To see the other types of publications on this topic, follow the link: SQL replikace.

Journal articles on the topic 'SQL replikace'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 32 journal articles for your research on the topic 'SQL replikace.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Ricky, Michael Yoseph. "Aplikasi Migrasi Database dan Replikasi Bi-Directional." ComTech: Computer, Mathematics and Engineering Applications 2, no. 2 (2011): 788. http://dx.doi.org/10.21512/comtech.v2i2.2828.

Full text
Abstract:
This study aims to analyze and design a migration and replication configurations in an enterprise using several methods such as literary study and direc survey to the company; analysis on hangar systems, process migration and replication as well as existing problems; and a prototype design for migration process implementated with Oracle SQL Developer and replication process implementated with Oracle GoldenGate. The study resluts ini a prototype for migration and replication configuration processes using Oracle's Golden Gate which can produce two sets of identical data for backup and recovery. Also a simple tool is designed to assist active-active replication process as well as active-passive one. The migration process from MySQL database to Oracle database using Oracle GoldenGate can not be done because GoldenGate Oracle has bugs related to the binary log, so database migration is done using Oracle SQL Developer. However, bi-directional replication between Oracle database using Oracle GoldenGate can ensure data availability and reduce the workload of primary database.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Nindito, Hendro, Evaristus Didik Madyatmadja, and Albert Verasius Dian Sano. "Replikasi Unidirectional pada Heterogen Database." ComTech: Computer, Mathematics and Engineering Applications 4, no. 2 (2013): 1280. http://dx.doi.org/10.21512/comtech.v4i2.2656.

Full text
Abstract:
The use of diverse database technology in enterprise today can not be avoided. Thus, technology is needed to generate information in real time. The purpose of this research is to discuss a database replication technology that can be applied in heterogeneous database environments. In this study we use Windows-basedMS SQL Server database to Linux-based Oracle database as the goal. The research method used is prototyping where development can be done quickly and testing of working models of the interaction process is done through repeated. From this research it is obtained that the database replication technolgy using Oracle Golden Gate can be applied in heterogeneous environments in real time as well.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Safithri, Fathiyah. "POTENSI BIJI JINTAN HITAM (NIGELLA SATIVA) DALAM REGENERASI PANKREAS SECARA ENDOGEN PADA DIABETES MELLITUS TIPE-2." Saintika Medika 13, no. 2 (2017): 76. http://dx.doi.org/10.22219/sm.v13i2.5527.

Full text
Abstract:
Penurunan massa sel-β pankreas terjadi pada sebagian besar pasien diabetes melitus tipe-II dan hal ini berlangsung secara progresif. Pankreas merupakan salah satu organ yang mempunyai kemampuan meregenerasi dirinya sendiri dalam upaya mempertahankan massa sel-β. Regenerasi dapat terjadi melalui replikasi sel-β matur, diferensiasi/ transdiferesiasi sel punca/progenitor. Keadaan resistensi insulin yang berlangsung secara kronik menyebabkan kemampuan regenerasi tersebut menurun. Biji jintan hitam (Nigella sativa) yang mengandung bioaktif thymoquinone, asam oleat, asam linoleat dan saponin berpotensi meningkatkan kemampuan regenerasi pankreas secara endogen melalui stimulasi proses replikasi sel-β, mempengaruhi niche dan mengaktivasi sel punca endogen.Kata kunci : diabetes mellitus type II, massa sel-β pankreas, regenerasi pankreas endogen, replikasi, diferensiasi, jintan hitam
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Raharjo, Willy Sudiarto, Gani Indriyanta, and Amsal Maestro. "Analisis Kesiapan Kebutuhan Infrastruktur Replikasi Basis Data pada Sekolah Musik Indonesia Solo." Jurnal ULTIMATICS 10, no. 1 (2018): 16–25. http://dx.doi.org/10.31937/ti.v10i1.710.

Full text
Abstract:
Sekolah Musik Indonesia (SMI) Solo is the center of SMI which has internal data using web-based application at appssmi.com site with SQL Server database and has not been backed up regularly. Database replication is a technique for copying and distributing data and database objects from one database to another and implementing synchronization so data consistency can be guaranteed. Replication can be implemented to the cloud by requiring Internet access. The main concern in SMI Solo was the quality access of the Internet connection and also infrastructure used in SMI Solo. The purpose of this research is to analyze the readiness of data replication infrastructure needs at SMI Solo. The results of the analysis are then used as the basis for making recommendations and design of information technology architecture in the implementation of SMI database replication. We concluded that the infrastructure owned by SMI Solo is sufficient to be used for database replication. This is demonstrated by the very satisfactory performance of the SMI Solo server network with 3.85 Mbps download throughput, 3.49 Mbps upload throughput, 0% packet loss, 25.88 ms delay, and 0.09 ms jitter. On database replication performance thorough test scenarios, average performance on snapshot replication is using for CPU 4.78%, DTU 5.94%, I/O 0.06% and log data I/O 5.25%. The average performance on transactional replication is CPU 0.09%, DTU 0.09%, data I/O 0%, and log I/O 0.04%. Some of the challenges in developing database replication infrastructure to be implemented in all SMI’s can run efficiently if each SMI has a local server and Internet network albeit with unstable throughput.
 Index Terms—Network Performance, Replication, Snapshot, Transactional
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Prasetyowati, Sapto Rini Budi. "Pengaruh Pemberian DEAE DEXTRAN dan Pengaturan Suhu Inkubasi Terhadap Replikasi Virus Avian Influenza pada Telur Ayam Berembrio." Jurnal Biosains Pascasarjana 17, no. 3 (2015): 124. http://dx.doi.org/10.20473/jbp.v17i3.2015.124-134.

Full text
Abstract:
Abstrak Kemampuan replikasi virus Avian Influenza (AI) di telur ayam berembrio (TAB) tidak stabil. Titer virus yang dihasilkan rendah dan sangat bervariasi antar tiap TAB. Suhu inkubasi yang optimal bervariasi untuk masing masing virus AI berkisar 350C- 370C. Di-ethyl amino ethyl Dextran (DEAE Dextran) bersifat polikationik sehingga bisa meningkatkan adesi antara virus dan sel embrio. Penelitian ini menggunakan suhu 350C dan suhu 370C serta konsentrasi DEAE Dextran 25 dan 50 mikrogram. Peningkatan replikasi virus diketahui dengan Uji Haemagglutinasi (HA) dan Egg Infectious Dose 50. Hasil uji HA yang dibutuhkan adalah Prosentase titer HA ≥ 128 HAU. Hasil penelitian dengan analisa Chi-square didapatkan hasil bahwa virus A/chicken/Subang29/clade 2.1.3/Pusvetma 2012 ada hubungan prosentase titer HA ≥128, pada suhu inkubasi 370C dan antara tanpa pemberian Dextran dan dengan pem-berian DEAE Dextran 25 dan 50 mikrogram. Sedangkan virus A/Chicken/Sukoharjo/clade 2.3.2/Pusvetma 2012 menunjukkan adanya hubungan besarnya prosentase titer HA ≥ 128 HAU dengan suhu inkubasi 350C dan pemberian Dextran 25 dan 50 mikrogram. Perbedaan kemampuan replikasi kedua virus tersebut dipengaruhi oleh perbedaan susunan asam amino pada Haemagglutinin yang ditunjukkan dengan homologi antara keduanya adalah 87,8%-88.1%. DEAE Dextran berpengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan replikasi virus Avian Influenza HPAI A/chicken/Subang29/clade 2.1.3/Pusvetma 2012 dan A/ Chicken /Sukoharjo/clade 2.3.2/Pusvetma 2012 pada suhu inkubasi yang berbeda Keyword: Avian Influenza, DEAE Dextran, Suhu Inkubasi
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Yerlina, Yerlina. "HIDROKSIKLOROKUIN UNTUK PENGOBATAN SARS-CoV-2 (COVID-19)." SCIENTIA : Jurnal Farmasi dan Kesehatan 11, no. 1 (2021): 62. http://dx.doi.org/10.36434/scientia.v11i1.357.

Full text
Abstract:
COVID-19 merupakan penyakit dengan resiko penularan yang sangat tinggi dan menyebar dengan cepat ke seluruh dunia. WHO menyatakan penyakit ini sebagai pandemi. Hidroksiklorokuin diyakini memiliki efek potensial sebagai terapi pengobatan dan profilaksis pada pasien COVID-19, meskipun masih terdapat kekhawatiran akan adanya efek samping.Hidroksiklorokuin dapat menghambat masuknya virus SAR-VoC-2 ke dalam sel inang dan menghambat atau memperlambat proses replikasi virus SAR-VoC-2 di dalam sel inang. Aktivitas imunomodulator hidroksiklorokuin diharapkan dapat membantu proses pemulihan pasien COVID-19.Artikel merupakan kajian literatur untuk melihat sifat farmakokinetik dan farmakodinamik, efek samping serta efektivitas Hidroksiklorokuin pada pengobatan COVID-19. Hasil diskusi menyatakan efek antivirus hidroksiklorokuin dengan beberapa mekanisme kerjanya, diyakini aman digunakan sebagai terapi profilaksis dengan dosis dan durasi pemakaian yang direkomendasikan, yang diberikan kepada ODP dan PDP sehingga diharapkan dapat menurunkan tingkat keparahan penyakit.Kata kunci : COVID-19, SAR-VoC-2, Hidroksiklorokuin, ODP, PDP.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Intansari, Umi S., Yunika Puspa Dewi, Mohammad Juffrie, Marsetyawan HNE Soesatyo, Yanri W. Subronto, and Budi Mulyono. "VIROLOGICAL AND IMMUNOLOGICAL RESPONSE TO ANTIRETROVIRAL TREATMENT IN HIV-INFECTED PATIENTS (Respons Virologis dan Imunologis terhadap Pengobatan Anti-Retroviral di Pasien Terinfeksi HIV)." INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY 23, no. 1 (2018): 67. http://dx.doi.org/10.24293/ijcpml.v23i1.1187.

Full text
Abstract:
Infeksi HIV/AIDS masih menjadi tantangan global. Pengobatan antiretroviral (ART) berperan dalam menurunkan replikasi virus,menurunkan tingkat kematian infeksi oportunistik dan meningkatkan kualitas hidup orang yang hidup dengan HIV/AIDS. Meskipundemikian data terkait respons virologis dan imunologis termasuk aktivasi imun masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui respons virologis dan imunologis pasien HIV setelah 6 bulan memulai pengobatan ARV. Subjek dari penelitian observasionalprospektif ini adalah 44 pasien HIV yang belum pernah mendapat pengobatan ARV, yang berobat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta danRSUP Dr. Kariadi, Semarang. Sampel darah EDTA sebanyak 6 mL diambil pra dan pasca 6 bulan pengobatan ARV untuk pemeriksaanjumlah sel T CD4+, kadar RNA HIV dan persentase sel T CD8+/38+. Kadar RNA HIV turun secara bermakna sejalan dengan persentasesel T CD8+/38+, sementara jumlah sel T CD4+ meningkat bermakna. Sebanyak 79,5% pasien mengalami pemulihan sel T CD4 optimal(>50 sel/μL) dan kadar RNA HIV turun lebih dari 1 log10 kopi/mL pada 93% pasien. Pasien dengan respons tidak sesuai antara virologisdan imunologis didapatkan sebanyak 13,6%. Kadar HIV bernasab positif dengan persentase sel T CD8+/38+ (r=0,58, p<0,0001) danbernasab negatif dengan jumlah sel T CD4+ (r=–0,470 (p<0,0001). Berdasarkan telitian ini, sebagian besar pasien mempunyai responsvirologis dan imunonologis yang sesuai 6 bulan setelah ART. Sebanyak 20,45% pasien tidak berespons atau mengalami ketidaksesuaianrespons virologis dan imunologis dan memerlukan penilaian dan pengobatan secara terus menerus.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Maritha, Vevi, Ariyanti Ariyanti, Eni Masruriati, and Eka Nur Sulistianingsih. "AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona mucirata L.) TERHADAP SEL KANKER SERVIK." Jurnal Farmasi Sains dan Praktis 5, no. 1 (2019): 16–20. http://dx.doi.org/10.31603/pharmacy.v5i1.2623.

Full text
Abstract:
Saat ini terapi kanker servik secara umum masih menggunakan kemoterapi. Penggunaan obat-obat seperti doxorubisin, vincristin dan 5 flourourasil yang bekerja dengan menghambat sel yang pertumbuhannya cepat. Obat ini memiliki kekurangan dimana tidak bersifat selektif, sehingga tidak hanya sel kanker saja yang dihambat tetapi sel normal yang pertumbuhannya cepat juga ikut terhambat seperti rambut dan kuku. Oleh karena itu perlu adanya suatu pengembangan obat kanker servik yang selektif, yang hanya menghambat pertumbuhan sel kanker sehingga tidak mengganggu sel normal. Potensi daun sirsak sebagai zat sitotoksik cukup tinggi. Daun sirsak memiliki aktivitas antioksidan mampu menghambat percepatan pertumbuhan pada sel kanker. Pada daun sirsak mengandung acetogenin yang lebih tinggi dari pada bagian lain. Asetogenin mampu menghambat dan membunuh sel kanker secara selektif, yaitu hanya menghambat pertumbuhan sel kanker tanpa menghambat sel normal. Kandungan antioksidan dan acetogenin yang tinggi pada daun sirsak berpotensi untuk dikembangkan menjadi ekstrak sebagai zat sitotoksik terhadap sel kanker servik yang bekerja secara selektif.
 Uji aktivitas sitotoksik daun sirsak dilakukan dengan metode MTT. Daun sirsak diekstrak dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Kultur sel kanker servik (sel HeLa) di ditransfer sebanyak 1x104 sel/sumuran dalam media kultur lengkap yang terdiri dari FBS sebagai nutrisi utama sel, penisilin-sterptomisin sebagai pencegah kontaminan. bakteri, amfoterizin-B sebagai pencegah kontaminan jamur dan RPMI 1640 sebagai media pembawa (volume masing-masing sumuran 100 μl) kedalam 96-well plate dan diinkubasi dalam inkubator CO25% semalam. Selanjutnya dilakukan pemberian sampel uji dengan seri kadar dan dibuat replikasi tiga kali (triplo), kemudian diinkubasikan kembali semalam. Pengujian hari ke tiga, penambahan reagen MTT, dan setelah 4 jam akan terbentuk kristal formazan pada sel yang masih hidup. Selanjutnya ditambahkan SDS stoper untuk menghentikan reaksi MTT. Kemudian dilakukan pembacaan absorbansi menggunakan elisa reader pada panjang gelombang 595nm. Selanjutnya bersama dengan data kadar sampel yang digunakan dilanjutkan penentuan nilai IC50. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun sirsak memiliki potensi terhadap sel kanker servik dengan nilai IC 50 sebesar 337 µg/µL. Ekstrak daun sirsak dapat dikembangkan sebagai alternative terapi bagi pasien kanker serviks.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Hapsari, Agustina Tri, Sri Darmanti, and Endah Dwi Hastuti. "Pertumbuhan Batang, Akar dan Daun Gulma Katumpangan (Pilea microphylla (L.) Liebm.)." Buletin Anatomi dan Fisiologi 3, no. 1 (2018): 79. http://dx.doi.org/10.14710/baf.3.1.2018.79-84.

Full text
Abstract:
Pilea microphylla (L.) Liebm. adalah gulma yang diketahui mempunyai kandungan senyawa fenolik dan flavonoid cukup tinggi, sehingga sering dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat. Sampai saat ini penelitian tentang Pilea microphylla (L.) Liebm. sebagian besar dilakukan pada aspek fitokimia, sedangkan aspekpertumbuhan dan perkembangan anatomi masih jarang dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan anatomi organ batang, akar, dan daun Pilea microphylla (L.) Liebm. dengan membandingkan ukuran sel pada organ batang, akar serta daun muda dan dewasa. Sampel organ diambil secara acak, pembuatan preparat anatomi organ dengan metode parafin dan replika sedang pengukuran sel menggunakan fotomikrograf. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan batang, akar dan daun Pilea microphylla (L.) Liebm. ditunjukkan dengan terjadinya penambahan diameter batang dan diameter lumen xilem batang, penambahan diameter akar dan diameter lumen xilem akar, penambahan lebar daun dan kerapatan stoma. Kata kunci: Pilea microphylla (L.) Liebm., pertumbuhan, xilem, anatomi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Raehun, Raehun, Yunan Jiwintarum, and Iswari Fauzi. "Pengaruh Waktu Penyimpanan Antisera Terhadap Daya Aglutinasi Metode Slide." Jurnal Analis Medika Biosains (JAMBS) 6, no. 1 (2019): 16. http://dx.doi.org/10.32807/jambs.v6i1.120.

Full text
Abstract:
Latar belakang: Penyimpanan reagen harus sangat diperhatikan agar mendapatkan hasil yang akurat. Antisera golongan darah merupakan reagen untuk melakukan pemeriksaan golongan darah metode slide, sebagai reagen alternatif dapat digunakan serum manusia. Baik serum atau plasma harus segera dipisahkan dari sel-sel darah dan segera digunakan atau disimpan dalam jangka waktu tertentu agar kandungan antibodi dalam serum tetap dalam keadaan optimal saat digunakan. Penyimpanan pada suhu ruang (15-25°C) selama 4 jam praktis tidak mengubah metabolit, enzim-enzim dan elektrolit-elektrolit.Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh waktu penyimpanan antisera terhadap daya aglutinasi metode.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian Eksperimen Semu (Quasi Eksperimental Design). Jumlah perlakuan sampel adalah 4 dengan replikasi sebanyak 6 kali sehingga menjadi 24 unit percobaan. Analisis data dilakukan secara deskriptif, data yang dikumpulkan berupa data grade daya aglutinasi metode slide dengan menggunakan antisera dari serum sebagai reagen.Hasil: Didapatkan hasil daya aglutinasi pada 0 hari, 2 hari dan 4 hari penyimpanan antisera adalah +4, penyimpanan antisera pada 6 hari menyebabkan terjadinya perubahan daya aglutinasi menjadi +3.Kesimpulan: Ada pengaruh waktu penyimpanan antisera terhadap daya aglutinasi metode slide pada hari keenam penyimpanan
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Zahrah, Halimatus, Arifa Mustika, and Kartuti Debora. "Aktivitas Antibakteri dan Perubahan Morfologi dari Propionibacterium Acnes Setelah Pemberian Ekstrak Curcuma Xanthorrhiza." Jurnal Biosains Pascasarjana 20, no. 3 (2019): 160. http://dx.doi.org/10.20473/jbp.v20i3.2018.160-169.

Full text
Abstract:
AbstrakPenatalaksanaan utama pada masalah akne vulgaris adalah penggunaaan antibotik baik topikal maupun oral. Akan tetapi penggunaan antibiotik dinilai telah menimbulkan dugaan resistensi terhadap P. acnes sebagai agent penyebab akne sehingga mendorong berbagai pihak untuk mengembangkan preparat antiinflamasi yang dapat diberikan topical ataupun sistemik. Curcuma xanthorrhiza Roxb. memiliki senyawa utama xanthorrizol yang dinilai potensial untuk dikembangan sebagai antibakteri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar hambat minimum dan kadar bunuh minimum serta perubahan struktur dinding sel dari Curcuma xanthorrhiza Roxb. terhadap pertumbuhan Propionibacterium acnes. Desain penelitian yang di gunakan adalah eksperimen dengan sampel P. acnes berupa isolate stock culture (ATCC® 11827™) yang selanjutnya ditumbuhkan pada media MHA. Jumlah replikasi yang digunakan sebanyak 4 ulangan. Konsentrasi ekstrak Curcuma xanthorrhiza Roxb. masing-masing 6,25 µg/ml, 12,5 µg/ml, 25 µg/ml, 50 µg/ml dan 100 µg/ml. Pengukuran aktivitas antibakteri didasrkan pada KHM, KBM dan pengamatan struktur dinding sel bakteri melalui metode Microscop Electron Screening (MES). Pemberian ekstrak Curcuma xanthorrhiza Roxb. memiliki efek antibakteri terhadap bakteri P. acnes secara in vitro. Konsentrasi ekstrak 25 µg/ml merupakan kadar minimum yang mampu menghambat pertumbuhan P.acnes melalui dilusi cair, sedangkan konsentrasi minimal yang mampu membunuh P.acnes adalah 50 µg/ml. Bakteri P. acnes yang dipapar dengan ekstrak etanol Curcuma xanthorrhiza Roxb. mengalami perubahan morfologi berupa timbulnya dinding sel kasar kasar akibat penyusutan serta adanya dinding sel yang hancur sehingga sitoplasma keluar dan tampak seperti meleleh. Respon daya hambat pertumbuhan bakteri yang dihasilkan Curcuma xanthorrhiza Roxb. dipengaruhi oleh senyawa aktif yang terkandung didalamnya seperti minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, tanin, kurkuminoid dan terpenoid. Kandungan xanthorrizol yang dimiliki mampu menghambat pertumbuhan P.acnes mampu merusak aktivitas enzim sel, selain itu kandungan Curcuminoid turut berperan dalam menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara mendenaturasi dan merusak membran sel sehingga proses metabolisme sel terganggu Kata Kunci: Antibakteri, Akne vulgaris, Curcuma xanthorriza Roxb., MES
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Wardani, Tatiana Siska, Utomo Kartika Endrat, Mahadewi Putri Kezia, and Al Fajri Razid Faizur Muhammad. "ISOLASI DAN UJI ANTIOKSIDAN HISPERIDIN DARI KULIT JERUK BALI (Citrus maxima Merr) SEBAGAI PENINGKAT IMUN UNTUK MENCEGAH COVID-19 DENGAN METODE DPPH." Jurnal Delima Harapan 8, no. 2 (2021): 53–61. http://dx.doi.org/10.31935/delima.v8i2.138.

Full text
Abstract:
Kulit buah jeruk selama ini tidak dimanfaatkan padahal kandungan senyawa kulit jeruk yang sangatlah sangatlah bervariasi salah satu senyawa yang terdapat dalam kulit jeruk jeruk adalah hesperidin yang termasuk golongan flavanoid. Senyawa hisperidin mempunyai potensi yang lebih tinggi dibanding senyawa pada lengkuas, secang, maupun kunyit. Hal itu dikarenakan senyawa jeruk itu dapat mengikat kuat dengan mudah pada protein target pada virus maupun sel inang sehigga dapat ditarik kesimpulan senyawa di jeruk membuat blokade yang menghambat virus dalam berkembang melakukan replikasi dan menginfeksi sel inang Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi hisperidin dari kulit jeruk dan mengetahui nilai IC50 . Ekstraksi dilakukan dengan metode soxletasi kemudian dilakukan identifikasi hisperidin kemudian dilanjutkan uji kemurnian isolat dengan penentuan titik leleh dan dilakukan identifikasi menggunakan spektrofotometri UV dan spektrofotometri infra merahdan FT-IR. Hasil yang diperoleh dari KLT, nilai Rf dari kulit buah jeruk manis jeruk 0,83 sedangkan nilai Rf pembanding hesperidin 0,80. Hasil spektrum UV dan IR menunjukkan bahwa isolat identik dengan hesperidin baku, sedangkan untuk uji antioksidan dilakukan dengan metode DPPH 0,1 mM dan hitung nilai IC50. Analisis statistik digunakan uji T-Test. Hasil uji DPPH ekstrak kulit jeruk bali memiliki aktivitas antioksidan kuat dengan nilai IC50 sebesar 39,77 µg/ml.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Putri, Tasya Ellyana. "Potensi Akar Manis sebagai Pengobatan Infeksi Covid-19." Jurnal Penelitian Perawat Profesional 3, no. 3 (2021): 525–30. http://dx.doi.org/10.37287/jppp.v3i3.539.

Full text
Abstract:
Infeksi COVID-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh Virus RNA Single Stranded yaitu Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV2). Tingkat penularan virus yang cepat dari manusia ke manusia menyebabkan pandemi. Tujuan dilakukannya literature review ini adalah untuk mengetahui potensi dari akar manis sebagai pengobatan infeksi COVID-19. Penulisan artikel ini menggunakan metode literature review. Artikel ini terbentuk atas informasi yang didapatkan dari 19 artikel dari jurnal internasional dan nasional yang didapatkan dari hasil literature searching dari database Pubmed, NCBI dan Google Scholar dengan kata kunci akar manis (Glycyrrhiza glabra); COVID-19; glycyrrhizin. Dari artikel yang didapatkan selanjutnya dianalisis dengan metode systemic literature review meliputi kegiatan pengumpulan, evaluasi, dan pengembangan penelitian dengan fokus tertentu. Hasil literature review ini didapatkan bahwa Akar manis (Glycyrrhiza glabra) memiliki kandungan glycyrrhizi yang berpotensi dapat mengobati infeksi COVID-19 dengan cara membatasi akses masuknya virus ke dalam sel sehingga memblokir terjadinya replikasi SARS-CoV2 dan mekanisme anti-inflamasinya melalui ekspresi ACE2.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Gde Putra, Dhyatmika, Widyastuti Ketut, and Laksmidewi AAA. Putri. "HIV-ASSOCIATED NEUROCOGNITIVE DISORDER (HAND) PADA PASIEN DENGAN HIV TANPA INFEKSI OPORTUNISTIK." Callosum Neurology 2, no. 3 (2019): 11–12. http://dx.doi.org/10.29342/cnj.v2i3.86.

Full text
Abstract:
Latar Belakang: Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) telah menjadi epidemi di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Salah satu komplikasi infeksi HIV pada sistem saraf pusat (SSP) berupa gangguan fungsi kognitif yang disebut HIV-associated neurocognitive disorder (HAND). Replikasi HIV dalam jangka waktu panjang terjadi pada astrosit dan mikroglia, yang dapat menurunkan fungsi neuronal. HAND terkait dengan aktivitas virus dan mediator inflamasi sel imun pada SSP sehingga menyebabkan kerusakan neuron otak.
 Kasus: Pasien perempuan, 28 tahun, suku Bali, mengeluh mudah lupa yang dialami sejak 2 tahun lalu. Pasien masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri walaupun keluhan lupa terkadang dirasakan mengganggu. Pasien memiliki riwayat infeksi HIV sejak bulan September 2015 dengan CD4 16 sel/µl dan mendapat terapi ARV fixed-dose combination dengan regimen tenofovir, lamivudine, dan efavirenz. Pemeriksaan neurobehavior dijumpai atensi baik, gangguan memori terutama new learning ability, memori tunda, asosiasi berpasangan, gangguan visuospasial dan eksekutif, ADL dan IADL mandiri, MMSE: 24, MoCA Ina: 14, Clock Drawing Test: 3, Trial making test A baik, Trial making test B terganggu, International HIV Dementia Scale (IHDS): 10.5, Skala penilaian depresi Hamilton: 15. Hasil CT Scan kepala dalam batas normal.
 Diskusi: Dari hasil pemeriksaan, pasien dikategorikan dalam HAND tipe Asymptomatic Neurocognitive Impairment (ANI). Kadar CD4 diketahui berhubungan dengan derajat kerusakan neuron otak dan kadar CD4 nadir rendah (≤ 200 sel/µl) merupakan faktor risiko terjadinya gangguan kognitif pada pasien dengan HIV. Pemberian terapi kombinasi ARV dapat menunjukkan peningkatkan performa fungsi kognitif dan fungsional.
 Simpulan: Infeksi HIV secara langsung pada SSP dapat menyebabkan gangguan neurokognitif dan inisiasi pemberian terapi ARV dini merupakan usaha pencegahan terjadinya perburukan lebih lanjut.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Irmawati, Irmawati, and Masriadi Masriadi. "Lost To Follow Up Odha dengan Terapi Antiretroviral (Arv) di Yayasan Peduli Kelompok Dukungan Sebaya Kota Makassar." Jurnal Kesehatan Global 2, no. 2 (2019): 63. http://dx.doi.org/10.33085/jkg.v2i2.4298.

Full text
Abstract:
HIV atau human immunodeficiency virus sejenis virus yang menyerang sel darah putih yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. Antiretroviralbertujuan untuk menekan replikasi HIV dalam darah.. Berdasarkan data Yayasan Peduli Kelompok Dukungan Sebaya (YPKDS) tahun 2015 ODHA yang ARV sebanyak 1,598 orang, lost follow up yang tidak dapat ditelusuri sebanyak 406, dan lost follow up yang masih dapat ditelusuri sebanyak 70 orang, yang meninggal dunia sebanyak 479 orang. Dari data tsb perlu dilakukan upaya pencegahan terhadap lost to follow up ARV pada ODHA. Penelitian ini menggunakan DesainCross Sectional Study. jumlah sampel 69 orang. tekhnik pengambilaan sampel total sampling. Data dianalisis menggunakan analisis univariat, bivariat, dan multivariat, pengolahan data menggunakan system komputerisasi dengan analisis chi-square.Hasil penelitian ditemukan 2 (dua) variabel yang berhubungan dengan lost to follow up yaitu Dukungan keluarga, dan efek samping obat. Kesimpulan dari penelitian ini adalahefek samping obat yang paling berpengaruh dengan lost to fullow up dengan nilai Exp (B) = 38.667 sehinggaSebaiknya ODHA yang memulai terapi ARV harus mampu memilih jenis ARV yang tepat dengan efek samping yang kecil.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Wahyuniati, Nur, and M. Imun M.Imun. "PERAN INTERFERON GAMMA PADA INFEKSI MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS." Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 18, no. 2 (2018): 115–20. http://dx.doi.org/10.24815/jks.v18i2.18005.

Full text
Abstract:
Abstrak. Penyakit tuberkulosis masih tetap merupakan masalah kesehatan yang utama di dunia. Penyakit ini menyebabkan angka kesakitan yang tinggi pada jutaan penduduk dunia setiap tahunnya. Mycobacterium tuberkulosis (M.Tb) memiliki kemampuan aktifitas replikasi dan metabolisme yang tinggi dan memiliki kemampuan untuk bertahan hidup di dalam fagosit profesional. Respon imun seluler sangat berperan penting untuk proses eliminasi M. Tb. Sel TH1 yang teraktivasi akan mengeluarkan interferon gamma yang akan mengaktivasi makrofag. Interferon gamma memiliki peran yang sangat penting dalam imunitas protektif terhadap infeksi M.Tb.Kata kunci: Tuberkulosis, Mycobacterium tuberculosis, respon T­H1, Interferon gamma Abstract. Tuberculosis remains a major health problem in the world. This disease causes a high morbidity rate in millions of the world's population each year. Mycobacterium tuberculosis (M.Tb) has high replication and metabolism activity and has the ability to survive in professional phagocytes. Cellular immune responses play an important role in the elimination process of M. Tb. The activated TH1 cell will secrete interferon gamma that leads to activation of macrophages. Interferon gamma has a very important role in protective immunity against infection M.Tb. Keywords: Tuberculosis, Mycobacterium tuberculosis, TH­1 response, Interferon gamma
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Wahyuniati, Nur. "PERAN INTERFERON GAMMA PADA INFEKSI Mycobacterium tuberculosis." Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 17, no. 2 (2017): 126–32. http://dx.doi.org/10.24815/jks.v17i2.8992.

Full text
Abstract:
Abstrak.Penyakit tuberkulosis masih tetap merupakan masalah kesehatan yang utama di dunia. Penyakit ini menyebabkan angka kesakitan yang tinggi pada jutaan penduduk dunia setiap tahunnya. Mycobacterium tuberculosis (M.Tb) memiliki kemampuan aktifitas replikasi dan metabolisme yang tinggi dan memiliki kemampuan untuk bertahan hidup di dalam fagosit profesional. Respon imun seluler sangat berperan penting untuk proses eliminasi M. Tb. Sel TH1 yang teraktivasi akan mengeluarkan interferon gamma yang akan mengaktivasi makrofag. Interferon gamma memiliki peran yang sangat penting dalam imunitas protektif terhadap infeksi M.Tb.(JKS 2017; 2: 131-137)Kata kunci: Tuberkulosis, Mycobacterium tuberculosis, respon T­H1,Interferon gammaAbstract. Tuberculosis remains a major health problem in the world. This disease causes a high morbidity rate in millions of the world's population each year. Mycobacterium tuberculosis (M.Tb) has high replication and metabolism activity and has the ability to survive in professional phagocytes. Cellular immune responses play an important role in the elimination process of M. Tb. The activated TH1 cell will secrete interferon gamma that leads to activation of macrophages. Interferon gamma has a very important role in protective immunity against infection M.Tb.(JKS 2017; 2: 131-137)Keywords: Tuberculosis, Mycobacterium tuberculosis, TH­1 response, Interferon gamma
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Rahayu, Budi, and Liberty Barokah. "Pemberian Ekstrak Cacao (Theobroma Cacao L) Pada Model Huvecs Preeklampsia Terhadap Kadar Interleukin 8." Jurnal Kesehatan Prima 13, no. 2 (2019): 93. http://dx.doi.org/10.32807/jkp.v13i2.236.

Full text
Abstract:
Preeklampsia dan eklampsia adalah penyakit pada kehamilan yang menjadi salah satu penyumbang angka kematian Ibu khususnya di Indonesia. Tahapan pertama dari preeklampsia ini adalah terjadi abnormalitas dalam remodelling vaskular trofoblastik mengakibatkan disfungsi endotel, tahap kedua pelepasan faktor plasenta kedalam sirkulasi darah seperti soluble fms-like tyrosine kinase (sFlt-1), TNF-α, IL-6, IL-8, angiotensin II tipe 1 reseptor antibodies (AT1-AA), dan thromboxan (TX) menyebabkan respon inflamasi dan peningkatan aktivasi sel endotel. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kakao terhadap kadal IL-8 pada model HUVECs Preeklampsia. Penelitian true experimental dengan pendekatan yang digunakan post test only control group design yang dikerjakan dilaboratorium dengan invitro. Kultur HUVECs dibagi menjadi 5 kelompok masing-masing dilakukan replikasi 5x. Pengukuran kadar IL-8 menggunakan ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay). Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan uji Anova one way pada kadar IL-8, selanjutnya dilakukan uji perbandingan berganda (Multiple Comparisons) dengan uji Beda Nyata Terkecil/BNT (Least Significant Difference/LSD) Hasil penelitian pemberian ekstrak kakao pada kelompok kontrol positif dan 3 dosis kelompok perlakuan ternyata dapat menurunkan secara bermakna (p-value 0.000< α 0.05, Anova One way) kadar IL-8.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Kartikawati, Eka, Ranti An Nisaa, and Maesaroh Maesaroh. "Pelatihan Pembuatan Media Pembelajaran Sel Dengan Memanfaatkan Kertas Bekas." Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat 5, no. 3 (2021): 305. http://dx.doi.org/10.30651/aks.v5i3.4892.

Full text
Abstract:
Penggunaan kertas sudah menjadi hal yang selalu digunakan oleh kegiatan apapun, sehingga banyak kertas yang tidak dimanfaatkan kembali dan menjadi limbah kertas yang dibuang sia sia setelah digunakan. Hal inilah yang kemudian muncul ide untuk memanfaatkan dan dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran yaitu sebagai media pembelajaran. Karena pada kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan media yang sangat inovatif, kreatif dan memudahkan siswa-siswanya untuk mempelajari memahami materi pembelajaran. Salah satunya adalah pembelajaran biologi pada materi sel yang pemahaman akhir pembelajarannya mengharuskan peserta didik dapat memahami dan membedakan semua bentuk organelnya antara sel hewan dan tumbuhan. Dari permasalahan inilah maka diadakannya pelatihan pembuatan media pembelajaran sel dengan memanfaatkan kertas bekas. Metode pelaksanaan dalam pelatihan ini adalah dengan survey, pendekatan kepada mitra yang dituju, melaksanakan pelatihan dan evaluasi. Hasil kuesioner yang disimpulkan adalah 100% peserta pelatihan menyatakan kegiatan pelatihan ini sangat bermanfaat, replika yang telah dibuat sangat memudahkan peserta didik untuk mempelajari sel hewan dan sel tumbuhan. Kegiatan pelatihan ini untuk mengurangi kertas bekas dan memanfatkannya sebagai media pembelajaran yang menyenangkan.Kata Kunci: media pembelajaran; sel; kertas bekas Training on Making Cell Learning Media Using Waste PaperABSTRAC The use of paper has always been used by any activity, so many papers are not reused and become waste paper that is thrown away in vain after use. This then arises the idea to utilize and be associated with learning activities, namely as learning media. Because teaching and learning activities are very needed media that is very innovative, creative and makes it easy for students to learn to understand learning materials. One of them is the study of biology in cell matter, the final understanding of learning requires students to understand and distinguish all forms of organelles between animal and plant cells. From this problem, the holding of training in making cell learning media using paper was used. The method of this activity is to carry out training and approach the intended partners, carry out training and evaluation. The results of the questionnaire concluded that 100% of the training participants stated that the training activities were very useful, the replicas that had been made were very easy for students to study animal cells and plant cells. This training activity is to reduce waste paper and use it as a learning medium that makes it easier for students to understand cells in 3 dimensions.Keywords: learning media; cell; scrap paper
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Hidajat, Sjarif, Herry Garna, Ponpon S. Idjradinata, and Achmad Surjono. "Pemeriksaan Dermatoglifik dan Penilaian Fenotip Sindrom Down Sebagai Uji Diagnostik Kariotip Aberasi Penuh Trisomi 21." Sari Pediatri 7, no. 2 (2016): 97. http://dx.doi.org/10.14238/sp7.2.2005.97-104.

Full text
Abstract:
Latar belakang: Sindrom Down (trisomi 21) terjadi karena aberasi numerik sebagaiakibat kegagalan proses replikasi dan pemisahan sel anak (non-disjunction). Bentukkariotip aberasi ini dapat berbentuk aberasi penuh dan dapat pula berbentuk mosaik,yang diduga mempunyai implikasi terhadap berat ringannya kelainan fenotip. Di sampingpenting untuk konseling genetik, penelaahan secara cepat di bangsal perinatologi jugadiperlukan untuk asumsi sementara dalam menjawab pertanyaan keluarga pasien.Tujuan: tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan jenis kariotip dengan beratnyaaberasi penuh terhadap beratnya fenotip sindrom Down.Metoda: penelitian dilakukan pada 147 anak usia 0-5 tahun di Yayasan Suryakanti, RSDr. Hasan Sadikin dan Yayasan Dian Grahita Jakarta. Penentuan fenotip sindrom Downdilakukan dengan penelaahan gejala utama dari kelainan tersebut. Dilakukan wawancarariwayat perinatal dan latar belakang keluarga serta pemeriksaan dermatoglifik,pemeriksaan antropometrik khusus dan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaankromosom dari kultur limfosit.Hasil: didapatkan 146 anak mempunyai kelainan kariotip, yang ternyata semuanya trisomi21, sedangkan seorang anak menunjukkan kariotip normal. Hasil analisis menunjukkandermatoglifik, kelainan mata dan kelainan tangan dan kaki mempunyai hubungan yangsignifikan dengan kariotip. Pada dermatoglifik abnormal 78,2% mengarah ke kariotipaberasi penuh. Kelainan jantung bawaan, kelainan mata dan kelainan tangan dan kaki,terdapat masing-masing 82,4%, 77,7% dan 77,6%. Secara bersama-sama yang memberikannilai risiko tertinggi adalah kelainan gerak, kemudian kelainan mata dan dermatoglifik.Sebanyak 47 anak (32%) menunjukkan kariotip mosaik dan 99 anak (68%) jenis aberasipenuh. Diperoleh besarnya risiko terjadinya kariotip aberasi penuh adalah 9,5 kali padakeempat variabel fenotip abnormal dibandingkan dengan subjek tanpa gangguan fenotipdan dermatoglifik. Kelainan dermatoglifik, kelainan mata dan kelainan tangan serta kakisecara bermakna menunjukkan adanya hubungan antara satu variabel dengan lainnya,makin rendah persentase sel normal pada kariotip aberasi penuh, makin abnormal keadaandermatoglifik dan fenotip organ tubuh tersebut.Kesimpulan: pasien kelainan aberasi kromosom numerik, khususnya trisomi 21,mempunyai kelainan gabungan dermatoglifik serta kelainan organ tertentu dalam derajatyang maksimal, dan cenderung menunjukkan kariotip jenis aberasi penuh.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Sumarmi, Sri. "Kerja Harmoni Zat Gizi dalam Meningkatkan Imunitas Tubuh Terhadap Covid-19: Mini Review." Amerta Nutrition 4, no. 3 (2020): 250. http://dx.doi.org/10.20473/amnt.v4i3.2020.250-256.

Full text
Abstract:
ABSTRACTBackground: The Covid-19 pandemic in Indonesia has been running since March 2020. Efforts to break the chain of transmission of the disease caused by the new SARS-CoV 2 coronavirus are by avoiding contact by practicing social & physical distancing and improving personal hygiene, and increase immunity or body defense against the corona virus.Purpose: This article discusses the role of macro nutrients and micronutrients that have the potential to increase immunity such as omega-3 fatty acids, several water soluble vitamins such as vitamin B6, vitamin C, as well as fat soluble vitamins such as vitamin A, vitamin D and vitamin E. as well as several minerals such as Fe, Zn, Se. The mechanisms of innate immunity and adaptive immunity that involve these nutrients will be discussed in depth, as well as how the cellular mechanism fights the corona virus.Discussion: The mechanism for the entry of the corona virus into the cell is through a mechanism called endocytosis, in which the virus is captured by the receptors on the surface of the cell, then drawn into the cell. Spike protein (protein S) facilitates the entry of viruses into target cells, especially lung cells.Conclusion The body's defense mechanisms against the corona virus are: 1) strengthening the body's frontline defenses or innate immunity; 2) stimulates the production of IgM and IgG immunoglobulins in the circulation; 3) blocking the virus from binding to the ACE-2 receptor; 4) reduce the intensity of cytokine storms; 5) reduce the speed of virus replication. ABSTRAKLatar Belakang: Pandemi Covid-19 di Indonesia telah berjalan sejak bulan Maret 2020. Upaya untuk memutus rantai penularan penyakit yang disebabkan oleh virus corona jenis baru SARS-CoV 2 adalah dengan menghidari kontak dengan cara mempraktekkan social & physical distancing dan meningkatkan kebersihan diri, serta meningkatkan imunitas atau pertahanan tubuh terhadap virus corona. Tujuan: Artikel ini membahas peran zat gizi makro dan zat gizi mikro yang berpotensi untuk meningkatkan imunitas seperti asam lemak omega-3, beberapa vitamin larut air seperti vitamin B6, vitamin C, juga vitamin larut lemak seperti vitamin A, vitamin D dan vitamin E, serta beberapa mineral seperti Fe, Zn, Se. Mekanisme innate immunity dan adaptive immunity yang melibatkan zat gizi tersebut akan dibahas secara mendalam, serta bagaimana mekanisme selular melawan virus corona. Ulasan: Mekanisme masuknya virus corona ke dalam sel adalah melalui mekanisme yang disebut endositosis, yaitu virus ditangkap oleh reseptor yang terdapat di permukaan sel, kemudian ditarik masuk ke dalam sel. Spike protein (protein S) bertugas memfasilitasi masuknya virus ke dalam sel target, terutama sel paru.Kesimpulan Mekanisme pertahanan tubuh melawan virus corona adalah: 1) menguatkan pertahanan tubuh garis depan atau innate immunity; 2) menstimulasi produksi immunoglobulin IgM dan IgG di dalam sirkulasi; 3) memblokir agar virus tidak terikat oleh receptor ACE-2; 4) menurunkan intensitas badai sitokin; 5) menurunkan kecepatan replikasi virus.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Rahmagiarti, Cintera, Silvia Tri Widyaningtyas, and Budiman Bela. "Konstruksi Plasmid Rekombinan untuk Inisiasi Translasi Enhance Green Fluorescent Protein oleh Internal Ribosomal Entry Site HIV-1." Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 28, no. 2 (2018): 67–72. http://dx.doi.org/10.22435/mpk.v28i2.181.

Full text
Abstract:
Human immunodeficiency virus (HIV) is a virus that causes acquired immunodeficiency virus syndrome (AIDS). The HIV genome has a cap structure at 5’ and polyadenylation at 3’ on mRNA resulting in a translation initiation through scanning at 5'untranslated region (UTR). The Vpr protein produced during viral replication causes the 5'cap scanning to be inhibited so HIV-1 can directly recruit the ribosome at the start codon via internal ribosomal entry site (IRES). IRES activity is high at G2/M phase and highest expression in monocyte cell line (THP-1) and lymphocyte (HPB-ALL). The role of HIV IRES however, is not yet known in infection of nondividing cells by HIV-1. HIV-1 IRES and egfp from pcDNA5FRT/TO were amplified with PCR. The insert DNA (HIV-1 IRES_egfp) and pcDNA3.1(+) were digested with EcoRI and ApaI and then ligated. The verification was performed with PCR colonies, restriction verification, and sequencing. The size of insert DNA is 1067 bp while the vector is 5379 bp. E. coli transformed with DNA ligation produces 70 colonies, control of ligation produces 5 colonies, and negative control didn’t grow. 19 colonies contain recombinant DNA, restriction verification was of the appropriate size, and the sequence verification didn’t find any mutation. Therefore, the subcloning process pcDNA3.1_IRES HIV-1_egfp was successfully performed.
 Abstrak
 Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan virus penyebab acquired immunodeficiency virus syndrome (AIDS). Genom HIV memiliki struktur cap di 5’ dan poliadenilasi di 3’ mRNA sehingga proses inisiasi translasi melalui pemindaian 5’cap pada struktur untranslated region (UTR) di 5’ mRNA HIV. Protein Vpr yang dihasilkan selama replikasi virus menyebabkan pemindaian melalui 5’cap terhambat sehingga HIV-1 dapat langsung merekrut ribosom pada kodon awal translasi melalui struktur internal ribosomal entry site (IRES). Aktivitas IRES tinggi pada fase G2/M dan ekspresi gen tinggi pada sel line monosit (THP-1) dan limfosit (HPB-ALL). Namun, peran IRES HIV-1 belum diketahui pada sel tidak membelah yang merupakan sel target pada infeksi HIV-1. DNA sekuen IRES HIV-1 dan egfp dari pcDNA5FRT/TO diamplifikasi dengan PCR. DNA sisipan (IRES HIV-1_egfp) dan pcDNA3.1(+) dipotong dengan EcoRI dan ApaI lalu DNA sisipan diligasi dengan pcDNA3.1(+). Verifikasi hasil klona dilakukan dengan PCR koloni, verifikasi restriksi, dan sekuensing. Restriksi DNA sisipan menghasilkan pita berukuran 1067 pb. Restriksi vektor plasmid menghasilkan pita berukuran 5379 pb. E.coli yang ditransformasi DNA ligasi menghasilkan 70 koloni, kontrol ligasi 5 koloni, dan kontrol negatif tidak tumbuh. 19 koloni terverifikasi mengandung DNA rekombinan, verifikasi restriksi memiliki ukuran sesuai, dan verifikasi sekuensing tidak terdapat perubahan basa. Oleh karena itu, proses subkloning pcDNA3.1_IRES HIV-1_egfp berhasil dilakukan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Nararya, Sheila Ayu. "Uji Toksisitas Daun Kelor ( Moringa Oleifera) Terhadap Sel Fibroblas Gingiva Menggunakan Uji MTT Assay." Jurnal Biosains Pascasarjana 17, no. 1 (2015): 52. http://dx.doi.org/10.20473/jbp.v17i1.2015.52-58.

Full text
Abstract:
ABSTRACT Background: The oral cavity’s health is one of the most important factors in determining the quality of human life. Oral cancer is a type of disease that can fataly change the quality of human life if not properly handle. Among all the cancer treatment, chemotherapy is oftenly done. However, chemotherapy has some side effects that can exacerbate the patient’s state. Alternative care has become another promising option besides chemotherapy. One of them is Moringa oleifera or as known as kelor leaves. The active compound content of Moringa oleifera extract especially isothiocianate has good potential in cancer therapy. But, any materials used in human care must passed the toxicity test. Purpose: This research was conducted to find out the toxicity of Moringa oleifera extract with isothiocianate to primary cell gingival fibroblast.Method: Experimental laboratory study with the post test only group control design. There are 4 types of concentration group from kelor leaves extract which is 3,125%, 1,625%, 0,812%, and 0,406% and there are also the media control and cell control. Each sample were put in 96 well that already contain fibroblast cell culture with 6 times replication for each group. And then, it was tested with MTT assay. Results: The concentration group from 3,125% until 0,406% has the percentage of living cells above 100%. Conclusion: The results of this research is that the kelor leaves (Moringa oleifera) extract with isothiocyanate is not toxic against primary cell culture fibroblast. Keywords: Moringa oleifera extract, isothiocyanate , toxicity. Latar Belakang: Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu faktor penting yang berperan dalam menentukan kualitas hidup manusia. Kanker rongga mulut merupakan salah satu penyakit yang dapat mengubah kualitas hidup manusia dan berkaibat fatal apabila tidak ditangani dengan tepat. Salah satu pengobatan kanker yang sering dilakukan adalah kemoterapi. Meskipun demikian, kemoterapi memiliki beberapa efek samping yang dapat berakibat buruk kepada pasien kanker. Perawatan alternatif pun menjadi pilihan lain selain kemoterapi. Salah satunya adalah dengan daun kelor (Moringa oleifera) . Kandungan aktif dari daun kelor memiliki manfaat yang baik sebagai terapi kanker. Namun, semua bahan yang akan digunakan pada manusia harus melawati uji toksisitas. Tujuan: Tujuan dilakukan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hasil toksisitas ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) dengan kandungan isotiosianat terhadap cell line fibroblas. Metode: Penelitian eksperimental laboratoris dengan post test only group design. Terdapat 4 macam kelompok konsentrasi dari ekstrak daun kelor yaitu 3,125%, 1,625%, 0,812%, dan 0,406% disertai dengan kontrol media dan kontrol sel. Setiap perlakuan diletakkan pada plate 96 well yang telah berisi kultur sel fibroblas dengan 6 kali replika untuk setiap kelompok. Kemudian dilakukan uji MTT assay. Hasil: Kelompok konsentrasi 3,125% hingga 0,812% memiliki jumlah persentase sel hidup diatas 100%. Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) dengan kandungan isotiosianat tidak bersifat toksik terhadap kultur sel primer fibroblas. Kata Kunci : Ekstrak daun kelor (Moringa oleifera), isotiosianat, uji toksisitas.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Sifareina, Sifareina, Ilham Alifiar, and Muharam Priatna. "STUDI FARMAKOVIGILANS PADA PASIEN COVID-19." Pharmacoscript 4, no. 2 (2021): 194–208. http://dx.doi.org/10.36423/pharmacoscript.v4i2.729.

Full text
Abstract:
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan jenis SARS-CoV baru yang muncul pada bulan Desember tahun 2019 di kota Wuhan, Cina dan menyebar secara luas hampir ke seluruh negara. Jalur penyebaran virus ini sama seperti pada penularan penyakit saluran nafas. Dalam terapi pengobatannya, penyakit COVID-19 ini belum menemukan obat yang spesifik dan baru dalam tahap uji klinis. Terapi yang dilakukan dengan memberikan obat antivirus, dimaksudkan untuk menghambat sel yang terinfeksi dan menghambat virus dalam proses replikasi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui farmakovigilans dari obat yang dipakai sebagai obat terapi dari penyakit COVID-19 yang didapat dalam jurnal. Dengan metode penelitian secara sistematik literatur dengan menggunakan protokol PRISMA. Kata kunci untuk mendapatkan artikel adalah COVID-19 Pharmacovigilance, Side Effects of COVID-19, Drugs COVID-19 serta menggabungkan AND, OR, dan NOT. Data-base dari empat literatur yaitu PubMed, Europe PMC, Base dan Sciencedirect. Kriteria inklusi dari artikel tahun 2019-2021, berbahasa Indonesia dan Inggris, memiliki isi jurnal yang lengkap, dengan subjek manusia baik perempuan maupun laki-laki dengan golongan semua umur. Dari penelusuran didapatkan hasil sebanyak sebelas jurnal yang masuk kriteria inklusi dengan duabelas obat diantaranya Hydroxychloroquine, Chloroquine, Remdesivir, Azitromisin, Tocilizumab, Lopinavir/Ritonavir, Daruravir/Cobicistat, Ribavirin, Umifenovir, Dan Ceftriaxon, dengan efek samping yang dilaporkan paling banyak yaitu gangguan pada jantung seperti adanya perpanjangan interval QT, gangguan gastrointestinal, peningkatan enzim transminase, gagal hati, gagal ginjal akut, penurunan pendengaran, dan gangguan hepatobilier. Dari sistematik literatur ini, dapat disimpulkan bahwa obat-obat yang digunakan dalam penggunaan terapi COVID-19 menimbulkan berbagai efek samping yang tidak diinginkan sehingga diperlukan pemantauan sebelum dan sesudah terapi seperti pemantauan EKG, pemantauan kadar IL-6, serta pengecekan hasil laboratorium dalam upaya pemantauannya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Wardani, Putri Kusuma, Ninik Mas Ulfa, and A. C. Aditya Natalia. "Studi Efektifitas Antiretroviral Regimen Obat Kombinasi Dosis Tetap (Tenofovir/Lamivudin/Efavirenz) Berdasarkan Peningkatan Kadar Cd4 T-Limfosit (Studi dilakukan di Intalasi Farmasi Rumah Sakit X Surabaya)." Journal of Pharmacy and Science 2, no. 1 (2018): 22–28. http://dx.doi.org/10.53342/pharmasci.v2i1.62.

Full text
Abstract:
ABSTRAKHIV adalah virus yang secara bertahap menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. HIV dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) dan sel yang terinfeksi yang memiliki molekul Cluster of Differentiation 4 (CD4). Pengobatan dengan antiretroviral memiliki mekanisme tindakan untuk mencegah replikasi virus yang secara bertahap menurunkan jumlah virus dalam darah. Penelitian ini observasional yang dilakukan secara retrospektif selama 2 tahun (Januari 2014 - Desember 2015) pada pasien HIV / AIDS denganjumlah 51 pasien rawat jalan. Hasil studi observasional menunjukkan bahwa pengobatan dengan antiretroviral regimen obat kombinasi dosis tetap (Tenofovir 300 mg + Lamivudin 300 mg + Efavirenz 600 mg) mengalami peningkatan jumlah CD4 selama terapi dan analisis statistik deskriptif menunjukkan bahwa ada perbedaansebelum dan sesudah terapi, sehingga dapat disimpulkan bahwa antiretroviral regimen obat kombinasi dosis tetap efektif.Kata Kunci: HIV / AIDS, CD4 T-Limfosit, Tenofovir, Lamivudin, Efavirenz.ABSTRACTHIV is a virus that gradually attack the human immune system. HIV can lead to the AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) and infected cells that have molecul Cluster of Differentiation 4 (CD4). Treatment withantiretroviral have mechanism of action to prevent replication virus which is step by step decrease the amount of virus in blood. This observasional study conducted retrospectively during 2 years (Januari 2014 - December2015) againt patient HIV/AIDS with 51 outpatients. The result of the observational study showed that treatment with Antiretroviral Fixed Dose Combination (Tenofovir 300 mg + Lamivudin 300 mg + Efavirenz 600 mg) had increased CD4 level during therapy and descriptive statistic analysis showed that there was a differences in preand post theraphy, so if could be concluded that Antiretroviral Fixed Dose Combination administration was effective.Key Words: HIV/AIDS, CD4 T-Limfosit, Tenofovir, Lamivudin, Efavirenz.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

WILLIANTI, ENNY, THEODORA THEODORA, and WAHYUNI DYAH PARMASARI. "Analisa Aktivitas Antibakteri Rebusan Daun Sirih Dengan Rebusan Daun Kemangi Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans." Hang Tuah Medical Journal 18, no. 1 (2020): 36. http://dx.doi.org/10.30649/htmj.v18i1.459.

Full text
Abstract:
<p><strong>ABSTRACT</strong><strong></strong></p><p><strong> </strong></p><p><strong>Background</strong>: Betel leaf contains essential oils consisting of bethelphenol, kavikol, sesquiterpenes, hydroxycavikol, cavibetol, estragol, eugenol and carvacrol. Essential oils are antibacterial due to the presence of phenol compounds and their derivatives that can denature the bacterial cell proteins. Basil leaves contain compounds from essential oils, namely 1,8-cineole, ß-bisabolene, and methyl eugenol. These three ingredients are soluble to ethanol and can cause damage to the cell membranes of the Streptococcus mutans bacteria, which are members of the normal oral flora but can turn into pathogens if the balance of normal flora is disturbed. The aim of this study was to determine the difference in the activity of the antibacterial of decoction betel leaf (piper betle L. ) with a decoction of basil leaves (ocimum sanctum) against growth of bacteria <em>Streptococcus mutans</em> (in vitro study).</p><p><strong>M</strong><strong>ethod:</strong> this observational research with disk diffusion techniques. This study observed and measured the diameter of the inhibitory zone in MHA formed by decoction of betel leaf (piper betle L) and basil leaf (ocimum sanctum) in units of millimeters (mm). There were 2 groups with 16 replications.</p><p><strong>R</strong><strong>esults</strong>: the results of the description test showed that the antibacterial activity of the betel leaf decoction and the highest decoction of basil leaf was 17 mm and the lowest was 15 mm, but the average antibacterial value of betel leaf decoction (15,81) greater than the average value of antibacterial activity of basil leaf (15.75). This is because there are chemicals contained in betel leaf similar as contained in basil leaf, namely essential oils.</p><p><strong>Conclusion</strong>: there is no difference in the antibacterial activity of decoction betel leaf with decoction basil leaf against growth of bacteria <em>Streptococcus mutans</em>.</p><p><strong> </strong></p><p><strong>Keywords</strong>: Betel leaf decoction, basil leaf decoction, Streptococcus <strong>mutans. </strong></p><p><strong> </strong></p><p><strong> </strong></p><p><strong>Abstrak</strong><strong></strong></p><p><strong> </strong></p><p><strong>Latar Belakang</strong>: Daun sirih mengandung minyak atsiri yang terdiri dari <em>bethelphenol, kavikol, </em>seskuiterpen, hydroxycavikol,cavibetol, estragol, eugenol dan carvacrol. Minyak atsiri bersifat antibakteri karena adanya senyawa phenol dan turunannya yang dapat mendenaturasi protein sel bakteri. Daun kemangi mengandung senyawa dari minyak atsiri yaitu <em>1,8-cineole</em>, <em>ß-bisabolene</em>, <em>metyl eugenol</em>. Ketiga bahan tersebut memiliki sifat larut terhadap etanol dan dapat menyebabkan kerusakan membran sel bakteri <em>streptococcus mutans</em> yang merupakan anggota flora normal rongga mulut tetapi dapat berubah menjadi patogen jika keseimbangan flora normal terganggu.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan aktivitas antibakteri rebusan daun sirih (<em>piper betle</em> L) dengan rebusan daun kemangi (<em>ocimum sanctum</em>) terhadap pertumbuhan bakteri <em>Streptococcus mutans</em> (penelitian in vitro).</p><p><strong>Metode</strong>: penelitian observasional ini dengan teknik difusi. Penelitian ini dilakukan dengan mengamati dan mengukur diameter zona hambat pada MHA yang dibentuk oleh rebusan daun sirih (<em>piper betle</em> L) dan daun kemangi (<em>ocimum sanctum</em>) dalam satuan milimeter (mm). Terdapat 2 kelompok dengan replikasi sebanyak 16.</p><p><strong>Hasil</strong> : Hasil uji deskripsi menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri pada rebusan daun sirih maupun rebusan daun kemangi yang tertinggi sebesar 17 mm dan yang terendah 15 mm. Tetapi pada nilai rata-rata efektifitas antibakteri rebusan daun sirih (15,81) lebih besar daripada nilai rata-rata efektifitas antibakteri rebusan daun kemangi (15,75). Hal ini dikarenakan ada zat kimia yang terkandung dalam daun sirih mirip dengan yang terkandung dalam daun kemangi, yaitu minyak atsiri.</p><p><strong>Kesimpulan</strong> : tidak ada perbedaan aktivitas antibakteri rebusan daun sirih dengan rebusan daun kemangi terhadap pertumbuhan bakteri <em>Streptococcus </em><em>m</em><em>utans</em>.</p><p><strong> </strong></p><p><strong>Kata kunci</strong>: rebusan daun sirih, rebusan daun kemangi<em>, Streptococcus mutans</em>.</p><p> </p><p> </p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Pagaya, Joseph, and Bertha Jean Que. "RESPON IMUN SELLULER dan HUMORAL TERHADAP INFEKSI HIV." MOLUCCA MEDICA, January 11, 2019, 41–49. http://dx.doi.org/10.30598/molmed.2018.11.2.41.

Full text
Abstract:
Sistem imun terbagi menjadi dua cabang, imunitas humoral, yang merupakan fungsi protektif ditemukan pada humor dan imunitas selular, yang fungsi protektifnya berkaitan dengan sel. Orang yang terinfeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) membentuk respons humoral dan selular. Respons imun awal terhadap infeksi HIV mempunyai karakteristik ekspansi masif sel T sitotoksik CD8+ yang spesifik terhadap protein HIV menyebabkan terganggunya sistem alamiah dan didapat dimana yang menjadi target spesifik infeksi adalah limfosit CD4, menyebabkan lisis sel T CD4. Penyebab terpenting kurangnya sel T CD4+ pada orang terinfeksi HIV adalah efek sitopatik langsung. Respon imun selular dan humoral sama penting dalam pembentukan kekebalan terhadap infeksi virus, dimana tujuan utama respon imun terhadap infeksi virus HIV ialah eliminasi terhadap virus yang menginfeksi sel dan sel-sel yang mengandung virus atau tempat replikasi virus.
 Keywords: Humoral, selluler, HIV, limfosit CD4
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Pagaya, Joseph, and Bertha J. Que. "RESPON IMUN SELULER DAN HUMORAL TERHADAP INFEKSI HIV." Molucca Medica, October 15, 2018, 41–49. http://dx.doi.org/10.30598/molmed.2018.v11.i2.41.

Full text
Abstract:
Pendahuluan. Sistem imun terbagi menjadi dua cabang, imunitas humoral, yang merupakan fungsi protektif ditemukan pada humor dan imunitas selular, yang fungsi protektifnya berkaitan dengan sel. Orang yang terinfeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) membentuk respons humoral dan selular. Respons imun awal terhadap infeksi HIV mempunyai karakteristik ekspansi masif sel T sitotoksik CD8+ yang spesifik terhadap protein HIV menyebabkan terganggunya sistem alamiah dan didapat dimana yang menjadi target spesifik infeksi adalah limfosit CD4+, menyebabkan lisis sel T CD4+. Penyebab terpenting kurangnya sel T CD4+ pada orang terinfeksi HIV adalah efek sitopatik langsung. Respon imun selular dan humoral sama penting dalam pembentukan kekebalan terhadap infeksi virus, dimana tujuan utama respon imun terhadap infeksi virus HIV ialah eliminasi terhadap virus yang menginfeksi sel dan sel-sel yang mengandung virus atau tempat replikasi virus.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Wolfaart, J. B. "Werkmonsters as keuringstoetse." SA Journal of Industrial Psychology, November 29, 1985. http://dx.doi.org/10.4102/sajip.v0i0.362.

Full text
Abstract:
A work sample is a replica of the work on which applicants demonstrate their ability to successfully perform the work sample and therefore the job it represents. The greatest advantage of a work sample is the similarity with the job of which it is a replica, which prevents unfair discrimination among applicants. The greatest disadvantage of work samples is that for many jobs it will be impossible to standardise this type of test. A literature study has indicated that work samples are reliable and valid selection tests, especially for jobs which require psycho-motor abilities.Opsomming 'n Werkmonster is 'n replika van die werk waarmee applikante demonstreer dat hulle oor die nodige vaardighede beskik om die werkmonster en gevolglik die beroep wat dit verteenwoordig, suksesvol kan verrig. Die grootste voordeel van werkmonsters is die ooreenkoms daarvan met die werk waarvan dit 'n replika is en dus onregverdige diskriminasie tussen applikante verhoed. Die grootste nadeel van werkmonsters is dat vir baie beroepe dit onmoontlik sal wees om sulke toetse te standaardiseer. 'n Literatuurstudie het aangetoon dat werkmonsters betroubare en geldige keuringtoetse is, veral vir beroepe wat psigomotoriese vaardighede vereis.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Sugiharto. "PENDEKATAN BARU TERAPI KANKER." MEDIKORA, no. 1 (July 1, 2015). http://dx.doi.org/10.21831/medikora.v0i1.4753.

Full text
Abstract:
Penyakit kanker merupakan suatu penyakit degencradf yangsering menyebabkan kemauan apabila tidak mendapat perawatandengan baik. Terapi kanker yang saat ini dilakukan adalah pembedahan,radioterapi dan kemoterapi. Terapi tersebut bila dilakukansendiri atau bersama-sama, kira-kira dapat menyembuhkan setengahdari penderita kanker. Hal ini berarti terapi tersebut belummemberikan hasil yang memuaskan, oleh karena itu dicobaberbagai macam pendekatan baru terapi kanker.Tiga target molekulcr baru yang saat ini merupakan targetdari pengobatan penyakit kanker adalah onkogm^ tumor suppressorgenes, serta gen pengatur replikasi D N A dan D N A repair. Obatgenetik baru yang dipakai untuk terapi kanker adalah antisense agentdan triples agent. Terapi gen unmk kanker dapat dilakukan secaraex vivo dan in vivo. Terapi gen ex vivo dilakukan dengan caramodefikasi genetik sel tumor, modifikasi genetik fibroblas, dantransfer gen kepada tumor-infiltrating Ijmphocytes (TIL). Terapi genin vivo dilakukan dengan cara meningkatkan imunogenesitas seltumor atau menginsersikan suicide genes pada sel tumor.Pendekatan baru terapi kanker juga dilakukan dengankombinasi terapi gen dan terapi radiasi, onkolisis denganperantaraan virus atau dengan cara merusak pembuluh darahtumor yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan penyebarantumor. Dengan adanya pendekatan baru dalam terapi kanker,diharapkan dapat dilakukan pengobatan penderita penyakit kankerdengan hasil yang lebih baik serta tidak menimbulkan efek sampingyang berarti bagi penderita.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Restuti, Ratna Dwi. "Metode biakan jaringan kolesteatoma pasien otitis media supuratif kronik tipe bahaya." Oto Rhino Laryngologica Indonesiana 43, no. 1 (2013). http://dx.doi.org/10.32637/orli.v43i1.12.

Full text
Abstract:
Background: Tissue culture is a technique to multiply cells or tissue in vitro. With tissue culture cells can be studied as well as the nature of the application. Similarly, tissue culture methods can be applied also to cholesteatoma of chronic suppurative otitis media patients that can be used to study the nature of cholesteatomas to the cellular level. Purpose: The purpose of this study was to get tissue culture methods for cholesteatomas, so that the steps, techniques and specific tools for culturing cholesteatoma can be determined, also the number of cells that were planted, good environment in order to obtain cell viability and good culture results. Methods: This study consists of three phases: 1) Preliminary research phase aimed to determine the method of cell culture techniquesof cholesteatomas keratinocytes. 2) The stage of planting keratinocyte cells. 3) Phase keratinocytes cell harvest (harvest). Results: After this study, to get the optimal growth and viability, it would require the following methods: 1) Petri dish used for growing cholesteatomas keratinocyte cell is 1 cmdiameter petri dish; 2) The number of cells that were grown per cm2 of surface area of planting was 1-2 x 104cells per cm2; 3) The tripsinization time while harvesting cell was 30 seconds. Conclusion: Culture of cells was taken from the dispersion of certain organ which was done by enzymatic, mechanical and chemical disaggregation. Cultured keratinocytes had a short span of time and could be mixed with fibroblasts. Keratinocytes had a very limited replication half-life and there was a relationship between age and decline in the number of generations. This was associated with age, changes in the cell membrane and matrix components.Keywords: tissue culture, cholesteatoma, CSOM. ABSTRAKLatar belakang: Biakan jaringan merupakan suatu teknik memperbanyak sel atau jaringan secara in vitro. Dengan biakan jaringan dapat dipelajari berbagai sifat sel serta aplikasinya. Demikian juga jaringan kolesteatoma pasien otitis media supuratif kronik dapat digunakan metode biakan jaringan untuk mempelajari sifat jaringan kolesteatoma hingga tingkat sel. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari metode biakan jaringan kolesteatoma, sehingga didapatkan tahap-tahap biakan beserta teknik operasional baik alat spesifik yang digunakan, jumlah sel yang ditanam, lingkungan yang baik sehingga diperoleh viabilitas sel dan hasil biakan yang baik. Metode: Penelitian ini terdiri atas tiga tahap yaitu: 1) tahap penelitian pendahuluan yang bertujuan untuk menentukan metode teknik biakan sel keratosit kolesteatoma, 2) tahap menanam sel keratosit, 3) tahap memanen sel keratosit (harvest). Hasil: Setelah penelitian ini, untuk mendapatkan hasil pertumbuhan dan viabilitas yang optimal, maka diperlukan metode sebagai berikut: 1) petri yang digunakan untuk menanam sel keratinosit kolesteatoma adalah petri dengan diameter 1 cm, 2) jumlah sel yang ditanam per-cm2 luas permukaan bidang tanam adalah 1-2 x 104 sel per-cm2, 3) waktu tripsinisasi saat pengangkatan sel adalah 30 detik. Kesimpulan: Biakan sel adalah biakan yang diambil dari dispersi sel organ tertentu yang dilakukan dengan cara enzimatik, mekanik dan disagregasi secara kimiawi. Biakan keratinosit memiliki rentang waktu yang pendek dan hendaknya diwaspadai tercampur dengan fibroblas. Keratinosit memiliki waktu paruh replikasi yang sangat terbatas dan terdapat hubungan antara usia dengan penurunan jumlah generasi. Hal ini dikaitkan dengan usia, perubahan membran sel dan komponen matriks.Kata kunci: kultur jaringan, kolesteatoma, otitis media supuratif kronik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Wahyono, Daniel Joko, Bambang Hermani, and Purnomo Soeharso. "Ekspresi gen litik virus Epstein-Barr: manfaatnya untuk penegakan diagnosis karsinoma nasofaring." Oto Rhino Laryngologica Indonesiana 40, no. 2 (2013). http://dx.doi.org/10.32637/orli.v40i2.9.

Full text
Abstract:
Background: Nasopharyngeal carcinoma (NPC) is endemic in certain geographic regions, such asSoutheast Asia, and is associated with several environmental and genetic factors. Undifferentiated NPCis consistent with Epstein-Barr virus (EBV) infection. NPC is the most common ENT tumor in Indonesiawith high prevalence among native populations and yearly overall incidence estimated 6.2 per 100.000 population. Purpose: To explain the advantage of EBV immediate-early gene expression analysis indetermining of NPC diagnosis and management of NPC.Review: Replication of EBV implies to twocellular reactions, i.e. latentcy and lytic cycle expression of EBV lytic genes which consists of three lyticphases, i.e. immediate-early, early and late phase. Expression of immediate-early genes BZLF1 andBRLF1 are needed to induct of early and late genes, so both genes are known as transactivator genes.BALF1, an early lytic gene, expresses some protein regulating EBV replication in NPC. Expression of BCLF1, a late lytic gene, is essential for EBV replication, particularly in the forming of virion structure inNPC. Switching from latent to lytic cycle in tumor cells can happened spontaneously, particularly whenthe viral immediate early genes are induced via signal transduction after initial activation by anti-IgG,TGF-ß and CD4+. In NPC, the induction of EBV lytic cycle by cisplatin and irradiation gamma leads tothe increasing expression of BRLF1 and BZLF1 which have a correlation with the increasing of tumorprogression. RT-PCR technique is a very useful for detecting mRNA BRLF1 and BZLF1 gene expressionat the site of primary tumor, while real-time RT-PCR technique is used to measure the mRNA level ofthose genes.Conclusion: Expression of EBV immediate-early lytic gene in the biopsy of NPC primarytumour provides a basic clinical information for NPC diagnosis and therapy more accurately. Key words: expression EBV lytic gene, nasopharyngeal carcinoma, NPC diagnosis. Abstrak : Latar belakang: Karsinoma nasofaring (KNF) bersifat endemik secara geografis (di Asia Tenggara)dan berasosiasi dengan beragam faktor lingkungan dan genetik. KNF tidak berdiferensiasi konsistendengan adanya infeksi virus Epstein-Barr (VEB). Prevalensi KNF pada populasi Indonesia cukup tinggisebesar 6,2/100.000 penduduk per tahun. Tujuan:Menjelaskan kegunaan analisis ekspresi gen litikimmediate-early VEB untuk menegakkan diagnosis KNF dan meningkatkan efisiensi dalam penangananKNF. Tinjauan Pustaka: Replikasi VEB pada epitel nasofaring berimplikasi pada dua reaksi seluler,yaitu siklus laten dan litik VEB. Ekspresi gen litik VEB terdiri dari tiga fase, yaitu immediate-early,early dan late.Ekspresi gen immediate-early BZLF1 dan BRLF1 diperlukan untuk menginduksi genlitik fase early dan late, sehingga kedua gen tersebut dikenal sebagai gen transaktivator. Gen faseearlylitik BALF1 mengekspresikan protein replikasi pada KNF. Ekspresi gen fase late BCLF1 berperanpenting untuk replikasi VEB pada KNF, terutama untuk membentuk struktur virion. Perubahan sikluslaten menjadi siklus litik pada sel tumor dapat terjadi secara spontan, terutama melalui transduksi sinyalsetelah aktivasi oleh anti-IgG, TGF-ß dan CD4. Pada KNF, induksi siklus litik VEB dengan cisplatindan radiasi sinar γ menyebabkan peningkatan ekspresi gen BRLF1 dan BZLF1 yang berkorelasi denganpeningkatan progresivitas tumor. Teknik RT-PCR akan sangat berguna untuk mendeteksi ekspresi mRNAgen BRLF1 dan BZLF1 VEB pada lokasi tumor primer, sedangkan teknik real time RT-PCR digunakanuntuk mengukur kuantitas mRNA gen tersebut. Kesimpulan: Ekspresi gen litik immediate-early VEBpada biopsi tumor KNF memberikan informasi klinis dasar yang lebih akurat untuk diagnosis dan terapiKNF.+Kata kunci: ekspresi gen litik VEB, karsinoma nasofaring, diagnosis KNF.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography