To see the other types of publications on this topic, follow the link: Sulfat.

Journal articles on the topic 'Sulfat'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Sulfat.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Purnamaningsih, Nur'aini, Endah Retnaningrum, and Wahyu Wilopo. "PEMANFATAAN KONSORSIUM BAKTERI PEREDUKSI SULFAT DAN ZEOLIT ALAM DALAM PENGENDAPAN LOGAM Mn." Jurnal Penelitian Saintek 22, no. 1 (August 28, 2017): 37. http://dx.doi.org/10.21831/jps.v22i1.15311.

Full text
Abstract:
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan zeolit alam Wonosari terhadap aktivitas Bakteri Pereduksi Sulfat dalam pengendapan logam Mn skala continous culture dan mengidentifikasi karakter biofilm Bakteri Pereduksi Sulfat oleh aktivitas konsorsium Bakteri Pereduksi Sulfat pada zeolit alam dalam skala continous culture. Tahap penelitian meliputi aktivasi zeolit, pengujian aktivitas konsorsium Bakteri Pereduksi Sulfat dalam skala continous culture; serta karakterisasi biofilm konsorsium Bakteri Pereduksi Sulfat. Konsorsium Bakteri Pereduksi Sulfat yang digunakan berasal dari kotoran kambing. Zeolit yang digunakan pada pengujian aktivitas konsorsium Bakteri Pereduksi Sulfat adalah zeolit alam Wonosari yang berukuran 0,8-1,2 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsorsium Bakteri Pereduksi Sulfat pada bioreaktor dengan penambahan zeolit mempunyai aktivitas yang lebih efektif dibandingkan dengan bioreaktor tanpa penambahan zeolit, dimana pH meningkat menjadi pH 6,9; efisiensi pengendapan logam Mn sebesar 61,16%, serta nilai MPN yang lebih tinggi. Zeolit dalam bioreaktor dengan waktu pembentukan biofilm 5 hari dan 9 hari terlihat adanya biofilm konsorsium Bakteri Pereduksi Sulfat yang tumbuh melekat pada permukaan zeolit. The objective of this study were determining the effects of natural zeolite from Wonosari on the activites of Sulfate Reducing Bacteria in Mangan (Mn) sedimentation of continous culture scale, and identifying the biofilm character of Sulfate Reducing Bacteria on consortium activites on natural zeolite using continous culture scale. The first studies was activation of zeolites, followed by testing the activity of consortium activities of Sulfate Reduction Bacteria in continuous culture scales; and biofilm characterization of Sulfate Reducing Bacteria consortium. The consortium of Sulfate Reducing Bacteria derived from goat feces. The size of zeo natural zeolites used in the consortium activity test of Sulfate Reducing Bacteria in Mangan sedimentation was 0.8 to 1.2 cm. The results showed that the consortium of Sulfate Reducing Bacteria in the bioreactor with the addition of zeolite had an activity that was more effective than the bioreactor without the addition of zeolite, where the pH was increased to pH 6.9; Mangan sedimentation was 61,16%, and the higher MPN index. Zeolite in a bioreactor with biofilm formation in 5th days and 9th days seems that there were biofilm consortium of Sulfate Reducing Bacteria growing attached to the surface of the zeolite.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Helard, Denny, Shinta Indah, and Nurul Fitria. "ANALISIS VARIASI SPASIAL KONSENTRASI SULFAT DI SUNGAI BATANG ARAU, PADANG, SUMATERA BARAT." Jurnal Dampak 13, no. 2 (July 5, 2016): 68. http://dx.doi.org/10.25077/dampak.13.2.68-75.2016.

Full text
Abstract:
This study aimed to obtain a more comprehensive analysis of sulfate concentration of in Sungai Batang Arau, Padang. In addition to concentration profile of sulfate, correlation analysis between sulfate and environmental parameters (flowrate-Q, temperature-T, pH, DO and electrical Conductivity-EC) and spatial variation analysis of sulfate along the river were also performed. The analysis showed sulfate concentration tended to increase from upstream to downstream. Sulfate concentrations ranged from 25.9 to 115.1 mg / L and were below the quality standard (400 mg / L). Spearman Rank Correlation analysis showed a relative strong correlation of sulfate and significant with Q (r=0.581, p=0.000), T (r=0.448, p=0.008), and DHL (r=0.411, p=0.008) and no correlation with pH (r=-0.194, p=0.231) and DO (r=-0.279, p=0.081). Result of spatial analysis with a one-way ANOVA at 95% confidence level indicated that there was no a significant variability of sulfate concentration at the sampling stations (p> 0.05) except for S1 with S7 and S8. Moreover, cluster analysis grouped 8 sampling stations into two clusters, low and moderate polluted, based on similarities of sulfate characteristics. Keywords: Batang Arau, sulfate, correlation analysis, spatial variation analysisABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang konsentrasi sulfat dan parameter lingkungan (debit, Q; pH, temperatur, T; dissolved oxygen, DO; dan daya hantar listrik, DHL) di Sungai Batang Arau, Padang. Selain menyajikan profil konsentrasi dan membandingkannya dengan baku mutu pada Peraturan Gubernur Sumatera Barat No. 5 Tahun 2008, analisis korelasi antar parameter dan variasi spasial konsentrasi sulfat di sepanjang sungai juga dilakukan. Hasil analisis menunjukkan konsentrasi sulfat cenderung meningkat dari hulu ke hilir sungai begitu juga dengan parameter lingkungan. Nilai konsentrasi sulfat secara rata-rata berada pada rentang 25,9-115,1 mg/L dan berada di bawah baku mutu (400 mg/L). Analisis korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa parameter sulfat berkorelasi cukup kuat dan signifikan dengan Q (r=0,581, p=0,000), T (r=0,448, p=0,008), dan DHL (r=0,411, p=0,008) dan tidak berkorelasi dengan pH (r=-0,194, p=0,231) dan DO (r=-0,279, p=0,081). Analisis spasial dengan one-way ANOVA pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan perbedaan lokasi sampling tidak mengakibatkan perbedaan konsentrasi sulfat yang signifikan (p>0,05), kecuali antara titik S1 dengan S7 dan S8. Lebih lanjut, analisis spasial dengan menggunakan analisis klaster mengelompokkan titik sampling ke dalam dua klaster, yaitu klaster 1 yang terdiri dari titik S1 sampai titik S7 dan klaster 2 (S8) yang menggambarkan perubahan konsentrasi pencemar sulfat dari konsentrasi rendah ke konsentrasi sedang.Kata kunci: Batang Arau, sulfat, analisis korelasi, analisis variasi spasial
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Cahyani, Rizki Amalia Tri, Ernawan Setyono, and Yunan Rusdianto. "Performa Beton Dengan Ground Granulated Blast Furnace Slag Terhadap Sulfate Attack." Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand) 16, no. 3 (December 30, 2020): 185. http://dx.doi.org/10.25077/jrs.16.3.185-193.2020.

Full text
Abstract:
Serangan sulfat (sulfate attack) termasuk hal yang umum terjadi pada struktur beton, mengingat ion sulfat banyak dijumpai pada tanah, air tanah dan air laut. Peningkatan ketahanan beton melawan sulfat akan berdampak besar pada durabilitas dan umur layan struktur beton. Penambahan supplementary cementitious materials seperti GGBFS (ground granulated blast furnace slag) ke campuran beton telah terbukti memberikan pengaruh positif terhadap durabilitas dan properti mekanis beton. Namun, GGBFS tergolong material yang baru dikembangkan di Indonesia dan potensinya dalam meningkatkan durabilitas beton belum dimanfaatkan secara luas. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan investigasi terkait aplikasi GGBFS dan pengaruhnya terhadap durabilitas beton, terutama dalam melawan serangan sulfat. Dalam studi ini, durabilitas beton dengan persentase penggantian GGBFS 30%, 50% dan 70% terhadap total volume binder dievaluasi menggunakan perlakuan siklus basah-kering dalam larutan magnesium sulfat. Tingkat degradasi beton diukur dengan melakukan observasi terhadap perubahan kuat tekan dan massa spesimen akibat serangan sulfat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggantian GGBFS hingga 50% dari total volume binder dapat meningkatkan ketahanan beton terhadap serangan sulfat, ditunjukkan dengan kehilangan massa dan reduksi kekuatan yang lebih rendah dibandingkan spesimen kontrol dengan 100% semen Portland.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Saputra, Beny, Agus Sutanto, Mia Cholvistaria, Suprayitno Suprayitno, and Nala Rahmawati. "IDENTIFIKASI BAKTERI PEREDUKSI SULFAT PADA KAWAH AIR PANAS NIRWANA SUOH LAMPUNG BARAT." BIOLOVA 2, no. 2 (August 30, 2021): 122–27. http://dx.doi.org/10.24127/biolova.v2i2.1089.

Full text
Abstract:
Abstrak: Bakteri pereduksi sulfat atau Sulfate-reducing bacteria (SRB) adalah jenis bakteri obligat anaerob kemolitrotof memanfaatkan donor electron H2. Kemampuan SRB mereduksi sulfat menjadi sulfida mampu mengendapkan logam toksik meliputi Cd, Cu, dan Zn sebagai logam sulfida. SRB memerlukan substrat organik seperti asam piruvat yang dihasilkan oleh aktivitas anaerob lainnya. Mekanisme SRB dalam melakukan reduksi sulfat, sulfat digunakan sebagai sumber energi sebagai akseptor elektron dan menggunakan sumber karbon (C) sebagai donor elekton dalam metabolisme dan bahan penyusun sel. Pada kondisi anaerob bahan organik akan berperan sebagai donor elektron. Pembentukan senyawa sulfida melalui proses reduksi yang ditandai oleh penambahan elektron dari bahan organik yang menyebabkan turunnya konsentrasi sulfat dan naiknya pH lingkungan. SRB pada kawah air panas nirwana ini hidup secara anaerob pada suhu lingkungan 600C - 1000C dengan pH 7,4 tingkat kekeruhan air cukup keruh dan kandungan air yang mengandung blerang dengan indikator bau seperti telur busuk dan lingkungan sekitar terdiri dari sedimen batu kapur. Abstract : Sulfate-reducing bacteria (BPS) is a type of chemolithotroph obligate anaerobic bacteria that utilize H2 electron donors. The ability of BPS to reduce sulfate to sulfide is able to precipitate toxic metals including Cd, Cu, and Zn as metal sulfides. BPS requires organic substrates such as pyruvic acid which is produced by other anaerobic activities. The BPS mechanism in reducing sulfate, sulfate is used as an energy source as an electron acceptor and uses a carbon source (C) as an electron donor in metabolism and cell building material. Under anaerobic conditions, organic matter will act as an electron donor. The formation of sulfide compounds through a reduction process is characterized by the addition of electrons from organic matter which causes a decrease in sulfate concentration and an increase in environmental pH. BPS in this nirvana hot spring crater lives anaerobically at an environmental temperature of 600C - 1000C with a pH of 7.4 the level of turbidity of the water is quite cloudy and the water content contains sulfur with an indicator of smell like rotten eggs and the surrounding environment consists of limestone sediments
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Posumah, Dany Christian, and Dewianti A. Rondonuwu. "ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI TERMOFILIK PEREDUKSI SULFAT DI AIR PANAS SARONGSONG KOTA TOMOHON." Jurnal Biota 4, no. 1 (February 1, 2018): 36–40. http://dx.doi.org/10.19109/biota.v4i1.1654.

Full text
Abstract:
ABSTRAK.Bakteri Pereduksi Sulfat (BPS) berperan dalam biodegradasi lahan tercemar. Identifikasi berdasarkan karakter fenotipik perlu dilakukan untuk mengetahui jenis bakteri ini. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan beberapa isolat bakteri pereduksi sulfat di lokasi pemandian air panas Saronsong kota Tomohon. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan metode profile matching. Bakteri termofilik pereduksi sulfat diisolasi dari lokasi pemandian air panas Sarongsong kota Tomohon menggunakan media cair postgate b yang telah dimodifikasi dan selanjutnya dilakukan pemurnian menggunakan metode pengenceran. Karakter fenotipik isolat bakteri termofilik pereduksi sulfat yang diuji meliputi morfologi koloni, morfologi sel dan karakter biokimia. Hasil isolasi pada kawasan air panas Sarongsong diperoleh 4 isolat bakteri termofilik pereduksi sulfat yang dilihat dari perubahan warna media selektif. Berdasarkan identifikasi dengan menggunakan metode profile matching menunjukkan bahwa keempat isolat tersebut diduga termasuk dalam anggota genus Desulfotomaculum (isolat AK4D3 dan L4D1), genus Desulfomicrobium (isolat AJ4D5) dan genus Desulfobulbus (isolat L5D2).Kata Kunci:, fenotipik, identifikasi, isolasi, karakterisasi ABSTRACT. Sulfate Reducing bacteria play a role in biodegradation of land contaminated. Identification based on phenotype character needs to be done to know this type of bacteria. The objective of this research is to get some isolate of sulfate reducing bacteria in clear water, cloudy water and mud in Tomohon hot spring water location. Identification is done by using profile matching method. The sulfate reducing thermophilic bacteria was isolated from the Tomohon Sarongsong hot spring location using the modified postgate b liquid medium and then purified by dilution method. Phenotypic characteristics of sulfate reducing thermophilic bacteria isolates tested included colony morphology, cell morphology and biochemical character. The result of isolation at Sarongsong hot bath obtained 4 isolates of sulfate reducing thermophilic bacteria seen from selective media color change. Based on the identification using the profile matching method showed that the four isolates were suspected to be included in the members of the genus Desulfotomaculum (isolates of AK4D3 and L4D1), genus Desulfomicrobium (isolate AJ4D5) and genus Desulfobulbus (isolate L5D2). Keywords:, characteristics, Identification, Isolation, Phenotypic
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Budiman, Jaka Satria, I. Gde Basten, Hendri Silaen, Rahardian Ryan Ruthman, Fari Fathiardi Putra, and Kinkin Sulaeman. "DISTRIBUTION OF SULFATE WATER IN GRASBERG BLOCK CAVE (GBC) MINE, PAPUA, INDONESIA." RISET Geologi dan Pertambangan 27, no. 1 (June 21, 2017): 77. http://dx.doi.org/10.14203/risetgeotam2017.v27.440.

Full text
Abstract:
Grasberg Block Cave (GBC) underground mine, which is operated by PT Freeport Indonesia, located at High Land of Papua which has intensity of rainfall (average 4000 mm/year) and causing water inflow through the fractured rock, and flowing inside the underground mine. The water occurrence inside the underground mine could be in seepage form and water flow from diamond drilling hole. Water seepage inside underground mine contain many chemical compounds such as sulfate (SO42-). Sulfate has ability to cause acid water and sulfate attack, which can be a problem for ground support existing. Water from seepages of existing drift during development were collected and sent to laboratory to obtain detail chemical information. By correlating with geological data (formation and its content), distribution of water sulfate can be known. In the ore body of GBC, sulfate water content is higher than other lithologies. These data can be used for long term ground support planning in the future.AbstrakTambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC) yang dioperasikan oleh PT Freeport Indonesia, berlokasi di dataran tinggi Papua mempunyai curah hujan yang tinggi (rata-rata 4000 mm/tahun) dan menyebabkan adanya aliran air melewati rekahan batuan dan mengalir menuju ke dalam tambang bawah tanah. Keberadaan air di dalam tambang bawah tanah dapat berupa rembesan dan aliran air yang mengalir dari dalam lubang pengeboran. Rembesan air di dalam tambang bawah tanah mengandung banyak senyawa kimia seperti senyawa yang memiliki sulfat (SO42-). Sulfat mempunyai kemampuan untuk menyebabkan air asam dan sulfate attack, yang notabene bisa menjadi masalah terhadap ground support yang ada. Air yang terdapat di terowongan tambang bawah tanah, diambil dan dikirim menuju laboratorium untuk mendapatkan informasi kimia secara rinci. Dengan melakukan korelasi terhadap data geologi (formasi dan kandungan mineralnya), distribusi dari air sulfat bisa diketahui. Di dalam tubuh bijih utama GBC, air mengandung sulfat lebih tinggi dibandingkan dengan di area litologi lainnya. Data-data ini bisa digunakan untuk perencanaan pemasangan penyangga batuan di masa yang akan datang.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Indriana, Kovertina Rakhmi. "Pengaruh Kombinasi Konsentrasi dan Lama Perendaman pada Larutan Asam Sulfat terhadap Viabilitas dan Vigor Serta Pertumbuhan Benih Jarak (Jatroka curcas) di Persemaian." Paspalum: Jurnal Ilmiah Pertanian 2, no. 1 (January 30, 2018): 63. http://dx.doi.org/10.35138/paspalum.v2i1.53.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh cara yang paling tepat guna mempercepat perkecambahan benih jarak dan untuk mempelajari pengaruh kombinasi konsentrasi dan lamanya perendaman pada larutan asam sulfat terhadap viabilitas dan vigor serta pertumbuhan benih jarak di persemaian. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium benih dan di kebun produksi tanaman Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti Tanjungsari, Sumedang dengan ketinggian tempat 850 meter dari permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan Agustus 2011. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 18 kombinasi perlakuan dan dua ulangan. Perlakuan terdiri dari : A= direndam pada air aquades selama 1 menit, B= direndam air aquades selama 2 menit, C=direndam air aquades selama 3 menit, D=direndam aquades selama 4 menit, E=direndam aquades selama 5 menit, F= direndam aquades selama 6 menit, G=direndam konsentrasi asam sulfat 0,1% selama 1 menit, H= direndam konsentrasi asam sulfat 0,1% selama 2 menit, I= direndam konsentrasi asam sulfat 0,1% selama 3 menit, J= direndam konsentrasi asam sulfat 0,1% selama 4 menit, K= direndam konsentrasi asam sulfat 0,1% selama 1 menit, L= direndam konsentrasi asam sulfat 0,1% selama 6 menit, M= direndam konsentrasi asam sulfat 0,5 % selama 1 menit, N= direndam konsentrasi asam sulfat 0,5 % selama 2 menit, O=direndam konsentrasi asam sulfat 0,5 % selama 3 menit, P=direndam konsentrasi asam sulfat 0,5 % selama 4 menit, Q= direndam konsentrasi asam sulfat 0,5 % selama 5 menit, R= direndam konsentrasi asam sulfat 0,5 % selama 6 menit. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kombinasi konsentrasi dan lama perendaman pada larutan asam sulfat berpengaruh terhadap daya kecambah benih dan kecepatan tumbuh benih serta pertumbuhan tinggi tanaman umur 24 HST dan jumlah daun pada umur 17 HST, 24 HST, 31 HST, 38 HST dan 45 HST. Konsentrasi asam sulfat 0,1 % dan 0,5 % dengan berbagai waktu perendaman meningkatkan daya kecambah benih jarak, dengan kecepatan tumbuh yang lebih baik pada lama perendaman 2 menitsampai 6 menit dan memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun per tanaman dengan perlakuan terbaik ditunjukkan pada perlakuan konsentrasi 0,5% dengan waktu perendaman selama 6 menit.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Majalis, Asep Nurohmat, Nur Vita Permatasari, Yeni Novitasari, Noviarso Wicaksono, Dedi Armin, and Rizki Pratiwi. "Kajian Awal Produksi Fero Sulfat dari Slag Nikel Melalui Proses Pelindian Menggunakan Asam Sulfat." Jurnal Ilmu Lingkungan 18, no. 1 (April 29, 2020): 31–38. http://dx.doi.org/10.14710/jil.18.1.31-38.

Full text
Abstract:
AbstractNickel production with a pyrometallurgical process produces slag as a side product. Base on government regulation no.101 of 2014, nickel slag included in hazardous and toxic materials from specific sources with hazard category 2. The study of the use of nickel slag is quite interesting because chemically still contains valuable minerals and metals, and iron metal contained in nickel slag is the most dominant. A preliminary study of ferrous sulfate production from nickel slag was carried out which has the potential to be used for the treatment of nickel ore mining wastewater. The stages have been taken are characterization and leaching of nickel slag using sulfuric acid. The main mineral composition of nickel slag are fayalite, magnetite, and cristobalite with the dominant elements are Fe, O, Si, S, Mg, Ni, and Cu. The content of Fe, Ni, Co and Cu in nickel slag samples are 37%, 0.479%, 0.361%, and 0.0843% respectively. Nickel slag morphology is an irregular polygon and the surface is smooth and dense. Nickel slag leaching carried out on the ratio of the volume of the leachate to the weight of the slag is 1000 ml/500 g, acid concentration are 0.2, 0.25, 0.3 and 0.35 and leaching time is 5 days had successfully dissolved Fe(II) from nickel slag 2790, 1940, 4180 and 5160 mg/L respectivelyKeywords: nickel slag, ferrous sulfate, characterization, leachingAbstrakProduksi nikel dengan proses pirometalurgi menghasilkan hasil samping yaitu slag. Slag nikel berdasarkan Peraturan Pemerintah No.101 tahun 2014 termasuk limbah bahan berbahaya dan beracun dari sumber spesifik khusus dengan kategori bahaya 2. Kajian pemanfaatan slag nikel cukup menarik dilakukan karena secara kimia slag nikel masih mengandung mineral dan logam-logam yang berharga, dan kandungan logam besi di dalam slag nikel adalah yang paling dominan. Telah dilakukan kajian awal produksi fero sulfat dari slag yang berpotensi dapat dimanfaatkan untuk proses pengolahan air limbah pertambangan bijih nikel. Tahapan yang dilakukan yaitu karakterisasi dan pelindian slag nikel menggunakan asam sulfat. Komposisi mineral utama slag nikel adalah fayalit, magnetit dan kristobalit dengan kandungan unsur dominan Fe, O, Si, S, Mg, Ni, dan Cu. Kandungan logam Fe, Ni, Co, dan Cu dalam sampel slag nikel secara berturut-turut yaitu 37%, 0,479%, 0,361%, dan 0,0843%. Morfologi slag nikel adalah poligon tidak beraturan dan permukaannya halus serta padat. Pelindian slag nikel yang dilakukan pada perbandingan volume pelindi terhadap berat slag nikel yaitu 1000 ml/500 gram, konsentrasi asam sulfat secara berturut-turut 0,2; 0,25; 0,3 dan 0,35 mol/L dan waktu pelindian 5 hari telah berhasil melarutkan Fe(II) dari slag nikel secara berturut-turut 2790; 1940; 4180 dan 5160 mg/L.Kata kunci: slag nikel, fero sulfat, karakterisasi, pelindian
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Howan, Dian Herlinda Octorina. "Kajian kalor reaksi tembaga sulfat (CuSO4.5H2O) melalui prototipe kalorimeter." Fullerene Journal of Chemistry 4, no. 1 (April 30, 2019): 12. http://dx.doi.org/10.37033/fjc.v4i1.46.

Full text
Abstract:
Telah dilakukan penentuan kalor pelarutan reaksi tembaga sulfat hidrat, CuSO4.5H2O dan tembaga sulfat anhidrat, CuSO4 dengan menggunakan prototype kalorimeter. Tahap awal dilakukan dengan pengukuran tetapan kalorimeter dan dilanjutkan pengukuran kalor pelarutan tembaga sulfat menggunakan Hukum Hess untuk menentukan kalor reaksi secara tak langsung. Hasil yang diperoleh nilai kalor pelarutan reaksi tembaga sulfat CuSO4.5H2O dan tembaga sulfat anhidrat CuSO4 masing-masing berturut-turut sebesar 723,318 J dan 748,26 J.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Jannah, Zelika Nur, Dheasy Herawati, and Khoirul Ngibad. "REVIEW: Analisis Konsentrasi Ion Sulfat dalam Air Menggunakan Spektrofotometri." Jurnal Pijar Mipa 16, no. 2 (March 3, 2021): 203. http://dx.doi.org/10.29303/jpm.v16i2.1907.

Full text
Abstract:
Review ini bertujuan untuk mengkaji metode spektrofotometri dalam pengukuran kadar sulfat dan mengkaji aplikasi metode spektrofotometri untuk pengukuran kadar sulfat yang terdapat dalam beberapa jenis sampel air. Penentuan kadar sulfat dalam air menggunakan metode spektrofotometri dapat dilakukan menggunakan reagen BaCl2 kemudian absorbansinya diukur pada panjang gelombang 420 nm. Metode spektrofotometri dapat diaplikasikan untuk penentuan konsentrasi ion sulfat dalam air sumur bor, air minum dalam kemasan, air minum isi ulang, dan air hujan. Hasil menunjukkan bahwa kadar sulfat dalam sampel air berada di bawah ambang batas. Kadar maksimum kandungan sulfat dalam air minum menurut Permenkes No. 492/MENKES/PER/IV/2010 adalah 250 mg/L dan kadar maksimum kandungan sulfat dalam air untuk keperluan higiene sanitasi menurut Permenkes No. 32 Tahun 2017 adalah 400 mg/L.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Pratiwi, Wiwit Sri Werdi, Nike Ika Nuzula, Desi Suryana Suci, Ary Giri Dwi Kartika, and Makhfud Effendy. "Produksi MgCl2 dari Bittern melalui Optimalisasi Pemisahan Ion Sulfat Menggunakan Reagen Kalsium Klorida Dihidrat." Journal of Marine Research 10, no. 2 (May 10, 2021): 243–51. http://dx.doi.org/10.14710/jmr.v10i2.30687.

Full text
Abstract:
Madura memberikan kontribusi terbesar terhadap produksi garam di Jawa Timur. Produksi garam menghasilkan limbah yang disebut bittern. Bittern merupakan air sisa kristalisasi garam yang berbentuk cairan dengan kadar kepekatan >29o Be dan memiliki kandungan utama berupa ion magnesium. Selama ini, hasil bittern dari tambak garam rakyat Kabupaten Pamekasan, Madura digunakan kembali untuk proses produksi garam, dimana kegiatan tersebut dapat menurunkan kualitas garam. Dalam skala industri, bittern dapat digunakan sebagai bahan baku magnesium, namun diperlukan suatu metode untuk memisahkan senyawa lainnya agar tidak mengganggu proses ekstraksi magnesium. Ion sulfat (SO₄²ˉ) merupakan ion terbanyak kedua yang terkandung dalam bittern, sehingga pemisahan ion sulfat merupakan suatu strategi untuk meningkatkan kualitas bittern sebagai bahan baku magnesium klorida. Pada penelitian ini, proses pemisahan ion sulfat menggunakan reagen kalsium klorida dihidrat (CaCl₂.2H₂O) yang ditambahkan pada bittern dengan perbandingan antara SO₄²ˉ dan CaCl₂.2H₂O yaitu P1 = 1:0,90 ; P2= 1:0,95; P3 1:1; P4=1:1,05; dan P5= 1:1,1. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kandungan sulfat pada bittern yaitu 41257,14±757,14 mg/L. Kadar sulfat pada filtrat dengan perlakuan P₁ = 4,14±0,43 mg/L; P₂ = 5,38±0,22 mg/L; P₃ = 7,57±1,14 mg/L; P₄ = 6,57±0,57 mg/L; dan P₅ = 7,48±0,46 mg/L. Penambahan CaCl₂.2H₂O berpengaruh terhadap kadar sulfat pada bittern yang dapat dilihat dari hasil uji ANOVA. Perlakuan optimal dari uji lanjut DNMR yaitu pada perlakuan ratio molar 1:0,9 dengan nilai rata-rata 4,1429 mg/L dimana dilihat dari rata-rata paling kecil dari perlakuan lainnya. Hasil penelitian ini menjadi penelitian dasar untuk melakukan optimasi ekstrak magnesium klorida dari bahan baku bittern. Madura provides the largest contribution to salt production in East Java. Salt production generates a waste called bittern. Bittern is the residual liquid of salt crystallization with a concentration of 29oBe and has the main content of magnesium ions. Unfortunately, bittern from the salt pond in Pamekasan Regency, Madura is reused for the salt production process, whereby this activity can reduce the quality of salt. On an industrial scale, bittern can be used as a raw material for magnesium, but a method is needed to separate other compounds so it does not interfere with the magnesium extraction process. Sulfate ion (SO₄²ˉ) is the second most abundant ion contained in bittern. Thus, the separation of sulfate ions is a strategy to improve the quality of bittern as a raw material for magnesium chloride. In this study, the separation process of sulfate ions using calcium chloride dihydrate reagent (CaCl₂.2H₂O) added to bittern with a ratio between SO₄²ˉ and CaCl₂.2H₂O, namely P1 = 1:0,90; P2= 1:0,95; P3 1:1; P4=1:1,05; dan P5= 1:1,1. Based on the research results, it can be concluded that the sulfate content in bittern is 41257.14 ± 757.14mg/L. Sulfate levels in the filtrate were P₁ = 4.14±0.43 mg/L; P₂ = 5.38±0.22 mg/L; P₃ = 7.57±1.14mg/L; P₄ = 6.57±0.57mg/L; and P₅ = 7.48±0.46 mg/L.The addition of CaCl₂.2H₂O has an effect on the sulfate content of bittern which can be exhibited from the ANOVA test results. The optimal treatment of the DNMR test is the treatment of the molar ratio of 1: 0.9 with an average value of 4.1429 mg/L, which is referred from the smallest average of other treatments. The results of this study serve as basic research to optimize the extract of magnesium chloride from bittern as raw material.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Widayat, Widayat, and Hantoro Satriadi. "OPTIMASI PEMBUATAN DIETIL ETER DENGAN PROSES REAKTIF DISTILASI." Reaktor 12, no. 1 (June 7, 2008): 7. http://dx.doi.org/10.14710/reaktor.12.1.7-11.

Full text
Abstract:
DiEtil Eter banyak digunakan sebagai bahan pelarut untuk reaksi organik dan pemisahan senyawa organik dari sumber alamnya, sebagai bahan bakar. DiEtil Eter umumnya diproduksi dengan proses dehidrasi etanol dengan katalis asam sulfat pada suhu 125­­­0C – 1400C (proses barbet). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kondisi optimum pada pembuatan dietil eter dengan katalis asam sulfat dan proses reaktif distilasi. Variabel yang dioptimasi adalah konsentrasi asam sulfat awal dan perbandingan mol reaktan etanol dengan asam sulfat. Proses optimasi menggunakan metode respon permukaan dan pengolahan data dengan perangkat lunak Statistica(R.) Proses pembuatan dietil eter dilakukan pada volume 700 ml, waktu 100 menit dan suhu operasi 125-1300 C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model matematika yang diperoleh hubungan konversi etanol dengan perbandingan mol reaktan etanol dengan asam sulfat dan konsentrasi awal asam sulfat adalah . Konversi etanol optimum sebesar 31,83 % pada kondisi operasi perbandingan mol reaktan etanol dengan asam sulfat 1 : 1,30 dan konsentrasi awal asam sulfat 10,98 M.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Afiatun, Evi, Sri Wahyuni, and Faizal Hamdan. "PERBANDINGAN KOMPOSISI KOAGULAN BIJI KELOR (MoringanOleifera), BIJI ASAM JAWA (TamarindusIndica L) DAN ALUMINIUM SULFAT (AL2(SO4)3) UNTUK MENURUNKAN KEKERUHAN AIR SUNGAI CITARUM ATAS CIPARAY KABUPATEN BANDUNG." Journal of Community Based Environmental Engineering and Management 2, no. 1 (March 4, 2019): 21. http://dx.doi.org/10.23969/jcbeem.v2i1.1453.

Full text
Abstract:
Jenis koagulan bisa dikategorikan menjadi koagulan anorganik dan organik, koagulan anorganik yang sering digunakan dalam pengolahan air baku menjadi air bersih adalah aluminium sulfat (Al2(SO4)3). Koagulan organik merupakan koagulan yang dapat dihasilkan dari ekstrak tumbuhan, binatang dan mikrooganisme. Biji kelor (Moringan Oleifera) dan biji asam jawa (Tamarindus Indica L) merupakan koagulan organik yang sudah banyak dilakukan studi menurunkan parameter kekeruhan. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan dosis optimum koagulan biji kelor (Moringan Oleifera), biji asam jawa (Tamarindus Indica L), dan aluminium sulfat (Al2(SO4)3) untuk menurunkan parameter kekeruhan buatan dan air sungai Citarum Atas Ciparay Kabupaten Bandung. Pengujian dilakukan menggunakan Jartest sampel menggunakan kekeruhan buatan dan air sungai. Variasi kekeruhan buatan 100 NTU, 500 NTU, 600 NTU dan 1000 NTU, sedangkan variasi koagulan terdiri dari koagulan biji kelor, koagulan biji asam jawa, koagulan aluminium sulfat, campuran dari biji kelor dengan aluminium sulfat, dan campuran dari biji asam jawa dengan aluminium sulfat. Hasil penelitian dosis optimum biji kelor secara berurut berdasarkan variasi kekeruhan 85 mg/500ml, 220 mg/500ml, 235 mg/500ml, dan 430 mg/500ml, biji asam jawa 85 mg/500ml, 230 mg/500ml, 235 mg/500ml dan 435 mg/500ml, dan aluminium sulfat 70 mg/500ml, 80 mg/500ml, 105 mg/500ml dan 135 mg/500ml. Percobaan dengan air sungai menggunakan koagulan campuran biji kelor dengan aluminium sulfat yakni 85 mg/500ml biji kelor dan 35 mg/500ml aluminium sulfat dapat menurunkan hingga 90,25 %, campuran biji asam jawa dengan aluminium sulfat yakni 85 mg/500ml biji asam dan 35 mg/500ml aluminium sulfat dapat menurunkan hingga 93,61 %, dan menggunakan aluminium sulfat yakni 70 mg/500ml dapat menurunkan 92,76 %.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Sulistyo, Hary, Muhammad Fadjri, and Nuryoto Nuryoto. "KINETIKA REAKSI OKSIDASI KATALITIK FERO SULFAT DARI LIMBAH BESI DALAM REAKTOR LULUHAN." Reaktor 13, no. 2 (October 4, 2010): 67. http://dx.doi.org/10.14710/reaktor.13.2.67-73.

Full text
Abstract:
Limbah besi yang berupa serbuk direaksikan dengan asam sulfat membentuk larutan fero sulfat. Larutan fero sulfat dapat dioksidasi menjadi feri sulfat. Oksidasi dijalankan dalam reaktor drift pada tekanan dan suhu tetap. Percobaan dilakukan pada kisaran suhu 323K sampai 353K dan konsentrasi katalisator dari 1,7 sampai 6,7 g/L, waktu reaksi 150 menit pada tekanan atmosferis. Nilai konversi tertinggi fero sulfat menjadi feri sulfat yang diperoleh 39,5%. Nilai koefisien perpindahan massa gas ke cairan dan cairan ke permukaan padatan berturut-turut 37,18 cm/s dan 180 cm/s. Hubungan antara konstante kecepatan reaksi permukaan dengan suhu dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan Arrhenius, k = 2,8092x107exp(-8794/RT). Hasil penelitian yang diperoleh sesuai dengan data di pustaka dan kinetika reaksi ditentukan oleh gabungan antara perpindahan massa gas ke cairan dan reaksi pada permukaan katalisator.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Punjungsari, Tyas Nyonita. "PENGARUH MOLASE TERHADAP AKTIVITAS KONSORSIUM BAKTERI PEREDUKSI SULFAT DALAM MEREDUKSI SULFAT (SO4-)." VIABEL: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Pertanian 11, no. 2 (November 1, 2017): 39–49. http://dx.doi.org/10.35457/viabel.v11i2.267.

Full text
Abstract:
The purpose of this research is to understanding the effect of organic matter on BPS activity in reducing sulfate. Research carried out in batch culture using erlenmeyer, and using a completely randomized design (CRD). The treatment given is organic matter amounted to 308 mg / L, 617 mg / L and 1.234 mg / L and control. Each treatment was repeated 3 times. The parameters observed in this study is SO4- concentration. Using Duncan New Multiple Range Test (DNMRT) at 5% level for data analysis. The results showed that the molecular concentration of 617 mg / L was able to decrease the sulfate concentration at the fastest, then consecutively the concentration of molasses 1.234 mg / L, and control. Based on the Anova test the significant value is less than 0.05. Thus it can be stated that there is an effect of addition molasses to decrease sulfate concentration by sulfate reducing bacteria consortium.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Punjungsari, Tyas Nyonita. "PENGARUH MOLASE TERHADAP AKTIVITAS KONSORSIUM BAKTERI PEREDUKSI SULFAT DALAM MEREDUKSI SULFAT (SO4-)." VIABEL: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Pertanian 11, no. 2 (November 1, 2017): 39–49. http://dx.doi.org/10.30957/viabel.v11i2.267.

Full text
Abstract:
The purpose of this research is to understanding the effect of organic matter on BPS activity in reducing sulfate. Research carried out in batch culture using erlenmeyer, and using a completely randomized design (CRD). The treatment given is organic matter amounted to 308 mg / L, 617 mg / L and 1.234 mg / L and control. Each treatment was repeated 3 times. The parameters observed in this study is SO4- concentration. Using Duncan New Multiple Range Test (DNMRT) at 5% level for data analysis. The results showed that the molecular concentration of 617 mg / L was able to decrease the sulfate concentration at the fastest, then consecutively the concentration of molasses 1.234 mg / L, and control. Based on the Anova test the significant value is less than 0.05. Thus it can be stated that there is an effect of addition molasses to decrease sulfate concentration by sulfate reducing bacteria consortium.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Fatra, Fahmy, and Joko Suwignyo. "ANALISA PENGARUH PENAMBAHAN ASAM TARTRAT TERHADAP PEMBENTUKAN KERAK DI DALAM PIPA PENGEBORAN MINYAK BUMI." Journal of Automotive Technology Vocational Education 1, no. 2 (October 10, 2020): 1–8. http://dx.doi.org/10.31316/jatve.v1i2.991.

Full text
Abstract:
Kerak yang ditimbulkan pada pipa pengeboran minyak bumi yaitu kerak barium sulfate (BaSO4). Kerak ini merupakan masalah serius yang banyak dihadapi pada proses pengeboran minyak bumi dan gas di laut lepas. Masalah serius tersebut mengakibatkan penyempitan diameter dalam pipa, dan berkurangnya transfer air pada pipa sehingga dapat berakibat pipa menjadi pecah. Pada penelitian ini menjelaskan proses pengerakan barium sulfat (BaSO4) pada aliran laminer disistem perpipaan. Larutan barium sulfat (BaSO4) dibuat dengan cara mencampurkan larutan equimolar barium chloride (BaCl2) dan natrium sulfate (Na2SO4). Parameter yang diteliti adalah variasi konsentrasi barium sulfate yaitu 1000 ppm, 1500 ppm, 2000 ppm, 2500 ppm, dan 3000 ppm, laju aliran 30 ml/menit (konstan), temperatur 20oC (konstan) dan konsentrasi aditif asam tartrat (0, 5, 10 ppm). Proses pembentukan kerak barium sulfate (BaSO4) dimonitor dengan alat konduktivity meter. Hasil kerak barium sulfate (BaSO4) yang diperoleh baik sebelum penggunaan aditif asam tartrat (C4H6O6) maupun setelah dicampur aditif asam tartrat (C4H6O6) kemudian dikeringkan dan dikarakterisasi dengan analisa SEM dan XRD. Dari hasil pengujian SEM dapat disimpulkan bahwa larutan tanpa menggunakan aditif kristalnya akan mudah menempel di pipa dikarenakan bentuknya yang tumpul sehingga kristal mudah untuk menempel di pipa. Sedangkan larutan dengan menggunakan aditif bentuk kristalnya runcing itu artinya kristal akan sulit untuk menempel di pipa sehingga dapat menghambat pertumbuhan kerak di dalam pipa. Sedangkan dari hasil uji XRD kerak yang terjadi yaitu kerak barium sulfate (barite). Kata Kunci: Barium sulfate, konsentrasi larutan, asam tartrat
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Ratnawati, Erna. "BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) SISTEM SEMI-INTENSIF PADA TAMBAK TANAH SULFAT MASAM." Media Akuakultur 3, no. 1 (June 30, 2008): 6. http://dx.doi.org/10.15578/ma.3.1.2008.6-10.

Full text
Abstract:
Tanah sulfat masam adalah nama umum yang diberikan pada tanah yang mengandung senyawa sulfida atau pirit (FeS2). Apabila tanah sulfat masam digali untuk dikonversi menjadi tambak atau tambak diperdalam, akan menyebabkan pirit teroksidasi dan menjadi larut selanjutnya dapat menyebabkan penurunan pH tanah dan meningkatkan kelarutan unsur-unsur toksik seperti besi dan aluminium. Akibatnya produktivitas tambak rendah atau bahkan tidak berproduksi. Oleh karena itu, untuk memberdayakan tambak tanah sulfat masam diperlukan upaya perbaikan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk budidaya tambak. Kegiatan utama yang perlu dilakukan dalam usaha budidaya udang windu (Penaeus monodon) di tambak tanah sulfat masam adalah remediasi tambak. Budidaya udang windu dengan pola semi-intensif di tambak tanah sulfat masam yang terlebih dahulu diremediasi dapat mencapai sintasan 57,46% dengan padat penebaran 80.000 ekor/ha. Hal ini tidak jauh berbeda dengan sintasan pada budidaya udang vanamei pada tambak tanah mineral pola tradisional plus yaitu 60%--70% dengan padat penebaran yang sama. Dari hasil yang dicapai ini, menandakan bahwa budidaya pada tambak tanah sulfat masam memberi harapan bagi pembudidaya udang apabila dilakukan pengelolaan tanah tambak yang tepat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Ratnawati, Erna. "BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) SISTEM SEMI-INTENSIF PADA TAMBAK TANAH SULFAT MASAM." Media Akuakultur 8, no. 1 (June 30, 2008): 6. http://dx.doi.org/10.15578/ma.8.1.2013.6-10.

Full text
Abstract:
Tanah sulfat masam adalah nama umum yang diberikan pada tanah yang mengandung senyawa sulfida atau pirit (FeS2). Apabila tanah sulfat masam digali untuk dikonversi menjadi tambak atau tambak diperdalam, akan menyebabkan pirit teroksidasi dan menjadi larut selanjutnya dapat menyebabkan penurunan pH tanah dan meningkatkan kelarutan unsur-unsur toksik seperti besi dan aluminium. Akibatnya produktivitas tambak rendah atau bahkan tidak berproduksi. Oleh karena itu, untuk memberdayakan tambak tanah sulfat masam diperlukan upaya perbaikan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk budidaya tambak. Kegiatan utama yang perlu dilakukan dalam usaha budidaya udang windu (Penaeus monodon) di tambak tanah sulfat masam adalah remediasi tambak. Budidaya udang windu dengan pola semi-intensif di tambak tanah sulfat masam yang terlebih dahulu diremediasi dapat mencapai sintasan 57,46% dengan padat penebaran 80.000 ekor/ha. Hal ini tidak jauh berbeda dengan sintasan pada budidaya udang vanamei pada tambak tanah mineral pola tradisional plus yaitu 60%--70% dengan padat penebaran yang sama. Dari hasil yang dicapai ini, menandakan bahwa budidaya pada tambak tanah sulfat masam memberi harapan bagi pembudidaya udang apabila dilakukan pengelolaan tanah tambak yang tepat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Nuzula, Nike Ika, Wiwit Sri Werdi Pratiwi, Novi Indriyawati, and Makhfud Efendy. "STUDI PENGGUNAAN SENYAWA CaCl2 DALAM MENURUNKAN KADAR SULFAT PADA LIMBAH PRODUKSI GARAM." Jurnal Kimia Riset 6, no. 1 (June 28, 2021): 20. http://dx.doi.org/10.20473/jkr.v6i1.23159.

Full text
Abstract:
Bittern adalah salah satu hasil dari proses produksi garam yang saat ini pemanfaatannya belum maksimal. Hal ini dikarenakan banyaknya pengotor yang terkadung didalamnya. Sulfat merupakan pengotor tertinggi kedua dalam bittern. Penelitian ini dilakukan untuk mengikat sulfat pada bittern dengan menggunakan CaCl₂.2H₂O dengan metode penambahan yang berbeda-beda. Variasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perbandingan mol antara bittern dengan Kristal CaCl2. Perbandingan mol terbaik antara bittern dengan Kristal CaCl2 didapatkan rasio sebesar 1: 0.9 dengan kadar sulfat sebesar 4.83 mg/L, dimana kadar awal sulfat pada sampel bittern sebesar 41.257 g/L atau setara dengan 41257 mg/L..
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Adawiah, Syarifah Rabiatul, Sutarno Sutarno, Arfiani Nur, Rahmiani Gani, and Titik Andriani. "Studi Perbandingan Adsorpsi-Desorpsi Anion Nitrat dan Sulfat pada Bentonit Termodifikasi." Walisongo Journal of Chemistry 4, no. 1 (July 9, 2021): 23–31. http://dx.doi.org/10.21580/wjc.v4i1.7585.

Full text
Abstract:
Telah dilakukan studi perbandingan adsorpsi-desorpsi nitrat dan sulfat pada bentonit termodifikasi. Adsorpsi dilakukan dengan mengocok adsorben dalam larutan adsorbat pada kondisi pH, waktu kontak dan konsentrasi optimum. Selanjutnya dilakukan studi desorpsi pada air dan asam sitrat yang menggunakan adsorben yang telah mengadsorpsi nitrat dan sulfat. Studi menunjukkan bahwa kapasitas adsorpsi dipengaruhi oleh muatan dan ukuran anion. Semakin kecil muatan dan ukuran anion, semakin besar kapasitas adsorpsinya. Hasil penelitian menunjukkan kapasitas adsorpsi: nitrat (0,032 mmol g-1) sulfat (0,020 mmol g-1). Pada studi desorpsi menunjukkan bahwa persentase pelepasan juga dipengaruhi oleh muatan dan ukuran anion, semakin besar muatan dan ukuran anion maka semakin mudah proses desorpsi. Persentase desorpsi dalam air pada waktu kesetimbangan adalah: sulfat (71,33%) nitrat (50,71%) dan dalam asam sitrat adalah: sulfat (95,76%) nitrat (59,05%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelarutan anion dalam asam sitrat lebih besar dari pada air, hal ini merupakan persyaratan untuk aplikasi pupuk lepas lambat (SRF).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Sumardiyono, Sumardiyono, Dewi Astuti Herawati, and Supriyono Supriyono. "Pengaruh Konsentrasi Aktivator Asam Sulfat pada Arang Aktif Kulit Kelapa Muda untuk Menurunkan BOD dan COD." Biomedika 10, no. 2 (March 5, 2018): 73–78. http://dx.doi.org/10.31001/biomedika.v10i2.278.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi aktivator optimum asam sulfat pada arang aktif kulit kelapa muda untuk mendapatkan kapasitas maksimum dalam penurunan angka COD dan BOD limbah cair tahu. Pembuatan arang aktif kulit kelapa muda dilakukan melalui pemilihan, pencucian, pengeringan, pengarangan, dan aktivasi menggunakan berbagai konsentrasi asam sulfat dengan variabel waktu perendaman. Pengujian BOD dan COD dengan metode titrasi. Konsentrasi asam sulfat yang dipergunakan 0,5 N; 1 N; 1,5 N; 2N; dan 2,5 N dengan waktu perendaman masingmasing konsentrasi 0,5 jam, 1 jam, 1,5 jam, 2 jam dan 2,5 jam. Hasil percobaan menunjukkan penurunan BOD paling besar pada penyerapan menggunakan arang aktif konsentrasi aktivator asam sulfat 2,5 N dan waktu perendaman 0,5 jam. Effisiensi penurunan BOD limbah cair tahu sebesar 76,86 % yaitu dari 912 mg/L menjadi 211 mg/L. Sedangkan penurunan COD limbah cair tahu terbaik dihasilkan saat penyerapan menggunakan arang aktif konsentrasi aktivator asam sulfat 2,5 N dengan waktu kontak 0,5 jam. Besarnya COD limbah cair tahu terendah 270 mg/L, efisiensi penurunan sebesar 85,60%. Arang yang telah diaktivasi menggunakan asam sulfat meningkatkan daya penyerapan terhadap angka COD dan angka BOD dibandingkan dengan arang tanpa aktivasi. Peningkatan daya penyerapan masing-masing sebesar 57,76% dari 27,8 % menjadi 85,56% dan sebesar 49,54 % dari 27,62 % menjadi 76,86%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Pramestiyani, Mustika, and Siti Fadhilah. "Pengaruh suplementasi ferro sulfat terhadap kadar low density lipoprotein dan high density lipoprotein pada tikus bunting." Ilmu Gizi Indonesia 4, no. 1 (August 28, 2020): 87. http://dx.doi.org/10.35842/ilgi.v4i1.162.

Full text
Abstract:
Latar Belakang: Penambahan kebutuhan zat besi selama kehamilan digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta serta penambahan volume darah ibu sebagai persiapan persalinan. Pemberian tablet tambah darah untuk mencegah anemia pada ibu hamil diberikan minimal 90 tablet selama kehamilan atau setara dengan elemen besi sebesar 60 mg tiap tabletnya. Namun, sebuah studi menyatakan bahwa pemberian suplementasi besi dosis 50–60 mg/hari (150–185 mg/hari fero sulfat) pada wanita hamil berisiko menyebabkan hemokonsentrasi, preeklamsia, dan diabetes gestasional. Suplemen zat besi serta peningkatan cadangan zat besi dalam darah dikaitkan dengan komplikasi pada ibu hamil dan peningkatan stres oksidatif yang menyebabkan peningkatan lipid peroxidase selama kehamilan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi ferro sulfat terhadap kadar LDL dan HDL pada tikus bunting. Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah post test only control group design. Sampel adalah 25 ekor tikus yang dibagi menjadi lima kelompok, yaitu kelompok tikus bunting normal, tikus bunting anemia, tikus bunting anemia yang diberi ferro sulfat selama 18 hari, tikus bunting anemia yang diberi ferro sulfat selama 12 hari, dan tikus bunting anemia yang diberi ferro sulfat selama 6 hari. Pemeriksaan parameter dilakukan pada hari ke-18 kebuntingan. Analisis data dilakukan dengan uji One Way ANOVA lalu dilanjutkan uji post hoc Fisher’s Least Significant Different (LSD) menggunakan software SPSS 20. Hasil: Lama waktu pemberian ferro sulfat berpengaruh terhadap kadar LDL dan HDL tikus bunting anemia (p<0,001). Kesimpulan: Lama waktu suplementasi ferro sulfat akan meningkatkan kadar LDL dan menurunkan kadar HDL pada tikus bunting model anemia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Prihadi, Tri Heru, and Brata Pantjara. "PENERAPAN REMEDIASI PADA SISTEM BUDIDAYA UDANG DI TAMBAK TANAH SULFAT MASAM (Studi Kasus di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur)." Media Akuakultur 14, no. 1 (September 30, 2019): 55. http://dx.doi.org/10.15578/ma.14.1.2019.55-62.

Full text
Abstract:
Remediasi tanah sulfat masam untuk tambak dapat meningkatkan produktivitas tanah yang lebih baik untuk budidaya udang sistem monokultur dan polikultur. Penelitian dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh remediasi tanah pada budidaya udang windu di tambak tanah sulfat masam. Penelitian dilakukan pada tambak milik masyarakat di Pulau Tempurung, Desa Kasai Kecamatan Pulau Derawan Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur. Karakterisasi tanah untuk mengetahui rona awal tambak tanah sulfat masam dilakukan sebelum budidaya. Prosedur perbaikan tambak tanah sulfat masam diadopsi dari hasil penelitian Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAPPP). Remediasi tanah dilakukan dengan tahapan pengolahan tanah, pengeringan dasar tambak, perendaman, dan pembilasan; dan dilanjutkan dengan pengapuran dan pemupukan. Pengapuran tambak menggunakan dolomit dengan dosis 1,0 ton per ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tambak yang diremediasi menghasilkan udang windu sebanyak 357,15 kg/ha dan tanpa remediasi sebesar 100 kg/ha. Tambak yang diremediasi pada sistem polikultur menghasilkan udang windu 100,9 kg/ha dan ikan bandeng 330 kg/ha. Penerapan teknologi remediasi dasar tanah pada budidaya udang windu sistem monokultur berdasarkan analisis ekonomi sederhana memberi keuntungan sebesar Rp26.828.500,00 /ha/siklus dan BC rasio 4,68. Polikultur udang windu dan bandeng menghasilkan keuntungan sebesar Rp8.800.000,00 /ha/siklus dan BC rasio 2,47.Remediation of acid sulfate soil pond can increase the productivity of the soil used for shrimp farming with monoculture and polyculture systems. This study was conducted to determine the post effects of soil remediation on tiger shrimp cultured in acid sulfate soil pond. The study was conducted in one of the farms owned by a fish farmer in Tempurung Island, Kasai Village, Derawan District, Berau Regency, East Kalimantan Province. The characteristics of the soil were determined to serve as the baseline information before cultivation. The pond remediation followed the procedures set by the Research Institute for Brackishwater Aquaculture and Fisheries Extension, Maros. The soil reclamation was carried out following the subsequent stages: soil plowing, pond bottom drying, inundation, and flushing; followed by liming and fertilization. Ponds liming used a dolomite dose of 1 ton/ha. The results showed that the remediated acid sulfate soil ponds could produce tiger shrimp up to 357.15 kg/ha while non-remediated ponds only produced up to of 100 kg/ha. The remediated brackish fish pond used for polyculture system could produce tiger shrimp up to 100.9 kg/ha and milkfish up to 330 kg/ha. The application of soil remediation on ponds of tiger shrimp monoculture systems yielded a profit of Rp 26,828,500.00/Ha/cycle and BC ratio of 4.68. For polyculture of tiger shrimp and milkfish, the profit was Rp 8,800,000.00/Ha/cycle and BC ratio of 2.47.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Prastanto, Henry, Rochmadi Rochmadi, and Muslikhin Hidayat. "STUDI KINETIKA SIKLISASI KARET ALAM DENGAN KATALISATOR ASAM SULFAT." Jurnal Penelitian Karet 29, no. 1 (June 1, 2011): 63. http://dx.doi.org/10.22302/jpk.v29i1.112.

Full text
Abstract:
Karet alam siklis (CNR) adalah resin pengeras dan pengkaku karet yang dapat dibuat dari lateks karet alam dengan katalis asam. CNR berpotensi menggantikan High Styrene Resin (HSR) yang merupakan produk turunan minyak bumi sehingga penggunaan CNR akan meningkatkan nilai tambah karet alam. Penelitian siklisasi lateks karet alam dengan katalis asam sulfat ini dilakukan untuk mengetahui kinetika reaksi siklisasi lateks karet alam dan nilai konstanta kecepatan reaksi siklisasi (k). Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Polimer, Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada. Lateks karet alam dicampur dengan surfaktan dan asam sulfat. Rasio massa asam sulfat terhadap massa lateks pekat karet alam (60%) adalah 1,1; 1,2; 1,3 dan 1,4, sedangkan suhu operasi yang digunakan adalah 85 dan 950C. Sampel diambil dengan interval waktu 15 menit dengan waktu reaksi sampai 2 jam. Selanjutnya sampel digumpalkan, dicuci, disaring dan dikeringkan. Sampel kemudian dianalisis konsentrasi ikatan rangkapnya yang ditunjukkan dengan bilangan iodnya. Analisis bilangan iodnya dilakukan dengan menggunakan metode larutan Wijs. Hasil penelitian ini menunjukkan, rasio massa asam sulfat terhadap lateks pekat agar dapat menghasilkan CNR adalah minimal 1,2:1. Konstanta kecepatan reaksi protonasi (k1) akan semakin besar dengan kenaikan rasio massa asam sulfat terhadap massa lateks. Nilai k2 dan k4 ternyata juga semakin besar dengan kenaikan rasio sehingga selain sebagai reaktan H+ juga berfungsi sebagai katalis. How to Cite : Prastanto, H., Rochmadi, R., & Hidayat, M. (2011). Studi kinetika siklisasi karet alam dengan katalisator asam sulfat. Jurnal Penelitian Karet, 29(1), 63-75. Retrieved from http://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/jpk/article/view/112
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Nurhayati, Nurhayati, Mappiratu Mappiratu, and Musafira Musafira. "PEMBUATAN KONSENTRAT PROTEIN DARI BIJI KELOR (Moringa oleifera L.) DAN ANALISIS PROFIL ASAM AMINO." KOVALEN: Jurnal Riset Kimia 4, no. 1 (May 13, 2018): 24–32. http://dx.doi.org/10.22487/kovalen.2018.v4.i1.10180.

Full text
Abstract:
Penelitian tentang pembuatan konsentrat protein dari biji kelor dan analisis profil asam amino telah dilakukan, dengan tujuan untuk menentukan tingkat kejenuhan amonium sulfat yang menghasilkan konsentrat protein dengan rendemen dan kadar protein tertinggi, rasio tepung biji kelor terhadap amonium sulfat yang menghasilkan konsentrat protein dengan rendemen dan kadar protein tertinggi, dan mengetahui profil asam amino konsentrat protein biji kelor. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), dengan variasi tingkat kejenuhan amonium sulfat 50%, 60%, 65%, 70%, 75%, 80% dan variasi rasio tepung biji kelor terhadap amonium sulfat 1:2, 1:3, 1:4, 1:5, dan 1:6 (b/v), setiap perlakuan dilakukan sebanyak 2 kali. Tingkat kejenuhan amonium sulfat terbaik diperoleh pada 65% dengan rendemen sebesar 46,56% dan kadar protein 72,18%. Rasio amonium sulfat terhadap tepung biji kelor diperoleh rasio terbaik 1:6 dengan rendemen sebesar 70,96% dan kadar protein sebesar 74,16%. Profil asam amino konsnentrat protein biji kelor yaitu asam amino essensial berupa arginin (77,3 mg/g), fenilalanin (27,61 mg/g), leusin (27,39 mg/g), valin (15,19 mg/g), isoleusin (13,16 mg/g), threonin (11,29 mg/g), metionin (10,67 mg/g), lisin (7,57 mg/g), dan triptofan (3,49 mg/g). Asam amino non essensial berupa asam glutamat (97,2 mg/g), prolin (26,3 mg/g), glisin (24,74 mg/g), alanin (17,57 mg/g), asam aspartat (17,45 mg/g), serina (15,16 mg/g), tirosin (11,29 mg/g), dan sistina (5,9 mg/g).Kata kunci : Asam amino essensial biji kelor, Biji kelor, Konsentrat protein, Profil asam amino
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Mustafa, Akhmad, Rachmansyah Rachmansyah, Dody Dharmawan Trijuno, and Ruslaini Ruslaini. "PEUBAH KUALITAS AIR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT (Gracilaria verrucosa) DI TAMBAK TANAH SULFAT MASAM KECAMATAN ANGKONA KABUPATEN LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN." Jurnal Riset Akuakultur 4, no. 1 (April 30, 2009): 125. http://dx.doi.org/10.15578/jra.4.1.2009.125-138.

Full text
Abstract:
Rumput laut (Gracilaria verrucosa) telah dibudidayakan di tambak tanah sulfat masam dengan kualitas dan kuantitas produksi yang relatif tinggi. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui peubah kualitas air yang mempengaruhi laju pertumbuhan rumput laut di tambak tanah sulfat masam Kecamatan Angkona Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan. Pemeliharaan rumput laut dilakukan di 30 petak tambak terpilih selama 6 minggu. Bibit rumput laut dengan bobot 100 g basah ditebar dalam hapa berukuran 1,0 m x 1,0 m x 1,2 m. Peubah tidak bebas yang diamati adalah laju pertumbuhan relatif, sedangkan peubah bebas adalah peubah kualitas air yang meliputi: intensitas cahaya, salinitas, suhu, pH, karbondioksida, nitrat, amonium, fosfat, dan besi. Analisis regresi berganda digunakan untuk menentukan peubah bebas yang dapat digunakan untuk memprediksi peubah tidak bebas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pertumbuhan relatif rumput laut di tambak tanah sulfat masam berkisar antara 1,52% dan 3,63%/hari dengan rata-rata 2,88% ± 0,56%/hari. Di antara 9 peubah kualitas air yang diamati ternyata hanya 5 peubah kualitas air yaitu: nitrat, salinitas, amonium, besi, dan fosfat yang mempengaruhi pertumbuhan rumput laut secara nyata. Untuk meningkatkan pertumbuhan rumput laut di tambak tanah sulfat masam Kecamatan Angkona Kabupaten Luwu Timur dapat dilakukan dengan pemberian pupuk yang mengandung nitrogen untuk meningkatkan kandungan amonium dan nitrat serta pemberian pupuk yang mengandung fosfor untuk meningkatkan kandungan fosfat sampai pada nilai tertentu, melakukan remediasi untuk menurunkan kandungan besi serta memelihara rumput laut pada salinitas air yang lebih tinggi, tetapi tidak melebihi 30 ppt.Seaweed (Gracilaria verrucosa) has been cultivated in acid sulfate soil-affected ponds with relatively high quality and quantity of seaweed production. A research has been conducted to study water quality variables that influence the growth of seaweed in acid sulfate soil-affected ponds of Angkona Sub-district East Luwu Regency South Sulawesi Province. Cultivation of seaweed was done for six weeks in 30 selected brackishwater ponds. Seeds of seaweed with weight of 100 g were stocked in hapa sized 1.0 m x 1.0 m x 1.2 m. Dependent variable that was observed was specific growth rate, whereas independent variables were water quality variables including light intensity, salinity, temperature, pH, carbondioxide, nitrate, ammonium, phosphate, and iron. Analyses of multiple regressions were used to determine the independent variables which could be used to predict the dependent variable. Research result indicated that relative growth rate of seaweed in acid sulfate soils-affected brackishwater ponds ranged from 1.52% to 3.63%/day with 2.88% ± 0.56%/day in average. Among nine observed water quality variables, only five variables namely: nitrate, salinity, ammonium, phosphate and iron influence significantly on the growth of seaweed in acid sulfate soils-affected brackishwater ponds. The growth of seaweed in acid sulfate soils-affected brackishwater ponds of Angkona District East Luwu Regency, can be improved by using nitrogen-based fertilizers to increase ammonium and nitrate contents and also fertilizers which contain phosphorus to improve phosphate content to a certain level. Pond remediation to decrease iron content and also rearing seaweed at higher salinity (but less than 30 ppt) can also be alternatives to increase the growth of seaweed.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Sutrisyani, Sutrisyani, Sitti Rohani, and Kurniah Kurniah. "KONSENTRASI ION BESI DAN ION SULFAT PADA AIR BUDIDAYA UDANG DI TAMBAK TANAH SULFAT MASAM." Buletin Teknik Litkayasa Akuakultur 5, no. 1 (January 9, 2017): 35. http://dx.doi.org/10.15578/blta.5.1.2006.35-37.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Lisnawati, SST, M.Keb, Lilis. "PERBANDINGAN EFEK KLINIS DAN LABORATORIUM HASIL PEMBERIAN MgSO4 SECARA KONTINYU DAN BERKALA PADA PASIEN PREEKLAMSI- EKLAMSI." JURNAL KESEHATAN BIDKESMAS RESPATI 2, no. 6 (August 13, 2015): 17–23. http://dx.doi.org/10.48186/bidkes.v2i6.51.

Full text
Abstract:
Kematian ibu akibat preeklamsia - eklamsi merupakan salah satu dari tiga penyebab kematian ibu selain perdarahan dan infeksi. Tingginya insidensi serta belum sempurnanya pengelolaan menyebabkan prognosa yang buruk.1Pengobatan dengan magnesium sulfat telah diterima di banyak tempat sebagai pengobatan terpilih pada preeklampsia dan eklampsi. Cara pemberian dan dosis magnesium sulfat masih bermacam-macam walaupun semuanya bertujuan untuk mendapatkan kadar magnesium dalam darah yang dapat memberikan efek terapetik yang optimal dan berlangsung lama.2 Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu hamil yang menderita preeklampsi dan eklampsia di RSU dr Soekardjo dari bulan Maret - Agustus 2015 (6 bulan), sedangkan sampel penelitian ini adalah ibu-ibu populasi tersebut diatas yang memenuhi kriteria inklusi serta memenuhi besar sampel minimal. Hasil penelitian menyatakan bahwa pemberian magnesium sulfat secara intravena lebih baik untuk mencegah kejang ataupun kejang ulangan. Sedangkan pada pemberian magnesium sulfat secara intravena dan intramuskular dipandang dari segi intoksikasi tidak didapatkan perbedaan antara kedua pola pemberian. Intoksikasi yang terjadi pada pola I semata-mata hanya merupakan faktor ketidaktelitian.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Dillasamola, Dwisari, Surya Dharma, and Helmi Arifin. "Pengaruh Pemberian Vanadil Sulfat dan Kromium (III) Klorida terhadap Fungsi Ginjal Mencit Putih Diabetes." Jurnal Sains Farmasi & Klinis 1, no. 1 (February 6, 2015): 72. http://dx.doi.org/10.29208/jsfk.2014.1.1.14.

Full text
Abstract:
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari dua logam berat vanadil sulfat dan krom (III) klorida pada tingkat kreatinin darah tikus putih hiperglikemia yang disebabkan oleh deksametason 11mg/kgBB. Hewan-hewan percobaan dikelompokkan menjadi lima kelompok yang terdiri dari 5 tikus putih. Kelompok I digunakan sebagai kelompok kontrol, yang hanya menerima makanan standar dan suplemen makanan. Kelompok II - V diinduksi dengan dexametason 11mg/ kgBB untuk meningkatkan kadar glukosa mereka. Kelompok III juga diberikan kromium (III) klorida 5,2 ug/ 20g BW. Kelompok IV juga diberi vanadil sulfat pada dosis 0,78 mg/ 20 gBB. Kelompok V menerima kombinasi vanadil sulfat dengan dosis 0,39 mg/ 20 gBB dan kromium (III) klorida pada dosis 2,6 ug/ 20 gBB. Tingkat kreatinin darah ditentukan dengan metode enzimatik yang dilakukan selama 42 hari dan pengamatan dilakukan pada hari ke-7, hari ke-21 dan hari ke-42. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian kombinasi vanadil sulfat dan kromium (III) klorida secara signifikan mengurangi tingkat kreatinin darah tikus putih (P <0,05).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Ariyadi, Achmad, and Simparmin Br Ginting. "Penentuan Konsentrasi Aktivator Asam Sulfat Terbaik pada Pretreatment Zeolit Alam Lampung (Zal) sebagai Katalisator untuk Reaksi Esterifikasi Gliserol dan Asam Asetat Menjadi Triacetin." Inovasi Pembangunan : Jurnal Kelitbangan 5, no. 02 (August 1, 2017): 112–20. http://dx.doi.org/10.35450/jip.v5i02.39.

Full text
Abstract:
Telah dilakukan penelitan untuk memperoleh konsentrasi aktivator asam sulfat terbaik pada tahapan pretreatment Zeolit Alam Lampung sebagai katalisator pada reaksi esterifikasi gliserol dan asam asetat membentuk triacetin. Proses pretreatment yang dilakukan adalah aktivasi secara kimia dimana zeolit direndam dalam asam sulfat dengan konsentrasi 0,2 ; 0,3 dan 0,4 N. Zeolit hasil aktivasi dianalisis rasio SiO2/Al2O3 dengan analisis XRF. Kemudian ketiga pretreated zeolit dengan variasi konsentrasi aktivator tersebut diuji kinerjanya sebagai katalis pada reaksi pembentukan triacetin dari gliserol dan asam asetat dengan waktu reaksi 90 menit dan dilakukan pengambilan sampel setiap 15 menit lalu dibandingkan dengan reaksi menggunakan katalis zeolit tanpa aktivasi serta reaksi tanpa katalis. Konversi tertinggi dan terbaik didapatkan pada katalis pretreated zeolit 0,2 N asam sulfat dengan konversi sebesar 11,75 %. Analisis XRF memberikan hasil bahwa semakin meningkat konsentrasi aktivator asam sulfat, semakin meningkat juga rasio SiO2/Al2O3 zeolit. Analisis FTIR menunjukkan perlakuan aktivasi pada zeolit tidak menimbulkan perubahan struktur yang signifikan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Yulio, Rahmad, Nurdin Nurdin, and Yuniati Yuniati. "PENGARUH VARIASI SUHU, KONSENTRASI LARUTAN ASAM SULFAT DAN ASAM OKSALAT PADA PROSES HARD ANODISASI TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN ALUMINIUM ALLOY 6061." Jurnal Mesin Sains Terapan 4, no. 1 (February 28, 2020): 12. http://dx.doi.org/10.30811/jmst.v4i1.1739.

Full text
Abstract:
Anodisasi merupakan suatu proses elektrokimia pada logam Aluminium dengan tujuan untuk memperoleh lapisan tipis Aluminium Oksida (Al2O3) yang sifatnya lebih baik dari pada logam Aluminium itu sendiri. Penelitian ini menitik beratkan pada proses anodisasi Aluminium yang menggunakan variasi larutan elektrolit campuran Asam Sulfat (H2SO4) dengan Asam Oksalat (H2O2C4). Dengan lamanya waktu 40 menit dengan rapat arus 3 Amp/dm² dan variasi suhu 5 ˚C, 10 ˚C, dan 15 ˚C. Terhadap karakteristik lapisan yang terbentuk setelah hasil anodisasi pengujian dilakukan dengan uji kekerasan permukan yaitu Microhardness Test dengan metode Microvickers. Dan hasil penelitian di dapat kekerasan permukaan tertinggi pada campuran Asam Sulfat 12 % dan Asam Oksalat 1 % pada suhu 5 ˚C sebesar 334.37 HVN, untuk Asam Sulfat 12 % dan Asam Oksalat 2 % pada suhu 5 ˚C sebesar 316.03 HVN, dan untuk Asam Sulfat 1 % dan Asam Oksalat 12 % pada suhu 5 ˚C tidak terjadi proses anodisasi.Kata kunci : Aluminium, Anodisasi, Larutan Elektrolit, Suhu, Microvickers.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Sabang, Rosiana, Rahmiyah Rahmiyah, and Muhammad Arnol Arnol. "Konsentrasi Sulfur pada Tanah Tambak Sulfat Masam Sebelum dan Sesudah Digunakan untuk Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan." Buletin Teknik Litkayasa Akuakultur 12, no. 1 (November 17, 2016): 65. http://dx.doi.org/10.15578/blta.12.1.2014.65-68.

Full text
Abstract:
Abstrak lengkap dapat dilihat di full. PDFIkan nila merupakan komoditas alternatif yang dibudidayakan di tambak tanah sulfat masam, selain udang. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi sulfur pada tanah sulfat masam tambak sebelum dan sesudah digunakan untuk budidaya ikan nila khususnya di kabupaten Maros provinsi Sulawesi Selatan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Wikanta, Thamrin, Lestari Rahavu, and Wanda M Z. "TULANG RAWAN IKAN HIU: PENGARUH PEMBERIAN KONDROITIN SULFAT TERHADAP PROTEKSI MUKOSA LAMBUNG TIKUS PUTIH." Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 6, no. 1 (April 3, 2017): 28. http://dx.doi.org/10.15578/jppi.6.1.2000.28-35.

Full text
Abstract:
Telah dilakukan pengujian tentang pengaruh pemberian senyawa kondroitin sulfat terhadap perlindungan mukosa lambung tikus putih dengan dosis satu g/kg, dua g/kg, dan empat g/kg bobot badan Hasil pengujian menunjukkan bahwa kondroitin sulfat yang diberikan secara oral menimbulkan efek proteksi terhadap mukosa lambung tikus.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Pantjara, Brata, Aliman Aliman, Abdul Mansyur, and Utojo Utojo. "KELAYAKAN LAHAN PERTAMBAKAN DI TANAH SULFAT MASAM, KABUPATEN LUWU TIMUR, SULAWESI SELATAN." Jurnal Riset Akuakultur 1, no. 2 (August 30, 2006): 281. http://dx.doi.org/10.15578/jra.1.2.2006.281-290.

Full text
Abstract:
Salah satu lahan yang bisa dikembangkan untuk budi daya tambak adalah tanah sulfat masam. Di Indonesia potensinya cukup luas dan umumnya lahan semacam ini berada di kawasan pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi kelayakan lahan tanah sulfat masam untuk pertambakan dan optimalisasi pemanfaatannya berdasarkan tingkat kesesuaian lahan dan daya dukung lingkungan. Penelitian dilakukan di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Metode penelitian dengan melakukan survai untuk mendapatkan data primer. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait dan peta yang diperlukan untuk proses analisis dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Analisis data melalui tumpang susun dari beberapa peta dan data primer pada setiap pengamatan dengan mempertimbangkan pembobotan dan skala penilaian untuk mendapatkan nilai skoring dalam menentukan kesesuaian lahan budi daya tambak. Hasil analisis kelayakan lahan untuk tambak didapatkan nilai potensi dan kelayakan seluas 5.617,9 ha yang terdiri atas 709,4 ha kelayakan tinggi; 3.947,7 ha kelayakan sedang; dan 960,7 ha kelayakan rendah.One of land that can be developed for brackish water aquaculture is acid sulfate soil. The potency of acid sulfate soil in Indonesia is relatively large and generally found in coastal area. The objectives of this research to know the potency and land suitability of acid sulfate soil for brackish water aquaculture and optimal utilization based on land suitability level and its carrying capacity. This research was conducted at Malili Sub District; East Luwu Regency, South Sulawesi. Surveys have been done collected primary data. while secondary data was obtained from related Institution and needed maps for Geographic Information System (GIS) analysis, with overlying maps and primary data in each station observation with considering and assessment scale value of determining land suitability for brackish water pond. The result of maps analysis had been obtained the potency and land suitability at Malili Sub district were 5,617.9 ha consisted of 709.4 ha (high suitability); 3,947.7 ha (moderate suitability); and 960.7 ha (low suitability).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Ulandari, Resi, Lince Muis, and Ira Galih Prabasari. "Pra Rancang Pabrik Pembuatan Asam Sulfat dari Sulfur, Oksigen, dan Air Menggunakan Proses Kontak dengan Kapasitas 160.000 Ton/Tahun." Jurnal Engineering 2, no. 1 (January 30, 2020): 32–39. http://dx.doi.org/10.22437/jurnalengineering.v2i1.8727.

Full text
Abstract:
Pabrik pembuatan asam sulfat ini direncanakan berlokasi di daerah Prambonwetan, Jawa Timur dengan area luas 3,8 ha dengan kapasitas 160.000 ton/tahun. Proses pembuatan Asam Sulfat menggunakan bahan baku dari Sulfur, Oksigen dan Air dengan bantuan Vanadium Pentoksida sebagai katalis. Reaksi berlangsung di dalam Burner (B-01) sebagai pembentukan Sulfur Dioksida pada suhu 1000 oC dan tekanan 1 atm. Selanjutnya reaksi berlansung di dalam dua jenis reaktor yaitu Continuous Stirred Tank Reaktor (R-02) sebagai pembentukan Asam Sulfat pada suhu 80oC dan tekanan 1 atm. Sedangkan reaktor Fixed Bed Multibed (R-01) tersusun atas 4 buah bed sebagai pembentukan Sulfur Trioksida dengan suhu masing-masing 450oC, 440oC, 425oC, dan 405oC pada tekanan 1 atm. Perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang dipimpin oleh seorang Direktur Utama. Sistem organisasi perusahaan adalah line and stuff dengan total karyawan 210 orang. Hasil analisa ekonomi dari prarancang pabrik pembuatan Asam Sulfat ini adalah Biaya Produksi sebesar US $ 2.711.778.745,5753, Hasil Penjualan sebesar US $ 3.947.629.377,3979, Annual Cash Flow sebesar US $ 811.552.893,4923, Pay Out time selama 3 tahun, Break Even Point 36,4319 %, Service Life 11 tahun.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Minkwitz, Rolf, and Arnulf Werner. "Caesium-tetrafluor(trifluormethyl)sulfat(IV) [1]." Journal of Fluorine Chemistry 37, no. 3 (December 1987): 397–404. http://dx.doi.org/10.1016/s0022-1139(00)81975-2.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Taslimah, Taslimah, Salih Muharam, and Damin Sumardjo. "Pemerangkapan Garam Ammonium Sulfat dalam Zeolit." Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 6, no. 2 (August 1, 2003): 5–7. http://dx.doi.org/10.14710/jksa.6.2.5-7.

Full text
Abstract:
Modifikasi zeolit alam menjadi material penyimpan hara telah dilakukan dengan cara impreknasi basah. Impreknasi dilakukan dengan merendam zeolit dalam larutan ammonium sulfat pada konsentrasi 13,2% - 39,6%(b/v) dengan selang 6,6%. Kalsinasi zeolit hasil dilakukan pada suhu 250C selama 4 jam, karakterisasi hasil dilakukan engan menggunakan difraktometer sinar-X dan spektrofotometer infra merah.Disimpulkan bahwa molekul ammonium sulfat terperangkap dalam zeolit dalam bentuk (NH4)2Ca(SO4)2. Perlakuan kalsinasi pada 250C selama 4 jam tidak merubah struktur zeolit.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Räbiger, N., and S. Hövelmann. "Kombinierte Organisch-C-, Sulfat- und Schwermetalleliminierung." Chemie Ingenieur Technik 74, no. 5 (May 2002): 627. http://dx.doi.org/10.1002/1522-2640(200205)74:5<627::aid-cite627>3.0.co;2-w.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Böhmer, H., K. Resch, and Chr Gutenbrunner. "Sulfat-Heilwässer - eine zeitgemäße medikamentöse Alternative?" Physikalische Medizin, Rehabilitationsmedizin, Kurortmedizin 09, no. 01 (February 1999): 1–5. http://dx.doi.org/10.1055/s-2008-1061773.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

S.W., Rachmawati, Bambang Iswanto, and Winarni . "PENGARUH pH PADA PROSES KOAGULASI DENGAN KOAGULAN ALUMINUM SULFAT DAN FERRI KLORIDA." INDONESIAN JOURNAL OF URBAN AND ENVIRONMENTAL TECHNOLOGY 5, no. 2 (December 9, 2009): 40. http://dx.doi.org/10.25105/urbanenvirotech.v5i2.676.

Full text
Abstract:
<p>Koagulasi terjadi karena adanya interaksi antara koagulan dengan kontaminan seperti partikel koloid. Proses koagulasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain pH, dosis koagulan, serta kekeruhan larutan. Dalam penelitian ini dilakukan studi untuk mengetahui pengaruh parameter pH dan dosis pada proses koagulasi dan flokulasi dengan menggunakan koagulan aluminum sulfat (Al2(SO4)3..14,3H2O ) dan ferri klorida (FeCl3.6H2O). Air baku yang digunakan adalah suspensi air baku sintetis menggunakan kaolin, dengan variasi suspensi kekeruhan tinggi (124 NTU) dan suspensi kekeruhan sedang (51 NTU). Hasil penelitian mengindikasikan bahwa pengaruh pH dan dosis pada koagulan aluminum sulfat sangat signifikan, sedangkan ferri klorida memberikan rentang pH operasi yang lebih besar dibandingkan dengan aluminum sulfat.<br />Keywords : colloid, destabilization, pH, dosages, sweep flocculation.</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

KUSUMO, PRIYONO. "OPTIMASI PRODUKSI GAULTHERIN DARI GANDAPURA DENGAN TEKNOLOGI MIXED-DrYING EXTrACTION." Jurnal Teknik Industri 15, no. 2 (March 3, 2016): 124. http://dx.doi.org/10.22219/jtiumm.vol15.no2.124-135.

Full text
Abstract:
Tujuan studi ini adalah menentukan optimasi produksi gaultherin dari gandapura melalui teknik inaktivasi enzim gaultherase dengan teknologi mixed-drying extraction. Kegiatan riset meliputi studi produktifitas gaultherin dan optimisasi parameter-parameter proses. Upaya yang dapat meningkatkan produktifitas gaultherin diantaranya pengaruh penambahan drying agent (magnesium sulfat, sodium sulfat, kalsium klorida, dan kalsium sulfat). Optimisasi dilakukan menggunakan faktorial design 2n. Penentuan variabel berpengaruh dengan menggunakan normal probability plot, setelah dilakukan perhitungan main efek dan perhitungan interaksi. Selama riset, diukur kandungan gaultherin, metil salisilat, asam salisilat menggunakan spektrofotometer maupun HPLC-MS. Hasil riset menunjukkan bahwa meningkatnya konsentrasi drying agent maupun etanol menyebabkan perolehan gaultherin semakin besar, terutama dengan penambahan kalsium klorida. Hasil telaah menyatakan bahwa variabel proses mixed-drying extraction untuk inaktivasi enzim gaultherase yang paling berpengaruh adalah pH dan konsentrasi etanol. Semakin besar pH ekstraksi, akan meningkatkan perolehan senyawa aktif gaultherin. Kondisi optimum mixed-drying extraction untuk inaktivasi enzim tercapai pada pH 8 dengan kadar senyawa aktif gaultherin sebesar 14,46%. Semakin besar konsentrasi pelarut, gaultherin yang terekstrak semakin meningkat. Produksi gaultherin secara maksimum tercapai pada konsentrasi etanol 90% dengan perolehan senyawa aktif sebesar 13,10%. This study purposed the optimization of gaultherin production from “gandapura” by inactivating the gaultherase enzyme, including gaultherin productivity and process parameters. This research applied the combination processes of extraction-dryer, simultanously. The productivity of gaultherin was improved by adding the drying agent, such as magnesium sulfate, sodium sulfate, calcium chloride, and calcium sulfate. The optimization was conducted using a factorial design 2n. Dependent variables determined by calculating the main effects and interactions, following by the application of probability plots. During the research, the content of gaultherin, methyl salicylate, salicylic acid were measured by using a spectrophotometer and HPLC-MS. The results shows that the higher concentration of drying agent (especially calcium chloride) and ethanol, increased the content of gaultherin. However, the most influenced factor to this conducted process was pH, regarding to the concentration of ethanol. During extraction, the higher the pH, increased the active compound of gaultherin. The optimum condition of enzyme inactivation was found at pH 8 with the content of gaultherin at 14.46%. The higher the solvent concentration of ethanol, the higher content of gaultherin can be extracted. The maximum process condition regarding to ethanol concentration found at 90% with active compound concentration at 13.10%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Baktir, Afaf. "Fraksinasi amilase dari Endomycopsis fibuligera ITBRcc64 dengan metode presipitasi amonium sulfat." Journal of Biological Researches 1, no. 2 (December 12, 1995): 77–83. http://dx.doi.org/10.23869/bphjbr.1.2.19953.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Chen, Ting Yi, Wen Lu, Wei Liu, Ya Dian Xie, and Ye Qi Fu. "Preparation of Purity Al2O3 for LED Sapphire Materials by Ammonium Aluminum Sulfate and its Performance." Advanced Materials Research 1053 (October 2014): 50–55. http://dx.doi.org/10.4028/www.scientific.net/amr.1053.50.

Full text
Abstract:
The preparation of aluminium sulfate adopting the sulfuric acid heating method with Al (OH)3 as raw material, and join the β complexing agent in aluminium sulfate solution to remove impurities; ammonium aluminum sulfat is prepared by the reaction of the ammonium solution and aluminum sulfate, and purify ammonium aluminum sulfate to get high purity ammonium aluminum sulfate crystals containing crystal water. Purify the crystallization of ammonium aluminum sulfate with containing water treated at 1250 °C for 3 h. Then the high purity alumina was prepared. Break the high purity alumina to press, and then again process in 3 h under 1650 °C, get Al203 which is craw materials of sapphire crystal LED. The samples were characterized by atomic absorption spectrum (AAS), differential thermal analysis (TG/DTA), scanning electron microscopy, XRD and chemical analysis. The purity of high purity alumina is 99.991%, which will be applied to the LED manufacturers on sapphire artificial sapphire growth test.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Royani, Ahmad. "Pembuatan Serbuk Mangan Sulfat dari Pelindian Bijih Mangan Kadar Rendah dengan Metode Kristalisasi." JTERA (Jurnal Teknologi Rekayasa) 4, no. 1 (May 14, 2019): 53. http://dx.doi.org/10.31544/jtera.v4.i1.2019.53-60.

Full text
Abstract:
Mangan Sulfat adalah bahan baku penting dalam produksi beberapa senyawa mangan di berbagai industri. Oleh karena itu, pembuatan Mangan Sulfat dari bijih mangan kadar rendah untuk produksi senyawa dengan kemurnian yang tinggi menjadi hal yang sangat penting. Untuk membuat serbuk MnSO4.H2O dengan kemurnian tinggi dari larutan hasil pelindian bijih mangan, maka perlu dilakukan proses kristalisasi. Penelitian ini bertujuan untuk membuat serbuk Mangan Sulfat dari pelindian bijih mangan kadar rendah dengan metode kristalisasi. Kristalisasi dilakukan pada setiap sampel sebanyak 500 mL larutan Mangan Sulfat pada suhu ± 98oC dalam berbagai waktu. Kemudian didinginkan pada temperatur kamar ± 30oC dan pada media air es ± 3oC. Analisis kadar mangan sebelum dan sesudah proses kristalisasi dilakukan menggunakan Atomic Absorption Spectrometer. Morfologi serbuk produk mangan dikarakterisasi menggunakan Scanning Electron Microscope yang dilengkapi dengan Energy Dispersive Spectrometer. Hasil kristalisasi sangat efektif untuk menghilangkan unsur pengotor dalam serbuk MnSO4.H2O. Unsur pengotor mengalami penurunan sebesar 99,15% dan 98,96% dalam proses kristalisasi dengan pendinginan di udara dan pendinginan menggunakan air es. Sementara itu, serbuk kristal yang dihasilkan mengandung lebih dari 98% MnSO4.H2O dengan unsur pengotor dibawah 2%. Serbuk kristal pada pendinginan udara cenderung memiliki struktur yang lebih teratur dan berukuran relatif lebih kecil dibandingkan dengan struktur dan ukuran kristal pada pendinginan air es.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Agronomianto, Gembong, Wasino Hadi Rahmanto, and Rum Hastuti. "Pengaruh Konsentasi Kobalt Sulfat terhadap Persentase Hasil Elektrooksidasi Etanol." Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 3, no. 3 (August 31, 2000): 191–96. http://dx.doi.org/10.14710/jksa.3.3.191-196.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan persentase etanol teroksidasi dan pengaruh variasi konsentrasi reagen redoks pada kondisi tegangan listrik, waktu elektrolisa, dan temparatur sel yang sama. Elektroda yang digunakan adalah timbal sebagai anoda dan kawat neklin sebagai katoda, dengan larutan kobalt sulfat sebagai reagen redoksnya. Dari hasil penelitian didapatkan etanol terelektrooksidasi menjadi karbondioksida dengan persentase etanol teroksidasi sekitar 0,13-2,27 %. Dari hasil variasi konsentrasi reagen redoks, yakni kobalt sulfat, semakin meningkat jumlah etanol teroksidasi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Indriyati, Indriyati, and Diyono Diyono. "PENGOLAHAN EFLUEN REAKTOR FIXED BED SECARA KOAGULASI." Jurnal Teknologi Lingkungan 12, no. 3 (December 1, 2016): 277. http://dx.doi.org/10.29122/jtl.v12i3.1236.

Full text
Abstract:
effluent dari reaktor fixed bed pengolahan limbah cair pembuatantahu masih mengandung organik tinggi dan memiliki banyak padatan tesusensi , sehingga warnaair limbah tidak cukup jernih , dan sulit diturunkan secara anaerob. Tujuan percobaan dari proses ini dalah untuk menghasilkan air limbah untuk embuatan tahu menjadi lebihjernih. berdasarkan alasan diatas, maka dilakukan pengolahan limbah cair dengan menggunakan proses koagolasi menggunakan Alumunium sulfat dan Ca (OH)2 yang ditambahkan ke efluen reaktor fixed bed dengan variasi dosis sulfat Alumunium : mulai dari 0,5; 1,0 ; 1,5; 2,5; 5,0; 7,5 gramdan batuan Ca (OH)2. Akan meningkatkan alkanitas, sampai PH 8.0. Hasil percobaan menunjukan bahwa, percobaan yang menggunakan koagulan Almunium sulfat secukupnya dan penambahan Ca(OH)2 untuk menstabilkan pH, sehingga diperoleh kualitas hasil pengolahan yang baik, dan sesuai dengan perfomance efluen reactor fixed bed yang jernih. Selain itu, aplikasi Ca(OH)2 dapat membantu meningkatkan konerja koagulan yang dapat dilihat dari ukuran flok sedimentasi dari effluen anaerob
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Arisanty, Arisanty, and Anita Anita. "UJI MUTU FISIK SEDIAAN KRIM EKSTRAK ETANOL BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) DENGAN VARIASI KONSENTRASI NA. LAURIL SULFAT." Media Farmasi 14, no. 1 (June 30, 2018): 22. http://dx.doi.org/10.32382/mf.v14i1.80.

Full text
Abstract:
Buah Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) biasanya digunakan oleh masyarakat sebagai obat jerawat secara tradisional sehingga pengobatannya kurang efektif dan efisien. Tujuan penelitian ini adalah untuk memformulasikan sediaan krim dari ekstrak etanol Buah Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dan untuk mengetahui mutu fisik dari sediaan krim yang dibuat dari ekstrak etanol buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Desain penelitian ialah pre and post test design pada krim yang dibuat dengan 3 variasi pada emulgator Na. lauril sulfat 0,5%, 1% dan 2% yang diuji sebelum dan sesudah penyimpanan selama 12 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol Buah Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dapat di formulasikan sebagai sediaan krim dan pada pengujian organoleptik, daya sebar, dan homogenitas terdapat 2 formula yang memenuhi syarat yaitu Na. lauril sulfat 0,5% dan 1%, dan pada pengujian pH tidak terdapat formula yang memenuhi syarat Kata kunci : Ekstrak Buah Belimbing wuluh, Mutu Fisik dan Na. lauril sulfat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Mustafa, Akhmad, and Erna Ratnawati. "FAKTOR PENGELOLAAN YANG BERPENGARUH TERHADAP PRODUKSI RUMPUT LAUT (Gracitaria verrucosa) DI TAMBAK TANAH SULFAT MASAM (STUDI KASUS DI KABUPATEN LUWU, PROVINSI SULAWEST SELATAN)." Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 11, no. 7 (March 1, 2017): 67. http://dx.doi.org/10.15578/jppi.11.7.2005.67-77.

Full text
Abstract:
Studi ini dilakukan untuk mengetahui faktor pengelolaan yang mempengaruhi produksi rumput laut di tambak tanah sulfat masam. Studi diawali dengan melihat kondisi tambak secara umumdan dilanjutkan dengan pengumpulan data secara acak dan berstruktur terhadap 30 petambak rumput laut di tambak tanah sulfat masam yang berlokasi di Desa Lamasi Pantai, KecamatanWalenrang, Kabupaten Luwu. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April 2002 dan November 2003. Data yang diperoleh dianalisis dengan statistik deskriptif dan regresi berganda denganprosedur eleminasi langkah mundur.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Akib, Nur Illiyyin, Ines Septiani, Wa Ode Sitti Zubaydah, Halimahtussaddiyah R, and Rifa’atul Mahmudah. "Preparasi Salbutamol Sulfat dalam Pembawa Vesikuler Etosom." Majalah Farmasetika 6, no. 2 (April 7, 2021): 129. http://dx.doi.org/10.24198/mfarmasetika.v6i2.29890.

Full text
Abstract:
Tujuan penelitian ini adalah memperoleh formula dan metode preparasi yang sesuai untuk preparasi salbutamol sulfat ke dalam pembawa vesikuler etosom. Preparasi dilakukan dengan metode panas (40oC) dan metode dingin (30oC) dengan variasi konsentrasi fosfatidilkolin sebagai pembentuk vesikel (2% dan 3%) dan etanol sebagai peningkat penetrasi ke dalam kulit (20%, 30%, dan 40%). Karakteristik vesikel yang dianalisis adalah ukuran, bentuk, dan efisiensi penjerapan vesikel. Ukuran dan bentuk vesikel diamati dengan mikroskop optik binokuler. Analisis efisiensi penjerapan dilakukan dengan metode spektrofotometri pada panjang gelombang 275.6 nm. Vesikel yang dihasilkan dari kedua metode berupa Small Unilamellar Vesicle (SUV) dengan ukuran vesikel pada metode panas adalah 31,3-48,8 nm dan metode dingin adalah 25,4-44,9 nm. Nilai efisiensi penjerapan salbutamol sulfat dalam vesikel etosom yang dipreparasi dengan metode panas yaitu 42,66% dan pada metode dingin yaitu 53,83%. Disimpulkan bahwa metode dingin lebih sesuai digunakan untuk preparasi salbutamol sulfat dalam pembawa vesikular etosom dengan konsentrasi fosfatidilkolin 2% dan etanol 40%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography