ai Fatimah Nur, and Nurjanah Nurjanah. "PELATIHAN PENGARUSUTAMAAN MODERASI BERAGAMA BAGI GENERASI MILENIAL DKI JAKARTA." Al-Khidmat 5, no. 1 (June 28, 2022): 25–31. http://dx.doi.org/10.15575/jak.v5i1.17345.

Full text
Abstract:
Radikalisme dan aksi kekerasan saat ini menjadi perhatian masyarakat global dan nasional. Di Indonesia berbagai upaya dilakukan pemerintah dan semua sektor untuk melakukan counter atau pencegahan radikalisme. Salahsatu upaya yang sedang diperjuangkan adalah pengarustamaan moderasi beragama terutama dilakukan oleh Kementerian Agama. Pemikiran yang tidak moderat dan tidak toleran dikatakan sebagai salahsatu penyebab munculnya radikalisme, baik dalam bentuk ideologi/pemikiran maupun berbentuk tindakan kekerasan. Berdasarkan permasalahan tersebut, melalui Program Kemitraan Masyarakat (PKM), berupaya untuk mensosialisasikan sekaligus mengajak untuk mengarustamakan moderasi beragama. Upaya ini penting untuk menyiapkan generasi milenial yang mampu menangkal berbagai upaya radikalisasi. Kegiatan PKM ini juga selain sebagai upaya counter radikalisme, juga merupakan upaya dalam menjalin kerukunan beragama dan kerukunan sosial. Dalam pelaksanaannya, mengingat saat ini pandemi belum benar-benar berakhir dan perlu menghindari resiko besar terpapar COVID-19, PKM ini diadakan duakali; pertama melalui kegiatan webinar dan FGD (Focus Group Discussion) yang dilakukan secara daring (dalam jaringan) melalui zoom meeting; kedua dilakukan secara hybrid. Adapun hasil dari kegiatan PKM ini selain liputan media, artikel jurnal, dan publikasi video kegiatan dalam platform YouTube, juga meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai moderasi beragama dan kesadaran untuk menangkal radikalisme yang dapat merusak tatanan kehidupan berbangsa dan beragama.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Tedy, Armin. "Literasi Moderasi Beragama (Urgensi dan Implementasi dalam Pendidikan Era 4.0 dan 5.0)." AL Maktabah 7, no. 2 (December 1, 2022): 150. http://dx.doi.org/10.29300/mkt.v7i2.2765.

Full text
Abstract:
Fanatisme agama yang tinggi, menjadikan kekerasan sebagai alat radikalisasi dalam mengaktualisasikan ideologi agama. Radikalisme yang mengarah pada terorisme menjadi masalah penting bagi umat islam saat ini. Hal ini diakibatkan karena tidak adanya pondasi berpikir dan berperilaku dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Radikalisme semakin meluas di Indonesia menjadikan agama sebagai alat propaganda untuk perubahan sosial atau reformasi politik secara drastis dengan menggunakan cara-cara kekerasan. Sehingga Literasi moderasi beragama begitu urgen dalam mengcunter faham Radikalisme dan Fanatisme agama yang tinggi yang tidak hanya merebak ditengah masyarakat, tetapi sudah mulai masuk kedalam dunia pendidikan, yang menjadikan kekerasan sebagai alat dalam mengaktualisasikan fahamnya. Sedangkan era globalisasi cukup menjadi penghambat besar dalam mengoptimalisasikan implementasi moderasi dalam pendidikan karena pengaruh arus teknologi yang tidak mampu dikendalikan. Sehingga pendidikan berbasis moderasi beragama sangat urgen dalam diintegrasi revolusi industri 4.0 dan society 5.0
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Wahyudi, Slamet Tri, and Syamsul Hadi. "PENGOPTIMALAN PERAN PENGGIAT MEDIA SOSIAL DALAM MANANGKAL RADIKALISME DI DUNIA MAYA." Esensi Hukum 3, no. 2 (December 23, 2021): 134–43. http://dx.doi.org/10.35586/esensihukum.v3i2.101.

Full text
Abstract:
Dengan perkembangan teknologi saat ini yang mempercepat arus informasi menjadi tantangan tersendiri bagi penegak hukum dalam menanggulangi kejahatan radikalisme dan terorisme di dunia maya. Media sosial membuat penyebaran radikalisme semakin cepat dan mudah untuk dapat diakses oleh setiap orang. Maraknya penyebaran radikalisme di dunia maya haruslah disikapi secara tegas oleh pemerintah, karena hal ini sangat berbahaya terhadap stabilitas kemanan bangsa Indonesia. Dari data statistik menunjukkan bahwa pengguna internet di Indonesia tertinggi nomer tiga dunia. Tinggi nya pengguna media social harus dipandang menjadi potensi yang dapat digerakkan pada hal positif, salah satunya adalah menggerakkan penggiat media sosial untuk dapat berkontribusi dalam upaya menangkal radikalisme di dunia maya. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan peran penting penggiat media social dalam upaya menangkal faham radikal yang bertentangan dengan Pancasila khususnya di dunia maya. Selain itu, penelitian ini merekomendasikan untuk diakamodirnya penggiat media social ke dalam suatu UU atau peraturan lainnya guna menegaskan kedudukan dan peran penggiat media social dalam upayanya menangkal radikalisme di dunia maya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan (statue approach), dan pendekatan konseptual (conceptual approach). Hasil dalam penelitian menunjukkan bahwa perlu adanya pengaturan yang jelas dan tegas mengenai peran penggiat media social dalam upaya menangkal radikalisme. Menyadari tentang pentingnya peran penggiat media sosial dalam upaya pencegahan radikalisme di dunia maya. Untuk itu, dibutuhkan perhatian pemerintah untuk merangkul dan mengakomodir kepentingan penggiat media sosial agar tetap solid dalam mencegah radikalisme melalui upaya kontra radikalisasi terhadap konten-konten yang bermuatan radikalisme di dunia maya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Setiadi, Ozi. "Gerakan Islam Politik : Problem Ideologi Radikal, Global Jihad, dan Terorisme Keagamaan." Politea : Jurnal Politik Islam 2, no. 1 (November 9, 2019): 1–28. http://dx.doi.org/10.20414/politea.v2i1.1345.

Full text
Abstract:
Ideologi radikal, global jihad, dan terorisme keagamaan adalah hal yang terkait satu dengan yang lain. Jihad terlahir dari rahim ideologi radikal, begitu pula dengan terorisme yang dapat tumbuh dimana saja dengan doktrin jihad. Agama acapkali dijadikan sebagai alat guna membenarkan dan menjadi jalan bagi para pelaku radikalisme, global jihad, dan terorisme.Keinginan untuk merubah keadaan secara drastis dengan menggunakan berbagai cara telahmenimbulkan promblematika yang signifikan.Aksi-aksi radikalisme, global jihad, dan terorisme berdampak langsung bagi agama dan penganutnya. Agama yang dianut oleh para radikalis, jihadis, dan teroris akan dianggap sebagai agama yang mengajarkan tindakan teror, jihad, dan radikal. Pemeluknya secara luas akan dicap sebagai umat yang intoleran, sebab memaksakan keinginannya dengan menggunakan tiga hal tersebut. Hal ini pun dapat menyebabkan permusuhan dan perpecahan tidak hanya antar umat beragama, tetapi juga internal pemeluk agama. Sebab mayoritas pemeluk agama tidak sependapat dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang yang menganggap dirinya mendapat perintah suci dari Tuhan, yakni para radikalis, jihadis, dan teroris.Gerakan-gerakantersebut di atas kemudian dapat dibaca sebagai salah satu bentuk gerakan Islam Politik yang perlu diperhatikan secara serius.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Rohimi. "TERORISME DI MEDIA SOSIAL: TINJAUAN AKSI DAN RESISTENSI PREVENTIF." JURNAL ILMIAH FALSAFAH: Jurnal Kajian Filsafat, Teologi dan Humaniora 9, no. 1 (March 11, 2023): 22–32. http://dx.doi.org/10.37567/jif.v9i1.837.

Full text
Abstract:
Berbicara tentang radikalisme memang sudah banyak kita temui dan dengar di berbagai macam pertemuan diskusi dan worksop. Radikalisme selalu dikaitkan dengan kaum muslim atau orang islam, dimana inti dari tindakan radikal ini memang menginginkan suatu tujuan politik yakni untuk mendirikan negara islam. Sehingga tidak heran jika dunia dihantui oleh kelompok-kelompok radikal bahkan indonesia itu sendiri. Akan tetapi dalam tulisan ini, mempokuskan tindak radikalis pada media sosial atau dunia maya, karena tidak bisa kita pungkiri arti penting dari media internet mampu memberikan kontribusi praktis bagi manusia di seluruh didunia. Sehingga media internet mampu dijangkau oleh semua kalangan begitu pula dengan kelompok radikal yang memanfaatkan media internet sebagai bentuk alat dalam memperluas anggotanya di seluruh negara belahan dunia, karena dengan internet mampu mempropaganda dan menambahkan anggotanya. Namun seperti halnya kita ketahui, bahwa radikalisme ini sangat membahayakan akibat idelogi yang mereka anut, sehingga negara di seluruh dunia sudah melakukan resistensi preventif atas tindak radikalisme di media sosial dengan memblokir akun-akun media sosial dengan tujuan untuk menstagnasikan penyaluran dan perluasan kelompok radikal.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Anggara, Ikang Putra, and Alip Susilowati Utama. "Relasi Agama dan Negara untuk Pencapaian Tujuan Pemerintahan." Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja 46, no. 2 (October 30, 2020): 408–15. http://dx.doi.org/10.33701/jipwp.v46i2.1274.

Full text
Abstract:
ABSTRAK Persoalan yang sejak awal kemerdekaan Indonesia hingga kini belum selesai adalah tentang hubungan agama khususnya Islam dengan Negara. Beberapa contoh yang terekam oleh sejarah misalnya peristiwa pemberontakan yang dikenal dengan nama Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) serta Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia. Kasus mutakhir yang menunjukkan tentang ketegangan hubungan agama dan Negara di Indonesia adalah terkait upaya penanganan kasus radikalisme dan terorisme yang dirasakan oleh umat Islam terkesan menyudutkan dan menstigmatisasi kelompok Islam saja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan agama dan Negara menurut perspektif ormas Islam dan kelompok keagamaan di Kabupaten Ogan Komering Ulu yang diukur dari pandangan informan tentang hubungan yang ideal antara agama Islam dengan negara, eksistensi negara-bangsa Indonesia yang berdasar pada Pancasila, memaknai keberadaan kelompok radikalis dan teroris dalam Islam, serta alternatif upaya dalam menangani persoalan radikalisme dan terorisme di Negara Indonesia. Kata Kunci: Agama; Negara; Radikalisme; Terorisme
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Lili Permadi. "PROGRAM DERADISASI EKSTREMIS: PERSPEKTIF PERBANDINGAN." PAPATUNG: Jurnal Ilmu Administrasi Publik, Pemerintahan dan Politik 2, no. 1 (March 13, 2019): 120–45. http://dx.doi.org/10.54783/japp.v2i1.100.

Full text
Abstract:
Makalah ini menyajikan perspektif komparatif sampel program deradikalisasi di berbagai belahan dunia. Deradikalisasi dikonseptualisasikan sebagai penguraian "radikalisasi" - sebagai proses di mana individu melanjutkan dari keadaan pasif ke radikalisme melalui adopsi ideologi ekstremis sambil secara bertahap meningkatkan kemungkinan keterlibatan mereka dalam perilaku radikal kekerasan. Program yang ditinjau mencakup berbagai latar belakang politik, budaya dan agama dari negara-negara Skandinavia hingga benua Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara, serta Australia. Perhatian khusus diberikan pada proses deradikalisasi di penjara di seluruh dunia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Fatmawati Hilal, Fatmawati. "Transformasi Gerakan Radikalisme Menuju Moderasi Beragama." KURIOSITAS: Media Komunikasi Sosial dan Keagamaan 16, no. 1 (October 18, 2023): 77–90. http://dx.doi.org/10.35905/kur.v16i1.6670.

Full text
Abstract:
Penelitian ini menggambarkan proses transformasi gerakan radikalisme menjadi gerakan moderasi beragama dengan metode penelitian kualitatif dan studi literatur serta penelitian lapangan. Gerakan radikalisme seringkali dikaitkan dengan perilaku yang ekstrem dalam praktik keagamaan dan memiliki potensi untuk memicu konflik sosial yang serius. Oleh karena itu, perubahan gerakan radikal menjadi gerakan moderat sangat penting untuk mempromosikan kehidupan beragama yang harmonis dan toleran. Penelitian ini menunjukkan bahwa lembaga keagamaan, lembaga pendidikan dan faktor sosial dalam transformasi Gerakan radikalisme menjadi Gerakan moderasi beragama adalah sangat penting. Adanya pemahaman agama sesuai konteks modern, dialog antaragama yang terbuka, pendidikan yang memberikan pemahaman inklusif, dan upaya pemberdayaan masyarakat harus dieksplorasi lebih lanjut. Temuan ini dapat menjadi landasan bagi pembuat kebijakan dan praktisi keagamaan untuk mengembangkan strategi yang efektif dalam mencegah dan menangani radikalisasi menuju moderasi beragama. Beberapa tantangan yang dihadapi di antaranya, adanya penyebaran ideologi radikal, kebutuhan sosial dan ekonomi, isolasi dan ekstremisme online, kurangnya pemimpin moderat, keterbatasan penegakan hukum dan keamanan, dialog antaragama dan pendidikan, serta kesadaran masyarakat. Dengan memahami proses transformasi ini, diharapkan dapat dikembangkan pendekatan-pendekatan yang berfokus pada dialog antaragama, pendidikan agama yang inklusif dan pemberdayaan masyarakat yang dapat mengurangi potensi konflik dan menciptakan kerukunan antarumat beragama.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Wicaksana, Satria Unggul, Samsul Arifin, Achmad Hariri, Ahmad Bahrul Efendi, and Nadief Rahman Harris. "PATTERNS OF SPREADING RADICALISM IN MUHAMMADIYAH ISLAMIC BOARDING SCHOOLS IN EAST JAVA." PETITA: JURNAL KAJIAN ILMU HUKUM DAN SYARIAH 6, no. 2 (November 1, 2021): 174–85. http://dx.doi.org/10.22373/petita.v6i2.120.

Full text
Abstract:
The fact that more and more Islamic boarding schools are affiliated with terrorist groups such as ISIS, cannot be denied. The latest data submitted by BNPT states that there are at least 198 Islamic boarding schools exposed to radicalism, both those affiliated with the Anshorut Khalifah congregation, the Islamiyah congregation, and the Daulah Anshorut Jamaah. This fact shows that efforts to prevent the spread of radicalism and the eradication of criminal acts of terrorism are not completed only with national preparedness, deradicalization, and counter-radicalization. From these problems, the question of this research is how the pattern of the spread of radicalism that occurs in the Muhammadiyah Islamic boarding school in East Java. The method used in this research is Socio-Legal with an ethnographic approach. The purpose of this study is to understand and describe the pattern of the spread of radicalism in the Islamic boarding school environment, and how to anticipate it. Abstrak: Fakta bahwa semakin banyak pesantren yang berafiliasi dengan kelompok teroris seperti ISIS, tidak dapat dipungkiri. Data terakhir yang disampaikan BNPT menyebutkan setidaknya ada 198 pondok pesantren yang terpapar radikalisme, baik yang berafiliasi dengan jemaah Khalifah Anshorut, jemaah Islamiyah, maupun Jamaah Daulah Anshorut. Fakta ini menunjukkan bahwa upaya pencegahan penyebaran radikalisme dan pemberantasan tindak pidana terorisme tidak hanya dituntaskan dengan kesiapsiagaan nasional, deradikalisasi, dan kontra-radikalisasi. Dari permasalahan tersebut, pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana pola penyebaran radikalisme yang terjadi di pondok pesantren Muhammadiyah di Jawa Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Socio-Legal dengan pendekatan etnografi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami dan menggambarkan pola penyebaran radikalisme di lingkungan pondok pesantren, dan bagaimana mengantisipasinya. Kata Kunci: Pesantren, Radikalisme, Terorisme.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Dahlan, Mukhtar Zaini. "Menangkal Radikalisme Berujung Terorisme dengan Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Berbasis Kegiatan Keagamaan Masyarakat." Education Journal : Journal Educational Research and Development 6, no. 2 (August 19, 2022): 205–13. http://dx.doi.org/10.31537/ej.v6i2.752.

Full text
Abstract:
Dalam konteks secara global politik kini telah dikagetkan dengan munculnya radikalisasi dalam beragama. Masalah ini juga dihadapaioleh negara Indonesia meskipun Indonesia merupakan negara demokrasi. Namun, beberapa waktu terakhir demokrasi di Indonesia tampak memprihatinka. Hal ini ditandai dengan munculnya peristiwa kekerasan yang mengatasnakan agama, peristiwa terror bom, dan sebagainya. Peristiwa-peristiwa ini dinilai menjadi permasalahan yang serius. Dapat kita ketahui bahwa kekerasan yang mengatasnamakan agama sudah dan terjadi pada masa peradaban manusia yang masih berada di fasekebiadaban manusia. Kekerasan ini dipicu dari adanya perbedaan antar agaman dalam segi perbedaan kitab sucinya. Kesalahpahaman dalam mengartikan perbedaan ini melahirkan adanya beberappa fanatisme sekterian yang semakin merebak. Salah pemahaman ini berakibat pada pemikiran setiap pemeluk agama lain dalam berpandangan terhadap negara lainnya. Sikap dan perilaku seperti ini cenderung seperti melecehkan keberadaan agama lain Radikalisme tersebut tidak bisa di biarkan karena akan mengganggu ketentraman masyarakat. Untuk itu pemerintah dan segenap masyarakat harus berupaya menanggulangi faham rdikal ini dengan segenap upaya. Di antaranya yaitu yang bersifat kemasyarakatan. Karena akan langsung di rasakan dan dapat langsung kepada terarah potensi potensi di masyarakat yang akan menuju pada faham radikal tanpa harus menunjuk siapa siapa yang mempunyai pemikiran radikal. Upaya menangkal radikalisme yaitu dengan (1) re-edukasi (memahami Islam lebih utuh); (2) kampanye ukhuwwah islāmiyyah dan anti radikalisme dengan cara memasukkannya melalui kegiatan kegiatan yang ada di masyarakat khususnya yang berhaluan keagamaan
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Dahlan, Mukhtar Zaini. "MENANGKAL RADIKALISME BERUJUNG TERORISME DENGAN INTERNALISASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS KEGIATAN KEAGAMAAN MASYARAKAT." Education Journal : Journal Educational Research and Development 6, no. 2 (August 29, 2022): 205–13. http://dx.doi.org/10.31537/ej.v6i2.886.

Full text
Abstract:
Dalam konteks secara global politik kini telah dikagetkan dengan munculnya radikalisasi dalam beragama. Masalah ini juga dihadapaioleh negara Indonesia meskipun Indonesia merupakan negara demokrasi. Namun, beberapa waktu terakhir demokrasi di Indonesia tampak memprihatinka. Hal ini ditandai dengan munculnya peristiwa kekerasan yang mengatasnakan agama, peristiwa terror bom, dan sebagainya. Peristiwa-peristiwa ini dinilai menjadi permasalahan yang serius. Dapat kita ketahui bahwa kekerasan yang mengatasnamakan agama sudah dan terjadi pada masa peradaban manusia yang masih berada di fasekebiadaban manusia. Kekerasan ini dipicu dari adanya perbedaan antar agaman dalam segi perbedaan kitab sucinya. Kesalahpahaman dalam mengartikan perbedaan ini melahirkan adanya beberappa fanatisme sekterian yang semakin merebak. Salah pemahaman ini berakibat pada pemikiran setiap pemeluk agama lain dalam berpandangan terhadap negara lainnya. Sikap dan perilaku seperti ini cenderung seperti melecehkan keberadaan agama lain Radikalisme tersebut tidak bisa di biarkan karena akan mengganggu ketentraman masyarakat. Untuk itu pemerintah dan segenap masyarakat harus berupaya menanggulangi faham rdikal ini dengan segenap upaya. Di antaranya yaitu yang bersifat kemasyarakatan. Karena akan langsung di rasakan dan dapat langsung kepada terarah potensi potensi di masyarakat yang akan menuju pada faham radikal tanpa harus menunjuk siapa siapa yang mempunyai pemikiran radikal. Upaya menangkal radikalisme yaitu dengan (1) re-edukasi (memahami Islam lebih utuh); (2) kampanye ukhuwwah isl?miyyah dan anti radikalisme dengan cara memasukkannya melalui kegiatan kegiatan yang ada di masyarakat khususnya yang berhaluan keagamaan
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Hidayat, Amri Syarif, Syamsul Hadi, and Subejo Subejo. "Kontra Radikalisasi dalam Penyuluhan Agama Islam di Kabupaten Sukoharjo." KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi 14, no. 1 (April 30, 2020): 77–93. http://dx.doi.org/10.24090/komunika.v14i1.2954.

Full text
Abstract:
This paper examines the implementation of counter-radicalization extension by Islamic Extension Workers (IEW) and the policies issued in the effort at the Ministry of Religion Affairs (MoRA) in Sukoharjo, Central Java. The descriptive method was used by using the qualitative approach. The results show that the MoRA had established a program for disseminating Islamic moderation in the 2015-2020 Strategic Plan as a counter-radicalization, which the Directorate General of Islamic Guidance programmed to optimize the role of IEW. However, until the end of the Strategic Plan, the program was unclear to the level of extension workers. Although there was no policy for operational guidance on it, MoRa of Sukoharjo made a policy to enact the decision of the General Director of Islamic Guidance number 297/2017 as a reference for radicalism extension. In the implementation of the face-to-face approach of extension (inter persona communication), it has not run optimally by IEW due to their competency and capacity factors. While in the mediated communication approach, IEW of Sukoharjo has succeeded in developing the extension activities through counter radicalism narratives, mosque coaching, and forming the communication forum for Mosque administrators as counter radicalism efforts. Tulisan ini mengkaji tentang implementasi penyuluhan kontra radikalisasi oleh Penyuluh Agama Islam (PAI) dan kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan dalam upaya tersebut di Kementerian Agama (Kemenag) Sukoharjo, Jawa Tengah. Metode deskriptif digunakan dengan menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kemenag telah menetapkan program diseminasi moderasi Islam dalam Renstra 2015-2020 sebagai kontra radikalisasi, yang oleh Ditjen Bimas Islam diprogramkan optimalisasi peran penyuluh agama Islam, namun sampai akhir Renstra upaya tersebut belum terealisasi dengan jelas sampai ke tingkat penyuluh. Meskipun belum ada kebijakan berupa pedoman penyuluhan moderasi Islam, Kemenag Sukoharjo mengambil kebijakan untuk memberlakukan keputusan Dirjen Bimas Islam No. 297/2017 sebagai acuan penyuluhan radikalisme, namun dalam implementasi penyuluhan tatap muka (inter persona communication) belum dijalankan secara maksimal oleh PAI karena faktor kompetensi dan kapasitas. Sementara dalam penyuluhan dengan pendekatan mediated communication, PAI Sukoharjo telah berhasil mengembangkan kegiatan penyuluhan melalui kontra narasi radikalisme, pembinaan masjid dan membentuk forum silaturahmi antar pengurus masjid sebagai upaya kontra radikalisme.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Koten, Yosef Keladu. "KAMPANYE STRATEGIS MELAWAN RADIKALISME: MERANCANG MODEL PENDIDIKAN MULTIKULTURAL | A STRATEGIC CAMPAIGN AGAINST RADICALISM: A PLANNING MODEL FOR MULTICULTURAL EDUCATION." Jurnal Ledalero 17, no. 1 (May 26, 2018): 3. http://dx.doi.org/10.31385/jl.v17i1.107.3-26.

Full text
Abstract:
<b>Abstract:</b> Radicalism seriously threatens modern pluralistic communities. In recent times, many national states have put in place strategic plans to fight against radicalism, or to lessen the impact of radical ideas or behaviour. This is known as the process of de-radicalisation. This isn’t an easy process there are many reasons behind the growth of radicalism. One of these is the simple acceptance of differences without trying to understand those differences and the similarities of the people of a country. This can be signified by, and caused by a process of uniformity, which can be seen in the system of education. With this in mind, this article proposes a strategic, effective campaign against radicalism, beginning with a model of multicultural education. Multicultural education promotes the principle of inclusiveness, diversity, democracy and critical thinking which is appropriate for a pluralistic country which enables the education of people to live in a multicultural community. <b>Keywords:</b> Radicalism, inability to think, diversity, ideology, multiculturalism, multicultural education. <b>Abstrak:</b> Radikalisme menyebarkan ancaman serius terhadap komunitas pluralistis modern. Selama beberapa dekade terakhir, banyak negara di dunia menetapkan rencana-rencana strategis untuk berperang melawan radikalisme atau untuk mengurangi ide-ide atau perilaku radikal. Yang terakhir ini disebut dengan proses de-radikalisasi. Proses seperti ini tidak gampang karena banyaknya alasan di balik munculnya radikalisme dan salah satunya ialah karena adanya perilaku menerima begitu saja perbedaan tanpa ada upaya untuk memahami perbedaan dan kesamaan semua anggota dari sebuah negara. Hal ini ditengarai, disebabkan salah satunya oleh proses penyeragaman, termasuk dalam sistem pendidikan. Oleh karena itu, artikel ini menganjurkan sebuah kampanye strategis yang efektik untuk melawan radikalisme yaitu dimulai dengan merancang sebuah model pendidikan multikultural. Pendidikan multikultural mempromosikan prinsip inklusi, diversitas, demokrasi, dan pemikiran kritis yang cocok untuk sebuah negara plural yang memampukan peserta didik untuk hidup dalam sebuah komunitas multikultural. <b>Kata-kata Kunci:</b> radikalisme, ketidakmampuan berpikir, kebhinekaan, ideologi, multikulturalisme, pendidikan multikultural
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Hafidzi, Anwar. "DERADICALISATION IDEAS IN SOCIAL MEDIA THROUGH THE RELIGIOUS-MULTICULTURAL THERAPY APPROACH TO THE DA'WAH CULTURE." Potret Pemikiran 24, no. 1 (June 26, 2020): 58. http://dx.doi.org/10.30984/pp.v24i1.1116.

Full text
Abstract:
This research begins with an understanding of the endemic radicalism of society, not only of the real world, but also of various online social media. This study showed that the avoidance of online radicalism can be stopped as soon as possible by accusing those influenced by the radical radicality of a secular religious approach. The methods used must be assisted in order to achieve balanced understanding (wasathiyah) under the different environmental conditions of the culture through recognizing the meaning of religion. The research tool used is primarily library work and the journal writings by Abu Rokhmad, a terrorist and radicalise specialist. The results of this study are that an approach that supports inclusive ism will avoid the awareness of radicalization through a heart-to-heart approach. This study also shows that radical actors will never cease to argue dramatically until they are able to grasp different views from Islamic law, culture, and families.Keywords: radicalism, deradicalization, multiculturalism, culture, religion, moderate.Penelitian ini berawal dari paham radikalisme yang telah mewabah di masyarakat, bukan hanya di dunia nyata, bahkan sudah menyusup di berbagai media sosial online. Penelitian ini menemukan bahwa cara menangkal radikalisme online dapat dilakukan pencegahan sedini mungkin melalui pendekatan konseling religius multikultural terhadap mereka yang terkena paham radikal radikal. Diantara teknik yang digunakan adalah melalui pemahaman tentang konsep agama juga perlu digalakkan agar memunculkan pemahaman yang moderat (wasathiyah) diberbagai keadaan lingkungan masyarakat. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah library research dengan sumber utama adalah karya dan jurnal karya Abu Rokhmad seorang pakar dalam masalah terorisme dan radikalisme. Temuan penelitian ini adalah paham radikalisasi itu dapat dihentikan dengan pendekatan hati ke hati dengan mengedepankan budaya yang multikultural. Kajian ini juga membuktikan bahwa pelaku paham radikal tidak akan pernah berhenti memberikan argumen radikal kecuali mampu memahami perbedaan pendapat yang bersumber dari syariat Islam, lingkungan sosial, dan keluarga.Kata kunci: radikalisme, deradikalisasi, multikultural, budaya, agama, moderat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Kundharu Saddhono, Budhi Setiawan, Muhammad Rohmadi, Ani Rakhmawati, Raheni Suhita, and Sri Hastuti. "Penguatan Wawasan Kebangsaan sebagai Upaya Mencegah Radikalisasi dan Menumbuhkan Cinta Tanah Air untuk Masyarakat Pedesaan di Kabupaten Magelang." NUSANTARA : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat 2, no. 4 (November 8, 2022): 111–22. http://dx.doi.org/10.55606/nusantara.v2i4.512.

Full text
Abstract:
Dalam rangka mewujudkan perlindungan terhadap masyarakat pedesaan terhadap paham radikalisme maka pendidikan dan penguatan wawasan kebangsaan untuk masyarakat pedesaan diperlukan sebagai bentuk kepedulian dari setiap pihak, baik pemerintah, masyarakat, dan keluarga. Pendidikan dan penguatan wawasan kebangsaan untuk masyarakat pedesaan akan terbentuk jika semua pihak memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan nilai kebangsaan dimulai semenjak dini. Masyarakat saat ini sangat rentan disusupi oleh paham dan gerakan radikalisme. Hal ini dikarenakan belum ada satu pun kebijakan spesifik untuk melindungi atau memproteksi masyarakat dari penetrasi paham dan gerakan radikalisme. Untuk itu, perlu adanya langkah konkret dalam hal mencegah radikalisasi dan penanaman nilai-nilai kebangsaan. Pendidikan nilai kebangsaan pada masyarakat inilah yang menjadi dasar pembentukan awal karena meluruskan sebatang ranting jauh lebih mudah daripada meluruskan sebatang pohon, maka dari itu pendidikan nilai kebangsaan yang paling efektif adalah pendidikan pada masyarakat, terutama di pedesaan Pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa di masyarakat harus dilakukan dengan tepat. Pengembangan nilai moral untuk masyarakat bisa dilakukan di dalam tiga tri pusat yang ada, yaitu, keluarga, lingkungan, dan masyarakat. Dalam pengembangan nilai moral untuk masyarakat perlu dilakukan dengan sangat hati-hati. Hal ini dikarenakan masyarakat adalah tempat berbagai macam karakter yang heterogen. Maka dari itu, tim pengabdi mengajukan kegiatan pengabdian berkaitan dengan penanaman nilai-nilai kebangsaan terhadap masyarakat pedesaan yang bertujuan untuk mengatasi perpecahbelahan masyarakat Indonesia ini dan mencegah radikalisme di masyarakat, mengingat banyaknya kelompok separatis lahir di Indonesia ini maka salah satu cara untuk memutuskan rantai gejolak yang bertujuan menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Jadi, kegiatan pengabdian ini tidak hanya memberikan pembekalan tentang internalisasi nilai-nilai kebangsaan pada masyarakat tetapi juga akan diintegrasikan dengan aktivitas masyarakat dalam keseharian yang akan dibimbing secara komprehensif dengan mengambil tema penguatan wawasan kebangsaan Indonesia dan nasionalisme bagi masyarakat sebagai pilar bangsa.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Achmad, Abdul Kholid, Hidayatul Laila, and Mawadatun Nisa. "Pencegahan Radikalisme melalui Penanaman Nilai Profil Pelajar Pancasila di SMA Muhammadiyah 8 Gresik." CONSCILIENCE : Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 1, no. 1 (February 20, 2023): 28. http://dx.doi.org/10.30587/jc.v1i1.5349.

Full text
Abstract:
. Remaja sebagai penerus bangsa memerlukan karakter yang lengkap untuk menghadapi tantangan global. Paham radikal dapat diminimalisir dan dicegah dengan serangkaian program dan kegiatan. Pengabdian ini bertujuan untuk mencegah paham radikalisme pada remaja sekolah menengah atas (SMA). Metode yang digunakan dalam pengabdaian masyarakat adalah sosialisasi dan postering. Diikuti sebanyak 245 Siswa kelas 10-12. Hasil pengabdian menunjukkan bahwa metode sosilasasi dengan kuis yang menyenangkan dan menggembirakan dapat menanamkan subtansi materi kepada siswa. Postering sebagai media efektif untuk mendukung ingatan siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Sekaligus sebagai hidden curriculum pendidikan karakter dilingkungan sekolah. Diharapkan adanya kegiatan yang berkelanjutan untuk mendukung keberhasilan penanaman karakter dalam rangka pencegahan paham radikalime remaja
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Hadi, Sofyan. "Urgensi Nilai-Nilai Moderat Islam Dalam Lembaga Pendidikan Di Indonesia." Jurnal Kajian Agama Hukum dan Pendidikan Islam (KAHPI) 1, no. 1 (July 30, 2019): 1. http://dx.doi.org/10.32493/kahpi.v1i1.p1-13.

Full text
Abstract:
Artikel ini membahas pentingnya nilai-nilai Islam moderat dalam Lembaga. Memahami radikal semakin meluas di Indonesia menjadikan agama sebagai alat propaganda untuk perubahan sosial atau reformasi politik secara drastis dengan menggunakan cara-cara kekerasan. Dengan fanatisme agama yang tinggi, radikalisasi sering menggunakan kekerasan untuk mengaktualisasikan ideologi agama yang dianut.Radikalisme yang mengarah pada terorisme menjadi masalah penting bagi umat Islam saat ini. Untuk mengatasinya, diharapkan keterlibatan berbagai pemangku kepentingan, terutama peran lembaga pendidikan yang sangat mungkin menjadi penangkal Islam radikal yaitu dengan menanamkan Islam moderat dengan konsep Aswaja al-is (keadilan), al-tawazun (keseimbangan ), dan altasamuh (toleransi) harus diberikan kepada peserta siswa di lembaga pendidikan. Cara mengatasi radikalisme di lembaga pendidikan dengan konsep tawassuth moderat). Kata Kunci : Islam Moderat, Lembaga Pendidikan Islam
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Zulfikar, Muhammad, and Aminah Aminah. "PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DALAM PEMBERANTASAN TERORISME DI INDONESIA." Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia 2, no. 1 (January 10, 2020): 129–44. http://dx.doi.org/10.14710/jphi.v2i1.129-144.

Full text
Abstract:
Terorisme merupakan suatu tindak pidana atau kejahatan luar biasa yang menjadi perhatian dunia sekarang ini terutama di Indonesia. Terorisme yang terjadi akhir-akhir ini memiliki keterkaitan ideologis, sejarah dan politis serta merupakan bagian dari dinamika lingkungan strategis pada tataran global dan regional. Kendatipun aksi terorisme yang terjadi di berbagai daerah dalam beberapa tahun terakhir ini kebanyakan dilakukan oleh orang Indonesia dan hanya sedikit aktor-aktor dari luar. Penelitian ini mengunakan metode penelitian yuridis normatif dengan mengkaji sumber data dari literatur hukum dan kajian kepustakaan. Penelitian ini bertujuan mengetahui tentang peran BNPT dan pihak-pihak yang berwenang dalam pemberantasan terorisme serta peran masyarakat, organisasi masyarakat yang ada di Indonesia dalam upaya menangani terorisme. Yaitu mencermati perkembangan kekinian, BNPT terus menggalang berbagai elemen bangsa untuk bersama melawan radikalisme, menggalakkan kontra radikalisasi, terus bersinergi dengan lembaga pemerintah lainnya serta berbagai media untuk menyatukan dan menyamakan persepsi dalam menghadapi ancaman tersebut. Adapun Peran dari media dalam pemberantasan terorisme tidak cukup efektif untuk menyeimbangkan dan memurnikan media massa dari paham radikalisme, sinergitas peran dengan berbagai pihak juga sangat diperlukan. Olehnya diperlukan peran masyarakat, organisasi masyarakat, khususnya Kepala Daerah, tokoh politik, dan para ulama yang ada di setiap daerah secara aktif ikut berpartisipasi dalam kegiatan pemberantasan terorisme di Indonesia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Sugiarti, Iis, and Moh Roqib. "Diseminasi Pendidikan Moderasi Islam Pada Mahasiswa: Strategi Menangkal Radikalisme di Perguruan Tinggi Umum (The Dissemination of Moderate Islamic Education to Students: Strategies to Counter Radicalism in Public University)." Potret Pemikiran 25, no. 2 (December 27, 2021): 119. http://dx.doi.org/10.30984/pp.v25i2.1471.

Full text
Abstract:
ABSTRACT The crucial phenomenon that is the background of this research is the strengthening of the seeds of radicalism in Public Universities. The academic community, such as lecturers and students, are not spared from being influenced by extremist-radicalist notions, even in the context of the University of Djendral Sudirman (Unsoed) Purwokerto, there are lecturers who are members of the ISIS network and several students who are members of the NII network. Therefore, it is important for higher education institutions to internalize religious moderation (wasathiyyah) to students, so as to form a moderate religious attitude and not easily influenced by extremist-radicalist religious understandings. The purpose of writing this article is to discover patterns of religious understanding of Unsoed Purwokerto students and strategies for internalizing Islamic moderation values to students to counteract radicalism. This article is field research with a qualitative-descriptive approach and uses observation, interview and documentation techniques in searching the data. The results of the study indicate that the pattern of religious understanding of Unsoed Purwokerto students tends to be not comprehensive. The process of internalizing the value of Islamic moderation to students is carried out through PAI courses, lecturer approaches in teaching (dialogical, rational, and anthropological), fostering Al-Qur'an Reading and Writing and interpretation and mentoring through the Islamic Religious Assistance Program (P2AI). The strategies to counter radicalism are providing national insight in collaboration with the TNI-POLRI, forming SMEs that are adaptive to culture and the arts, socialization and dialogue about terrorism and radicalism with the National Counter-Terrorism Agency, Campus News, providing an understanding of religious moderation in the academic community, legalizing extra organizations to have activities on campus internally, accommodating courses for Believers, and carry out nationalism internalization through Unsoed Identity and Civics Courses. Keywords: Islamic Moderation; Students; Public University; RadicalismABSTRAKFenomena krusial yang menjadi latar belakang penelitian ini adalah menguatnya benih-benih radikalisme di Perguruan Tinggi Umum. Civitas akademika, seperti dosen dan mahasiswa tidak luput terpengaruh oleh paham eksremis-radikalis, bahkan dalam konteks di Universitas Djendral Soedirman (Unsoed) Purwokerto terdapat dosen yang tergabung dalam jaringan ISIS dan beberapa mahasiswa yang masuk ke dalam jaringan NII. Oleh karena itu, menjadi penting Perguruan Tinggi melakukan internalisasi moderasi beragama (wasathiyyah) kepada mahasiswa, sehingga membentuk sikap keberagamaan yang moderat dan tidak mudah terpengaruh oleh pemahaman agama ektremis-radikalis. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk menemukan pola pemahaman keagamaan mahasiswa Unsoed Purwokerto dan strategi internalisasi nilai moderasi Islam kepada mahasiswa untuk menangkal radikalisme. Artikel ini merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif-deskriptif dan menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi dalam pencarian datanya. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pemahaman keagamaan mahasiswa Unsoed Purwokerto cenderung tidak komprehensif. Proses internalisasi nilai moderasi Islam pada mahasiswa dilaksanakan melalui mata kuliah PAI, pendekatan dosen dalam mengajar (dialogis, rasional, dan atropologis), pembinaan Baca Tulis al-Qur’an dan tafsir serta mentoring melalui Program Pendampingan Agama Islam (P2AI). Adapun strategi untuk menangkal radikalisme yaitu memberikan wawasan kebangsaan bekerja sama dengan TNI-POLRI, membentuk UKM yang adaptif dengan budaya dan seni, sosialisasi dan dialog tentang terorisme dan radikalisme bersama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Kampus Mengaji, memberikan pemahaman moderasi beragama pada civitas akademika, melegalkan organisasi ekstra beraktivitas di dalam internal kampus, mengakomodir mata kuliah bagi Penghayat Kepercayaan, dan melakukan internalisasi kebangsaan melalui mata kuliah Jati Diri Unsoed dan PKn.Kata kunci: Moderasi Islam; Mahasiswa; Perguruan Tinggi Umum; Radikalisme.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Lumbu, Aliyandi, Choirul Salim, Iktiyar Islamianingrum, and Tanty Erlina. "Pemberdayaan Majelis Ta’lim al-Hidayah Lampung Tengah dalam Pencegahan paham Radikalisme dan Konflik antar Umat Beragama." DEDIKASI: Jurnal Pengabdian Masyarakat 4, no. 2 (January 10, 2023): 171. http://dx.doi.org/10.32332/d.v4i2.5412.

Full text
Abstract:
Radikalisme merupakan suatu paham yang berkembang dalam lingkungan sosial masyarakat yang menuntut adanya perubahan secara keras, Pandangan radikal dan kurangnya dialog antar umat beragama bisa membawa agama pada kehidupan lingkungan sosial yang memiliki peluang terjadinya konflik antar umat beragama. Kenyataan empiris di Lampung akhir-akhir ini menunjukkan bahwa aksi kekerasan di tengah masyarakat melibatkan simbol simbol agama.Dalam masyarakat yang majemuk ini, terdapat klaim kebenaran (truth claim) dan watak missioner dari setiap agama, membuka peluang terjadinya benturan dan kesalah pengertian bagi penganut agama.Hal ini jelas dapat mengakibatkan retaknya hubungan antar umat beragama. Disini letak pentingnya diselenggarakan dialog antar agama.Radikalisme merupakan suatu paham yang berkembang dalam lingkungan sosial masyarakat yang menuntut adanya perubahan secara keras oleh karena itu umat manusia khususnya umat Islam wajib paham dampak dan sanksi hukum Paham Radikalime dan bertentangan dengan ajaran Agama Islam yaitu Al Qur`an dan Hadist.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Dermawan, Windy, RMT Nurhasan Affandi, and Gilang Nur Alam. "PENCEGAHAN RADIKALISASI MELALUI PENGEMBANGAN DEMOKRASI ISLAMIK DI KECAMATAN TEMPURAN KABUPATEN KARAWANG." Kumawula: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat 1, no. 2 (April 12, 2019): 75. http://dx.doi.org/10.24198/kumawula.v1i2.19612.

Full text
Abstract:
ABSTRACTThe community development activity (PPM) aims to build an inclusive society, increase tolerance and prevent radicalism in Subdistrict of Tempuran, Regency of Karawang. Achieving this goal, we introduce democratic values based on Western political philosophy and Islam and explore participants' understanding of radicalism. We engage participants to observe local values in the community at the location of the activity and then explore this relevance to Islamic values. The methods of PPM use the Problem Based Learning and Community Based Research (CBR) in the formulation of an idea that suits the needs of the community in solving the problem. The PPM concluded that there is an increase in scores of knowledge before and after training by 21%, which is the most participants understood Islamic democracy as an inherent part of social life. There is also an increase in participants' awareness in preventing radicalism by 28%, which is the most participants realize the importance of preventing radicalism through the development of an inclusive life, the spirit of multiculturalism and tolerance in social plurality. Thus, the PPM concludes that there is an increase in participants' knowledge and awareness in the implementation of Islamic democratic values and the prevention of radicalism through socialization and training. Keywords: Socialization, Islamic democracy, radicalism, prevention.ABSTRAKKegiatan pengabdian pada masyarakat (PPM) ini bertujuan untuk membentuk masyarakat yang inklusif, meningkatkan toleransi dan mencegah radikalisasi di Kecamatan Tempuran Kabupaten Karawang. Untuk mencapai tujuan tersebut, kami mengenalkan nilai-nilai demokrasi berdasarkan filsafat politik Barat maupun Islam dan menggali pemahaman peserta mengenai radikalisme di Kecamatan Tempuran Kabupaten Karawang. Kami mengajak kepada peserta untuk mengamati nilai-nilai lokal (local wisdom) dalam masyarakat di lokasi kegiatan kemudian menggali relevansinya dengan nilai-nilai islamik. Kegiatan PPM ini menggunakan metode Problem Based Learning dan Community Based Research (CBR) di dalam perumusan suatu gagasan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat di dalam memecahkan permasalahannya. PPM ini menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan skor pengetahuan sebelum dan setelah pelatihan sebesar 21%, dimana sebagian besar peserta memahami demokrasi islamik sebagai bagian yang inheren dalam kehidupan bermasyarakat. Terdapat pula peningkatan kesadaran peserta di dalam pencegahan radikalisasi sebesar 28%, dimana sebagian besar peserta menyadari pentingnya pencegahan radikalisasi melalui pembangunan kehidupan yang inklusif, semangat multikulturalisme dan toleransi terhadap pluralitas sosial. Dengan demikian, PPM ini menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan dan kesadaran peserta dalam pengamalan nilai-nilai demokrasi islamik dan pencegahan radikalisasi melalui sosialisasi dan pelatihan. Kata kunci: sosialisasi, demokrasi islamik, radikalisasi, pencegahan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Sunaryo, Agus. "MASJID DAN IDEOLOGISASI RADIKASLISME ISLAM." AKADEMIKA: Jurnal Pemikiran Islam 22, no. 1 (June 23, 2017): 225. http://dx.doi.org/10.32332/akademika.v22i1.569.

Full text
Abstract:
Radikalisme saat ini telah menjadi isu utama dalam diskursus keislaman kontemporer. Berdirinya Negara Islam Iraq dan Suriah dianggap sebagai ancaman bagi sebagian kalangan di sisi lain, namun juga menjadi bukti bahwa radikalisme benar-benar nyata dan kuat di lain sisi. Indonesia menjadi salah satu negara yang tidak pernah sepi dari diskusi dan praktik radikalisme. Tertangkapnya banyak aktivis radikalis, belum mampu meredam laju gerak radikalisme Islam di Indonesia. Propaganda-propaganda kekerasan, intimidatif, dan intoleran menjadi pemandangan yang kerapkali mewarnai mimbar-mimbar khutbah, diskusi-diskusi keagamaan, atau bahkan spanduk dan pamfllet yang mudah dijumpai di hampir seluruh wilayah di Indonesia. Dalam konteks ini masjid sering dijadikan tempat untuk sosialisasi dan kaderisasi kelompok Islam radikal. Posisinya yang banyak dikunjungi orang, dianggap efektif untuk proyek ideologisasi. Apalagi orientasi orang mendatangi masjid, umumnya adalah untuk mendapatkan “pencerahan”spiritual. Hal ini tentunya selaras dengan karakter ideologisasi Islam radikal yang menawarkan konsep kekerasan dan intoleran dengan balutan pesan-pesan keagamaan. Artikel ini akan mencoba mengkaji proyek ideologisasi Islam radikal yang memanfaat masjid sebagai home base kegiatannya. Lebih dari itu, apa yang seharusnya menjadi focus kebijakan pemerintah untuk menyelamatkan masjid dan membendung laju gerak radikalisme Islam juga menjadi bagian tak terpisahkan dari kajian artikel ini. The radicalism, at this time, has been prominent issue in islamic contemporary discourse. Standing of Islamic state on Iraq and Syiria has been regarded as threat by some people in one side, but also been a proof that radicalism very obvious and stronght in other side. Indonesia has been one country that discuss and practice of radicalism never quiet at there. Getting caught of some radical-activist, couldn’t stop moving of islamic radicalism in Indonesia. Propaganda’s of violent, intimidative, and intolerant, have been viewpoint that usually colored the platform’s sermon, religious discusses, or also banner and pamphlet that was very easy to found it in near of all Indonesian district. Mosque, in this context, often to be place for socialization and forming of cadres of Islamic radicalist. It’s positioning that been visited by much people, regarderd as effective for ideological project. Especially that people’s orientation come to the mosque is getting spiritual enlightenmet. It has been in harmony with ideological character of Islamic radicalism wich bargain a violent concept with covering of religious messages. This article will investigate ideological project of Islamic radicalism that exploit the mosque to be it’s home base activities. The policies of government that must been done for stopping Islamic radicalism also would investigated by this article.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Kusmanto, Thohir Yuli, Moh Fauzi, and M. Mukhsin Jamil. "DIALEKTIKA RADIKALISME DAN ANTI RADIKALISME DI PESANTREN." Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan 23, no. 1 (June 15, 2015): 27–50. http://dx.doi.org/10.21580/ws.23.1.221.

Full text
Abstract:
Any effort opoosing toward any form of radicalism is a part of the reactions to anti-radicalism. The spirit of anti-radicalism emerged as part of the people's resistance. Radicalism and anti-radicalism was dialectically interrelated. Although both are paradoxical, but always be united. Dialectic of radicalism and anti-radicalism interesting is once it was observed in boarding school life. The phenomena of Islamic radicalism is often associated with Islamic boarding schools in Indonesia. Some communities understood that the growing radicalism came from Islamic boarding schools. This view was based on the the many actors of violent Islamic radicalism were the alumni of boarding school. The reality may be true in certain cases, but they may not be generalized. This study explored the data on the perspective of Islamic boarding schools on the discourse and praxis of radicalism and anti radicalism and resistance patterns. The research results showed that the community of Islamic boarding schools rejected, oppossed and actively built the spirit of anti radicalism that was implemented in several patterns. The findings of these research was a synthesis of the thesis which had become the public discourse about radicalism and Islamic boarding school.***Upaya menentang segala bentuk radikalisme merupakan bagian dari reaksi anti radikalisme. Semangat anti radikalisme muncul sebagai bagian dari resistensi masyarakat. Radikalisme dan anti radikalisme saling berkaitan secara dialektis. Meski­pun keduanya merupakan sesuatu yang paradoks, namun selalu menyatu. Dialektika radikalisme dan anti radikalisme menarik ketika dilihat dalam kehidupan pesantren. Fenomena radikalisme Islam seringkali dihubungkan dengan masya­ra­kat pesantren di Indonesia. Beberapa kelompok masyarakat memahami radikal­isme tumbuh dari pesantren. Pandangan tersebut didasari oleh banyaknya pelaku radikalisme Islam dalam bentuk kekerasan alumni pesantren. Realitas tersebut bisa jadi benar dalam kasus tertentu, tetapi tidak bisa digeneralisasi. Penelitian ini ber­upaya menggali data pandangan pesantren tentang wacana dan praksis radikalisme dan anti radikalisme serta pola resistensinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat pesantren menolak, menentang dan aktif membangun spirit anti radikalisme yang diwujud­kan dalam beberapa pola. Temuan penelitian tersebut merupakan sintesis dari tesis yang selama ini menjadi wacana masyarakat tentang radikalisme dan pesantren.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Kusmanto, Thohir Yuli, Moh Fauzi, and M. Mukhsin Jamil. "DIALEKTIKA RADIKALISME DAN ANTI RADIKALISME DI PESANTREN." Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan 23, no. 1 (June 15, 2015): 27. http://dx.doi.org/10.21580/ws.2015.23.1.221.

Full text
Abstract:
<p class="IIABSBARU">Any effort opoosing toward any form of radicalism is a part of the reactions to anti-radicalism. The spirit of anti-radicalism emerged as part of the people's resistance. Radicalism and anti-radicalism was dialectically interrelated. Although both are paradoxical, but always be united. Dialectic of radicalism and anti-radicalism interesting is once it was observed in boarding school life. The phenomena of Islamic radicalism is often associated with Islamic boarding schools in Indonesia. Some communities understood that the growing radicalism came from Islamic boarding schools. This view was based on the the many actors of violent Islamic radicalism were the alumni of boarding school. The reality may be true in certain cases, but they may not be generalized. This study explored the data on the perspective of Islamic boarding schools on the discourse and praxis of radicalism and anti radicalism and resistance patterns. The research results showed that the community of Islamic boarding schools rejected, oppossed and actively built the spirit of anti radicalism that was implemented in several patterns. The findings of these research was a synthesis of the thesis which had become the public discourse about radicalism and Islamic boarding school.</p><p class="IIABSBARU" align="center">***</p>Upaya menentang segala bentuk radikalisme merupakan bagian dari reaksi anti radikalisme. Semangat anti radikalisme muncul sebagai bagian dari resistensi masyarakat. Radikalisme dan anti radikalisme saling berkaitan secara dialektis. Meski­pun keduanya merupakan sesuatu yang paradoks, namun selalu menyatu. Dialektika radikalisme dan anti radikalisme menarik ketika dilihat dalam kehidupan pesantren. Fenomena radikalisme Islam seringkali dihubungkan dengan masya­ra­kat pesantren di Indonesia. Beberapa kelompok masyarakat memahami radikal­isme tumbuh dari pesantren. Pandangan tersebut didasari oleh banyaknya pelaku radikalisme Islam dalam bentuk kekerasan alumni pesantren. Realitas tersebut bisa jadi benar dalam kasus tertentu, tetapi tidak bisa digeneralisasi. Penelitian ini ber­upaya menggali data pandangan pesantren tentang wacana dan praksis radikalisme dan anti radikalisme serta pola resistensinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat pesantren menolak, menentang dan aktif membangun spirit anti radikalisme yang diwujud­kan dalam beberapa pola. Temuan penelitian tersebut merupakan sintesis dari tesis yang selama ini menjadi wacana masyarakat tentang radikalisme dan pesantren.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Timur, Fauzia Gustarina Cempaka, and Jamaluddin Syakirin. "Peran Community Resilience di Amerika Serikat dan Inggris dalam Upaya Kontra Terorisme." JURNAL SOSIAL POLITIK 4, no. 1 (April 19, 2018): 21. http://dx.doi.org/10.22219/sospol.v4i1.4833.

Full text
Abstract:
AbstrakRadikalisme adalah salah satu akar penyebab utama dari aksi terorisme. Radikalisasi pada kalangan masyarakat umum menjadi ancaman serius bagi stabilitas keamanan nasional. Masyarakat saat ini rentan menjadi sasaran perekrutan kelompok-kelompok radikal, pembentukan jaringan kelompok radikal transnasional, pengarahan tindak kekerasan dan terorisme bahkan melalui radikalisasi diri sendiri. Kurangnya kepedulian dan sistem pengawasan di dalam komunitas masyarakat dianggap juga menjadi katalisator radikalisme. Karena hal itulah, ketahanan komunitas terhadap ancaman terorisme dan radikalisme merupakan aspek penting dalam berhasilnya kontra-radikalisasi di dalam suatu negara. Terlebih jika komunitas yang berada di dalam suatu negara merupakan komunitas yang pluralistik dan memiliki budaya, bahasa, dan agama yang berbeda. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis peran komunitas dan mengemukakan pentingnya ketahanan dalam komunitas dalam usaha memerangi terorisme. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagai bagian dari kontra-terorisme, pemerintah harus mengadopsi prinsip, “adanya strategi lebih baik ada dibanding tidak ada sama sekali” jika terkait dengan kerjasama bersama komunitas. Selain itu pemerintah harus dapat berinvestasi secara tepat untuk membangun pengetahuan masyarakat terhadap terorisme. Selanjutnya pemerintah juga perlu untuk memfokuskan kembali pada tujuan akhir pemberantasan terorisme pada deradikalisasi dan hal ini harus dilakukan terpisah dari sifat aksi hulu yang dilakukan komunitas. Terakhir, komunitas harus dipayungi organisasi besar yang merupakan perpanjangan dari program pemerintah yang mengajak masyarakat untuk fokus pada upaya memperkuat ketahanan dan kapasitas semua lini masyarakat yang dianggap rapuh.Kata kunci: Amerika Serikat, Inggris, Kontra terorisme, Peran komunitas AbstractRadicalism is one of the main root causes of acts of terrorism. Radicalization among the society poses a serious threat to the stability of national security. Communities today are vulnerable to the recruitment of radical groups, the formation of radical networks of transnational radicals, the directing of acts of violence and terrorism even through self-radicalization. Lack of awareness within the community and absence of monitoring system from government are also considered to be a catalyst for radicalism. Because of this, community resilience to the threat of terrorism and radicalism is an important aspect of successful counter-radicalization within a country. Especially if the community within a country is a pluralistic community and has different cultures, languages and religions. This paper aims to analyze the role of the community and highlight the importance of community resilience in the fight against terrorism. The results show that as part of counter-terrorism, the government should adopt the principle, "the existence of suffice strategy is better than nothing at all" particularly when it is related to community resilience. In addition, the government should be able to invest properly to build public knowledge of terrorism. Furthermore, the government also needs to refocus on ultimate goals of eradicating terrorism and deradicalisation and this should be done separately from the nature of the upstream action of the community. Finally, the community must be protected by a larger organization that is an extension of a government program that calls on communities to focus on strengthening the resilience and capacity of all fragile communities.Keywords: Community Resilience, Counterterrorism, United Kingdom, United States
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Riati, Novi Afri, and Imron Fauzi. "Upaya Pimpinan Komisariat Perguruan Tinggi IPNU IPPNU dalam Pencegahan Radikalisme di Kampus." AL-ADABIYAH: Jurnal Pendidikan Agama Islam 2, no. 1 (June 2, 2021): 18–31. http://dx.doi.org/10.35719/adabiyah.v2i1.29.

Full text
Abstract:
Radikalisme adalah suatu aliran yang mempunyai keinginan perubahan pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan. seperti anarkisme, dalam kondisi ini masih dalam tahap pemikiran, inilah yang dikhawatirkan jika radikalisme menyebar di kampus Untuk mengantisipasi PKPT IPNU IPPNU organisasi di kampus IAIN Jember berupaya membentengi faham radikalisme. Untuk menanamkan nilai-nilai ke-Aswaja-an agar pemikiran mahasiswa tidak mudah terpengaruh oleh kaum radikalis. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara, observasi dan dokumenter, sedangkan analisis data yang digunakan adalah kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data yang digunakan adalah adalah triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Penelitian ini memperoleh kesimpulan 1) indentifikasi radikalisme antara lain orang yang menganggap dirinya paling baik dan benar sendiri, menegakkan khilafah Islamiyah, berfikir tekstual, tidak menghargai perbedaan, tidak memandang keberagamaan, menolak moderasi agama, anti NKRI dan Pancasila. 2) Bentuk kegiatan PKPT IPNU IPPNU IAIN Jember dalam pecegahan radikalisme MAKESTA, (masa kesetiaan anggota) LAKMUD (latihan kader muda) Sholawatan, peringatan hari besar seperti Isra’Mi’roj, ziarah ke makam para wali. setiap malam jum’at Tahlilan, tiba’an, kajian mengenai kitab Arbain Nawawi, Ke-NUan, membahas isu-isu yang telah viral. 3) Faktor pendukung Internal kerja sama saling komunikasi pembina mengarahkan pengurus. Faktor penghambat internal, kurang saling komunikasi pengurus, anggota, pembiayaan sangat minim. Faktor pendukung Eksternal, bascampe, gedung, kelas, serambi Masjid. media sebagai sarana dakwah Faktor penghambatnya Eksternal tidak dapat pinjaman gedung. Kata kunci : Radikalisme, IPNU IPPNU, Aswaja. ABSTRACT Radicalism is a flow that has a desire to change social and political renewal in a violent way. Like anarchism, in this condition is still in the stage of thought, that way it feared if radicalism spreads on campus to anticipate PKPT IPNU IPPNU organization on campus IAIN Jember seeks to fortify the understand radicalism. To embed the values of the Aswaja so that students ' thinking is not easily affected by the radicalists. The study uses a qualitative approach, the type of research used is case study research, the data collection techniques in this study using interviews, observations and documentaries, while the data analysis used is data condensation, data presentation, and withdrawal conclusions. The validity of the data used is the source triangulation and the triangulation technique. The study obtained the conclusion 1) the identification of radicalism indicators among others who consider themselves best and true themselves, uphold Islamiyah Caliphate, think textual, do not appreciate the distinction, not to view its efficacy, reject religious moderation, anti NKRI and Pancasila. 2) The activity of PKPT IPNU IPPNU IAIN Jember in MAKESTA Pecegahan radicalism, (Member loyalty period) LAKMUD (training of young cadres) shovisit, a memorial Day such as Isra'mi ' Roj, a pilgrimage to the tomb of the Guardians. Every Friday night Tahlilan, Tiba'an, study of the book Arbain Nawawi, Ke-NUan, discusses issues that have been viral. 3) Internal supporting factor of mutual communication of the coach directs the caretaker. Internal inhibiting factor, less communication between admins, members, financing is minimal. External supporting factors, Bascampe, building, class, porch of the mosque. Media as a means of propagation factor external is unable to loan the building.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Ismail, M. Syukri, Mona Novita, and Fatwa Nurul Hakim. "PERAN STRATEGIS JAMA’AH TABLIGH DAN MUHAMMADIYAH DALAM PENCEGAHAN ANCAMAN RADIKALISME." Harmoni 23, no. 1 (July 8, 2024): 82–98. http://dx.doi.org/10.32488/harmoni.v23i1.710.

Full text
Abstract:
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan peran Jama'ah Tabligh dan Muhammadiyah dalam mencegah radikalisme agama di Kabupaten Bungo setelah adanya bom dan pembakaran di kantor polisi Dharmasraya oleh dua warga Bungo serta penangkapan beberapa tersangka terorisme. Pendekatan studi kasus kualitatif digunakan dengan mengumpulkan data melalui wawancara dan dokumentasi. Model analisis interaktif Miles dan Huberman digunakan untuk reduksi data, display data, dan verifikasi data. Studi ini menemukan bahwa Jama'ah Tabligh dan Muhammadiyah melakukan upaya besar untuk melawan radikalisme agama melalui beberapa strategi: (1) mengelola tempat ibadah dan masjid dengan menyaring konten ceramah dan penceramah; (2) merancang narasi lokal anti-radikalisme, dengan Jama'ah Tabligh menekankan pada pemahaman Ahlussunnah Wa Al-Jama'ah Islam dan dukungan terhadap negara demokratis, sementara Muhammadiyah mempromosikan nilai-nilai Islam progresif; dan (3) melakukan kegiatan rutin seperti musyawarah harian, sesi belajar di rumah, dan diskusi kelompok yang mendorong pemikiran moderat. Penelitian ini menegaskan pentingnya pendekatan berbasis masyarakat dan upaya pendidikan yang konsisten dalam mencegah radikalisasi. Temuan ini menyarankan bahwa inisiatif semacam itu penting dalam membentuk respons komunitas yang tangguh terhadap ekstremisme di Kabupaten Bungo. Abstract This study aimed to describe the roles of Jama'ah Tabligh and Muhammadiyah in preventing religious radicalism in Bungo Regency following the bombing and arson at the Dharmasraya Police station by two Bungo residents and the arrest of several terrorism suspects. A qualitative case study approach was employed, utilizing interviews and documentation for data collection. Miles and Huberman's interactive analysis model guided data reduction, display, and verification. The study found that Jama'ah Tabligh and Muhammadiyah made significant efforts to combat religious radicalism through several strategies: (1) managing places of worship and mosques by screening lecture content and preachers; (2) framing local anti-radicalism narratives, with Jama'ah Tabligh emphasizing adherence to Ahlussunnah Wa Al-Jama'ah Islam and support for a democratic state, while Muhammadiyah promoted progressive Islamic values; and (3) conducting regular activities such as daily deliberations, home study sessions, and group discussions that fostered moderate thinking. The research underscored the importance of community-based approaches and consistent educational efforts in preventing radicalization. The findings suggest that such initiatives were crucial in shaping a resilient community response to extremism in Bungo Regency.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Melaty Anggraini. "Psychosocial Perspectives on Women's Involvement in Radicalism." Budi Luhur Journal of Strategic & Global Studies 2, no. 1 (January 31, 2024): 1–17. http://dx.doi.org/10.36080/jsgs.v2i1.30.

Full text
Abstract:
Abstrak: Peran perempuan alam radikalisme semakin dominan, seperti yang dibuktikan oleh banyak pelaku bom bunuh diri yang dilakukan oleh perempuan di seluruh dunia. Studi ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor mendorong keterlibatan perempuan dalam radikalisme, dengan fokus pada perspektif psikologis perempuan yang terlibat. Penelitian ini menggunakan teori psikologi, yang berfokus pada aspek psikologis seperti aspek emosional, intelektual, biologis, dan perilaku, yang dipengaruhi oleh aspek sosial dari fungsi manusia. Kombinasi faktor pribadi dan sosial, juga dikenal sebagai faktor psikososial, dilihat sebagai aspek yang tak terpisahkan dari pemahaman proses radikalisasi, termasuk perilaku teror atau kecenderungan radikalisasi. Faktor psikologis yang dipengaruhi oleh faktor sosial sering menyebabkan gejala psikososial seperti trauma, yang menyebabkan krisis identitas pribadi dan disfungsi perilaku. Inilah sebabnya mengapa rekrutmen kelompok teroris menggunakan krisis identitas sebagai pedoman dalam merekrut dan menemukan kandidat. Memahami faktor-faktor psikologis ini diperlukan untuk mencegah perempuan terlibat dalam tindakan radikalisme dengan menyentuh emosi mereka dan memulihkan kembali rasa kemanusian dan empati pelaku. Pemahaman ini akan membantu mencegah perempuan terlibat dalam aliran kelompok terorisme dan terhindar dari kelompok ekstremis. Abstract: The shift in the role of women in the involvement of radicalism has not been seen much on the surface, but it has been found that women's involvement is increasingly dominating as evidenced by the many actions of suicide bombers carried out by several women globally. For this reason, this study will focus on analyzing the driving factors of their involvement in radicalism, but more on the context of the psychological perspectives of the women involved to find the most appropriate approach in helping the prevention and control process for women exposed to radicalism. This research uses the theory of psychoanalysis proposed by Sigmund Freud, which focuses on psychological aspects such as emotional, intellectual, biological, and behavioral, which are influenced by social aspects of human functioning to form patterns of human personality and understanding the development of their character. The combination of personal (psychological) factors and social factors, also called psychosocial, is seen as one of the inseparable aspects in understanding the process of radicalization including terror behavior or radicalized tendencies. The analysis of the theory found that the relevance of psychological factors is very influential on personality and human actions to carry out acts of radicalism. Psychological factors influenced by social factors often cause psychosocial symptoms such as trauma which causes a personal identity crisis that sometimes makes a person experience loss of identity and consciousness and act dysfunctional. Individuals experiencing identity crises will be easily influenced and indoctrinated, which is why some recruiters of terrorist groups are well aware of this, and use it as a cornerstone in recruiting and finding recruits. Therefore, understanding in the context of a psychological perspective is needed to prevent women from engaging in acts of radicalism by touching their emotions by reinstalling the human spirit and empathy of perpetrators who are lost due to traumatic feelings or psychosocial conditions they experience. Understanding their social identity crisis and the traumatic sense that drives involvement in radicalism will help prevent women from becoming involved in the maelstrom of terrorism and avoid identifying with extremist groups.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Febriansyah, Rico. "Implementasi Teori Psikologi Kognitif Ibnu Qayyim dalam Meluruskan Pernyataan Radikalisme di Indonesia." Jurnal Intelektualita: Keislaman, Sosial dan Sains 10, no. 1 (February 10, 2021): 1–5. http://dx.doi.org/10.19109/intelektualita.v10i1.6376.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk meluruskan pernyataan radikalisme di Indonesia dengan implementasi teori psikologi Ibnu Qoyyim. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan kepustakaan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa peran psikologi dalam mempengaruhi pikiran dan pembentukan perilaku sangat dominan dalam proses meluruskan pernyataaan radikalisme sekaligus dalam upaya menangkal paham radikalisme di masyarakat Indonesia. Pernyataan radikalisme sering dikaitkan dengan agama Islam, padahal Islam sendiri tidak mengenal konsep radikalisme itu, sehingga diperlukan sebuah langkah pergerakan dalam hal meluruskan pernyataan radikalisme melalui implementasi teori psikologi kognitif Ibnu Qayyim yang merupakan konsep pola dalam rangka pembentukan sikap dan perilaku seseorang, oleh karena itu teori ini akan sangat berguna sebagai langkah preventif untuk menangkal radikalisme dan membentuk pikiran masyarakat yang benar dalam mengartikan radikalisme tersebut.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Suparta, IK. "PERSPEKTIF RADIKALISME DAN DERADIKALISASI DALAM BHAGAWAD GITA." Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu 9, no. 2 (December 10, 2018): 10–19. http://dx.doi.org/10.36417/widyagenitri.v9i2.238.

Full text
Abstract:
Bangsa Indonesia dekade ini mengalami disharmonis kehidupan keagamaan dan bernegara yang ditimbulkan oleh adanya gerakan radikal.Munculnya ide mengubah ideologi Pancasila dengan ideologi lainnya semakin nyata terlihat dengan fakta keberadaan terorisme dan berkembangnya paham radikal keagamaan.Bhagawad Gita sebagai pedoman hidup Agama Hindu memberikan pandangan tentang radikalisme dan deradikalisasi.Tujuan penulisan artikel ini untuk mengetahui perspektif radikalisme dan deradikalisasi dalam Bhagawad Gita.Artikel konseptual didasarkan pada penelusuran kepustakaan yang berkaitan dengan radikalisme dan deradikalisasi dalam Bhagawad Gita.Secara konseptual perspektif radikalisme dalam Bhagawad Gita menguraikan bahwa radikalisme sebagai kewajiban seorang kesatriya, radikalisme pembentukan disiplin diri dan radikalisme pendakian spiritual.Perspektif deradikalisasi dalam Bhagawad Gita yaitu usaha untuk mereduksi radikalisme dengan pemahaman terhadappengetahuan yang benar tentangkonsep perubahan dan kekekalan, konsepSwadharma dan Paradharma, konsep keterikatan dan kebebasan serta konsep keanekaragaman dan kesatuan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Hartanto, Alwin Widyanto, Ellyzabeth Tanaya, and Hansel Ng. "URGENSI PEMBATASAN PENANGANAN REPRESIF APARAT KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI RADIKALISME." Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni 1, no. 2 (February 1, 2018): 60. http://dx.doi.org/10.24912/jmishumsen.v1i2.866.

Full text
Abstract:
Radikalisme merupakan isu yang menjadi masalah di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Agar permasalahan radikalisme tidak terus berkembang, diperlukan upaya untuk menanggulangi perkembangan radikalisme. Salah satu lembaga yang bertugas untuk menanggulangi radikalisme adalah kepolisian. Ketika menjalankan tugasnya, polisi dapat mengambil tindakan-tindakan, baik tindakan yang bersifat pencegahan maupun tindakan yang bersifat represif. Akan tetapi, diperlukan adanya pembatasan-pembatasan yang perlu diperhatikan saat menanggulangi radikalisme menggunakan cara-cara represif. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis pentingnya pembatasan tindakan represif oleh aparat kepolisian serta upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja kepolisian dalam menanggulangi radikalisme. Melalui penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa dalam penanggulangan radikalisme, aparat kepolisian perlu membatasi penggunaan tindakan represif dan menggunakannya hanya jika diperlukan, misalnya ketika eskalasi masalah terlanjur besar dan tindakan pencegahan tidak lagi dimungkinkan. Hal ini disebabkan oleh tindakan represif yang cenderung tidak efektif untuk menyelesaikan permasalahan radikalisme. Selain itu, upaya-upaya peningkatan kinerja kepolisian dapat dilakukan agar radikalisme dapat ditangani secara lebih efektif.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Solikhin, Mat. "De-Radicalization through Prophetic Education in High School." Nadwa 14, no. 1 (July 3, 2020): 155. http://dx.doi.org/10.21580/nw.2020.14.1.5707.

Full text
Abstract:
<p>This research analyze the management of de-radicalization through the prophetic education, case study in State Senior High School (SMAN 1) and State Islamic High School (MAN 1) Kendal, Jawa Tengah, Indonesia. The research used qualitative method. Data collection technique in this research are observation, interview and documentation. The results showed; 1) the humanizing human beings is the key in organizing the radicalism ideological movement in prophetic education in Indonesia. Meanwhile, in the relationship between religious values and national culture, it must provide space for pluralism and multiculturalism 2) the process of de-radicalization in prophetic education in Indonesia through prophetic values in Islamic Civilization History <em>(Sejarah Kebudayaan Islam, SKI), Al-Qur'an, Hadith, Akidah Akhlaq,</em> and various extra-curricular activities. Based on the evaluation conducted most of students are already good in showing anti-radicalism attitude.</p><p><strong>Abstrak</strong></p><p>Penelitian ini menganalisis pengelolaan de-radikalisasi melalui pendidikan kenabian, study kasus di Sekolah Menengan Atas 1 (SMAN 1) dan Madrasah Aliyah Negeri 1 (MAN 1) Kendal, Jawa Tengah, Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasilnya menunjukkan; 1) bahwa memanusiakan manusia adalah kunci dalam menata gerakan ideologi radikalisme dalam pendidikan profetik di Indonesia. Sedangkan dalam relasi antara nilai-nilai agama dan budaya bangsa maka harus memberi ruang pada pluralisme dan multikulturalisme. 2) proses deradikalisasi dalam pendidikan kenabian di Indonesia melalui nilai-nilai kenabian dalam SKI, Al-Qur'an, Hadits, Akidah Akhlaq, dan berbagai kegiatan ekstra kurikuler. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, sebagian besar siswa sudah bagus dalam menunjukan sikap anti radikalisme.</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Asy'ari, Asy'ari. "GAMPONG MUSLIMIN: STRATEGI PENCEGAHAN RADIKALISME BERBASIS HUKUM ISLAM DI ACEH BARAT." Jurnal Hukum Samudra Keadilan 18, no. 2 (December 16, 2023): 463–81. http://dx.doi.org/10.33059/jhsk.v18i2.7773.

Full text
Abstract:
Radikalisme merupakan ancaman nyata bagi masa depan Indonesia. Tindakan radikalisme menyebabkan lahirnya konflik-konflik antar kelompok dan juga bisa menyebabkan rusaknya tatanan sosial dan budaya dalam masyarakat. Menyadari bahaya yang sangat besar dari radikalisme, Pemerintah Aceh Barat berusaha keras mencegah terjadinya radikalisme melalui program Gampong Muslimin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi Pemerintah dalam upaya pencegahan radikalisme melalui program Gampong Muslimin berbasis hukum Islam di Aceh Barat dan kendala Pemerintah dalam melaksanakan program Gampong Muslimin terhadap upaya pencegahan radikalisme berbasis radikalisme di Aceh Barat. Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian lapangan dengan pola kualitatif. Dalam pembahasannya menggunakan metode deskriptif analisis. Adapun hasil penelitian yang diperoleh yaitu Strategi Pemerintah Kabupaten Aceh Barat dalam upaya pencegahan radikalisme melalui Program Gampong Muslimin berbasis hukum Islam meliputi memperkuat pemahaman agama Islam yang benar sesuai dengan prinsip Islam yang rahmatan lil alamin, mengadakan sosialisasi tentang bahaya radikalisme ke sekolah dan pesantren dalam lingkup Gampong Muslimin, mengadakan Kongres Santri, melaksanakan Training of Trainer (ToT) Guru Dayah. Adapun kendala yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Aceh Barat dalam upaya pencegahan radikalisme melalui program Gampong Muslimin berbasis hukum Islam yaitu kurangnya anggaran yang tersedia dan sumber daya manusia yang berbeda antara kota dan desa.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Purwati, Purwati, Ace Suryadi, Kama Abdul Hakam, and Cece Rakhmat. "Peran Pendidikan dalam Menangkal Penyebab Radikalisme dan Ciri Radikalisme." Jurnal Basicedu 6, no. 5 (June 20, 2022): 7806–14. http://dx.doi.org/10.31004/basicedu.v6i5.3595.

Full text
Abstract:
Radikalisme adalah masalah sosial yang sedang ramai dibahas pada abad ke 21 ini. Paham tersebut bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila dan mengancam persatuan bangsa Indonesia. Tujuan penulisan artikel ini yaitu untuk mengumpulkan hasil kajian teoritis dari berbagai ahli terkait masalah radikalisme dalam rangka memperkaya khazanah ilmu pengetahuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah library research atau yang dikenal dengan nama studi pustaka. Data sekunder berupa informasi yang tertuang dalam berbagai buku dan artikel jurnal. Hasil penelitian ini yaitu ditemukan 10 ciri seseorang terkena paham radikalisme, 12 faktor yang menyebabkan seseorang menjadi radikal, dan proses radikalsime yang dimulai dari kondisi sebelum mengenal, sedang mendalami, setelah mengenal radikalisme, dan setelah bergaul langsung dengan individu atau kelompok radikal. Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini yaitu untuk menguatkan atau menambah pengetahuan baru mengenai kajian radikalisme, dan manfaat praktisnya yaitu untuk memberi kemudahan bagi para peneliti atau pihak lain di lapangan dalam mengkaji, mencegah, atau mengatasi fenomena radikalisme.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Prianto, Agung Teguh. "PENERAPAN METODE DAKWAH MUJADALAH DALAM MEMBENDUNG RADIKALISME DI INDONESIA." INTELEKSIA - Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah 1, no. 2 (January 30, 2020): 305–26. http://dx.doi.org/10.55372/inteleksiajpid.v1i2.55.

Full text
Abstract:
Gerakan Islam radikal masih menjadi masalah di Indonesia. Terdapatberbagai varian gerakan Islam radikal, mulai dari yang bersifat terorisme,transnasionalisme, sampai dengan wahabisme. Secara keseluruhan kelompok Islamradikal memiliki metode dakwah yang khas, yaitu indoktrinasi, cenderung kaku dantekstual dalam memahami Al-Qur’an dan hadis, kekerasan dan pemaksaan dalampelaksanaan ajarannya, menganggap kelompoknya yang benar, dan tidak jarangmemprovokasi. Saat dipraktekkan di Indonesia seringkali mengalami benturandengan negara dan masyarakat, baik dengan sesama muslim dan juga nonmuslim.Studi ini mendeskripsikan penerapan metode dakwah mujadalah dalam rangkamembendung dakwah radikalisme di Indonesia. Metode studi adalah kualitatifpustaka. Hasil studi menunjukkan bahwa metode mujadalah memiliki keunggulanbersifat dialektika dan bisa membongkar pemikiran Islam radikal yang bersumberdari kekeliruan memahami ayat-ayat Allah. Dalam penerapannya, metodemujadalah dapat menyasar kepada para pelaku radikalis maupun umat Islam yangterpengaruh dengan pemikiran radikal. Teknisnya dengan mencobamempertanyakan kembali (dialektika) dan menggunakan logika-logika dasar sertapengetahuan ilmiah dalam membongkar kesalahan berpikir pemahaman radikal,khususnya terkait ayat-ayat jihad dan perang, penegakan syariat Islam, dansebagainya. Aspek yang juga perlu diperhatikan adalah etika dalam komunikasidakwah, agar dakwah dengan metode mujadalah dapat berhasil.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Asy'ari, Hasyim. "Pendampingan Penguatan Akidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah (ASWAJA) An-Nahdiyyah Menggunakan Buku SKIA Di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Dan Himpunan Alumni Madrasah As-Shobri Dusun Kopang Kebun, Desa Kemuning Lor, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Jember." Al-Ijtimā: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat 3, no. 1 (October 31, 2022): 122–35. http://dx.doi.org/10.53515/aijpkm.v3i1.57.

Full text
Abstract:
Taman Pendidikan Quran yang terletak di dataran tinggi kota Jember tepatnya di Desa Kemuning Lor ini merupakan salah satu tempat pendidikan non formal yang didirikan guna mendidik putra-putri daerah dengan memberikan pembelajaran Agama (Fiqh, Akidah dan baca Quran). Saat ini terancam dengan paham radikalisme pasalnya kaum ekstrimis atau kaum radikalis sudah mulai menjajaki daerah tersebut. Hal ini ditunjukkan adanya Masjid dan lembaga atau daurah yang didirikan di daerah tersebut. Oleh karenanya upaya yang dilakukan untuk menepis dan menolak paham radikal merasuki putra-putri masyarakat yaitu dengan melakukan pendampingan dengan mendatangkan pemateri dari luar daerah yang bekerja sama dengan IAI Al-Qodiri Jember. Pemberdayaan masyarakat yang digunakan dalam pengabdian ini adalah dengan metode Asset Based Community Development (ABCD). Berdasarkan hasil pemberdayaan Komuntas Alumni Madrasah Assobri 2 di TPQ melalui pembelajaran SKIA guna penguatan akidah aswaja dan Asset Based Community Development (ABCD) dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan dalam meningkatkan kualitas SDM Alumni Madrasah Assobri 2 dalam mengajarkan pembelajaran pada santri TPQ guna penguatan akidah ahlus sunnah wal jamaah (aswaja) an-nahdliyyah bisa dikatakan berhasil karena dilakukan atas kerjasama seluruh pihak yang terkait.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Susanto, Wahyu Fredi, Atik Rochaeni, and Zulfikar Rakita. "ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN RADIKALISME DI WILAYAH BINAAN KODIM 0624/KABUPATEN BANDUNG." Jurnal Teknologi dan Inovasi Politeknik Angkatan Darat 2, Juni (July 3, 2024): 51–72. http://dx.doi.org/10.54317/jurnalteknologipoltekad.v2i1.494.

Full text
Abstract:
Radikalisme masih menjadi permasalahan serius bagi stabilitas sosial dan keamanan nasional, masifnya paham dan ide-ide radikal sangat rentan untuk menjangkiti masyarakat pada berbagai lapisan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi yang digunakan oleh Kodim 0624/Kabupaten Bandung dalam mencegah radikalisme di wilayah binaannya. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan jumlah partisi[an 9. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa Kodim 0624/Kabupaten Bandung telah mengimplementasikan beberapa strategi pencegahan radikalisme, seperti penerapan Binter dengan metode Komsos, Wanwil dan Bakti TNI untuk membangun kesadaran masyarakat tentang bahaya radikalisme dan pentingnya kerukunan antarumat beragama.serta penyelidikan dan penggalangan terhadap pihak-pihak yang berpotensi radikalisme. Penelitian ini juga mengidentifikasi beberapa tantangan yang dihadapi oleh Kodim 0624/Kabupaten Bandung dalam upaya pencegahan radikalisme, seperti kurangnya sumber daya, sarana prasarana, serta belum adanya program pencegahan radikalisme yang dikerjakan bersama dengan instansi Pemerintah lainnya. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan yang berharga bagi pihak terkait, termasuk Kodim 0624/Kabupaten Bandung, dalam mengembangkan dan memperbaiki strategi pencegahan radikalisme di wilayahnya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Anggraeni, Wilfrida Charismanur. "Dampak Media Sosial Terhadap Munculnya Gerakan Radikalisme : Sebuah Sistematika Review." KURIOSITAS: Media Komunikasi Sosial dan Keagamaan 15, no. 2 (December 12, 2022): 247–69. http://dx.doi.org/10.35905/kur.v15i2.2641.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana isu dan faham radikalisme menyebar melalui media sosial, dimana perkembangan teknologi oleh arus globalisasi menjadi salah satu penyebab maraknya pertumbuhan radikalisme melalui sosial media serta untuk mengetahui analisa bibliometrik terhadap tema radikalisme. Peneitian ini menggunakan data scopus pada tahun 2016-2021 yang akan memperlihatkan pemetaan konsep dan clusterisasi terkait tema radikalisme. Kemudian data dikumpulkan melalui pencarian database scopus dengan menggunakan kata kunci radikalisme, dimana penelitian ini difokuskan pada cluster analisis, topic dominan, keterkaitan tema, dan pemetaan topic studi radikalisme berdasarkan jumlah artikel yang visualisasinya nampak dominan dan dianalisis menggunakan software VOSviewer. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa topik radikalisme memiliki empat kata kunci dominan yang sering muncul yaitu Politic, Country, History, Terorism. Sehingga empat topic tersebut menjadi focus bagi mayoritas penulis yang ingin mengkaji topik radikaisme. Penelitian ini berkontribusi dalam memberikan pengembangan dan pemetaan kajian radikalisme sebagai salah satu masalah dalam keamanan baik di lingkup nasional maupun internasional, namun penelitian ini memiliki keterbatasan data yang hanya dianalisis berdasarkan scopus sehingga tidak memiliki data pembanding.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Wahid, Masykur. "AGAMA, ETNISITAS DAN RADIKALISME." ALQALAM 25, no. 3 (December 31, 2008): 418. http://dx.doi.org/10.32678/alqalam.v25i3.1692.

Full text
Abstract:
Tradisi radikalisme lahir dari gejolak pemberontakan yang ditujukan kepada penguasa (politik) atau kelompok berkuasa (ekonomi) untuk cita-cita atau harapan terciptanya keadilan. Atas dasar ideologi gerakan, radikalisasi sosial "Wong Sala" setidaknya terbagi menjadi dua, yaitu pertama, kelompok kiri yang digerakkan oleh masyarakat buruh atau kelompok yang menginginkan adanya keadilan ekonomi. Kedua, kelompok kanan yang dilandasi dengan semangat agama (Islam) melawan hegemoni negara. Kelompok kedua ini muncul akibat kebijakan pemerintah yang diskriminatif terhadap kelompok-kelompok Islam.Masyarakat Kota Sala adalah prototipe masyarakat Indonesia yang plural baik etnis, agama maupun budaya. Beberapa tradisi berkembang di kota ini dengan latar belakang agama: Islam, Kristen, Hindu, Budha, Konghuchu. Dua komunitas yang dominan,yaitu Islam dan Kristen. Etnisitas Kota Sala terdiri dari Jawa (Sala dan pendatang), Tionghoa (China), Minang, Sunda, dan lain-lain. Sala dikenal sebagai salah satu 'ibu kota' kebudayaan Jawa, pusat berkembangnya tradisi Jawa. Meskipun demikian, sebagai kota penting sejak periode Jawa kuno, Kota Sala menyedot banyak pedagang untuk mengembangkan bisnis dan investasi, di antanya komunitas etnis Tionghoa yang mendominasi perdagangan di Kota Sala. Etnis ini menjadi sasaran kerusuhan Mei 1998.Radikalisasi sosial muncul akibat ketimpangan sosial dambaan masyarakat lapis bawah atas munculnya 'ratu adil' menciptakan kelompok sosial yang kritis dan cenderung melawan kekuasaan. Mereka pada awalnya membentuk kekuatan melawan hegemoni kelompok feodal yang berkolaborasi dengan pemerintah kolonial, tidak didasari dengan elemen nasionalisme tetapi ketidakpuasan atas berbagai kebijakan yang menyudutkan posisi masyarakat. Karena itu, pluralitas masyarakat Kota Sala perlu dilihat sebagai bagian dari proses natural yang harus dijaga keseimbangannya. Eksistensi penguasaha Cina, Muslim dan masyarakat berbeda agama dan keyakinan baik Muslim, Kristen, abangan menunjukkan fenomena masyarakat yang terbentuk selama ratusan tahun. Kondisi ini menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia ke depan, misalnya bagaimana pendidikan Islam mulai memperkenalkan kehidupan yang toleran.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Soebiantoro, Soebiantoro, Sulistyo Anjarwati, and Farkhan Evendi. "Upaya Penanggulangan Penyebaran Paham Radikalisme pada Santri Blitar." Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Masyarakat Universitas Ma Chung 1 (October 29, 2021): 120–28. http://dx.doi.org/10.33479/senampengmas.2021.1.1.120-128.

Full text
Abstract:
Tujuan dilakukannya pengabdian kepada masyarakat melalui sosialisasi upaya penanggulangan paham radikalisme pada santri di Blitar adalah untuk memberikan pengetahuan tentang proses pencegahan radikalisme di kalangan santri. Ruang lingkup kegiatan pengabdian meliputi pemberian sosialisasi tentang paham radikalisme dan terorisme yang mengancam NKRI utamanya para santri. Kegiatan ini merupakan upaya preventif untuk membentengi para mahasiswa yang menjadi santri di Pondok Pesantren Tarbiyatus Sholihin Kuningan Kanigoro Blitar. Hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa hal yang perlu disadari mengenai peyebaran radikalisme yaitu para pegiat dan pendukung gerakan radikalisme selalu berupaya memperbaharui modus penyebarannya. Secara keseluruhan kegiatan pengabdian kepada masyarakat melalui sosialisasi upaya penanggulangan penyebaran paham radikalisme pada santri di Pondok Pesantren Tarbiyatus Sholihin berjalan dengan lancar.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography