To see the other types of publications on this topic, follow the link: Sirkumsisi.

Journal articles on the topic 'Sirkumsisi'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Sirkumsisi.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Ardiyani, Vita Maryah, Ani Sutriningsih, and Supriyadi Supriyadi. "GAMBARAN TANDA INFEKSI LOKAL LUKA POST SIRKUMSISI PADA USIA DEWASA DI KLINIK RATANCA MALANG." Care : Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan 8, no. 3 (2020): 361. http://dx.doi.org/10.33366/jc.v8i3.1939.

Full text
Abstract:
Khitan or sirkumsisi is the act of cutting or completely wash out most cover foreskin of the penis based health reasons, culture or religious belief . The act of sirkumsisi going to leave scar tissue that need attention the handling and so does not carry infection. The Research aimed to identify marks infection of local injuries post sirkumsisi among those persons sirkumsisi in adult at ratanca malang clinic .The research uses observational descriptive design .The population all participants who register as many as 20 sirkumsisi operation of a person taken in total the sampling method .Variable free consisting of pain , reddish , heat , swollen , and the existence of the pus to wounds post sirkumsisi 3rd day .Data analyzed a sort of descriptive set .The results of the study or the sign of a local infection consisting of a reddish (95%) , pain (95%) , heat (85%), swollen (85%), and the absence of pus (80%) in about wound post sirkumsisi . Further Research said must be implemented to observe sirkumsisi wound among respondents adults in a longer period of time and measuring factors influencing the healing of injured sirkumsi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Rohadi, Decky Aditya Zulkarnaen, Sunisa Fuji, and Hari Wahyu Patrihadi. "Safari Layanan Sirkumsisi Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) Nusa Tenggara Barat." Indonesian Red Crescent Humanitarian Journal 1, no. 1 (2022): 34–40. http://dx.doi.org/10.56744/irchum.v1i1.13.

Full text
Abstract:
Sirkumsisi (circumcision/khitan) atau dalam Bahasa Indonesia lebih dikenal dengan istilah sunat” atau “supit”, adalah tindakan operatif pengangkatan sebagian, atau semua kulup (preputium) penis, yang dimana dilakukan dengan berbagai macam indikasi dan metode Bulan Maulid adalah momen untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW yang bertepatan bulan Rabiul Awal. Untuk masyarakat NTB sendiri bulan maulid biasanya dijadikan momen untuk melakukan khitan atau sirkumsisi pada anak laki-laki mereka. BSMI NTB melaksanakan maulid Nabi Muhammad SAW 1442 H dengan berbagai pelayanan kesehatan, salah satunya bakti sosial sirkumsisi. Sirkumsisi adalah tindakan yang bermanfaat untuk meningkatkan kebersihan organ reproduksi, mengurangi risiko infeksi, dan lainnya. Tindakan sirkumsi oleh BSMI NTB bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang merata pada anak/ keluarga tidak mampu di NTB. Dilakukan kegiatan layanan kesehatan sunatan massal pada bulan Oktober – November 2021 di beberapa kabupaten se-NTB. 201 Anak ikut serta dalam kegiatan yang tersebar di beberapa kabupaten se-NTB. Teknik khitan yang digunakan adalah metode dorsumsisi (dorsal slit). Pelayanan kesehatan dirasakan secara merata di Prov. NTB
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Miftahurrahmah, Miftahurrahmah, and Mirna Marhami Iskandar. "Prevalence Asymptomatic Urinary Tract Infection In School Age Boys Based On Dipstick Test and Sediment Microscopy." Syntax Literate ; Jurnal Ilmiah Indonesia 6, no. 2 (2021): 960. http://dx.doi.org/10.36418/syntax-literate.v6i2.2184.

Full text
Abstract:
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi. Skrining cepat dengang menggunakan uji dipstick dan sedimen mikroskopis dapat membantu dalam deteksi infeksi saluran kemih. Penelitian ini bertujuan melakukan identifikasi infeksi saluran kemih pada anak usia sekolah yang telah dilakukan sirkumsisi dan belum sirkumsisi. Penelitian ini merupakan study cross sectional, sample pada penelitian ini adalah anak laki-laki usia sekolah yang telah dilakukan sirkumsisi dan belum dilakukan sirkumsisi. Adapun kriteria ISK berdasarkan uji dipstick adalah memiliki nitrit positif atau leukosit esterase positif, sedangkan kriteria sedimen mikroskopis berupa WBC lebih dari 3 atau bakteri positif. Terdapat 126 anak laki-laki dengan rerata usia 8.3 tahun (6-12 tahun). Sekitar 90 (71%) orang anak laki-laki yang telah dilakukan sirkumsisi dan sekitar 36 (29%) orang anak laki-laki yang belum sirkumsisi ISK berdasarkan uji dipstick ditemukan hanya 1 (0.8%) orang anak laki-laki yang telah sirkumsisi, sedangkan sedimen mikroskopis 50 (40%) orang anak laki-laki yang terdiri dari 32 (36%) anak laki-laki yang telah dilakukan sirkumsisi dan 18 (50%) anak laki-laki yang tidak dilakukan sirkumsisi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Pasaribu, Erika, and Rahma Fridayana Fitri. "Perbandingan Kecepatan Penyembuhan Luka Sirkumsisi dengan Teknik Konvensional dan Electro Cauter." Jurnal Kesehatan Global 3, no. 2 (2020): 85–90. http://dx.doi.org/10.33085/jkg.v3i2.4579.

Full text
Abstract:
Prinsip-prinsip sirkumsisi adalah asepsis, eksisi yang memadai dari lapisan kulit preputial luar dan dalam, hemostasis, perlindungan glans dan uretra, dan kosmesis. Tujuannya untuk mengekspos glans yang cukup untuk mencegah phimosis atau paraphimosis. Teknik sirkumsisi yang lazim digunakan seperti teknik konvensional (dengan menggunakan pisau dan gunting), maupun teknik sirkumsisi dengan menggunakan electro cauter (kauterisasi). Tingginya minat masyarakat dalam melakukan sirkumsisi dengan menggunakan teknik electrocauter semakin besar karena dipercaya cepat sembuh daripada dengan sirkumsisi dengan teknik konvensional. Oleh karena itu penelitian dilakukan untuk menilai perbandingan kecepatan penyembuhan luka sirkumsisi dengan teknik konvensional dan electrocauter. Jenis penelitian yang digunakan adalah uji independen sample T-Test tidak berpasangan pada acara pengabdian masyarakat khitanan massal di Radio Indah Suara kecamatan Perbaungan. Besar sampel 144 orang (72 orang dilakukan sirkumsisi dengan teknik konvensional dan 72 orang dengan teknik electrocauter) yang memenuhi kriteria. Adapun tingkat penyembuhan luka dinilai dari fase inflamasi, proliferasi dan maturasi, secara makroskopis pada hari ke-6. Hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata penyembuhan luka lebih cepat pada teknik sirkumsisi electro cauter (kauterisasi) yaitu 6.71 hari dibandingkan dengan rata-rata penyembuhan luka pada teknik sirkumsisi konvensional yaitu 7.25 hari dengan nilai Sig.(2-tailed) 0,05 yaitu 0.021. Kecepatan penyembuhan luka sirkumsisi dengan teknik kauter lebih cepat dibandingkan dengan teknik konvensional karena dapat mencapai hemostasis yang lebih baik, dan lebih disukai karena memperpendek prosedur dan mengurangi masalah perdarahan dengan pemakaiannya. Namun, dalam penelitian klinis sulit menemukan data tentang kecepatan penyembuhan luka sirkumsisi dengan analisis histopatologis
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Milasari, Dian, Dyah Tunjungsari, Elisa Harlean, et al. "Pengetahuan Sikap, dan Perilaku Ibu Terhadap Sirkumsisi pada Anak Perempuan." Sari Pediatri 10, no. 4 (2016): 242. http://dx.doi.org/10.14238/sp10.4.2008.242-5.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Situasi mengenai pola sirkumsisi (sunat) perempuan di Indonesia masih belum banyak diketahui, sehingga mengakibatkan kurang pengetahuan masyarakat Indonesia. Beberapa tahun terakhir WHO telah menyatakan menentang segala bentuk medikalisasi sirkumsisi perempuan.Tujuan. Mengetahui pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu mengenai sirkumsisi pada perempuan di Jakarta.Metode. Desain penelitian cross-sectional dengan menggunakan metode convenient sampling. Data diperoleh dari kuesioner yang diisi sendiri oleh para ibu (self administered questionnaire).Hasil. Hampir seluruh responden melakukan sirkumsisi pada anak perempuan mereka 97,2% dari 106 orang responden. Agama merupakan alasan utama melakukan sirkumsisi 61,2%. Surat edaran dari Departemen Kesehatan RI mengenai larangan bagi tenaga medis untuk melakukan sirkumsisi pada anak perempuan tidak diketahui oleh sebagian besar responden (83%). Orang tua atau teman menjadi sumber yang paling berkesan untuk melakukan sirkumsisi 34%. Sedangkan dari tenaga medis, informasi yang paling berkesan datang dari perawat atau bidan 21,7%. Sebagian besar sirkumsisi dilakukan pada usia di bawah 5 tahun. Bidan merupakan pelaku sirkumsisi pada sebagian besar anak 73,9%. Sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan rendah (87,7%), sikap kurang (90,6%), dan perilaku kurang (78,3%).Kesimpulan. Hampir seluruh anak perempuan responden disirkumsisi (97,1%). Mayoritas responden memiliki pengetahuan, sikap, dan perilaku yang kurang mengenai sirkumsisi pada anak perempuan (87,7%, 90,6%, dan 78,3%). Sirkumsisi dilakukan seluruhnya pada usia di bawah 5 tahun, terutama karena alasan agama. Pelaku sunat pada anak perempuan adalah bidan. Delapanpuluhtiga persen responden tidak mengetahui tentang surat edaran Departemen Kesehatan mengenai larangan medikalisasi sunat pada perempuan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Fruitasari, MK Fitriani, Lilik Pranata, Novita Elisabeth Daeli, Maria Tarisia Rini, and Ketut Suryani. "PENDAMPINGAN ORANGTUA DALAM PERAWATAN LUKA PADA ANAK POST SIRKUMSISI." Suluh Abdi 4, no. 2 (2023): 119. http://dx.doi.org/10.32502/sa.v4i2.5407.

Full text
Abstract:
sirkumsisi adalah kegiatan yang pasti dilakukan oleh seorang anak laki-laki terutama yang beragma islam, dalam hal ini setiap laki-laki wajib di sirkumsisi, akan tetapi tidak semua orang tua yang anaknya dilakukan sirkumsisi, memahami bagaimana perawatan setelah anak dilakukan sirkumsisi, salah salatu intrevensi yang dilakukan adalah edukasi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mentrafer ilmu, terlebih pada kegiatan kegiatan tertentu yang peserta nya adalah heterogen, seperti halnya dengan orang tua, dalam hal ini orang tua yang mempunyai anak post dilakukan sirkumsisi/khitan perlu adanya kemampuan untuk melakukan perawatan luka post sirkumsisi untuk menghindari terjadi nya infeksi. Kegiatan ini bertujuan untuk mendampingi orang tua dalam melakukan perawatan luka pada anak post sirkumsisi, metode yang digunakan dalam tranfer ilmu melalui edukasi dan pendampingan pada orang tua berjumlah 19 orang, sehingga orang tua dapat langsung di dampingi dalam melakukan perawatan, hasil kegiatan pengabdian menunjukan dari orang tua yang anaknya dilakukan post sirkumsisi, dalam melakukan perawatan sangat baik berjumlah 79 %, dan baik 21 %. dilihat dari mulai memberikan obat sesuai dengan takaran, melakukan perawatan area khitan dengan bersih dan secara teratur, sehingga proses penyembuhan berjalan cepat dan mengurangi risiko infeksi pada area yang di sirkumsisi
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Ultsany, Mutia, Putri Sabrina Lubis, Ahmad Fauzan, et al. "Sirkumsisi Menjaga Kebersihan dan Mencegah Risiko Infeksi serta Keganasan Penis." Auxilium : Jurnal Pengabdian Kesehatan 2, no. 2 (2024): 50. http://dx.doi.org/10.29103/auxilium.v2i2.18345.

Full text
Abstract:
Pendahuluan: sirkumsisi dalam dunia medis bermakna pemotongan kulit pada ujung penis atau prepusium untuk mencegah penumpukan kuman atau kotoran yang dapat menyebab infeksi yang paling sering diderita anak adalah infeksi saluran kemih (ISK) dan dapat juga meningkatkan resiko Infeksi Menular Seksual (IMS). Tujuan: pengabdian ini dilaksanakan dengan tujuan membantu masyarakat dengan memberikan pelayanan sirkumsisi secara gratis kepada mereka yang membutuhkan. Metode: melakukan intervensi langsung berupa tindakan sirkumsisi kepada setiap peserta. Hasil: hasil kegiatan pengabdian ini mendapatkan jumlah peserta yang mendaftar 70 orang, dan memenuhi syarat semua untuk dilakukan sirkumsisi. Semua peserta yang telah dilakukan sirkumsisi diberikan obat antibiotik dan analgetik serta dilakukan pembukaan verban pada peserta terhitung 3 hari dari hari telah dilakukannya tindakan sirkumsisi tersebut.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Mulidan, Mulidan, and Muflih Muflih. "Sirkumsisi di Masa Pandemi COVID-19 dengan Protokol Kesehatan di Klinik Ratih Herbalis Paya Mabar." Jurnal Pengabdian Masyarakat Ilmu Kesehatan 3, no. 2 (2023): 42–47. http://dx.doi.org/10.33085/.v3i2.5586.

Full text
Abstract:
Sirkumsisi adalah tindakan operatif yang ditujukan untuk mengangkat sebagian maupun seluruh bagian dari kulup atau prepusium dari penis. Sirkumsisi termasuk dalam prosedur bedah minor. Prosedur ini merupakan yang paling umum dilakukan di dunia. Di Indonesia sirkumsisi lebih dikenal dengan istilah khitan atau masyarakat sering menyebutnya sunat. Dalam masa pandemi COVID-19 banyak masyarakat yang takut datang ke fasilitas kesehatan untuk melaksanakan khitan dan mendapatkan pengobatan, oleh sebab itu dilaksanakan sirkumsisi dengan menerapkan protokol kesehatan. Pengabdian masyarakat ini merupakan bakti sosial dengan melakukan sirkumsisi secara gratis kepada masyarakat di lingkungan Klinik Ratih Herbalis Paya Mabar. Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah memberikan pelayanan kesehatan berupa sirkumsisi kepada masyarakat yang membutuhkan yang sudah mendaftar sebelumnya kepada panitia pelaksanaan melalui promosi kesehatan yang dilakukan di Klinik Ratih Herbalis Paya Mabar. Pengabdian masyarakat ini dilakukan di Klinik Ratih Herbalis Paya Mabar Kec. Stabat, Kabupaten Langkat pada tanggal 25 Desember 2021 pukul 08.00-12.00 WIB yang diikuti oleh peserta sirkumsisi sebanyak 96 pasien. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu pelaksanaan sirkumsisi langsung kepada pasien yaitu anak laki-laki yang berumur 7-12 tahun. Petugas kesehatan yang melaksanakan kegiatan ini sebanyak 2 orang dokter, 10 perawat dan dibantu oleh beberapa mahasiswa D3 Keperawatan Institut Kesehatan Helvetia. Kesimpulan dari pengabdian masyarakat ini yaitu telah di lakukan sirkumsisi dengan baik dan lancar.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Salma, Dinda Puti, Etriyel MYH, and Nurhayati Nurhayati. "GAMBARAN PENYEMBUHAN LUKA SIRKUMSISI DENGAN KONTROL PERDARAHAN ELECTROCAUTER MENGGUNAKAN SOUTHAMPTON WOUND GRADING SYSTEM." SINERGI : Jurnal Riset Ilmiah 2, no. 3 (2025): 1605–12. https://doi.org/10.62335/sinergi.v2i3.966.

Full text
Abstract:
Tujuan: mengetahui gambaran penyembuhan luka sirkumsisi dengan kontrol perdarahan electrocauter menggunakan southampton wound grading system. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif memiliki jumlah sampel 43 orang dengan teknik pengambilan sampel consecutive sampling. Data diambil dari status pasien dan foto yang diberikan oleh pasien. Hasil : Berdasarkan penelitian mayoritas pasien sirkumsisi adalah anak usia 9-11 tahun dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) normal, grade penyembuhan luka sirkumsisi dengan kontrol perdarahan electrocauter terbanyak adalah grade 0 (penyembuhan luka normal), grade penyembuhan luka sirkumsisi dengan kontrol perdarahan electrocauter berdasarkan usia terbanyak adalah usia 9-11 tahun dengan grade 0, grade penyembuhan luka sirkumsisi dengan kontrol perdarahan electrocauter berdasarkan IMT terbanyak adalah gizi normal dengan grade 0, grade penyembuhan luka sirkumsisi dengan kontrol perdarahan electrocauter berdasarkan durasi operasi terbanyak adalah 30-45 menit dengan grade 0. Kesimpulan: Electrocauter efektif sebagai kontrol perdarahan sirkumsisi sesuai dengan hasil penyembuhan luka yang didapat yaitu mayoritas grade 0 atau penyembuhan luka normal.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Sari, Indah Permata, Vivi Silawati, and Bunga Tiara Carolin. "FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU ORANG TUA MELAKUKAN SIRKUMSISI PADA BAYI PEREMPUAN." Menara Medika 5, no. 1 (2022): 98–108. http://dx.doi.org/10.31869/mm.v5i1.3493.

Full text
Abstract:
Pendahuluan: Sunat atau sirkumsisi pada perempuan merupakan suatu fenomena yang sudah berakar pada masyarakat tertentu sehingga kebiasaan ini sulit untuk dihilangkan. Sirkumsisi dapat mengurangi sensitivitas dan mengurangi libido saat berhubungan seksual. Beberapa faktor yang mempengaruhinya diantaranya sikap, budaya, pendidikan, dukungan keluarga, dan sumber informasi. Tujuan: penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku orang tua melakukan sirkumsisi pada bayi perempuan di Desa Sindang Jaya Tangerang tahun 2022. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel adalah ibu yang memiliki bayi berumur 0-1 tahun di Desa Sindang Jaya Tangerang sebanyak 73 orang dengan teknik total sampling. Variabel dalam penelitian ini yaitu perilaku orang tua melakukan sirkumsisi pada bayi perempuan, sikap, budaya, pendidikan, dukungan keluarga, dan sumber informasi. Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square. Hasil: Perilaku orang tua melakukan sirkumsisi pada bayi perempuan 71,2%, sikap negatif 50,7%, budaya berpengaruh 58,9%, memiliki pendidikan rendah 53,4%, keluarga mendukung 56,2% dan mendapatkan informasi dari media informasi 63%. Analisis bivariat ada hubungan sikap ( value = 0,032), budaya ( value = 0,042), pendidikan ( value = 0,000), dukungan keluarga ( value = 0,000) dan sumber informasi ( value = 0,002) dengan perilaku orang tua melakukan sirkumsisi pada bayi perempuan. Kesimpulan: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perilaku orang tua melakukan sirkumsisi pada bayi perempuan berhubungan dengan sikap, budaya, pendidikan, dukungan keluarga, dan sumber informasi. Diharapkan tenaga kesehatan dapat proaktif dalam memberikan penyuluhan tentang sirkumsisi pada bayi perempuan agar masyarakat mengetahuinya dan dapat berperilaku baik untuk tidak melakukan sirkumsisi pada bayinya tanpa ada paksaan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Pasaribu, Dewi Astuti, Elyani Sembiring, and Martina Hutahaean. "HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERAWATAN LUKA SIRKUMSISI PADA ANAK USIA SEKOLAH 10 – 12 TAHUN." Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA 10, no. 2 (2024): 246–53. https://doi.org/10.52943/jikeperawatan.v10i2.1591.

Full text
Abstract:
Sirkumsisi (sunat) merupakan tindakan bedah kecil yang umumnya dilakukan pada anak-anak. Sirkumsisi merupakan tindakan memotong kulup pada alat vital anak laki-laki, yaitu kulit yang menutupi kepala penis. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui engetahuan orangtua dengan perawatan luka pada anak usia sekolah 10-12 tahun setelah sirkumsisi. Jenis penelitian deskripsi kualitatif dengan pendekatan tabulasi silang. Jumlah populasi adalah seluruh anak yang melakukan sirkumsisi (50 responden) dengan pengambilan sampel menggunakan sistem random sampling. Dari hasil penelitian pada analisis univariat diperoleh : Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan orangtua mayoritas pada kategori Cukup = 27 (54,0%); Distribusi frekuensi perawatan luka pada anak usia sekolah 10-12 tahun setelah sirkumsisi, mayoritas pada kategori perawatan Baik = 34 (68,0%); Distribusi frekuensi hubungan tingkat pengetahuan orangtua dengan perawatan luka pada anak usia sekolah 10-12 tahun setelah sirkumsisi mayoritas tingkat pengetahuan orangtua kategori Cukup dan perawatan luka dalam kategori Baik = 31 (62,0%). Hasil penelitian analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan p value = 0,01 < ? = 0,05 (nilai kemaknaan 95%; H0 ditolak dan Ha diterima). Di asumsikan bahwa “Adanya korelasi (hubungan) antara pengetahuan orangtua dengan perawatan luka pada anak usia sekolah 10-12 tahun setelah sirkumsisi”. Diharapkan bagi orangtua dapat meningkatkan pengetahuan tentang luka pada anak usia sekolah 10 – 12 tahun setelah melakukan sirkumsisi (sunat).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Welan, Rahmani. "Sirkumsisi Sebagai Langkah Menjaga Kesehatan Reproduksi Pria." Jurnal Altifani Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat 3, no. 2 (2023): 194–99. http://dx.doi.org/10.59395/altifani.v3i2.357.

Full text
Abstract:
Sirkumsisi adalah tindakan memotong atau menghilangkan seluruh atau sebagian kulit yang menutupi bagian depan penis. Sirkumsisi sangat bermanfaat dalam menjaga kesehatan reproduksi pria dan mengurangi resiko infeksi saluran kemih, keganasan, dan penyakit menular seksual, serta mengatasi parafimosis dan fimosis. Metode pengabdian masyarakat ini yaitu dengan melakukan promosi kegiatan sirkumsisi di lingkungan sekitar tempat pelaksanaan dan melakukan pendaftaran kepada panitia. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan pada hari dan waktu yang telah ditetapkan. Metode sirkumsisi yang digunakan adalah metode konvensial, yaitu tindakan bedah minor. Anak yang telah disirkumsisi diistirahatkan untuk dilakukan observasi dan diresepkan obat antibiotik dan pereda nyeri selama di rumah. Hasil pengabdian masyarakat ini berupa telah dilaksanakannya kegiatan sirkumsisi yang diikuti oleh 98 anak. Kegiatan sirkusmisi dilaksanakan pada tanggal 18 Desember 2022, dari pukul 08.00 – 15.00 WIB. Petugas Kesehatan sebanyak 12 dokter dan 6 orang tenaga medis lainnya. Kegiatan sirkumsisi ini di prioritaskan bagi anak yang berasal dari keluarga kurang mampu.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Rizky, Fathul, and Septa Ayu Bungasari. "Sirkumsisi Pada Anak Di Lingkungan Kelurahan Gambesi." JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM) 5, no. 5 (2022): 1503–10. http://dx.doi.org/10.33024/jkpm.v5i5.5856.

Full text
Abstract:
ABSTRAK Sikumsisi merupakan salah satu tindakan bedah minor yang secara medis sangat bermanfaat bagi kesehatan, namun pelayanan sirkumsisi tidak ditanggung secara penuh oleh BPJS Kesehatan. Sirkumsisi juga merupakan salah satu keterampilan yang wajib dikuasai oleh mahasiswa kedokteran. Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini bertujuan untuk memberikan pelayanan sirkumsisi secara gratis, dan juga sebagai wadah pembelajaran bagi mahasiswa Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Khairun. Metode yang digunakan adalah dengan intervensi langsung berupa tindakan sirkumsisi kepada setiap peserta (pasien). Sebanyak 21 orang anak berhasil dilakukan tindakan sirkumsisi pada kegiatan PKM ini. Dengan adanya kegiatan PKM ini, besar harapan kami dapat membantu masyarakat mendapatkan pelayanan sirkumsisi secara gratis, dan juga dengan dilibatkan mahasiswa dalam kegiatan ini, mereka dapat menjadi lebih terampil dalam melakukan tindakan Sirkumsisi. Kata Kunci: Bedah Minor, Sirkumsisi, Anak-anak ABSTRACT Circumcision is a surgical procedure which is medically beneficial for health however, the procedure itself is not fully covered by Healthcare BPJS. Circumcision is a skill that required to master by medical students. The aim of this community service activity is to provide free circumcision services and also as a learning medium for medical students of Khairun University. The method is a direct intervention in the form of circumcision to participants. 21 children have been successfully circumcised in the community service activity. We expect that we can help the community by providing free circumcision services, and the medical students who involved in the activity can improve their circumcision skill. Keywords: Minor Surgery, Circumcision, Children
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Rahayuningrum, Lina M., Mono P. Gustomi, Diah S. Wahyuni, and Yulanticha Diaz A. Aziza. "BERMAIN GAME EDUKASI ISLAMI DAPAT MENURUNKAN KECEMASAN ANAK USIA 6-12 TAHUN PADA WAKTU SIRKUMSISI Islamic Education Game Therapy Decreased The Level Of Anxiety Among School Age Childern Undergoing Circumcision)." Journals of Ners Community 11, no. 1 (2020): 90–102. https://doi.org/10.5281/zenodo.4739798.

Full text
Abstract:
Sirkumsisi ialah prosedur yang cenderung menakutkan bagi anak-anak dan sebagian besar masyarakat menganggap tindakan sirkumsisi merupakan tindakan yang biasa saja tanpa memperhatikan aspek psikologi anak, sehingga anak menangis, memberontak dan menolak untuk melanjutkan proses sirkumsisi dan menyebabkan anak menjadi cemas ketika akan di sirkumsisi, beberapa metode digunakan untuk membantu menurunkan kecemasan, salah satunya adalah terapi bermain <em>game </em>edukasi islami. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi bermain <em>game </em>edukasi islami pada tingkat kecemasan anak yang akan menjalani sirkumsisi. Desain penelitian ini menggunakan <em>Pra Eksperimental, One Group Pretest-Posttest</em>. Metode sampling menggunakan <em>Total sampling. </em>Sampel diambil sebanyak 25 responden. Penelitian dilakukan di Klinik AG Wound Care Gresik dan di rumah 19 responden. Instrumen yang digunakan <em>gadget</em> dan kuesioner STAIC. Variabel independen yaitu terapi bermain <em>game </em>edukasi islami. Variabel dependen yaitu tingkat kecemasan. Pada penelitian ini mayoritas menggunakan metode sirkumsisi <em>smartclamp </em>(76%). Hasil kecemasan sebelum intervensi kecemasan sedang (72%), setelah intervensi kecemasan ringan (56%). Hasil uji statistik <em>Wilcoxon Signed Rank Test </em>didapatkan nilai signifikansi (r = 0.000, Z= - 4.375) artinya H<sub>1 </sub>diterima, sehingga ada pengaruh terapi bermain <em>game </em>edukasi islami terhadap tingkat kecemasan sirkumsisi pada anak usia 6-12 Tahun. Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan terapi bermain <em>game</em> edukasi islami sebagai intervensi dalam mengurangi kecemasan akibat sirkumsisi pada anak usia 6-12 tahun.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Aceh, Arif Rahman, and Suherni Suherni. "SIRKUMSISI PADA ANAK DI DESA LAUT DENDANG SUMATERA UTARA." JUKESHUM: Jurnal Pengabdian Masyarakat 2, no. 2 (2022): 125–28. http://dx.doi.org/10.51771/jukeshum.v2i2.311.

Full text
Abstract:
Sirkumsisi merupakan tindakan medis yang berguna bagi kesehatan dan kepentingan agama. Salah satu faktor yang menyebabkan orang tua tidak melaksanakan sirkumsisi pada anaknya adalah karena masalah ekonomi. Hasil kegiatan ini berupa sirkumsisi terhadap anak yatim dan kaum dhuafa yang diikuti oleh 10 orang anak. Jumlah peserta yang disirkumsisi 10 anak berasal dari berbagai RW yang terdapat di Desa Laut Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan. Terdapat 7 responden berusia 10 tahun, dan 3 responden berusia 11 tahun. Tidak ditemukan kelainan penis pada saat melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Samsugito, Iwan, Mayusef Sukmana, Muhammad Aminuddin, et al. "Hipnoterapi Sebagai Pilihan Utama Manajemen Nyeri Pada Intraoperatif Sirkumsisi." JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM) 5, no. 2 (2022): 436–41. http://dx.doi.org/10.33024/jkpm.v5i2.4647.

Full text
Abstract:
ABSTRAK Masalah yang terjadi pada sirkumsisi adalah nyeri akibat penyuntikan. Jika nyeri dapat dihilangkan proses sirkumsisi akan berjalan dengan lancar. Pilihan utama terapi komplementer dalam mengatasi nyeri intraoperatif adalah hipnoterapi. Tujuan pengabdian masyarakat adalah menghilangkan nyeri saat penyuntikan anestesi sehingga anak anak yang dilakukan sirkumsisi merasa nyaman dan senang. Metode yang dijalankan meliputi: protocol kesehatan, penjelasan hipnoterapi, melakukan hipnoterapi, evaluasi hipnoterapi dan pelaksanaan penyuntikan untuk sirkumsisi. Hasil yang didapat rata-rata anak-anak mengatakan tidak merasakan nyeri saat disuntik, orang tua senang melihat anaknya berani disuntik. Pengabdian masyarakat tentang penerapan hipnosis saat intraoperative sirkumsisi mampu menghilangkan nyeri saat penyuntikan obat anestesi. Diharapkan hipnosis dapat diterapkan saat pelaksanaan sirkumsisi. Kata Kunci: Sirskumsisi, Khitan, Sunat, Hipnoterapi ABSTRACT The problem that occurs in circumcision is pain due to injection. If the pain can be eliminated the circumcision process will run smoothly. The main choice of complementary therapy in dealing with intraoperative pain is hypnotherapy. The purpose of community service is to relieve pain when injecting anesthesia so that children undergoing circumcision feel comfortable and happy. The methods used include health protocols, explanation of hypnotherapy, performing hypnotherapy, evaluation of hypnotherapy, and administering injections for circumcision. The results obtained on average said that children did not feel pain when injected, parents were happy to see their children dared to be injected. Community service about the application of hypnosis during intraoperative circumcision is able to relieve pain during injection of anesthetic drugs. It is hoped that hypnosis can be applied during circumcision Keyword: Circumcision, Khitan, Sunat, Hypnotherapy
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Nasution, Ahmad Azmi. "PERBANDINGAN NYERI PASCA SIRKUMSISI DENGAN ATAU TANPA PEMBERIAN LIDOKAIN-PRILOKAIN KRIM DINILAI DENGAN VISUAL ANALOG SCALE (VAS) DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KOTA BENGKULU." Jurnal Kedokteran RAFLESIA 6, no. 2 (2020): 1–9. http://dx.doi.org/10.33369/juke.v6i2.9881.

Full text
Abstract:
Latar Belakang: Manajemen nyeri sangat penting dalam melakukan tindakan sirkumsisi maupun setelah tindakan sirkumsisi. Salah satu metode untuk mengurangi nyeri adalah dengan pemberian krim lidokain-prilokain. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan nilai Visual Analog Scale (VAS) pasien dengan pemberian krim lidokain-prilokain dan pasien yang tidak diberikan krim lidokain-prilokain pasca sirkumsisi. Metode: Penelitian quasi eksperimental dengan 12 subjek penelitian yang menjalani sirkumsisi dengan rentang usia 5-12 tahun. Subjek penelitian dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan (diberikan krim lidokain-prilokain) dan kelompok kontrol (tidak diberikan krim lidokain-prilokain). Pasien kelompok perlakuan akan diberikan krim lidokain-prilokain oleh dokter diruang operasi pada daerah sekitar luka bekas insisi, sedangkan pasien kelompok kontrol tidak diberikan krim lidokain-prilokain. Pengukuran nilai VAS dilakukan pada menit ke-45 dan menit 90 setelah penambahan krim lidokain-prilokain. Hasil: Hasil uji t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p =0,004) terhadap nilai VAS pasien yang diberikan krim lidokain-prilokain pada menit 45 dan 90 dibandingkan dengan yang tidak diberikan krim lidokain-prilokain disekitar luka setelah operasi.Kesimpulan: Penelitian ini menununjukkan bahwa pasien yang diberikan krim lidokain-prilokain dapat menurunkan nilai VAS dibandingkan dengan nilai VAS pasien yang tidak diberikan krim lidokain-prilokain pada pasien paska sirkumsisi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Burhan, Ali, and Samsul Arifin. "Pernikahan Mualaf Belum Sirkumsisi (Khitan) Dalam Islam." Al-Adillah: Jurnal Hukum Islam 4, no. 1 (2024): 1–13. http://dx.doi.org/10.61595/aladillah.v4i1.870.

Full text
Abstract:
Abstract This journal discusses the issue of the validity of marriage for a convert to Islam who has not yet circumcised (circumcision). The results of the research can be presented or explained in this journal that marriage for someone, especially for converts who have not been circumcised (Circumcision) is still considered valid as long as the conditions and harmony in marriage are fulfilled. Because the ulama do not require circumcision (Circumcision) as a condition for marriage. Likewise, in the law of circumcision (Circumcision) there are differences of opinion among the priests of the sect. Jurnal ini membahas tentang permasalahan keabsahan pernikahan bagi seorang mualaf yang belum sirkumsisi ( khitan ). Adapun hasil penelitian dapat dipaparkan atau dijelaskan dalam jurnal ini bahwa pernikahan bagi seseorang khususnya bagi mualaf yang belum sirkumsisi ( Khitan ) tetap dihukumi sah selama syarat dan rukun dalam pernikahan terpenuhi. Karena para ulama tidak mensyaratkan kepada sirkumsisi ( Khitan ) sebagai sebuah syarat dalam pernikahan. begitu pula di dalam hukum sirkumsisi ( Khitan ) terdapat perbedaan pendapat di kalangan para imam mazhab.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Masrika, Nur Upik En, and Aryandhito Widhi Nugroho. "Khitanan Medis: Upaya Peningkatan Kebersihan Diri Sejak Dini pada Masyarakat Pesisir Kelurahan Fitu Kota Ternate." Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia 3, no. 4 (2023): 1131–36. http://dx.doi.org/10.54082/jamsi.810.

Full text
Abstract:
Khitan dalam dunia medis, dikenal dengan sebutan sirkumsisi yang bermakna pemotongan kulit pada ujung penis atau preputium untuk mencegah penumpukan kuman atau kotoran penyebab infeksi atau kanker. Salah satu infeksi yang sering diderita oleh anak adalah infeksi saluran kemih (ISK). Tujuan pengabdian ini adalah untuk mencegah dan mengurangi risiko ISK dan penyakit keganasan sejak dini sebagai salah satu langkah menjaga kebersihan organ urogenitalia (organ perkemihan dan reproduksi), menunaikan kewajiban sebagai umat beragama, serta meringankan beban orangtua terutama masalah keuangan. Bentuk kegiatan berupa tindakan sirkumsisi massal yang bertempat di Kelurahan Fitu, Kecamatan Ternate Selatan, Kota Ternate. Hasil kegiatan ini yakni terlaksananya tindakan sirkumsisi pada 31 peserta dari sasaran awal 30 orang (&gt;100%), dengan kelompok usia terbanyak pada kategori 6-11 tahun (58%), dan didapatkan kelainan bentuk penis berdasarkan posisi preputium berupa fimosis pada 3 orang (10%). Sebagai kesimpulan, kegiatan sirkumsisi massal masih menjadi solusi untuk memenuhi tuntutan agama, adat istiadat dan kesehatan bagi masyarakat dengan ekonomi rendah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Riadi, Seravin Janet, and Nicholas Albert Tambunan. "Hubungan Kejadian Infeksi Saluran Kemih pada Pasien Sirkumsisi dan Non-Sirkumsisi pada Usia 3-12 Tahun." Malahayati Nursing Journal 7, no. 4 (2025): 1572–79. https://doi.org/10.33024/mnj.v7i4.19242.

Full text
Abstract:
ABSTRACT Urinary Tract Infection (UTI) is a common health issue among children, particularly those aged 9-12 years. This study aims to evaluate the relationship between UTI incidence and circumcision in children aged 3-12 years. Using a cross-sectional research design, data were collected from 128 respondents at Sumber Waras Hospital, West Jakarta. The findings revealed that 38% of the patients had UTI, with 65.2% of them being uncircumcised children. Statistical analysis showed a significant correlation between circumcision and UTI incidence (p &lt; 0.001). This study supports circumcision as a preventive measure against UTI in boys. However, limitations such as the use of urinalysis as the primary diagnostic method should be addressed in future research. Keywords: Urinary Tract Infection, Circumcision, Children, Prevalence, Risk Factors ABSTRAK Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dialami oleh anak-anak, khususnya pada rentang usia 9-12 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hubungan antara kejadian ISK dan tindakan sirkumsisi pada anak usia 3-12 tahun. Dengan menggunakan metode penelitian cross-sectional, data diperoleh dari 128 responden di Rumah Sakit Sumber Waras, Jakarta Barat. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa 38% pasien menderita ISK, dengan 65,2% di antaranya adalah anak yang belum menjalani sirkumsisi. Analisis statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara sirkumsisi dan kejadian ISK (p &lt; 0,001). Penelitian ini menyarankan bahwa sirkumsisi dapat menjadi upaya pencegahan ISK pada anak laki-laki. Namun, terdapat keterbatasan dalam penelitian ini, seperti penggunaan urinalisis sebagai metode utama diagnosis, yang perlu ditingkatkan pada studi mendatang. Kata Kunci: Infeksi Saluran Kemih, Sirkumsisi, Anak, Prevalensi, Faktor Risiko
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Arfah, Arni Isnaini, Nasrudin AM, Ida Royani, and Syamsu Rijal. "Kegiatan Pengabdian Sirkumsisi dan Penyuluhan Kesehatan." Jurnal Pengabdian Kedokteran Indonesia 2, no. 2 (2021): 85–90. http://dx.doi.org/10.33096/jpki.v2i2.155.

Full text
Abstract:
Kegiatan yang berorientasi kepada masyarakat merupakan merupakan salah satu tridarma perguruan dibidang pengabdian. Dukungan dari berbagai pihak yang mengajak kerjasama dengan Fakultas Kedokteran UMI untuk mengadakan kegiatan bakti sosial dalam rangka Milad UMI ke 67 tahun dan Milad Fakultas Kedokteran ke 29 tahun. Oleh karena itu, kami dari Fakultas Kedokteran UMI bekerjasama dengan LPkM UMI, RS Ibnu Sina, dan Forum Komunikasi (Forkom) Kelapa Tiga menyalurkan bantuan tenaga dan materi di lokasi wilayah Kelapa Tiga Makassar berupa Sirkumsisi Massal dan Penyuluhan Kesehatan.&#x0D; Kegiatan ini diagendakan pada tanggal 19 Juni 2021yang bertempatkan di Mesjid Al-Hilal, Jl.Kelapa Tiga. Kel.Ballaparang, Makassar, Sulawesi Selatan. Pelaksanaan kegiatan Sirkumsisi dengan jumlah total peserta sirkumsisi ada 44 orang dari 45 peserta yang mendaftar, untuk pergantian verban setelah sirkumsisi, kami arahkan anak-anak ke pihak Puskesmas setempat dengan kebutuhan bahan kami sediakan dari FK UMI. Penyuluhan Kesehatan dengan judul Demam Berdarah dan PHBS dengan peserta penyuluhan ada 55 orang. Untuk kegiatan penyuluhan dihadiri oleh orang tua anak-anak yang disirkum serta warga sekitar lokasi kegiatan. Tema penyuluhan membahas tentang penyakit demam berdaarah dan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat, sesuai keadaan saat ini kondisi cuaca yang kurang baik sehingga penyakit DBD dapat terjadi serta kondisi pandemik sekarang sehingga PHBS sangat penting untuk menjaga diri, keluarga, dan lingkungan sekitar.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Wahyuni, Hesti, Setyawati Setyawati, and Iin Inayah. "TERAPI SLOW DEEP BREATHING DENGAN BERMAIN MENIUP BALING-BALING TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA ANAK YANG DILAKUKAN PENYUNTIKAN ANESTESI SIRKUMSISI." Jurnal Skolastik Keperawatan 1, no. 2 (2015): 36–43. http://dx.doi.org/10.35974/jsk.v1i2.84.

Full text
Abstract:
ABSTRAK Pendahuluan: Sirkumsisi merupakan tindakan yang memerlukan persiapan, salah satunya tindakan anestesi. Selama sirkumsisi, rasa nyeri akan dirasakan hanya pada saat penyuntikan anestesi. Perawat sering kesulitan melakukan prosedur penyuntikan anestesi sirkumsisi karena anak sering menolak dilakukan tindakan keperawatan yang akan menimbulkan rasa nyeri. Salah satu manajemen non farmakologi untuk menurunkan nyeri pada anak adalah terapi slow deep breathing sambil bermain meniup baling-baling. Tujuan: mengidentifikasi pengaruh terapi slow deep breathing dengan bermain meniup baling-baling terhadap intensitas nyeri pada anak yang dilakukan penyuntikan anestesi sirkumsisi. Metode: Penelitian ini menggunakan quasi eksperimental dengan control group post test. Populasi penelitian ini adalah seluruh anak yang dilakukan penyuntikan anestesi sirkumsisi di Klinik Khitan Kencana Medika. Sampel yang digunakan berjumlah 36 anak, 18 anak kelompok intervensi dan 18 anak kelompok kontrol. Respon nyeri diukur menggunakan Faces Pain Rating Scale. Hasil: penelitian dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi dan kontrol dengan p-value &lt; 0,001 dan nilai signifikansi alpha £ 0,05. Kesimpulan penelitian ada pengaruh terapi slow deep breathing dengan bermain meniup baling-baling terhadap intensitas nyeri pada anak yang dilakukan penyuntikan anestesi sirkumsisi.  Kata kunci: anak, nyeri, penyuntikan anestesi sirkumsisi, slow deep breathing  ABSTRACT Introduction: Circumcision is treatment which needed preparation, one of them is anesthesia treatment. As long as circumcision treatment, pain will be feel only at the time anesthesia circumcision injection. Nurses often have difficult to make action procedure of anesthesia circumcision injection because children often refuse to procedures which will occurs pain feeling. One of non pharmacology managements to reduce pain on children by giving children breath is playing with a blow vane. Objective: The purpose of study to identify the effect of slow deep breathing therapy by playing with a blow vane to pain intensity on children with anesthesia circumcision injection. Methods: This study used a quasi experimental design by control group post test. Populations were all children who had been performed anesthesia circumcision injection in Kencana Medika Circumcision Clinic. Used 36 samples consist of 18 samples were in intervention and control group. Pain response was measured by Faces Pain Rating Scale. Result: The results were analyzed using the Mann-Whitney showed there are significant differencebetweenthe interventionandcontrolgroups with ap-value of0.000 and α £ 0.05. The conclusioniseffect of slow deep breathing theraphy by playing with a blow vane to pain intensity on children with anesthesia circumcision injection. Keywords: anesthesia circumcision injection, children, pain, slow deep breathing Full printable version: PDF
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Azizi, Hibatul, Devy Noviandita, Laura Febrianti, Muhammad Rizki, and Nursaptini Nursaptini. "Konstruksi Budaya Sirkumsisi Perempuan di Desa Bagu Kecamatan Pringgarata." Jurnal Dinamika Sosial Budaya 26, no. 2 (2024): 48–57. https://doi.org/10.26623/jdsb.v26i2.10781.

Full text
Abstract:
Penelitian ini dilakukan guna menggali konstruksi budaya dalam praktik sirkumsisi perempuan, khususnya di Desa Bagu, Kecamatan Pringgarata, Kabupaten Lombok Tengah. Pendekatan kualitatif dipertajam dengan metode studi kasus, digunakan dalam menafsirkan fenomena yang dikaji. Data dilapangan diakumulasikan berdasarkan proses wawancara, observasi, juga dokumentasi. Snowball sampling menjadi pilihan guna mencari subjek penelitian, sedangkam Purposive sampling menjadi teknik dalam penentuan informan yang tepat. Proses analisis data dilakukan menggunakan metode spiral analisis, yang terdiri dari beberapa langkah, mencakup pengorganisasian data, peninjauan serta pencatatan memo, pembuatan deskripsi dan klasifikasi data, penerjemahan data ke dalam bentuk kode dan tema, penafsiran hasil, kemudian menyaji dan medeskripsi gambaran data diakumlasi dari hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat tiga unsur yang membangun budaya sirkumsisi perempuan di Desa Bagu, yaitu; 1) sistem pengetahuan; 2) sistem religi; dan 3) sistem bahasa. Ketiga unsur tersebut membuat sirkumsisi perempuan di Desa Bagu merupakan suatu keharusan yang dilakukan oleh setiap perempuan muslim.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Nachrawi, Tuthanurany, Wahyunita Do Toka, Narendra Agung Rizky Hadiputra, and Wahda Yusuf. "Khitanan Massal sebagai Upaya Pencegahan Penyakit Infeksi pada Masyarakat Pesisir Jailolo." Pekan : Jurnal Pengabdian Kesehatan 3, no. 1 (2024): 23–30. http://dx.doi.org/10.33387/pekan.v3i1.8847.

Full text
Abstract:
Program pengbadian kepada masyarakat ini bertujuan untuk memberikan pelayanan sirkumsisi kepda masyarakat di Kecamatan Jailolo, Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara. Kegiatan ini dilaksanakan pada 9-10 Mei 2024 serta melibatkan 86 peserta. Proses kegiatan dimulai dari publikasi melalui media sosial untuk menjaring peserta. Selanjutnya, persiapan dilakukan dengan berkoordinasi bersama pemerintah daerah dan Puskesmas Jailolo serta memastikan ketersediaan alat dan obat-obatan yang diperlukan. Pada hari pelaksanaan, peserta mendaftar di meja registrasi, diikuti dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Sirkumsisi dilakukan dengan prosedur yang memenuhi standar kebersihan dan keamanan disertai edukasi mengenai perawatan luka kepada orang tua atau wali. Setelah tindakan, pasien diberikan obat-obatan berupa antibiotik dan anti-inflamasi, serta dipantau selama 30 menit untuk mengantisipasi perdarahan. Pemantauan lanjutan dilakukan hingga 48 jam pasca tindakan, kemudian diteruskan oleh Puskesmas Jailolo untuk perawatan lanjutan. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dengan menyediakan akses sirkumsisi yang aman dan berkualitas, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan organ genitalia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Nurfajri Istiqomah, Syafira, Dewita Rahmatul Amin, Syauqiyah Shohwatul Islam, et al. "Wujudkan Perlindungan Perempuan Dalam Tradisi Female Circumcision Di Wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat." Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara 5, no. 2 (2024): 2614–20. http://dx.doi.org/10.55338/jpkmn.v5i2.3260.

Full text
Abstract:
Sirkumsisi atau yang biasa disebut Khitan sangat berkaitan dengan agama atau kepercayaan serta faktor budaya. Hal ini dijalankan oleh umat beragama Islam, yang merupakan agama mayoritas di Indonesia. Sirkumsisi pada anak perempuan menjadi permasalahan akibat dasar hukumnya yang telah diperdebatkan oleh para ahli fikih dan didukung data negatifnya oleh pegiat gender. Tujuan dalam penelitian ini untuk mewujudkan perlindungan perempuan dalam tradisi Female Circumcision di wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan metode pra experiment dengan pra dan pre test design. Dengan tujuan untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang sunat perempuan. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa pengambilan keputusan ibu terhadap sirkumsisi pada anak perempuan dipengaruhi oleh pola pikir, kepercayaan, keyakinan, dorongan keluarga dan kebudayaan. Teknik penyelesaian ini adalah dengan melakukan Pendidikan Kesehatan, penyuluhan dan FGD (Forum Group Discussion), diharapkan dengan adanya kegiatan ini mampu merubah atau meluruskan stigma masyarakat mengenai female circumcision. Diharapkan kepada fasilitas Kesehatan atau tenaga Kesehatan lebih meningkatkan promosi Kesehatan tentang dampak atau bahaya dari sunat perempuan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Wahyudian, Helen Yunanta. "Pertanggungjawaban Pada Perawat yang Melakukan Sirkmusisi." Jurist-Diction 3, no. 3 (2020): 1035. http://dx.doi.org/10.20473/jd.v3i3.18636.

Full text
Abstract:
Pelayanan kesehatan sebagai upaya kesehatan pada masyarakat tidak luput dari peran tenaga kesehatan, salah satunya adalah tenaga keperawatan. Seiring dengan berkembangnya zaman masyarakat menuntut agar tenaga keperawatan memiliki kemampuan yang lebih dalam bidang pelayanan kesehatan. Akibatnya terjadi suatu tumpang tindih antara posisi perawat dengan tenaga kesehatan lainnya, seperti dokter. Karena terjadinya tumpang tindih tersebut membuat perawat melakukan tugasnya diluar kewenangannya, salah satunya adalah melakukan tindakan sirkumsisi. Selain itu, perawat juga sangat rawan melakukan kelalaian terhadap pasien karena tindakan yang tidak sesuai dengan tujuan asuhan keperawatan, etik dan disiplin serta standar praktek. Berdasarkan latar belang dapat diambil rumusan masalah mengenai kewenangan perawat dalam melakukan sirkumsisi berdasarkan Undang-undang dan Pertanggungjawaban hukum perawat yang melakukan Sirkumsisi. Untuk mendapatkan jawabannya maka digunakan pendekatan perundang-undangan, konseptual dan studi kasus. Dengan pendekatan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perawat dapat melakukan tindakan medis jika terdapat pelimpahan wewenang dari dokter. pada pertanggungjawaban hukum, perawat dapat dikenai sanksi dalam hukum administrasi, hukum perdata dan hukum pidana.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Dody Ari Wibowo, Junianto Fitrianto, Ahmad Wasis Setiadi, and Hengky Irawan. "EFEKTIFITAS PERAWATAN LUKA METODE MOISTWOUND HEALING DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA POST SIRKUMSISI METODE ELEKTRIK CAUTER DI KLINIK KHITAN SMART INDONESIA LAMANDAU." Jurnal Ilmiah Pamenang 5, no. 2 (2023): 58–66. http://dx.doi.org/10.53599/jip.v5i2.183.

Full text
Abstract:
Abstrak Sterilitas yang kurang baik pada saat sirkumsisi dan higiene pasca sirkumsisi yang tidak terjaga menyebabkan infeksi luka operasi, sehingga membutuhkan perawatan luka post sirkumsisi dengan teknik perawatan luka moist dan konvensional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas perawatan luka metode moist wound healing dan metode konvensional terhadap penyembuhan luka pada post sirkumsisi metode elektrik cauter di Klinik Khitan Smart Indonesia Lamandau. Peneliti ini tergolong Quasi Experimental dengan pedekatan Nonequivalent Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien post sirkumsisi metode elektrik cauter di Klinik Khitan Smart Indonesia Lamandau sebanyak 34 anak post sirkumsisi dengan 17 anak kelompok moist dan 17 anak kelompok konvensional yang dikumpulkan menggunakan teknik acidental sampling. Instrumen penyembuhan luka menggunakan skor Southampton. Analisis data dengan menggunakan uji statistik mann withney test dengan kemaknaan r ≤ 0,05. Hasil penilitian ini menunjukkan data bahwa kelompok post moist wound healing menunjukkan sebagian besar responden mengalami penyembuhan luka dengan komplikasi minor sebanyak 12 responden (70,6%) dan ada penambahan 5 responden yang mengalami luka normal. Sedangkan post konvensional menunjukkan hampir seluruh responden mengalami penyembuhan luka dengan komplikasi minor sebanyak 14 responden (82,4%), namun masih ada 1 responden post perawatan konvensional yang mengalami infeksi luka. Analisa uji beda setelah diberikan perawatan moist wound healing dan konvensional dengan hasil analisis dengan nilai sig (2-tailed) = 0,001, jadi &gt; α, sehingga H1 ditolak dan H0 diterima, artinya tidak ada perbedaan antara penyembuhan luka dengan perawatan moistwound healing dan perawatan konvensional pada post sirkumsisi metode elektrik cauter di Klinik Khitan Smart Indonesia Lamandau . Penyembuhan luka sirkumsisi dengan perawatan moistwound healing dan perawatan konvensional tidak mengalami perbedaan. Meskipun demikian luka sirkumsisi dipengaruhi beberapa faktor perawatan diantaranya kesehatan psikologis, cara/metode khitan, usia dan nutrisi. Perawat diharapkan memberikan informasi dengan mengadakan penyuluhan berkaitan dengan kesiapan psikologis anak sebelum khitan dan motivasi orang tua untuk memberikan nutrisi tinggi protein untuk membentu penyembuhan luka khitan. Kata kunci : Anak Post Luka Sirkumsisi, Moist Wound Healing, Perawatan Luka Konvensional Abstract Poor sterility during circumcision and poor post-circumcision hygiene cause surgical wound infections, requiring post-circumcision wound care with moist and conventional wound care techniques. The purpose of this study was to determine the effectiveness of wound care using the moist wound healing method and conventional methods for post-circumcision wound healing by the electric cautery method at the Smart Indonesia Lamandau Circumcision Clinic. This researcher is classified as Quasi Experimental with the Nonequivalent Control Group Design approach. The population of this study were all post-circumcision patients with the electric cautery method at the Smart Indonesia Lamandau Circumcision Clinic as many as 34 post-circumcision children with 17 children in the moist group and 17 children in the conventional group who were collected using the acidental sampling technique. The wound healing instrument uses the Southampton score. Data analysis used the Mann Withney statistical test with a significance of p ≤ 0.05. The results of this research show that the post moist wound healing group showed that the majority of respondents experienced wound healing with minor complications, as many as 12 respondents (70.6%) and there were an additional 5 respondents who experienced normal wounds. While post conventional showed that almost all respondents experienced wound healing with minor complications as many as 14 respondents (82.4%), but there was still 1 post conventional treatment respondent who experienced wound infection. Different test analysis after being given moist wound healing and conventional treatment with the results of the analysis with a sig value (2-tailed) = 0.001, so p &gt; α, so that H1 is rejected and H0 is accepted, meaning that there is no difference between wound healing with moistwound healing treatment and conventional treatment in post-circumcision electric cautery method at Smart Indonesia Lamandau Circumcision Clinic.Healing of circumcision wounds with moist wound healing treatment and conventional treatment is no different. However, circumcision wounds are influenced by several treatment factors, including psychological health, circumcision methods, age and nutrition. Nurses are expected to provide information by holding counseling regarding the psychological readiness of children before circumcision and the motivation of parents to provide high protein nutrition to help heal circumcision wounds. Keyword: Children Post Wound Circumcision, Moist Wound Healing, Conventional Wound Care
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Sofiati, Sofiati, and Omega Dr Tahun. "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Ibu untuk Melakukan Sirkumsisi Pada Bayi di Kp. Sempu Gedang Kel.Cipare Serang-Banten." MAHESA : Malahayati Health Student Journal 5, no. 2 (2025): 779–89. https://doi.org/10.33024/mahesa.v5i2.16726.

Full text
Abstract:
ABSTRACT Male circumcision is the removal of the foreskin of the penis. The practice of circumcision has existed since ancient times. Circumcision is useful to cleanse the foreskin of impurities as a center for the formation of viruses and bacteria that can cause dangerous diseases. In Indonesia, the most common age is 5-12 years old. The reasons for the urgency of circumcision include religious, social, and medical. This study aims to determine the factors that influence the mother's decision to perform circumcision on infants in Kp. Sempu Gedang Kel.Cipare Serang-Banten in 2024. This study is a quantitative descriptive study with a retrospective approach. Samples were taken using purposive sampling method which amounted to 35 respondents. Bivariate analysis using chi square test. The study showed the influence of family support factors p value = 0.05 and information sources p value = 0.002 on the mother's decision to circumcise the baby. Mothers who do not want to perform circumcision in babies are related to attitudinal, socio-cultural factors and have low education and knowledge. Therefore, the role of health workers is to encourage and provide education about the benefits of medical circumcision without coercion. The role of health workers as educators must run well. Keywords: Circumcision, Decision, Baby, Mother ABSTRAK Sunat pada pria adalah pengangkatan kulup penis. Praktik sunat sudah ada sejak zaman kuno. Sunat bermanfaat untuk membersihkan dari kotoran yang terdapat di kulup sebagai pusat terbentuknya virus-virus dan bakteri-bakteri yang dapat menimbulkan penyakit-penyakit berbahaya.. Di Indonesia, usia yang paling sering adalah 5-12 tahun. Hal-hal yang membuat disegerakannya tindakan sirkumsisi, antara lain agama, sosial, dan medis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan ibu melakukan sirkumsisi pada bayi di Kp. Sempu Gedang Kel.Cipare Serang-Banten tahun 2024. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan retrospektif. Sample diambil menggunakan metode purposive sampling yang berjumlah 35 responde. Analisis bivariat menggunakan uji chi square. Penelitian menunjukan adanya pengaruh faktor dukungan keluarga p value = 0,05 dan sumber informasi p value = 0,002 terhadap keputusan ibu untuk melakukan sirkumsisi pada bayi. Ibu yang tidak mau melakukan sirkumsisi pada bayi berkaitan dengan faktor sikap, sosial budaya serta memiliki pendidikan dan pengetahuan yang rendah. Oleh karena itu peran tenaga kesehatan untuk mendorong dan memberikan edukasi tentang manfaat sirkumsisi secara medis dengan tanpa adanya paksaan. Tenaga kesehatan sebagai peran educator memang harus berjalan dengan baik. Kata Kunci: Sirkumsisi, Keputusan, Bayi, Ibu
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Prasetyo, Bondan. "Asupan Seng dan Penyembuhan Luka Sirkumsisi." JNH (JOURNAL OF NUTRITION AND HEALTH) 6, no. 2 (2018): 93. http://dx.doi.org/10.14710/jnh.6.2.2018.93-98.

Full text
Abstract:
Seng merupakan salah satu mikronutrien yang penting bagi tubuh. Salah satu fungsi seng adalah mempercepat penyembuhan luka. Dari literatur, diketahui prevalensi defisiensi seng pada anak di Indonesia cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena pola makan anak di Indonesia yang belum cukup mengandung seng sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan seng dalam tubuh. Sirkumsisi merupakan salah satu tindakan bedah menimbulkan luka yang cukup menganggu akivitas bahkan berisiko menimbulkan infeksi zat gizi termasuk seng. Penyembuhan luka sirkumsisi yang cepat dan tidak menimbulkan komplikasi infeksi sangat dibutuhkan supaya anak dapat segera kembali beraktivitas normal.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Wahyuningrum, Ari Damayanti. "PERBANDINGAN METODE SIRKUMSISI MODERN (KLAMP DAN LEM) TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA PASCA SIRKUMSISI PADA ANAK." Jurnal Ilmiah Kesehatan Media Husada 9, no. 2 (2020): 82–87. http://dx.doi.org/10.33475/jikmh.v9i2.236.

Full text
Abstract:
Circumcision is a minor surgical procedure permormed as a modification of part the body by making an incision in the prepurtium of a part of the body by making incision in the prepurtium. The prepurtium that has not been circumcised has bacterial colonies which are risk factor for urinary tract infections. The insidence rate of urinary tract infections in Indonesia in infants who have not been circumcised under 1 year is 35% and children over 1 year are 22% of 200 children. The tecnology that eveloved in circumcision from the conventional methode of suture has shifted to the modern method of seamless circumcision. This study aims to compare the clamp and glue methods to the wound healing process after circumcision in chlidren. The research method was cohort with comparative statistical analysis of Pvalue 0.000&lt;0.05 so there is a significant difference between the result of the klamp method ang glue in the healing process. Where the wound healing process in the glue method is much faster than the klamp method because it is more optimal in the hemostasis and inflammation phase because there are no foreign object namely the klamp.&#x0D; &#x0D; Keywords: Modern circumcision, Klamp, Glue, Wound Healing.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Siringo-ringo, Boy Rizky Anriano, Siska Anggreni Lubis, Hardy Hasibuan, John Frans Sitepu, and Tifanni Tantina Lubis. "HUBUNGAN PERAWATAN LUKA DAN KEPATUHAN MINUM OBAT UNTUK PENYEMBUHAN SIRKUMSISI DI KLINIK AINUN MAREZA PERCUT." Jurnal Kedokteran STM (Sains dan Teknologi Medik) 7, no. 2 (2024): 82–89. http://dx.doi.org/10.30743/stm.v7i2.623.

Full text
Abstract:
Sirkumsisi merupakan operasi pengangkatan preputium pada penis. Penyembuhan luka merupakan proses alami tubuh dalam memperbaiki atau mengembalikan integritas jaringan yang rusak atau terluka. Penyembuhan luka dapat dipengaruhi oleh obat dan kebersihan diri karena dapat meminimalkan risiko infeksi atau mengurangi peradangan sehingga penyembuhan lebih cepat terjadi. Tujuan pada penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara perawatan luka dan kepatuhan meminum obat dengan lama penyembuhan luka post sirkumsisi metode konvensional di Klinik Ainun Mareza Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional dengan pengambilan data menggunakan data primer berupa kuesioner untuk mengukur perawatan luka dan kepatuhan meminum obat, sedangkan lama penyembuhan luka sirkumsisi diukur dengan cara observasi. Teknik pengambilan sampel merupakan purposive sampling dan didapatkan sebanyak 38 responden di Klinik Ainun Mareza. Hasil uji gamma terhadap kepatuhan meminum obat-obatan dengan lama penyembuhan luka diperoleh nilai signifikansi p=0,00. yang artinya lebih kecil dari = 0,05. Hasil uji gamma terhadap perawatan luka dengan lama penyembuhan luka diperoleh nilai signifikansi (p) = 0,001 yang artinya lebih kecil dari = 0,05. Terdapat hubungan antara perawatan luka dan kepatuhan meminum obat dengan lama penyembuhan luka di Klinik Ainun Mareza.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Hadiyanto, Sherly Vanessa Putri, Amirah Zatil Izzah, and Siti Nurhajjah. "Hubungan Faktor Risiko dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih pada Anak di RSUP Dr. M. Djamil Padang." Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia 4, no. 2 (2023): 115–23. http://dx.doi.org/10.25077/jikesi.v4i2.1059.

Full text
Abstract:
Latar Belakang: Penyakit infeksi saluran kemih pada anak masih menjadi masalah kesehatan karena tingginya angka kesakitan dan kematian pada anak di negara berkembang, termasuk Indonesia. Penyakit ini menempati urutan kedua penyakit infeksi tersering pada anak setelah infeksi saluran nafas atas. Kejadian ISK dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor risiko, seperti sirkumsisi, konstipasi kronis, status gizi, dan cara membersihkan genitalia.&#x0D; Objektif: Mengetahui hubungan faktor risiko dengan kejadian ISK pada anak di RSUP Dr. M. Djamil Padang.&#x0D; Metode: Jenis penelitian ini adalah analitik dengan rancangan penelitian case control. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 120 orang, yang terdiri dari 60 orang pasien anak dengan infeksi saluran kemih pada kelompok kasus dan 60 orang pasien anak tanpa infeksi saluran kemih pada kelompok kontrol di RSUP Dr. M. Djamil Padang periode Januari 2018 – Desember 2021. Analisis data dilakukan dengan menggunakan chi square.&#x0D; Hasil: Hasil penelitian didapatkan karakteristik pasien infeksi saluran kemih pada anak yang terbanyak yaitu usia &lt;1 tahun (43,3%), laki-laki (51,7%), belum sirkumsisi (77,4%), tidak ada konstipasi kronis (63,3%), gizi kurang (53,3%), dan cara membersihkan genitalia dari arah depan ke belakang (62,1%). Secara statistik ditemukan hubungan yang bermakna antara konstipasi kronis (p=0,006), status gizi (p=0,005) dengan kejadian infeksi saluran kemih pada anak, sedangkan sirkumsisi (p=0,569), cara membersihkan genitalia (p=0,395) tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian infeksi saluran kemih pada anak.&#x0D; Kesimpulan: Konstipasi kronis dan status gizi merupakan faktor risiko kejadian infeksi saluran kemih pada anak sedangkan sirkumsisi dan cara membersihkan genitalia tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian infeksi saluran kemih pada anak.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Zuhan, Arif, Bambang Priyanto, Rohadi Rohadi, et al. "SIRKUSMSI ANAK YATIM DAN DHUAFA DAERAH PESISIR LOMBOK BARAT." Jurnal Pepadu 4, no. 4 (2023): 580–83. http://dx.doi.org/10.29303/pepadu.v4i4.3755.

Full text
Abstract:
Pendahuluan: Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.499 Pulau sepanjang nusantara. Anak-anak yatim dan dhuafa merupakan salah satu sarana dosen untuk melaksanakan tridharma dalam bentuk kepedulian pelayanan kesehatan melalui sirkumsisi. Pelayanan kesehatan pada anak daerah pesisir dapat meningkatkan derajat kesehatan. Metode Kegiatan: dilakukan pelayanan kesehatan berupa khitanan massal pada yatim dan dhuafa pada 2 tempat yaitu Pondok Pesantren Subulassalam, Sekotong dan Masjid Baitutrrahman Kekalik, Mataram. Hasil: 20 Anak yatim dan dhuafa ikut serta dalam kegiatan. Teknik khitan yang digunakan adalah metode dorsumsisi dan dorsumsisi modifikasi. Kesimpulan: sirkumsisi bermanfaat untuk anak yatim daerah pesisir.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Susanto, Adi Dwi, Muhammad Syukur Nasution, and Nurry Ayuningtyas Kusumastuti. "Pengaruh Hipnoterapi Terhadap Tingkat Kecemasan Pra Sirkumsisi pada Anak Laki-Laki Usia 8-12 Tahun di Rumah Sunat Modern Tangerang." Malahayati Nursing Journal 5, no. 10 (2023): 3577–87. http://dx.doi.org/10.33024/mnj.v5i10.9457.

Full text
Abstract:
ABSTRACT Circumcision is the act of removing the prepusium (foreskin), namely the skin covering the glans penis, for religious or health purposes. The effect of hypnotherapy on the level of pre-circumcision anxiety in children aged 8-12 years at the Tangerang Modern Circumcision Hospital in 2023. Hypnotherapy by providing positive suggestions is expected to be able to reduce anxiety in pre-circumcision children, because hypnotherapy can provide suggestions in influencing nature aware of someone to increase motivation. This study used a quasi-experimental research method with the One Group Pretest – Posttest design. This research was conducted at the Tangerang Modern Circumcision House, while the research was carried out on January 3 2023 – January 17 2023. The population in this study was 50 people who were obtained during October-December 2022. Respondents in this study were 20 people. The study sample was all circumcision patients who met the study inclusion criteria within a certain period of time according to the researchers' determination. The sampling technique used in this study is a non-probability sampling technique with an accidental sampling approach which is limited to 2 weeks. Based on Independent T-test results obtained a P Value &lt;0.005 of 0.000. There is an effect of treatment before and after hypnotherapy. which means there is a significant difference in anxiety in pre-circumcision patients before being given hypnotherapy and after being given hypnotherapy. From the results of the above study it can be concluded that there is a significant effect of hypnotherapy on the level of pre-circumcision anxiety in boys aged 8-12 years at the modern circumcision house in Tangerang Keywords: Hypnotherapy, Anxiety, Circumcision ABSTRAK Sirkumsisi merupakan tindakan pembuangan prepusium (foreskin), yaitu kulit yang menutupi glens penis, untuk tujuan religius ataupun kesehatan. Mengetahui pengaruh hipnoterapi terhadap tingkat kecemasan pra sirkumsisi pada anak usia 8 - 12 tahun di Rumah Sunat Modern Tangerang. Hipnoterapi dengan memberikan sugesti positif diharapkan mampu menurunkan kecemasan pada anak pra sirkumsisi, Karena hipnoterapi dapat memberikan sugesti-sugesti dalam mempengaruhi alam bawah sadar seseorang untuk meningkatkan motivasi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian quasi experiment dengan rancangan One Group Pretest – Posttest. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sunat Modern Tangerang, sedangkan pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 03 Januari 2023 – 17 Januari 2023. Populasi dalam penelitian ini sebanayak 50 orang yang didapatkan selama bulan Oktober-Desember 2022. Responden dalam penelitian ini 20 orang. Sampel penelitian semua pasien sirkumsisi yang memenuhi kriteria inklusi penelitian dalam kurun waktu tertentu sesuai penentuan peneliti. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non probability sampling dengan pendekatan accidental sampling yang dibatasi selama 2 minggu. P Berdasarkan uji hasil Uji Independent T-test didapatkan nilai P Value &lt; 0,005 sebesar 0,000. Adanya pengaruh perlakuan sebelum dan sesudah dilakukan hipnoterapi. yang berarti terdapat perbedaan kecemasan yang bermakna pada pasien pra sirkumsisi sebelum diberikan hipnoterapi dengan sesudah diberikan hipnoterapi. Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan hipnoterapi terhadap tingkat kecemasan pra sirkumsisi pada anak laki laki usia 8-12 tahun di rumah sunat modern tangerang. Kata Kunci: Hipnoterapi, Kecemasan, Sirkumsisi
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Mappaware, Nasrudin Andi, Syamsu Rijal, M. Akil, et al. "Bakti Sosial di Lembang Marinding dan Kelurahan Lemo, Kecamatan Mengkendek, Tana Toraja." Jurnal Pengabdian Kedokteran Indonesia 1, no. 1 (2020): 7–11. http://dx.doi.org/10.33096/jpki.v1i1.99.

Full text
Abstract:
Bakti sosial memberikan perubahan dalam peningkatan penyediaan layanan kesehatan dan kualitas kesehatan pada lingkungan masyarakat. Pendekatan ini sangat baik untuk mampu membangun keterampilan dan empati untuk saling membantu di masyarakat. Kegiatan ini merupakan kegiatan sosial untuk memberikan pelayanan kesehatan masyarakat melalui sirkumsisi, pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan kandungan USG, dan promosi kesehatan juga meningkatkan clinical skill dari anggota AMSA UMI khususnya preklinik dalam kelakukan sirkumsisi. Waktu pelaksanaan tanggal 12 bulan September 2019 di di Desa Binaan UMI, Lembang Marinding dan Kelurahan Lemo, Kecamatan Mengkendek, Tana Toraja. Metode yang digunakan pada pelatihan ini merupakan pelatihan partisipatif, yakni anggota AMSA-UMI ikut aktif dalam kegiatan pengabdian sosial. Jenis kegiatannya ialah sirkumsisi(sunatan) terdiri dari 36 orang peserta, rata-rata umur 12 tahun; pemeriksaan kesehatan umum terdiri 164 orang peserta, rata-rata umur 54 tahun; pemeriksaan kandungan USG terdiri dari 23 orang peserta, umur rata-rata 45 tahun; dan promosi kesehatan untuk masyarakat desa binaan terdiri dari 100 orang peserta. Kegiatan bakti sosial ini sebagai penentu sosial kesehatan masyarakat dan juga dapat menjadi wadah bagi mahasiswa untuk dapat berinteraksi secara langsung dengan masyarakat sehingga dapat merealisasikan langsung ilmu yang telah didapatkan dalam perkuliahan ke masyarakat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Triasta, Triasta, Djatnika Setiabudi, and Dedi Rachmadi. "Faktor Risiko Kecurigaan Infeksi Saluran Kemih pada Anak Laki-Laki Usia Sekolah Dasar." Sari Pediatri 18, no. 2 (2016): 137. http://dx.doi.org/10.14238/sp18.2.2016.137-41.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Faktor risiko infeksi saluran kemih (ISK) di antaranya usia, gizi buruk, kebersihan diri, dan pada anak laki-laki belum sirkumsisi. Parameter analisis urin adalah leukosituria, leukosit esterase, dan uji nitrit dapat digunakan untuk kecurigaan ISK.Tujuan. Mengetahui faktor risiko kecurigaan ISK pada anak laki-laki usia sekolah dasar(SD).Metode. Penelitian potong lintang, dilaksanakan bulan Mei 2016 di SDN 4 Sejahtera Bandung. Subjek memenuhi kriteria inklusi (tidak minum antibiotik selama 2 hari terakhir dan tidak ada kelainan genitalia eksternal) dilakukan pencatatan data meliputi usia, status gizi, higiene, dan status sirkumsisi, dilanjutkan pemeriksaan leukosit, leukosit esterase, serta uji nitrit urin. Analisis statistik dilakukan 2 tahap, pertama dengan uji bivariat yang kemaknaannya pada p&lt;0,25 dilanjutkan uji multivariat. Kemaknaan uji ditetapkan pada nilai p&lt;0,05.Hasil. Diperoleh 120 subjek dengan kecurigaan ISK 7 (5,8%) anak. Pada uji bivariat, usia, dan status sirkumsisi dihubungkan dengan kecurigaan ISK mempunyai nilai p=0,940 dan p=0,340. Status gizi dan higiene mempunyai nilai p=0,176 dan p=0,029 sehingga dilanjutkan dengan uji regresi logistik menghasilkan nilai p=0,045 dan p=0,049.Kesimpulan. Status gizi dan higiene merupakan faktor risiko kecurigaan ISK pada anak laki-laki SD.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Sari, Rita Puspa, Ruminem Ruminem, Bahtiar Bahtiar, et al. "Edukasi Pencegahan Infeksi Saluran Kemih (Sirkumsisi) Pada Orang Tua Dan Anak Usia Sekolah Jamaah Masjid Darussalam Bengkuring Kota Samarinda." JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM) 5, no. 2 (2022): 565–70. http://dx.doi.org/10.33024/jkpm.v5i2.4729.

Full text
Abstract:
ABSTRAK Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan pemberian edukasi berupa penyuluhan tentang Pencegahan Infeksi Saluran Kemih pada orang tua dan anak-anak yang dilakukan sirkumsisi adalah bentuk perhatian petugas Kesehatan dalam melakukan pencegahan masalah Kesehatan yang mungkin timbul di kelompok masyarakat. Edukasi yang diberikan kepada orang tua dan anak yang dilakukan sirkumsisi diharapkan mampu mencegah infeksi saluran kemih dengan dilakukan sirkumsisi dan cara perawatan dirumah pasca tindakan sirkumsisi serta menambah pengetahuan tentang penyakit infeksi yang dapat terjadi pada anak-anak. Tujuan dilakukannya kegiatan ini adalah untuk memberikan pengetahuan tentang pencegahan infeksi saluran kemih serta perawatan pasca sircumsisi yang dibutuhkan oleh orang tua dan anak yang dilakukan sirkumsisi. Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 23 Juni 2021 di Ruang Minihospital Laboratorium Keperawatan Prodi D3 Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman, dengan sebanyak 30 orang tua dan 15 anak. Kegiatan edukasi yang dilakukan berupa penyampaian materi tentang pencegahan infeksi saluran kemih dan perawatan pasca sircumsisi dirumah. Kegiatan ini membawa dampak yang positif dilingkungan kelompok masyarakat yaitu dengan bertambahnya pengetahuan orang tua dan anak yang ditunjukkan dengan mereka mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh pemateri serta atas permintaan pengurus masjid agar dapat dilaksanakan juga edukasi untuk remaja masjid, melihat antusiasme seperti ini perlu kiranya diberikan edukasi dengan materi lainnya yang memang sangat diperlukan dalam meningkatkan Kesehatan keluarga dan masyarakat. Kata Kunci: Edukasi, Infeksi saluran kemih, Sirkumsisi ABSTRACTCommunity service activities by providing education in the form of counseling about the prevention of Urinary Tract Infections for parents and children who have circumcision are a form of concern for health workers in preventing health problems that may arise in community groups. The education given to parents and children who underwent circumcision is expected to be able to prevent urinary tract infections by doing circumcision and how to take care at home after circumcision and increase knowledge about infectious diseases that can occur in children. The purpose of this activity is to provide knowledge about the prevention of urinary tract infections and post-circumcision care needed by parents and children undergoing circumcision. This activity was carried out on June 23 2021 in the Minihospital Room of the Nursing Laboratory of the D3 Nursing Study Program, Faculty of Medicine, Mulawarman University, with as many as 30 parents and 15 children. Educational activities were carried out in the form of delivering materials on the prevention of urinary tract infections and post-circumcision care at home. This activity has a positive impact on the community group, namely by increasing the knowledge of parents and children which is shown by their being able to answer the questions posed by the presenters and at the request of the mosque management so that education can also be carried out for mosque youth, seeing enthusiasm like this is necessary. given education with other materials that are needed in improving the health of families and communities. Keywords: Education, Urinary tract infection, Circumcision
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Reski, Sisilia Sri, Ignasia Yunita Sari, Priyani Haryanti, and Indah Prawesti. "Permainan Puzzle Menggunakan Media Gadged Menurunkan Kecemasan Anak Yang Akan Sirkumsisi." Health Information : Jurnal Penelitian 13, no. 2 (2021): 97–104. http://dx.doi.org/10.36990/hijp.v13i2.303.

Full text
Abstract:
Kecemasan yang dialami oleh anak yang akan disirkumsisi merupakan suatu respon antisipasi terhadap pengalaman baru yang dianggap sebagai ancaman dalam dirinya. Diperlukan strategi untuk mengurang kecemasan dan dampak trauma terhadap kecemasan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh permainan puzzle menggunakan gadget terhadap tingkat kecemasan anak yang akan sirkumsisi di Rumah Sunat Jogja RH Medika Yogyakarta. Metode yang digunakan adalah pre eksperiment one group pretest-posttest group design. Teknik sampling yang digunakan adalah quota sampling sebanyak 30. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon. Hasil penelitian Tingkat kecemasan sebelum permainan puzzle menggunakan gadget sebagian besar responden dalam kategori sedang (76.7%) dan sesudah dalam kategori ringan (66.7%). Hasil uji wilcoxon didapatkan hasil p value sebesar 0.000 (P value &lt; 0,05) yang berarti ada pengaruh permainan puzzle menggunakan gadget terhadap tingkat kecemasan anak yang akan sirkumsisi di Rumah Sunat Jogja RH Medika Yogyakarta.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Elan, Saelan. "Penelitian PENGARUH METODE SUNATLEM N- BUTYL CYANOACRILATE DAN KLAMP TERHADAP BLEEDING DAN PROSES PENYEMBUHAN LUKA DI SURAKARTA." Jurnal Keperawatan 'Aisyiyah 9, no. 1 (2022): 83–87. http://dx.doi.org/10.33867/jka.v9i1.326.

Full text
Abstract:
Sirkumsisi atau khitan merupakan salah satu tindakan memotong sebagian preputium yang menutupi gland penis dengan alasan indikasi medis atau agama. Prepurtium yang belum dilakukan sirkumsisi terdapat koloni bakteri yang menjadi salah satu faktor resiko infeksi saluran kemih. Angka kejadian infeksi saluran kemih di Indonesia pada bayi laki-laki yang belum dikhitan di bawah 1 tahun sebanyak 35% dan anak diatas 1 tahun sebanyak 22% dari 200 anak. Kemajuan teknologi modern menjadi pilihan masyarakat dalam menentukan jenis khitan. Penelitian Ini Bertujuan Membandingkan Antara Sunatlem N- Butyl Cyanoacrilate Dan Klamp Terhadap Bleeding Dan Proses Penyembuhan Luka Di Surakarta. Metode Penelitian metode study Kohort Dengan Analisis Statistik Komparatif Dengan Uji Independen T-Test. Hasil penelitian ini adalahPengaruh Khitan Dengan Metode Sunatlem N- Butyl Cyanoacrilate Terhadap Bleeding Dan Proses Penyembuhan Luka Di Surakarta yaitu terhadap bleeding berpengaruh sebesar 0.551 dan terhadap penyembuhan luka sebesar 0.151&#x0D; &#x0D; Kata kunci: Sunatlem, Klam, Bleeding, Penyembuhan luka
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Budi Deskianditya, Resa, Anis Kusumawati, Yuhantoro Budi Handoyo Sakti, Naura Faisa Adiyanti, and Sabrina Diva Wulandari. "Komplikasi Nyeri dan Perdarahan Pasca Sirkumsisi Metode Klem." Jurnal Kesehatan Islam : Islamic Health Journal 10, no. 2 (2021): 77. http://dx.doi.org/10.33474/jki.v10i2.13828.

Full text
Abstract:
Abstract: Circumcision is a minor surgery procedure that provides several benefits and is closely related to religious life. Currently there are various methods in the action of circumcision. The incindence of complication related to circumcision is low, but various variations of methods can affect complications. The aim of this study is to present data on the incidence of pain and bleeding complication post clam method circumcision, as well as the factors associatd with both complications. This study is an observa­tional analytic study with a cross-sectional method, with the research subject is medical record data at Klinik Rumah Sunatan Purwokerto for the period January 2017 – August 2020 which meets the inclusion criteria and excluded from exclusion criteria. Data were collected and performed bivariate analysis of independent variables to complications of pain and bleeding using the Spearmen method for numerical variables and Chi square for nominal and ordinal variables, and follow up with the backward logisitic regression test. There were 153 medical record data met the criteria, with 47.7 % pain complication and 38.6 % bleeding compllication. Multivariate test showed a significant relationship between aged and pain (p = 0.039; B = -0.155) and bleeding complication (p = 0.003; B = -0.202), glans adhesions with pain (p = 0.007; B = 1.295) dan bleeding complication (p = 0.005; B = 1.346), and narrow prepucium and pain (p = 0.002; B = 1.294) and bleeding complication (p = 0.003; B = 1.200). The conclusion of this study is the frequency of pain and bleeding complication were 47,7 % and 38,6 % respectively, and there was a significat relationship between age, glans adhesions, and narrow prepucium with pain and bleeding compli­cations.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Imam, Fathul Rizky Syamsu. "SIRKUMSISI GRATIS DI LINGKUNGAN KELURAHAN TAKOMA KOTA TERNATE." Jurnal PengaMAS 5, no. 3 (2023): 221–25. http://dx.doi.org/10.33387/pengamas.v5i3.2642.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Estiyana, Ermas, and Nirma Yunita. "PEMBERIAN FORMULIR REKAM MEDIS DIBAGIAN PENDAFTARAN PADA KEGIATAN KHITANAN MASAL AL-KHITAN MADINAH BANJARMASIN." Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat (Ji-SOMBA) 3, no. 1 (2023): 34–38. http://dx.doi.org/10.52943/ji-somba.v3i1.1274.

Full text
Abstract:
Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan yang telah diberikan kepada pasien. Sedangkan formulir rekam medis adalah formulir rekam medis sebagai alat pengumpulan data pasien yang di butuhkan harus di desain secara efektif dan efesien Khitan atau sirkumsisi (Inggris: circumcision) merupakan tind akan memotong atau menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan dari penis. Frenulum dari penis dapat juga dipotong secara bersamaan dalam prosedur yang dinamakan frenektomi. Kata sirkumsisi berasal dari bahasa Latin circum (berarti "memutar") dan caedere (berarti "memotong"). Massal merupakan mengikutsertakan atau melibatkan orang banyak dalam suatu kegiatan seperti nikah, khitanan dan sebagainya. Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk menginformasikan pentingnya Informed Consent. Pengabdian masyarakat dilaksanakan di Al-Khitan Madinah Banjarmasin, dengan sasaran Petugas Kesehatan Al-Khitan Madinah Banjarmasin. Diskusi terarah selama 30 menit. Pemberian formulir rekam medis dibagian pendaftaran di Al-Khitan Madinah Banjarmasin sangat diperlukan karena dapat memberi / mengumpulkan segala informasi pasien terkait pelayanan yang diberikan sehingga dapat digunakan untuk berbagai kepentingan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Yunita, Nirma, and Ermas Estiyana. "PEMBERIAN INFORMED CONSENT KHITANAN MASAL AL KHITAN MADINAH BANJARMASIN." Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat (Ji-SOMBA) 4, no. 1 (2024): 32–37. https://doi.org/10.52943/ji-somba.v4i1.1684.

Full text
Abstract:
Informed Consent adalah suatu proses yang menunjukkan komunikasi yang efektif antara dokter dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa yang akan dilakukan dan apa yang tidak akan dilakukan terhadap pasien. Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan yang telah diberikan kepada pasien. Khitan atau sirkumsisi (Inggris: circumcision) merupakan tindakan memotong atau menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan dari penis. Frenulum dari penis dapat juga dipotong secara bersamaan dalam prosedur yang dinamakan frenektomi. Kata sirkumsisi berasal dari bahasa Latin circum (berarti "memutar") dan caedere (berarti "memotong"). Massal merupakan mengikutsertakan atau melibatkan orang banyak dalam suatu kegiatan sepertinikah, khitanan dan sebagainya. Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk menginformasikan pentingnya Informed Consent. Pengabdian masyarakat dilaksanakan di Al-Khitan Madinah Banjarmasin, dengan sasaran Petugas Kesehatan Al-Khitan Madinah Banjarmasin. Diskusi terarah selama 30 menit. Pemberian Informed Consent di Al-Khitan Madinah Banjarmasin sangat diperlukan karena dapat memberi perlindungan pasien terhadap tindakan petugas kesehatan Al- Khitan Madinah Banjarmasin yang tidak sebenarnya tidak diperlukan dan memberi perlindungan hukum kepada petugas kesehatan Al- Khitan Madinah Banjarmasin terhadap suatu kegagalan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Mursyida, Eliya. "SIRKUMSISI PADA ANAK DI KELURAHAN AGROWISATA KECAMATAN RUMBAI PEKANBARU." Jurnal Pengabdian Masyarakat Multidisiplin 3, no. 1 (2019): 36–41. http://dx.doi.org/10.36341/jpm.v3i1.982.

Full text
Abstract:
Circumcision is a medical action that is beneficial to the interests of religion and health. One of the factors that causes parents not to encourage their children to do circumcision is economic problems. The results of this activity took the form of circumcision of orphans and the underprivileged by 17 children. The number of participants circulated by 17 children came from various RWs located in the Agrowisata Village. There were 7 respondents aged 11 years, 5 respondents aged 9 years, 3 respondents were 10 years old, and 1 respondent was 8 years old. No abnormalities of the penis were found during history taking and physical examination.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Sapada, Edy, Wita Asmalinda, and Intan Wahyuni. "Program Kemitraan Masyarakat(PKM): Sirkumsisi Massal dengan Rumah Sunat." Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (ABDIKEMAS) 6, no. 2 (2024): 68–72. https://doi.org/10.36086/j.abdikemas.v6i2.2563.

Full text
Abstract:
Circumcision is a minor surgical procedure with the main action of cutting (incising) some parts of the skin covering the male genitalia. The type of community service implemented is the Community Partnership Program (PKM), providing direct services to the community through mass circumcision activities. This community service activity was carried out for 2 days which were used for preparation in the form of processing community service permits, preparing places, facilities, and training tools, as well as consumption and lunch for participants and organizers of the circumcision activity. Of the 20 participants, all were circumcised well and smoothly. The evaluation was conducted check control to the Ibnu Sina Circumcision House for a check-up. It can be concluded that this mass circumcision activity is very useful and the less fortunate surrounding community feels its benefits.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Primadewi, Kadek, Siti Zakiah, and Adi Cahya Dewi. "PERSONAL HYGIENE POST SIRKUMSISI PADA ORANG TUA ANAK PRASEKOLAH." Jurnal Bakti untuk Negeri 2, no. 2 (2022): 134–39. http://dx.doi.org/10.36387/jbn.v2i2.1122.

Full text
Abstract:
Circumcision in Indonesian is known as circumcision or chopsticks which is the guidance of Islamic law for men and women. This study was conducted to determine the knowledge of parents about personal hygiene post circumcision in preschool children. The method used in this research is descriptive analytic. The results obtained based on 52 parents who filled out the questionnaire showed that as many as 42 people had good educational outcomes (80.8%) and as many as 10 people (19.2%) had poor educational outcomes. The conclusion in this study is that parents of preschool children who do circumcision really need to get education about personal hygiene that arises after circumcision is an action to prevent infection and other things that are not expected.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Primadewi, Kadek, Siti Zakiah, and Adi Cahya Dewi. "PERSONAL HYGIENE POST SIRKUMSISI PADA ORANG TUA ANAK PRASEKOLAH." Jurnal Bakti untuk Negeri 2, no. 2 (2022): 133–39. http://dx.doi.org/10.36387/jbn.v2i2.1290.

Full text
Abstract:
Circumcision in Indonesian is known as circumcision or chopsticks which is the guidance of Islamic law for men and women. This study was conducted to determine the knowledge of parents about personal hygiene post circumcision in preschool children. The method used in this research is descriptive analytic. The results obtained based on 52 parents who filled out the questionnaire showed that as many as 42 people had good educational outcomes (80.8%) and as many as 10 people (19.2%) had poor educational outcomes. The conclusion in this study is that parents of preschool children who do circumcision really need to get education about personal hygiene that arises after circumcision is an action to prevent infection and other things that are not expected.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Duarsa, Gede Wirya Diptanala Putra, Pande Made Wisnu Tirtayasa, I. B. Putra Pramana, and Gede Wirya Kusuma Duarsa. "Rekonstruksi Penis pada Entrapped Penis setelah Perbaikan Hipospadia: Laporan Dua Kasus." JBN (Jurnal Bedah Nasional) 4, no. 2 (2020): 55. http://dx.doi.org/10.24843/jbn.2020.v04.i02.p03.

Full text
Abstract:
Latar belakang: Entrapped penis adalah bentuk concealed penis yang didapat, disebabkan oleh jaringan sikatrik tebal yang terdapat pada penis. Jaringan sikatrik tersebut dapat disebabkan oleh sirkumsisi, operasi hipospadia atau trauma. Kasus: Kami melaporkan dua kasus entrapped penis yang muncul setelah operasi rekonstruksi pada hipospadia. Kasus pertama adalah laki-laki 13 tahun dan kasus kedua adalah anak laki-laki berusia 8 tahun, kedua pasien datang dengan keluhan entrapped penis. Kedua pasien lahir dengan kelainan hipospadia dan sudah menjalani beberapa kali operasi rekonstruksi untuk keluhan hipospadia yang dialami. Setelah operasi, kedua pasien mengeluhkan kondisi entrapped penis. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kondisi entrapped penis, dengan ukuran penis yang normal saat diretraksi. Tidak terdapat keluhan kesulitan miksi, nyeri saat miksi maupun nyeri suprapubik. Pada pasien dilakukan operasi rekonstruksi untuk membebaskan jaringan ikat pada penis dan skin flap. Pada pasien dilakukan pemasangan kateter foley 12 Fr dan pembebatan penis selama 5 hari. Pasien juga diberikan antibiotika dan analgesik. Kedua pasien dipulangkan tanpa komplikasi. Simpulan: Entrapped penis merupakan suatu komplikasi yang sering terjadi pada operasi rekonstruksi hipospadia maupun sirkumsisi. Penanganan rekonstruksi terdiri dari pembebasan jaringan ikat pada penis, skin flap dan operasi lain yang diperlukan sesuai kondisi pasien.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Hamsah, H., Arni Isnaini Arfah, Nasrudin AM, Ida Royani, Syamsu Rijal, and Sri Vitayani. "Kegiatan Pengabdian Penyuluhan Kesehatan, Pemeriksaan dan Pengobatan, Screening Kulit dan Sirkumsisi." Jurnal Pengabdian Kedokteran Indonesia 2, no. 2 (2021): 79–84. http://dx.doi.org/10.33096/jpki.v2i2.154.

Full text
Abstract:
Kegiatan yang berorientasi kepada masyarakat merupakan merupakan salah satu tridarma perguruan dibidang pengabdian. Dukungan dari berbagai pihak yang mengajak kerjasama dengan Fakultas Kedokteran UMI untuk mengadakan kegiatan bakti sosial dalam rangka Milad UMI ke 67 tahun dan Milad Fakultas Kedokteran ke 29 tahun. Bukan hanya organisasi kesehatan saja yang dapat mengadakan kegiatan posko kesehatan, namun adanya kerjasama dengan pihak-pihak luar dari kesehatan mampu dijadikan contoh yang baik dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, kami dari Fakultas Kedokteran UMI bekerjasama dengan Panitia Lokal (ISBA) Pesantren DDI Mangkoso&#x0D; Kegiatan ini diagendakan pada tanggal 20 Juni 2021yang bertempatkan di Pesantren DDI Mangkoso, Barru, Sulawesi Selatan. Pelaksanaan kegiatan Penyuluhan Kesehatan dengan judul Penyakit Kulit di Asrama, PHBS dan Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) untuk masyarakat awam, dan Screening penyakit kulit, serta sirkumsisi dengan jumlah total peserta penyuluhan seluruh santri dan santriwati Pesantren DDI Mangkoso, pemeriksaan dan pengobatan sekitar 215 orang (146 santri dan 69 santriwati) dan peserta sirkumsisi ada 11 orang.&#x0D; Untuk kegiatan penyuluhan dihadiri Pembina pesantren dan para antri/santriwati Pesantren DDI Mangkoso. Tema penyuluhan membahas tentang Bantuan Hidup Dasar, penyakit kulit dan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat, sesuai kondisi yang sering dialami di kalangan pesantren.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Kusuma Dewi, Putu Dian Prima, Putu Sukma Megaputri, and I. Wayan Sujana. "PRO KONTRA SUNAT PEREMPUAN DI INDONESIA : SEBUAH ANALISIS WACANA." VIDYA SAMHITA : Jurnal Penelitian Agama 7, no. 1 (2021): 76. http://dx.doi.org/10.25078/vs.v7i1.670.

Full text
Abstract:
&lt;p&gt;Sunat kaum perempuan di Indonesia dilakukan umumnya didasari oleh adanya tradisi masyarakat yang diwariskan secara turun-temurun. Literature review ini dilakukan dengan mengumpulkan beberapa artikel ilmiah terkait sunat perempuan. Literature ini bertujaun untuk menambah wawasan dan kajian terkait pro dan kontra sunat perempuan di Indonesia. Sunat perempuan sendiri di Indonesia diatur dalam Permenkes nomor 1636/Menkes/Per/XI/2010 yang awalnya bertujuan untuk menjamin keamanan dan perlindungan sistem reproduksi perempuan karena faktanya di Indonesia masih banyak praktek sunat perempuan dilakukan oleh dukun bayi dan secara rahasia. Namun hal ini justru mengindikasikan untuk melegalkan tindakan sirkumsisi pada perempuan yang jelas-jelas belum ada evaluasi yang menunjukkan bahwa sirkumsisi itu bermnafaat bagi kesehatan reproduksi perempuan. Berbagai reaksi muncul di masyarakat sehingga Permenkes tentang sunat perempuan ini dicabut pada tahun 2013. Jadi sunat perempuan itu merupakan sebuah tradisi yang bergeser kearah tindakan medikalisasi yang bermanfaat bagi kaum laki-laki namun merugikan bagi kaum perenpuan. Secara medis khitan perempuan belum menunjukkan tingkat validitas kebaikan yang dapat dipertanggungjawabkan. Tradisi khitan perempuan berkemungkinan besar didasarkan atas mitos-mitos yang berkembang di masyarakat, yang menganggap perempuan sebagai makhluk subordinasi dari laki-laki. &lt;/p&gt;
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography