To see the other types of publications on this topic, follow the link: Tari.

Journal articles on the topic 'Tari'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Tari.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Rahayuningtyas, Nurul Dwi, Wahyu Lestari, and Malarsih Malarsih. "EVALUASI PEMBELAJARAN TARI TOPENG MINA TANI PADA SANGGAR TARI PANDU KABUPATEN PATI." Jurnal Sitakara 6, no. 2 (August 26, 2021): 182–91. http://dx.doi.org/10.31851/sitakara.v6i2.6365.

Full text
Abstract:
Sanggar Tari Pandu merupakan lembaga pendidikan non formal yang berkecimpung dalam dunia seni pertunjukan di Kabupaten Pati. Sanggar Tari Pandu memiliki hasil karya unggulan yang berjudul Tari Topeng Mina Tani yang menjadi materi sekaligus pengenalan kepada peserta didikterhadap tari tradisional. Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai Evaluasi Pembelajaran Tari Topeng Mina Tani Pada Sanggar Tari Pandu Kabupaten Pati yang meliputi dari komponen pembelajaran pelatih, peserta didik, tujuan pembelajaran, sumber pembelajaran, metode pembelajaran, kegiatan belajar mengajar, materi pembelajaran, alat, media dan evaluasi. Teknik kriteria evaluasi mengacu pada wiraga, wirasa, dan wirama. Penelitian menggunakan metode kualitatif dalam bentuk deskriptif dan pendekatan penelitian berupa Pendekatan Interdisiplin. Sumber data yang digunakan dalam penelitian yaitu 4P yang artinya person, place, process, dan paper. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dana dokumentasi. Data diperoleh dengan cara anlisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan model Evaluasi Pembelajaran Tari Topeng Mina Tani Pada Sanggar Tari Pandu Kabupaten Pati.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Ismunandar, Ismunandar. "Kreativitas Juhermi Tahir dalam Tari Jepin Tali Bui Kota Pontianak." Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal 8, no. 2 (May 6, 2022): 1093. http://dx.doi.org/10.37905/aksara.8.2.1093-1116.2022.

Full text
Abstract:
<p>Jepin Tali Bui dance in general as an art form that was inherited by the culture of the old people. The Jepin Tali Bui dance continues to develop in West Kalimantan, both from the development of movement steps, music, property accompaniment, clothing and art performers. Where in terms of motion, it does not leave the typical movement of the jepin movement, namely the number of foot movements and placing the heel at the beginning of the movement. Typical Malay music with stringed and segmented musical instruments, a very distinctive property of the tali bui jepin dance is the rope. For this reason, at this time creative people are needed who are able to develop a dance so that it does not become extinct. This has resulted in new innovations in the movement pattern of the Jepin Tali Bui dance, the technique of the Jepin Tali Bui dance, as well as the musical accompaniment of the current Jepin Tali Bui dance, especially the Jepin Tali Bui dance, the result of the creativity of Juhermi Tahir himself. The results of this study are expected to be used as a reference for further research and the Jepin Tali Bui Dance in Pontianak City can be used as an alternative as a performance medium for appreciation in the form of dance videos and recordings of Jepin Tali Bui dance music which will be used as a medium for appreciation of dance in the world of education such as schools. , study program, community.</p><p>Tari Jepin Tali Bui secara umum sebagai salah satu bentuk seni yang diwariskan oleh kebudayaan orang tua dulu. Tari Jepin Tali Bui terus berkembang di Kalimantan Barat, baik dari perkembangan langkah gerak, musik, iringan properti, busana dan pelaku seninya. Dimana dari segi gerak, tidak meninggalkan gerakan khas dari gerak jepin yaitu banyaknya pergerakan kaki dan menitikan tumit di awal gerakan. Musik khas melayu dengan alat musik gambus dan beruas, properti yang sangat khas dari tari jepin tali bui adalah tali. Untuk itu, saat ini memang diperlukan orang-orang kreatif yang mampu untuk mengembang sebuah seni tari agar tidak punah. Hal tersebut telah menghasilkan inovasi baru dalam pola gerak tari Jepin Tali Bui, teknik gerak tari Jepin Tali Bui, serta iringan musik tari Jepin tali Bui saat ini saat ini, khususnya tari Jepin Tali Bui hasil dari kreativitas seorang Juhermi Tahir itu sendiri. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya dan Tari Jepin Tali Bui di Kota Pontianak dapat dijadikan alternatif sebagai media pertunjukan untuk apresiasi yang berupa video tari dan rekaman musik tari Jepin Tali Bui yang akan dimanfaatkan sebagai media untuk apresiasi seni tari didunia pendidikan seperti sekolah, program studi, komunitas.</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Istiqomah, Istiqomah, and Habudin Habudin. "ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM SENI TARI AHLAN WASAHLAN DAN TARI RAMPAK TERBANG CIOLANG DAERAH BANTEN." Primary : Jurnal Keilmuan dan Kependidikan Dasar 10, no. 2 (January 3, 2019): 135. http://dx.doi.org/10.32678/primary.v10i02.1285.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang tarian daerah Banten, yaitu tari Ahlan Wasahlan dan tari Rampak Terbang Ciolang dan nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, analisis deskriptif dengan studi kasus. Penyebaran lembar analisis dilakukan pada 10 responden penonton tari Ahlan Wasahlan dan tari Rampak Terbang Ciolang. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan cara mereduksi data, menyajikan, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut. Tari Ahlan Wasahlan merupakan pertunjukan kesenian tari untuk penyambutan tamu, sedangkan tari Rampak Terbang Ciolang merupakan pertunjukan tari yang mengisahkan tentang kehidupan sehari-hari santri pada sebuah pesantren, tarian ini bukan hanya sekedar hiburan tapi juga sebagai tuntunan. Nilai-nilai yang terkandung di dalam kedua tarian tersebut, berisikan tentang ajaran-ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari, nilai pendidikan tersebut diantaranya berupa nilai pendidikan Agama Islam, nilai budaya, nilai etika, nilai estetika, nilai kebersamaan, nilai percaya diri, nilai keramahtamahan, nilai saling menghormati, nilai komunikasi, nilai kerakyatan, nilai kreativitas, dan nilai patriotisme. Tari Ahlan Wasahlan dan tari Rampak Terbang Ciolang perlu dilestarikan sebagai identitas budaya Banten.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Mahesa, Gessila Siva, and R. Indriyanto. "NILAI ESTETIS RIAS DAN BUSANA TARI TANI MELATI DESA KALIPRAU SANGGAR SENI KALOKA KABUPATEN PEMALANG." JADECS (Journal of Art, Design, Art Education & Cultural Studies) 6, no. 2 (November 29, 2021): 148. http://dx.doi.org/10.17977/um037v6i22021p148-160.

Full text
Abstract:
Abstract: Make-up are visual aspects in the elements of dance, which means make-up or grooming and dressing aimed at inviting the audience's attention to enjoy and interpret the content of dance offerings. The aesthetic value of the make-up and clothing of Tani Melati Dance includes the appearance value, the content or meaning value, the expression value of each form, process, color that combines the combination of results of jasmine flower ronce as village branding in realizing the purity of jasmine sambac and the activities of jasmine farmers. Key Words: Aesthetic Value, Make-up, Tani Melati Dance Abstrak: Rias dan busana adalah aspek visual dalam unsur elemen tari yang berarti berias atau dandan dan berbusana yang bertujuan untuk mengundang perhatian penonton untuk menikmati dan menginterpretasikan isi sajian tari. Nilai esteis rias dan busana Tari Tani Melati meliputi nilai kesan penampilan, nilai isi atau makna, nilai pengungkapan dari setiap perpaduan bentuk, proses, warna yang menggabungkan perpaduan dari hasil ronce bunga melati sebagai branding desa dalam mewujudkan kemurnian Jasmine Sambac dan aktivitas petani melati. Kata kunci: Nilai Estetis, Rias dan Busana, Tari Tani Melati
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Mahesa, Gessila Siva, and R. Indriyanto. "NILAI ESTETIS RIAS DAN BUSANA TARI TANI MELATI DESA KALIPRAU SANGGAR SENI KALOKA KABUPATEN PEMALANG." JADECS (Journal of Art, Design, Art Education & Cultural Studies) 6, no. 2 (November 29, 2021): 148. http://dx.doi.org/10.17977/um037v6i22021p148-160.

Full text
Abstract:
Abstract: Make-up are visual aspects in the elements of dance, which means make-up or grooming and dressing aimed at inviting the audience's attention to enjoy and interpret the content of dance offerings. The aesthetic value of the make-up and clothing of Tani Melati Dance includes the appearance value, the content or meaning value, the expression value of each form, process, color that combines the combination of results of jasmine flower ronce as village branding in realizing the purity of jasmine sambac and the activities of jasmine farmers. Key Words: Aesthetic Value, Make-up, Tani Melati Dance Abstrak: Rias dan busana adalah aspek visual dalam unsur elemen tari yang berarti berias atau dandan dan berbusana yang bertujuan untuk mengundang perhatian penonton untuk menikmati dan menginterpretasikan isi sajian tari. Nilai esteis rias dan busana Tari Tani Melati meliputi nilai kesan penampilan, nilai isi atau makna, nilai pengungkapan dari setiap perpaduan bentuk, proses, warna yang menggabungkan perpaduan dari hasil ronce bunga melati sebagai branding desa dalam mewujudkan kemurnian Jasmine Sambac dan aktivitas petani melati. Kata kunci: Nilai Estetis, Rias dan Busana, Tari Tani Melati
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Gebrina, Riska. "JALA (Jaring Menangkap Ikan)." Joged 11, no. 1 (April 8, 2019): 647–58. http://dx.doi.org/10.24821/joged.v11i1.2497.

Full text
Abstract:
Karya tari Jala merupakan gambaran aktivitas masyarakat pesisir Aceh dalam menjalani keseharian sebagai seorang nelayan dalam usaha mencari rezeki. Di dalamnya suasana kegotongroyongan dengan nilai kekompakkan, semangat dan kebersamaan. Jala yang artinya adalah jaring untuk menangkap ikan, proses yang dilakukan pada tari ini menggunakan properti tali dan dirajut menjadi sebuah jala atau jaring.Berawal dari rangsang visual yaitu saat melihat para nelayan yang pergi ke laut untuk mencari ikan sebagai mata pencaharian sehari-hari. Tari ini menceritakan tentang aktivitas para nelayan yang ada di Aceh yang menangkap ikan di laut, namun lebih memperlihatkan bagaimana cara membuat sebuah rangkaian tali untuk menangkap ikan yang disebut Jala.Pendekatan kreativitas adalah milik semua orang yang mampu atau bisa membuat sebuah inovasi baru, baik itu inovasi baru tanpa adanya unsur tradisi maupun inovasi yang ada perkembangan tradisi berdasarkan pemikiran masing-masing seniman yang mempunyai daya kemampuan yang berbeda-beda juga. Melalui pendekatan inilah cara berpikir dan cara bekerja secara kreatif akan dibangun. Pendekatan kedua adalah koreografi, merupakan suatu seni dalam membuat dan merancang suatu komposisi tari, yang digunakan sebagai landasan dalam mencipta yang meliputi bentuk penyajian tari, gerak tema, judul, tata rias, tata busana, pola lantai, musik, properti.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Gebrina, Riska. "JALA (Jaring Menangkap Ikan)." Joged 9, no. 1 (April 8, 2019): 647–58. http://dx.doi.org/10.24821/joged.v9i1.2497.

Full text
Abstract:
Karya tari Jala merupakan gambaran aktivitas masyarakat pesisir Aceh dalam menjalani keseharian sebagai seorang nelayan dalam usaha mencari rezeki. Di dalamnya suasana kegotongroyongan dengan nilai kekompakkan, semangat dan kebersamaan. Jala yang artinya adalah jaring untuk menangkap ikan, proses yang dilakukan pada tari ini menggunakan properti tali dan dirajut menjadi sebuah jala atau jaring.Berawal dari rangsang visual yaitu saat melihat para nelayan yang pergi ke laut untuk mencari ikan sebagai mata pencaharian sehari-hari. Tari ini menceritakan tentang aktivitas para nelayan yang ada di Aceh yang menangkap ikan di laut, namun lebih memperlihatkan bagaimana cara membuat sebuah rangkaian tali untuk menangkap ikan yang disebut Jala.Pendekatan kreativitas adalah milik semua orang yang mampu atau bisa membuat sebuah inovasi baru, baik itu inovasi baru tanpa adanya unsur tradisi maupun inovasi yang ada perkembangan tradisi berdasarkan pemikiran masing-masing seniman yang mempunyai daya kemampuan yang berbeda-beda juga. Melalui pendekatan inilah cara berpikir dan cara bekerja secara kreatif akan dibangun. Pendekatan kedua adalah koreografi, merupakan suatu seni dalam membuat dan merancang suatu komposisi tari, yang digunakan sebagai landasan dalam mencipta yang meliputi bentuk penyajian tari, gerak tema, judul, tata rias, tata busana, pola lantai, musik, properti.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

--, Indrayuda. "FENOMENA TARI KONTEMPORER DALAM KARYA TARI." Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 16, no. 1 (January 10, 2010): 64. http://dx.doi.org/10.24832/jpnk.v16i1.432.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Wijaya, Andi. "Komunikasi Seni Intrapersonal Dalam Pembelajaran Musik Dengan Rangsang Audio Mengunakan Metode Zoltan Kodaly." Lentera: Jurnal Pendidikan 14, no. 2 (October 1, 2019): 1–10. http://dx.doi.org/10.33654/jpl.v14i2.837.

Full text
Abstract:
Pelajaran yang disesuaikan antara materi seni musik dan seni tari karena tujuan seni budaya di sekolah umum bukanlah menjadi seniman, melainkan diharapkan mahasiswa mendapatkan pengalaman seni musik dan seni tari. Dalam proses komunikasi intrapersonal serta peningkatan kreativitas gerak tari yang dalam proses pembelajaran mata kuliah pengetahuan seni musik kepada mahasiswa dapat menumbuhkan kepekaan kepekaan audio yang telah dipelajarinya sebelum gerak tari dengan iringan musik yang terlebih dahulu mereka pelajari sebelumnya. Kepekaan rasa, pikir, dan kecintaan seni dapat mereka tumbuhkan serta kerjasama antara mata kuliah pengetahuan seni music dengan mahasiswa, dengan adanya rangsangan audio hasil bunyi recorder dan gerak hand signs tadi dapat dijadikan bahan untuk memotivasi gerak tari. Dengan demikian arah pendidikan seni sebenarnya pada perubahan sikap mahasiswa serta diharapkan mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dasar tentang kedua seni yang mereka pelajari antara seni musik dan seni tari penting bagi penyesuaian diri akan kehidupan masa depan. Perkembangan dari segi kreativitas ini harus diimbangi dengan peningkatan sarana bahan ajar yang menyangkut media di STKIP-PGRI Banjarmasin. Dalam seni budaya, gerak tari dan penggunaan rangsangan audio perlu dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan karena tingkat keseringan yang terjadi pada mahasiswa akan mempengaruhi kepekaan mahasiswa dalam berproses gerak tari. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar seni bisa berjalan dengan baik, hal ini karena didukung dengan sikap mahasiswa yang sangat antusias dalam belajar, ketertiban dalam mengikuti pelajaran, selain itu juga faktor utama dari dosen yang bisa menerapkan metode yang tepat. Dengan adanya proses pembelajaran ini, diharapkan mampu meningkatkan kreativitas dan kepekaan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Harsono, T. Dibyo. "TARI MELINTING: SENI TARI TRADISIONAL LAMPUNG TIMUR." Patanjala : Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya 6, no. 1 (March 1, 2014): 123. http://dx.doi.org/10.30959/patanjala.v6i1.190.

Full text
Abstract:
AbstrakSalah satu kelengkapan dalam pelaksanaan tata cara adat, upacara adat yang ada pada masyarakat melinting adalah adanya sebuah tarian adat melinting. Pada awalnya tarian ini memang merupakan sebuah tarian sakral, namun dalam perkembangannya tarian ini banyak mengalami perubahan dan perkembangan, baik dalam segi gerak, kostum, maupun kesakralannya. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan mengungkap tari melinting beserta filosofi yang mendasarinya. Pengumpulan data dilakukan dengan melaksanakan wawancara mendalam, pengamatan (observasi), dan studi kepustakaan. Ternyata tari melinting memiliki makna yang mendalam, tidak hanya gerakan tarinya yang indah, namun juga filosofi yang ada di balik tarian tersebut, seperti tentang kearifan tradisional masyarakat, falsafah hidup, serta dinamika kehidupan masyarakat Melinting khususnya dan masyarakat Lampung Timur pada umumnya. Kata melinting mempunyai makna yang sangat luas, merupakan nama daerah (kecamatan), nama jenis tumbuhan, nama tarian, dan juga nama dari sebuah wilayah adat dari Keratuan Melinting yang meliputi daerah Labuhan Maringgai, Gunung Pelindung, Wana. Di masa lalu wilayah adat melinting mencakup daerah yang lebih luas lagi, ke utara sampai dengan pantai di Labuhan Maringgai dan ke selatan sampai ke daerah Tegineneng. AbstractOne of the complement during the ceremonial customs in Melinting society is Melinting dance. In the beginning, this dance is sacred, however during the time their movement, customs, or sacred has changed and developed. This research has a purpose to describe and reveal of Melinting dance with their philosophy. The procedure for collecting the data with an in depth interview, observation, and library research. In result, Melinting dance has a deep meaning. It is not only about beautiful dance movement, but also the philosophy of wisdom, life, also talking about the dynamics of melinting and East Lampung society. Word of Melinting has a broader meaning, such as name of an area (district), plantation, dancing, and the territory of Melinting crown including Labuan Maringgai, Gunung Pelindung, Wana. In the past, the melintingregion included a wider area, to the north reach Labuan Maringgau beach, and to the south reach Tegineneng area.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Rusman, Ayu Dwi Putri, Wisti Mutiara, Indarti R, Andi Yusrianti Khadijah, Fitriani Fitriani, Emilia Irviani Giul, Muh Rijal, et al. "BAJU TARI BERBAHAN PELASTIK DAUR ULANG." Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat 2, no. 3 (November 14, 2021): 807–10. http://dx.doi.org/10.31004/cdj.v2i3.2610.

Full text
Abstract:
Kurangnya kreatifitas dan minat masyarakat dalam berkreasi menggunakan bahan sederhana atau daur ulang bahan bekas untuk berkreasi memunculkan ide bagi kami untuk mengenalkan masyarakat mengenai satu kreatifitas sederhana namun sangat bermakna dan menarik serta unik. Tujuan kami mengenalkan kreasi Daur Ulang Baju Tari dari Plastik, Bando dari karton, dan Kalung dari Tali Rapiah karena selain mudah dalam mendapatkan bahan dan alat dalam pembuatannya, juga dengan itu dapat memunculkan ide-ide lain dalam kreatifitas khususnya daur ulang dan meningkatkan minat masyarakat dalam pemamnfaatan barang bekas di sekitar lingkungannya serta dengan begitu masyarakat dapat mengenal atau kembali mengingat tarian tradisioanal. Adapun metode yang kami gunakan yaitu dengan melakuakan pementasan tari tradisiaonal dalam acara penutupan yang di rangkaikan dengan penerimaan hadiah lomba 17-an di depan umum, Sebelumnya kami telah melakukan pelatihan tari pada anak-anak sekitar dan melakukan penyeleksian untuk memilih anak-anak yang layak ikut dalam pementasan tersebut, Tahap akhir dari metode ini ialah pembuatan Baju Tari Daur Ulang memenafaatkan kantongan, karton bekas dan tali rapiah untuk di jadikan kostum anak-anak penari dalam pementasan tersebut sehingga masyarakat dapat melihat contoh kreasi daur ulang dan dapat memunculkan semangat berkreasis masyarakat serta memunculkan ide-ide kreatif dalam pemanfaatan kembali barang tidak terpakai dan menambah semangat masyarakat dalam memanfaatkan barang tidak terpakai. Adapun hasil dari kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh kelompok kami: menanmbah wawasan anak-anak sekitar khusunya adik-adik yang berpartisipasi dalam pentas tari,menambah semangat anak-anak dalam pelestarian budaya,memberikan pengetahuan pada masyarakat sekitar tentang salah satu daur ulang sampah yang dapat kita buat,kami berharap mampu membangkitkan kreatifitas anak-anak dan masyarakat setempat,memperkenalkan tarian tradisional dan hasil daur ulang plastic,menjalin kedekatan dan keakraban antara masyarakat sekitar.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Hidayatullah, Riyan, and Indra Bulan. "Transformasi Tari Bedana Tradisi Menjadi Tari Bedana Kreasi." AKSARA: Jurnal Bahasa dan Sastra 18, no. 2 (October 30, 2017): 178–91. http://dx.doi.org/10.23960/aksara/v18i2.pp178-191.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

TRIANA, DINNY DEVI. "PENILAIAN KINESTETIK DALAM SENI TARI." Jurnal Evaluasi Pendidikan 3, no. 1 (May 9, 2017): 42. http://dx.doi.org/10.21009/jep.031.04.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kecerdasan kinestetik dalam menata tari pada pembelajaran pengetahuan komposisi tari. Penelitian ini dilakukan di Universitas Negeri Jakarta dan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung dengan 40 sampel yang diambil melalui proposional random sampling. Penelitian ini menggunakan desain faktorial 2 x 2. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) kecerdasan kinestetik dalam menata tari yang diberi penilaian kinerja proses, lebih tinggi daripada yang diberi penilaian kinerja produk, (2) kecerdasan kinestetik dalam menata tari yang memiliki penguasaan pengetahuan komposisi tari tinggi, lebih tinggi daripada kecerdasan kinestetik dalam menata tari yang memiliki penguasaan pengetahuan komposisi tari rendah, (3) terdapat pengaruh interaksi antara metode penilaian kinerja dengan penguasaan pengetahuan komposisi tari, (4) kecerdasan kinestetik dalam menata tari yang diberi penilaian kinerja proses lebih rendah daripada kecerdasan kinestetik dalam menata tari yang diberi penilaian kinerja produk, khusus untuk kelompok penguasaan pengetahuan komposisi tari tinggi, (5) kecerdasan kinestetik dalam menata tari yang diberi penilaian kinerja proses lebih tinggi daripada kecerdasan kinestetik dalam menata tari yang diberi penilaian kinerja produk, khusus untuk kelompok penguasaan pengetahuan komposisi tari rendah, 6) kecerdasan kinestetik dalam menata tari yang memiliki penguasaan pengetahuan komposisi tari tinggi lebih rendah daripada kecerdasan kinestetik dalam menata tari yang memiliki penguasaan pengetahuan komposisi tari rendah, khusus yang diberi penilaian kinerja proses, dan 7) kecerdasan kinestetik dalam menata tari yang memiliki penguasaan pengetahuan komposisi tari tinggi lebih tinggi daripada kecerdasan kinestetik dalam menata tari yang memiliki penguasaan pengetahuan komposisi tari rendah, khusus yang diberi penilaian kinerja produk.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Rochayati, Rully. "KONSEP GARAPAN TARI TURAK DEWA MUSIRAWAS." GETER : Jurnal Seni Drama, Tari dan Musik 2, no. 2 (October 30, 2019): 51–61. http://dx.doi.org/10.26740/geter.v2n2.p51-61.

Full text
Abstract:
Terbentuknya sebuah karya tari tidak terlepas pada konsep-konsep yang melatarbelakanginya. Konsep garapan tari tidak serta merta hadir dan dapat terwujud dengan mudah. Ada banyak proses yang harus dilaluinya agar konsep tersebut dapat secara utuh terbentuk dan terjabarkan secara visual. Konsep garapan tari seringkali menjadi masalah bagi seniman tari atau penata, pencipta tari. Hal ini disebabkan karena seniman tari, penata, pencipta tari terkadang menggunakan intuisinya untuk bekerja, membentuk dan memprosesnya. Terkadang mengabaikan konsep teori yang sudah ada. Konsep garapan tari memberikan pengetahuan kepada penikmat, penonton, pengguna tarian tersebut tidak hanya mengetahui tariannya tetapi juga dapat mempelajari konsep garapannya.Metode yang digunakan yang dalam penyusunan tari Turak Dewa ini adalah ekplorasi, improvisasi, pembentukan, dan evaluasi. Setelah terbentuk susunan tari secara lengakap kemudian didiskripsikan dan dituliskan secara runtut dan jelas. Menggabungkan metode berkarya tari dan penulisan (naskah karya tari) agar konsep garapan tari dapat utuh terbaca. Konsep garapan tari Turak Dewa terdiri dari ide gagasan, judul, tema, gerak, penari, pola lantai, tata rias, tata busana, properti, musik iringan tari, tata panggung, tata cahaya. Ditambahkan juga proses penyusunan tari Turak Dewa berdasarkan proses penciptaan tari yang meliputi eksplorasi, improvisasi, pembentukan dan evaluasi. Hasil yang dicapai dalam penulisan ini bahwa tari Turak Dewa sebagai bentuk karya tari dapat dijelaskan dari aspek-aspek tersebut diatas baik konsep garapannya dan proses penggarapannya, dan secara sistematis dapat dialurkan dan didiskripsikan secara jelas serta runtut.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Mangunsong, Hasprina Resmaniar. "Analisis Teknik Gerak Tari Tradisional dengan Menggunakan Ilmu Kinesiologi." Gelar : Jurnal Seni Budaya 18, no. 2 (January 8, 2021): 72–77. http://dx.doi.org/10.33153/glr.v18i2.3088.

Full text
Abstract:
Ilmu tari di Indonesia semakin mengalami perkembangan. Awal mula keberadaan tari begitu melekat dekat masyarakat, karena tari difungsikan sebagai media penghubung antara manusia dengan roh leluhur. Namun, perkembangan ilmu pengetahuan membuat para cendikiawan memiliki pandangan – pandangan yang berbeda tentang tari. Kehadiran pendidikan formal tari telah membuat tari dapat dipandang dari berbagai arah, yang membuat tari mampu berinterdisipliner dengan bidang ilmu lain, salah satunya sains. Perkembangan dance science dimanfaatkan oleh para ilmuwan tari dan ilmuwan medis untuk menganalisis teknik gerak tari dengan pendekatan ilmu medis. Sains yang bersifat positivistik bertolak belakang dengan seni tari tradisional Indonesia yang kental akan ‘rasa’ etnis. Hal ini menjadi salah satu penyebab ilmu kinesiologi tidak terlalu berkembang di Indonesia. Melalui artikel ini, penulis ingin menginspirasi para ilmuwan tari Indonesia, bahwa kinesiologi dapat digunakan untuk menganalisis gerak – gerak tari tradisional dengan tidak meninggalkan pelatihan ‘olah rasa’, supaya ‘rasa’ khas dari tari tersebut tetap dapat dinikmati oleh penonton.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Kuswarsantyo, Kusnadi, and Titik Agustin. "PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN TARI: Sebuah Alternatif Metode Belajar Tari." Imaji 14, no. 1 (June 8, 2016): 65–70. http://dx.doi.org/10.21831/imaji.v14i1.9535.

Full text
Abstract:
Pengembangan video pembelajaran tari ini bertujuan untuk memberikan kemudahan peserta didik yang akan mempelajari tari secara mendiri (tanpa guru). Video ini dibuat dengan dua sistem. Pertama dengan iringan lengkap, dan kedua tanpa iringan (hanya dengan hitungan). Cara penggunaan video pembelajaran tari ini adalah mengacu pada konsep pembelajaran SAS (Struktur Analisa Sintesa) yang merupakan metode keunsuran yang akan memberikan kejelasan pada peserta didik dalam mengamati ragam per ragam tari yang diajarkan. Metode ini dipadu dengan metode imitasi dan demonstasi yang dilakukan guru dalam media ini. Perpaduan metode pembelajaran tersebut untuk memperjelas aksentuasi gerak yang dilakukan model pada pengguna media ini (peserta didik/guru). Hasil dari pengembangan media pembelajaran melalui video ini adalah :1) peserta didik akan dimudahkan dalam menambah jam pelajaran di luar kelas ; 2) dengan media pembelajaran video ini tingkat kesalahan teknis mengenai ragam gerak dapat diminimalisir ; 3) dengan materi pembelajaran video ini akan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkespresi baik gerak, irama dan penghayatan tarinya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Aprilia, Nadia Rahma, Dessy Wardiah, and Treny Hera. "FUNGSI TARI MAPAK ADAT MUARA KUANG SEBAGAI TARI SAMBUT." Jurnal Sitakara 5, no. 2 (September 10, 2020): 40. http://dx.doi.org/10.31851/sitakara.v5i2.4779.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Rahmani, Dwi. "KARYA TARI BEDHAYA KIDUNG GAYATRI DALAM HARI TARI DUNIA." Jurnal Sitakara 6, no. 2 (August 26, 2021): 210–24. http://dx.doi.org/10.31851/sitakara.v6i2.6368.

Full text
Abstract:
Karya tari Bedhaya Kidung Gayatri merupakan penelitian dengan menggunakan diskriptif analitik, sifat data kualitatif, melalui pendekatan koreografi. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi partisipasi, wancara dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukan bahwa karya tari Bedhaya Kidung Gayatri adalah sebuah bentuk koreografi kelompok dengan garap baru bedhaya yang disajikan (11) penari putri dengan kualitas garap gerak putri lanyap. Struktur garap tari Bedhaya Kidung Gayatri terdiri atas maju beksan, beksan kemanak, beksan ketawang, beksan inggah, ngelik, dan mundur beksan. Pola lantai tari Bedhaya Kidung Gayatri menggunakan pola lantai garap perubahan yang dilakukan oleh sebelas orang penari. Karawitan iringan tari disusun mengacu pada garap iringan tari bedhaya dengan beberapa pengembangan di antaranya pola lantai, sekaran dengan menggunakan gerak, irama dan dinamik. Karya tari Bedhaya Kidung Gayatri sebagai sebuah kreativitas koreografi dalam bentuk garap bedhayan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Sari, Purnama, and Rosramadhana Rosramadhana. "EKSISTENSI TARI SERAMPANG DUA BELAS PADA SUKU MELAYU DI KAMPUNG JUANI KELURAHAN SIMPANG TIGA PEKAN, KABUPATEN SERDANG BEDAGAI." Buddayah : Jurnal Pendidikan Antropologi 1, no. 1 (January 11, 2018): 66. http://dx.doi.org/10.24114/bdh.v1i1.8558.

Full text
Abstract:
Artikel ini menjelaskan tentang eksistensi tari Serampang Dua Belas, pewarisan tari Serampang Dua Belas serta perubahan yang terjadi setelah masuknya tari modern di Kelurahan Simpang Tiga Pekan, Kabupaten Serdang Bedagai. Tari Serampang Dua Belas merupakan jenis tari tradisional yang dimainkan sebagai tari pergaulan yang mengandung pesan tentang perjalanan kisah anak muda dalam mencari jodoh, mulai dari perkenalan sampai memasuki tahap pernikahan. Tari Serampang Dua Belas memiliki gerakan yang gesit dengan tempo yang cepat. Tarian dengan gerakan tercepat yang terdiri dari 12 (dua belas) gerakan. Pewarisan nilai budaya melalui pertunjukan tari Serampang Dua Belas dapat semakin berkembang, maju dan eksistensinya tetap terjaga dari masa kemasa. Eksistensi tari Serampang Dua Belas dapat kita lihat dari aspek sosial budaya, pewarisan (enkulturasi) dan fungsi. Kesimpulan dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tari Serampang Dua belas tetap eksis dan dijaga kelestariannya serta diwariskan (enkulturasi) melalui keluarga, sanggar dan festival. Walaupun banyak tari modern yang masuk dan menarik minat para generasi muda tidak membuat mereka melupakan dan mengabaikan tari Serampang Dua Belas. Namun perlu adanya perhatian lebih dari pemerintah terhadap tari Serampang Dua Belas yang terlihat dari kurangnya fasilitas seperti sanggar, kostum tari dan pelatih profesional.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

M, Rahma. "PENINGKATKAN KETERAMPILAN OLAH GERAK YANG KONTRIBUTIF TERHADAP PRESTASI MAHASISWA PRODI SENI TARI DENGAN OPTIMALISASI PERANAN SANGGAR TARI." JURNAL PAKARENA 4, no. 1 (July 1, 2019): 36. http://dx.doi.org/10.26858/p.v4i1.12982.

Full text
Abstract:
Peningkatan keterampilan olah gerak dalam menarikan tari tradisional, kreasi baru (koreografi) bagi mahasiswa, terlebih tari tradisional dan koreografi menjadi salah satu mata kuliah yang terdapat pada kurikulum seni tari di dukung dengan kehadiran sanggar sebagai wadah untuk mengasah skill di luar kelas formal. Sanggar dengan fungsi utama sebagai pelestari tari tradisional sudah barang tentu lebih fokus pada pelatihan dan pengembangan tari tradisional, terlebih permintaan konsumen sanggar juga lebih ke tari tradisional baik tari tradisi yang telah ada maupun tari kreasi baru. Prestasi mahasiswa yang tergabung dalam sanggar ditandai dengan banyaknya mahasiswa yang sering menjuarai lomba tari yang dilaksanakan oleh instansi lain, dan ini juga nampak pada nilai ujian dalam hal praktek atau keterampilan olah gerak dalam menarikan suatu tarian, serta menata atau menciptakan tari kreasi baru. Hal ini tidak terlepas dari peran sanggar yang telah memberi ruang bagi mahasiswa tari yang tergabung sebagai anggota sanggar untuk berkreasi dan berinovasi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Pratiwi, Octine Octona, Nofroza Yelly, and Deria Sepdwiko. "EKSISTENSI TARI SANGKAN SIHEH DI KECAMATAN LAHAT KABUPATEN LAHAT." GETER : Jurnal Seni Drama, Tari dan Musik 4, no. 1 (April 10, 2021): 58–71. http://dx.doi.org/10.26740/geter.v4n1.p58-71.

Full text
Abstract:
Tari Sangkan Siheh merupakan tari tradisional Kabupaten Lahat ditarikan dalam acara penyambutan tamu agung, peresmian gedung dan penyambutan pengantin. Tari Sangkan Siheh di tarikan tiga sampai tujuh orang penari. Selain penari, ada dua orang laki-laki berdiri dibelakang penari bertugas memegang tombak. Keberadaan Tari Sangkan Siheh diakui dan diketahui oleh masyarakat Kabupaten Lahat. Masalah penelitian ini adalah bagaimana eksistensi Tari Sangkan Siheh di Kecamatan Lahat Kabupaten Lahat. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Tari Sangkan Siheh di Kecamatan Lahat Kabupaten Lahat eksis, keberadannya di ketahui oleh masyarakat Kabupaten Lahat. Dengan adanya pembuktian pementasan Tari Sangkan Siheh sampai sekarang. Bertahannya Tari Sangkan Siheh sampai sekarang dipengaruhi oleh pelaku seni, sanggar, PEMDA dan Dinas Kebudayaan. PEMDA dan Dinas Kebudayaan berupaya mempertahankan eksistensi Tari Sangkan Siheh dengan menampilkan Tari Sangkan Siheh dalam acara penting dan upacara penyambutan tamu. Hal inilah yang membuat Tari Sangkan Siheh di Kecamatan Lahat Kabupaten Lahat sampai sekarang masih tetap eksis.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Utari Putri, Retno Dwi, Liza Murnivianty, and Rully Rochayati. "ANALISIS TARI AMBEG KANG AMBURAT MENGGUNAKAN METODE KONSTRUKSI I DAN II JACQUELINE SMITH DI SANGGAR SASTRA MATAYA." Jurnal Sitakara 6, no. 2 (August 26, 2021): 159–71. http://dx.doi.org/10.31851/sitakara.v6i2.6363.

Full text
Abstract:
Tari Ambeg Kang Amburat merupakan sebuah karya tari yang dibentuk melalui berbagai pertimbangan dan tahapan yang terstruktur. Tujuan penelitian untuk mengetahui dan mendeskripsikan tari Ambeg Kang Amburat agar tari ini dapat dipahami secara utuh baik dari unsurgerak maupun maksud dari gerak dalam tarian itu sendiri.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu peneliti secara langsung mendapatkan informasi serta data yang kongkret dari narasumber. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tari Ambeg Kang Amburat memiliki 23ragam gerak, yang disusun secara lengkap dan matang dengan terpenuhinya tahapan pada metode konstruksi I yang terdiri dari: rangsang tari, tipe tari, mode penyajian, improvisasi dan seleksi. Adapun pada metode konstruksi II terdiri dari: motif (kepala, tangan, kaki dan badan), jenis motif, desain tari dari segi waktu, desain tari dari segi ruang dan motif menuju komposisi. Secara utuh karya tari Ambeg Kang Amburat mempunyai tahapan yang terstruktur dan lengkap sesuai dengan metode konstruksi sebuah tari.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Trystianti, Chandrika Niken, and Trisakti Trisakti. "PEMBELAJARAN EKSTRAKURIKULER TARI LENCIR KUNING." Jurnal Pendidikan Sendratasik 9, no. 2 (August 30, 2020): 180–92. http://dx.doi.org/10.26740/jps.v9n2.p180-192.

Full text
Abstract:
Tari Lencir Kuning merupakan salah satu materi tari yang sering digunakan dalam lomba tari di Tuban. Sekolah yang sering menggunakan materi tari Lencir Kuning dalam Lomba Tari adalah Madrasah Aliyah Darul Ma’wa. Pembelajaran seni tari di sekolah tersebut merupakan pembelajaran ekstrakurikuler tari. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran ekstrakurikuler tari Lencir Kuning, mendiskripsikan metode pembelajaran yang digunakan guru dan mendeskripsikan hasil belajar. Penelitian kualitatif ini menggunakan sumber data primer yaitu dari pelatih ekstrakurikuler tari tentang pelaksanaan pembelajaran dan data sekunder yang didapat dari dokumen nilai hasil belajar peserta didik. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data menggunakan teknik triangulasi data yaitu triangulasi teknik, sumber, dan waktu. Hasil penelitian pada pelaksanaan pembelajaran ekstrakurikuler tari dilakukan melalui tiga tahap kegiatan yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler memenuhi komponen pembelajaran yaitu terdapat tujuan, guru, peserta didik, metode, dan media. Metode pembelajaran ekstrakurikuler Tari Lencir Kuning menggunakan metode ceramah, demonstrasi, latihan bersama, dan praktikum. Metode ceramah digunakan untuk memberikan materi tentang dasar- dasar pengenalan properti tari. Metode demonstrasi dilakukan oleh pelatih yang secara langsung menarikan tari Lencir Kuning.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Supriyanto, Mr. "TARI KLANA ALUS SRI SUWELA GAYA YOGYAKARTA PERSPEKTIF JOGED MATARAM." JOGED 3, no. 1 (November 23, 2012): 1. http://dx.doi.org/10.24821/joged.v3i1.2.

Full text
Abstract:
Tari Klana Alus Sri Suwela gaya Yogyakarta yang dikenal sampai sekarang ini merupakan tipe tari putra dengan karakter halus, dan hal ini dapat dilihat dari volume gerak serta visualisasi karakternya. Tari Klana Alus Sri Suwela gaya Yogyakarta merupakan salah satu dari beberapa bentuk tari yang bersumber dari wayang wong di Keraton Yogyakarta. Tari ini menggambarkan seorang raja atau kesatria yang sedang jatuh cinta kepada seorang wanita yang menjadi kekasihnya. Di dalam adegan jejeran wayang wong lakon Sri Suwela di Keraton Yogyakarta terdapat komposisi tari nglana, kemudian dilepas tersendiri menjadi bentuk tari tunggal. Penulisan ini untuk mengetahui pengaruh wayang wong di Keraton Yogyakarta terhadap tari Klana Sri Suwela, dan membahas penerapan konsep jogèd Mataram dalam tari Klana Sri Suwela. Penulisan ini menggunakan dua pendekatan yang melatarbelakanginya, yaitu pendekatan tekstual dan pendekatan konstektual. Secara tekstual pemberlakuan tari berkaitan dengan bentuk, struktur, dan gaya tarinya. Secara kontekstual pemberlakuan tari sebagai teks kebudayaan, dapat ditelaah melalui kedudukannya di masa sekarang kaitannya dengan catatan yang ada di masa lampau. Pencermatan tari Klana Alus Sri Suwela melibatkan unsur-unsur yang mendasari penjelasan tentang konsep tari Jawa gaya Yogyakarta. Unsur- unsur wiraga, wirama, dan wirasa merupakan unsur-unsur yang sangat penting dalam menjelaskan konsep tari Jawa. Di dalam pelaksanaan menari unsur wiraga, wirama, dan wirasa harus dibekali suatu ilmu yang disebut jogèd Mataram. Jogèd Mataram sekarang ini dikenal dengan konsep jogèd Mataram, terdiri dari empat unsur yaitu, sawiji, greged, sengguh, dan ora mingkuh. Bentuk dan struktur tari mengacu pada tata hubungan dalam struktur tari, sistem pelaksanaan teknik dan cara bergerak dalam bagian-bagian tubuh penari sebagai perwujudan tari yang utuh. Kata Kunci: Konsep Joged Mataram
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Untung, Sulistiani. "TRANSIT, TRANSISI, DAN TRANSFORMASI TARI SRIMPI PANDHÈLORI GAYA YOGYAKARTA." Kebudayaan 16, no. 1 (July 31, 2021): 71–88. http://dx.doi.org/10.24832/jk.v16i1.388.

Full text
Abstract:
ABSTRAK Tari Srimpi Pandhèlori merupakan tari klasik yang berasal dari Yogyakarta. Tari Srimpi Pandhèlori merupakan salah satu bentuk tari Srimpi yang cukup dikenal di kalangan masyarakat. Tari Srimpi Pandhèlori dari masa ke masa diduga mengalami perubahan kepemilikan. Tari ini diciptakan pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VI. Kemudian berkembang kembali di masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono selanjutnya. Pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VII, tari Srimpi Pandhèlori diberi tema berupa peperangan antara Dewi Kadarwati dan Umyum Madikin, yang diambil dari cerita ménak. Tari Srimpi Pandhèlori mengalami perubahan besar-besaran pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VIII. Kemudian di masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono IX sempat terjadi kevakuman pelembagaan tari di lingkungan kraton Yogyakarta. Banyak perubahan yang terjadi pada tari Srimpi Pandhèlori masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VIII hingga Sultan Hamengku Buwono X. Proses transit terjadi di masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VIII hingga awal pemerintahan Sultan Hamengku Buwono IX. Akhir pemerintahan Sultan Hamengku Buwono IX adalah proses transisi tari Srimpi Pandhèlori .
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Suartini, Ni Wayan, I. Ketut Sariada, and I. Gede Mawan. "Pelatihan Tari Rejang Shanti Banjar Desaanyar, Desa Lalanglinggah, Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali." Segara Widya Jurnal Penelitian Seni 10, no. 1 (March 23, 2022): 47–56. http://dx.doi.org/10.31091/sw.v10i1.1934.

Full text
Abstract:
PKM Pelatihan Tari Rejang Shanti ini bertujuan untuk memberikan pelatihan tari Rejang Shanti dalam mengiringi upacara piodalan di Banjar Desaanyar, Desa Lalanglinggah, Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Keunikan Tari Rejang Shanti terletak pada gerak tarinya yang terinspirasi dari gerak papendetan yang ada di Banjar Desaaanyar. Analisis situasi di lapangan menunnjukkan belum ada tari ritual upacara piodalan seperti Tari Rejang di Pura tersebut. Selain itu tabuh pengiring juga belum dimiliki. Solusinya memberikan pelatihan tari dan tabuh Rejang Shanti kepada masyarakat Banjar Desaanyar, lokasi pelatihannya di Sanggar Seni Shanti Werdhi Gita Banjar Desaanyar. Metode pelaksanaannya dengan ceramah, demonstrasi, dan pendampingan dalam pelatihan. Selain memberikan pelatihan, peserta pelatihan juga diberikan tentang wawasan, filosofi, serta nilai-nilai luhur yang terkandung didalam tarian Rejang Shanti, sehingga dapat mengetahui makna dari tarian tersebut. Sehinga hasil dari pelatihan ini adalah tari Rejang Shanti dan tabuh Rejang Shanti. Dengan penanaman nilai-nilai lewat Tari Rejang Shanti maka masyarakat banjar Desaanyar dapat melestarikan Tari Rejang Shanti serta menjadi identitas bagi masyarakat banjar Desaanyar. Tari Rejang Shanti dilatih oleh tim pelaksana pelatihan merupakan pengajar tari Bali dan Karawitan dari Institut Seni Indonesia Denpasar, dibantu dua mahasiswa jurusan Tari.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Refisrul, Refisrul. "TARI TOGA DAN PEWARISANNYA DI NAGARI SIGUNTUR KABUPATEN DHARMASRAYA." JURNAL PENELITIAN SEJARAH DAN BUDAYA 3, no. 1 (July 23, 2019): 691–708. http://dx.doi.org/10.36424/jpsb.v3i1.117.

Full text
Abstract:
Tari Toga adalah sebuah tari yang hanya terdapat di Nagari Siguntur Kabupaten Dharmasraya Provinsi Sumatera Barat, yang telah ada semenjak zaman Kerajaan Siguntur dahulunya. Tari ini merupakan tari kerajaan dan menjadi salah satu kesenian tradisional di Minangkabau. Tetap eksisnya tari Toga hingga sekarang tidak bisa dilepaskan dari adanya pewarisan di kalangan masyarakat pengembannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan tentang pewarisan tari Toga pada masyarakat Siguntur dan faktorfaktor yang melatarbelakanginya. Metode yang digunakan dalam pengkajian ini adalah metode kualitatif melalui studi kepustakaan, wawancara dan obeservasi di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tari Toga tetap eksis karena adanya pewarisan, mulai dari zaman Kerajaan Siguntur, penjajahan Belanda, dan masa kemerdekaan yang ditandai dengan adanya upaya revitalisasi tari tari toga oleh pihak keturunan kerajaan, masyarakat dan pemerintah Dharmasraya. Sekarang, tari Toga selalu ditampilkan dalamberbagai kesempatan seperti hari ulang tahun kabupaten, penyambutan tamu, dan lainnya, dan menjadi salah satu icon budaya di Kabupaten Dharmasraya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Ardianto, Deny Tri, and Bedjo Riyanto. "Film Tari; Sebuah Hibridasi Seni Tari, Teknologi Sinema, dan Media Baru." Mudra Jurnal Seni Budaya 35, no. 1 (May 12, 2020): 112–16. http://dx.doi.org/10.31091/mudra.v35i1.856.

Full text
Abstract:
Film tari telah memiliki sejarah panjang seiring kelahiran film di dunia. Namun demikian kehadirannya tidak serta merta disadari oleh masyarakat dunia. Film tari berkembang dalam sepi di tengah riuhnya film-film popular yang merajai bioskop-bioskop komersial. Kini film tari seakan ingin menampilkan eksistensinya melalui pemutaran dan diskusi di beberapa event festival film tari, pemutaran di kampus-kampus, serta komunitas kesenian. Semakin banyak ruang-ruang pemutaran turut menggiatkan para pembuat film dan koreografer untuk semakin produktif memproduksi film tari. Ditunjang perkembangan teknologi sinema yang secara nominal semakin terjangkau masyarakat, produksi dan distribusi film tari semakin meningkat. Hal tersebut yang menjadi salah satu penanda bangkitnya film tari di dunia. Namun bagaimanakah perkembangan film tari di Indonesia? Potensi film tari berkembang di Indonesia sangat terbuka lebar, karena Indonesia kaya akan tari tradisional yang siap untuk dieksplorasi berhibridasi dengan film/video. Menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, kajian dari tulisan ini diharapkan bisa memberikan wawasan bagaimana perkembangan seni tari dan seni film berkolaborasi dengan beragam dukungan teknologi sinema dan media baru berkembang di Indonesia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Lestari, Asti Tri. "PEMBELAJARAN TARI KREATIF MELALUI KAULINAN BUDAK LEMBUR DI SEKOLAH DASAR." NATURALISTIC : Jurnal Kajian Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran 1, no. 2 (April 24, 2017): 102–11. http://dx.doi.org/10.35568/naturalistic.v1i2.3.

Full text
Abstract:
Artikel ini memaparkan tentang pembelajaran tari kreatif melalui kaulinan budak lembur di Sekolah Dasar. Hal ini penting, karena kebanyakan pembelajaran tari di SD yang diterapkan dalam pembelajaran intra kurikuler, siswa dipaksakan untuk bisa menari, bukan menumbuhkan kreatifitas tari pada diri murid. Sedangkan sejak diberlakukan kurikulum 2013, mata pelajaran seni tari contoh di kelas IV SD, memuat Kompetensi Dasar (KD) 3.1 mengetahui gerak tari kreasi daerah dan (KD) 4.1 meragakan gerak tari kreasi daerah. Maka seyogyanya pembelajaran seni tari di SD kelas IV, guru perlu menguasai: Khasanah teknik seni tari untuk dipraktikkan; Teknik-teknik rangsangan untuk menimbulkan kepercayaan dan kemudian kemampuan mengekpresikan suatu ide seni; Teknik rangsangan untuk menghidupkan daya imajinasi dan kreativitas. Pemahaman kreativitas seni tari adalah merupakan kemampuan seorang guru tari atau siswa dalam menciptakan, memadukan atau mengkombinasikan gerak tari dengan aspek kehidupan di dunia ini. Salah satu materi yang bisa dijadikan sumber untuk pembuatan gerak tari kreatif dalam kehidupan antar sesama manusia, diantaranya adalah kaulinan budak lembur. Kaulinan budak lembur pada dasarnya merupakan permainan yang sangat dinamis, mengandung unsur-unsur keterampilan yang menjadi satu kesatuan antara irama, gerak, dan sikap yang baik. Beberapa langkah atau strategi yang dapat dilaksanakan untuk tari kreatif melalui kaulinan budak lembur yaitu dengan langkah perencanaan, langkah pelaksanaan, dan tindak lanjut. Tahapan pengembangan tahapan yang harus ditempuh peserta didik dalam menciptakan dasar gerak tari yaitu melalui tahapan pengenalan, tahapan eksplorasi, tahap pembentukan gerak dan menyusun gerak.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Sayekti, Alif Lintang. "TARI NGABULING SEBAGAI PENERAPAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN." GETER : Jurnal Seni Drama, Tari dan Musik 2, no. 2 (October 30, 2019): 74–81. http://dx.doi.org/10.26740/geter.v2n2.p74-81.

Full text
Abstract:
Tari Ngabuling merupakan tari yang berakar pada gerak budaya Malangan kemudian dikembangkan dengan gerak yang lebih dinamis dan kreatif. Tari Ngabuling ciptaan Tri Idha Rochana merupakan tari yang dilombakan pada event FLS2N dan mendapat peringkat 5 penyaji terbaik pada tingkat kota, provinsi dan nasional. Namun belum cukup banyak informasi mengenai nilai-nilai yang bermanfaat untuk guru maupun pelajar. Tari ini memiliki alasan yang cukup untuk menjadi pertimbangan dalam lomba. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan alasan pentingnya tari Ngabuling untuk dipelajari. Dengan menggunakan data wawancara, observasi, dan dokumentasi sebagai metode untuk mencari tahu fungsi dari tari Ngabuling. Pengecekan keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik yang selanjutnya dikonfirmasi dengan teori nilai-nilai pendidikan. Hasil dari penelitian ini ada empat nilai dalam tari Ngabuling yang menjadikan tari ini layak untuk dipertimbangkan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Harjanto, Feri Catur. "TARI KIPAS ASRI." Imaji 17, no. 1 (June 27, 2019): 82–92. http://dx.doi.org/10.21831/imaji.v17i1.25735.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan agar 1) masyarakat mengenal Angguk Kipas 2) agar angguk kipas menjadi lebih menarik 3) agar Tari Kipas asri bisa menjadi bahan ajar di sekolah 4) agar Tari kipas asri mampu menjadi magnet generasi muda untuk berkarya. Metode penelitian yang digunakan adalah etnokoreologi, yaitu Etnokoreologi itu sendiri merupakan istilah yang masih sangat muda. Di Amerika istilah ini identik dengan dance ethnology. Sebelum ada istilah etnokoreologi, pertama-tama muncul istilah ethnochoreography atau etnokoreografi di awal tahun 1960-an. Hasil penelitian adalah Proses penciptaan karya tari Kipas Asri tentu mengalami berbagai permasalahan dan kendala yang dihadapi. Terkadang sesuatu yang telah direncanakan faktanya berbeda ketika berada di lapangan, salah satu contoh seperti kesepakatan jadwal latihan dengan pemusik, mengatur jadwal dengan pemusik tidak semudah yang direncanakan karena pemusik memiliki jadwal lain yang sama dengan jadwal latihan karya tari Kipas Aari. Banyak hal yang dialami dalam realisasi proses penciptaan yang justru lebih banyak mengajarkan tentang proses kerja kelompok dalam mencipta sebuah karya tari seperti mengatur emosi ketika para penari atau pemusik sedang bercanda gurau, atau terlambat saat datang latihan. Kata Kunci: Tari kipas asri, penciptaan, etnokoerologi KIPAS ARI DANCEThis study aims to 1) let people know Angguk Kipas 2) make Angguk Kipas more attractive 3) make Asri Fan Dance be one of the teaching material in school 4) make Asri Fan Dance become a magnet for young generations to perform. The research method used is ethochoreology, which it itself is a new term. In America this term is synonymous with dance ethnology. Before the term ethnocoreology, the term ethnochoreography or ethnocoreography first appeared in the early 1960s. The results of the study show that there are obstacles in the creation process of Kipas Asri dance. Sometimes, something that has been planned turned to be different when in the field, one of the examples is the agreement on a training schedule with musicians, arranging a schedule with musicians is not as easy as it seemed because musicians have other schedules that are similar to the Kipas Aari dance practice’s schedule. Many things are experienced in the realization of the creation process which actually teaches more about group work in creating a dance work such as controlling emotions when dancers or musicians are joking or late when coming to practice. Keywords: Kipas Ari dance, creation, ethnokoerology
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Hafiz, Alwan, M. Ridwan Markarma, Hary Murcahyanto, Ummi Risti Ayuni Rahman, and Sopiroyani Sopiroyani. "Tari Dedare Nyesek." Kaganga:Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora 4, no. 1 (March 23, 2021): 7–13. http://dx.doi.org/10.31539/kaganga.v4i1.2004.

Full text
Abstract:
ABSTRACT This research aims to describe the existence of Dedare Nyesek dance to the appreciation of the community in art activities in the Village of East Pringgasela Lombok Timur Regency. The method used in this research is descriptive qualitative. Data collection is done by observation, interview, and documentation. The results showed that the existence of Dedare Nyesek dance in Pringgasela Village is evidenced by the use of Dedare Nyesek dance as an art learning material in schools. Besides, Dedare Nyesek dance is also often performed at major events as government support to preserve this dance. People's appreciation of Dedare Nyesek dance is still lacking. This is due to the lack of Dedare Nyesek dance performance as well as the lack of public understanding of the meaning contained in the dance. The conclusion of the research is to preserve or improve the existence of Dedare Nyesek dance can be done by making Dedare Nyesek dance as a learning material in school. Besides, the manager and the Cultural Office also strive to display in major events held by the Cultural Office of NTB. Keywords: Appreciation, Dance, Dedare Nyesek, Existence
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Novia Ariswari, Rosalia. "Karya Tari: She’s." Joged 4, no. 1 (December 1, 2013): 65–71. http://dx.doi.org/10.24821/joged.v4i1.528.

Full text
Abstract:
She‟s merupakan sebuah karya tari yang terinspirasi dari pengalaman pribadi yang melihat berbagai haldari sosok seorang ibu. Kelemah lembutan, mempunyai daya juang yang tinggi, dan mempunyai tanggungjawab dibalik kelemahan dari serorang perempuan terlihat dari sosok seorang ibu.Karya ini merupakan karya tari yang dibawakan oleh dua orang penari putri dengan peran yang berbeda,yaitu penggambaran dari seorang ibu oleh satu penari, dan menggambarkan seorang anak oleh penari lain.Rangsang idesional adalah awal pembuatan dari karya ini. Tipe tari dramatik digunakan dalam karya inidengan mode penyajian simbolis- representasional.Permasalahan yang paling dekat dengan kehidupan penata menjadi pilihan dalam pembuatan karya ini.Ketertarikan dan kekaguman sosok seorang ibu dimata penata menginspirasi untuk membuat danmempersembahkan karya ini untuk ibu yang tangguh dalam menjalani hari- harinya.Kata Kunci: Ibu, perempuan, daya juang
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Suwarjiya, Suwarjiya. "Revolusi Pendidikan Tari." Lentera: Jurnal Pendidikan 14, no. 2 (December 30, 2019): 166–74. http://dx.doi.org/10.33654/jpl.v14i2.906.

Full text
Abstract:
Pendidikan sebagai transformasi budaya dapat dikatakan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lainnya. Pendidikan justru mempunyai tugas menyiapkan peserta didik untuk hari esok dan mentransformasikan nilai budaya sehingga dapat membentuk karakter. Keunggulan yang paling menonjol terhadap pemanfaatan TIK dalam pembelajaran tari adalah pewujudannya divisualisasikan dalam presentasi terbukanya akses pembelajaran tari yang tak terbatas, utamanya terkait dengan persoalan: time, location, speed, person/guru. Artinya dengan model pembelajaran tari e-Learning, perkembangan seni budaya sebagai pembentuk karekter bangsa melalui nilai-nilai tari akan dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Regenerasi kepenarian kian mengarah pada pengembangan ide persoalan : time, location, speed, person/guru. Artinya dengan model pembelajaran tari e-Learning, perkembangan seni budaya sebagai pembentuk karekter bangsa melalui nilai-nilai tari akan dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Dengan kata lain, regenerasi kepenarian kian mengarah pada pengembangan ide-ide modern. Sehingga penerapan TIK dalam pembelajaran tari dapat dimaanfaatkan pula untuk pengembangan manajemen pendidikan tari ke depannya. Dari model pembelajaran yang terikat oleh persoalan person, time, location, dan speed, kini dengan memanfaatkan TIK persoalan itu time, location, dan speed, kini dengan memanfaatkan TIK persoalan itu dapat diatasi. Dengan memanfaatkan TIK, sangat memungkinkan perkembangan seni budaya tradisi, khususnya seni tari akan terlepas dari sekat-sekat wilayah bahkan akan dapat dipelajari oleh masyarakat internasional. Mereka dapat belajar dengan baik melalui, seperti halnya CD-interaktif atapun software-software pembelajaran tari yang dieksplore melalui internet, dalam bentuk pembelajaran jarak jauh. Maka dapat dikatakan, dengan pemanfaatan TIK, akan dapat terjadi revolusi pendidikan tari.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Yuandana, Tarich, and Angga Fitriyono. "Peningkatkan Kemampuan Motorik Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Tari Kreasi Madura." Aulad: Journal on Early Childhood 5, no. 1 (April 30, 2022): 127–32. http://dx.doi.org/10.31004/aulad.v5i1.296.

Full text
Abstract:
Masa anak usia dini merupakan saat yang tepat melatih keterampilan motorik salah satunya melakukan tari kreasi. Tari merupakan pembelajaran yang menyenangkan bagi anak karena dalam kegiatan anak belajar sambil bermain. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah mendapat data yang diperlukan dilanjutkan dengan menganalisis data yaitu dengan menghubungkan antara masalah dan konsep teori yang relevan. Hasil penelitian ini Tari kreasi Madura dalam pembelajaran di sanggar Tarara Bangkalan terdapat 4 tari kreasi namun dalam penelitian mendapatkan hasil dua tari kreasi yang dianggap berperan yaitu tari balap kadhu’ (40%) dan tari bhuk marliyeh (35%), kedua tari kreasi dianggap berperan dalam meningkatkan motorik berdasarkan indikator kemampuan lokomotor dan non-lokomotor. Dari keseluruhan anak usia dini yang berlatih tari kreasi di sanggar Tarara sudah mencapai standar keberhasilan yang ditentukan dan menunjukkan kemampuan motorik berkembang sesuai harapan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Restiana, Ida, and Utami Arsih. "Proses Penciptaan Tari Patholan di Kabupaten Rembang." Jurnal Seni Tari 8, no. 1 (July 23, 2019): 111–19. http://dx.doi.org/10.15294/jst.v8i1.29167.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses penciptaan Tari Patholan di Kabupaten Rembang. Tari Patholan merupakan tari kreasi yang ide dasarnya dari pathol sarang atau biasa disebut gulat yang bertemakan hiroik (kepahlawanan). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif bersifat deskripstif, dengan pendekatan koreografis. Pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan. Keabsahan data menggunakan teknik triangulasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Tari Patholan merupakan tari berpasangan yang ditarikan oleh penari laki-laki. Proses penciptaan Tari Patholan meliputi tahap eksplorasi yaitu penjajagan tentang gerak gulat, tahap improvisasi yaitu pencarian gerak bantingan, dan komposisi yaitu penggabungan gerak menjadi tari utuh. Bentuk pertunjukan Tari Patholan meliputi tema, gerak, penari, musik/iringan, tata rias, tata busana, pentas, tata lampu, dan properti. Faktor – faktor yang mempengaruhi proses penciptaan Tari Patholan terdiri dari, lingkungan, sarana atau fasilitas, keterampilan, identitas, orisinalitas, dan apresiasi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Br Ginting, Dina Sungam, and Dilinar Adlin. "TARI TELU SERANGKAI PADA MASYARAKAT KARO “KAJIAN TERHADAP GAYA TARI”." Gesture: Jurnal Seni Tari 10, no. 1 (May 4, 2021): 80. http://dx.doi.org/10.24114/senitari.v10i1.24719.

Full text
Abstract:
ABSTRACT-This study aims to describe the dance styles contained in the Telu Serangkai Dance in the Karo community. The theoretical basis used in this research is the theory presented by Allan Lomax in Anya Peterson Royce (2007: 171) which states that there are four factors that shape dance styles as a crystallization of daily activity patterns that are very prominent and important in the supporting community, namely body attitude (boddy attitudes), type of transition, number of active body parts, form and effort (effort-shape). The research method used is a qualitative method. This research was conducted for 3 months in Laudah Village, Padang Mas District. The research sample consisted of artists, traditional leaders, and dancers of the Telu Serangkai dance. Data collection techniques are carried out through observation, interviews, documentation, and literature study. The results showed that the style in the Telu Serangkai dance related to body posture has the power to maintain togetherness, kinship, in life. Through motionless footwork, it shows that the Karo people have a firm attitude in being not easily influenced and consistent in making decisions. The dance style is related to the type of transition, it can be interpreted that the Karo people are always responsive to changing conditions, so that they can adapt to the environment, but are not affected and wisely in responding to changing environments. The dance style is related to the number of active body parts, having different active body parts in each of the various movements of the Telu Serangkai dance showing that the Karo people are people who are actually active in carrying out activities in their daily lives. The dance style is related to form and effort, which is where the Karo community is a dynamic society. Meanwhile, the use of time that is owned by each type of motion shows that the Karo community is a stable society in doing business in their daily lives.Keywords: Dance Style, Telu Serangkai Dance ABSTRAK-Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan gaya tari yang terdapat dalam Tari Telu Serangkai pada masyarakat Karo. Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori yang disampaikan oleh Allan Lomax dalam Anya Peterson Royce (2007:171) yang menyatakan bahwa ada empat faktor yang membentuk gaya tari sebagai kristalisasi dari pola aktivitas setiap hari yang sangat menonjol dan penting dalam masyarakat pendukungnya, yaitu sikap tubuh (boddy attitudes), tipe transisi (Type of transition), jumlah bagian tubuh yang aktif (number of active body part), bentuk dan usaha (effort-shape). Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan di desa Laudah Kecamatan Padang Mas. Sampel penelitian terdiri dari seniman, tokoh adat, dan penari tari Telu Serangkai. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya dalam tari Telu Serangkai yang terkait sikap tubuh, memiliki kekuatan untuk menjaga kebersamaan, kekerabatan, dalam kehidupannya. Melalui gerak kaki yang tidak banyak bergerak, menunjukkan bahwa masyarakat Karo memiliki keteguhan dalam sikap tidak mudah dipengaruhi dan konsisten pada keputusan. Gaya tari terkait tipe transisi, dapat diartikan bahwa masyarakat Karo selalu tanggap terhadap kondisi yang berubah, agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, namun tidak terpengaruh dan bijaksana menyikapi lingkungan yang berubah. Gaya tari terkait jumlah bagian tubuh yang aktif, memiliki perbedaan bagian tubuh yang aktif pada setiap ragam gerak tari Telu Serangkai menunjukkan bahwa masyarakat Karo adalah masyarakat yang justru aktif melakukan aktivitas di kehidupannya sehari-hari. Gaya tari terkait bentuk dan usaha, yang dimana masyarakat Karo adalah masyarakat yang dinamis. Sedangkan penggunaan waktu yang dimiliki setiap ragam gerak menunjukkan bahwa masyarakat Karo adalah masyarakat yang stabil dalam berusaha di kehidupannya sehari-hari. Kata Kunci : Gaya Tari, Tari Telu Serangkai
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Bulan, Indra. "Tari Melinting Tari Melinting di Masa Lalu dan Masa Kini." Jurnal Seni Tari 8, no. 1 (July 23, 2019): 95–102. http://dx.doi.org/10.15294/jst.v8i1.24899.

Full text
Abstract:
Tumbuh kembang Tari Melinting yang notabane milik masyarakat Lampung menjadi menarik diperhatikan terutama merujuk pada tujuan dan fungsinya saat ini yang terus berubah. Perubahan-perubahan tersebut dapat terlihat dan dibandingkan dengan bentuk awalan tarian tersebut hidup. Secara rinci terdapat perbedaan dalam penyajian tari Melinting baik dari segi fungsi, bentuk, maupun maknanya. Penelitian ini mencoba mendeskripsikan perkembangan dan perubahan bentuk tari melinting sebagai upaya pelestarian dan pengembangan budaya lokal. Metode yang digunakan untuk mengungkap perkembangan dan perubahan bentuk tari Melinting yakni metode deskriptif kualitatif. Perkembangan dan perubahan bentuk Tari Melinting dapat dilihat pada tiap elemen seni pertunjukan mulai dari aspek penari, gerak, pola lantai, tata rias, busana, iringan musik, penonton dan elemen pendukung lainnya. Perkembangan dan perubahan yang terjadi merupakan upaya pemerintah dan seniman Lampung dalam melestarikan dan mengembangkan seni budaya dan kearifan lokal.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Sawaludin, Sawaludin, and Muhamad Salahudin. "NILAI-NILAI KARAKTER BANGSA DALAM TRADISI TARI CACI DI MASYARAKAT MANGGARAI DESA GOLO NDOAL KECAMATAN MBELILING KABUPATEN MANGGARAI BARAT NUSA TENGGARA TIMUR." CIVICUS : Pendidikan-Penelitian-Pengabdian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 4, no. 2 (April 5, 2018): 59. http://dx.doi.org/10.31764/civicus.v4i2.341.

Full text
Abstract:
Abstrak: Tradisi tari caci adalah sebuah tradisi yang masih dilestarikan oleh masyarakat Manggarai. Desa golo Nodal yang merupakan salah satu desa yang berada di daerah Manggarai yang sampai hari ini masih melestarikan tradisi tersebut. Tradisi tari caci ini adalah salah satu tradisi yang sangat heroik, artinya proses pelaksanaan tari ini mengakibatkan pertumpahan darah. Proses yang sangat mengerikan ini tidak berpengaruh terhadap semangat masyarakat Manggarai untuk melestarikannya. Karena dalam tradisi tari caci ini ada nilai-nilai filosifisnya yang tidak terlepas dari nilai-nilai karakter masyarakat Manggarai. Dengan berbagai macam keunikannya tradisi tari bertahan ditengah kehidupan masyarakat Manggarai khusunya masyarakat Desa Golo Ndoal. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian bersifat kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa proses pelaksanaan tari caci diantaranya,musyawarah tokoh adat dan tokoh masyarakat, melaksanakan ritual adat, para penari menggunakan pakaian tari caci, menggunakan alat musik tradisional, menyanyi lagu Manggarai, rait menggunakan nama panggilan saat tari caci dan acara penutupan melakukan bersalaman serta saling memaafkan serta kembali melakukan ritual adat di compang . Ada beberapa nilai-nilai karakter bangsa yang terdapat dalam tradisi tari caci diantaranya, keberanian , memiliki sikap toleransi, persaudaraan, kekompakan, keharmonisan, kesopanan, estetika atau seni, rela berkorban, cinta budaya daerah dan bangsa, bertanggung jawab dan kedamaian. Dan persepsi masyarakat terhadap tari caci adalah tari caci harus dilestarikan, dijaga keutuhan nilai yang terkandung didalamnya, tradisi tari caci sangat cocok dengan karakter masyarakat manggarai, tradisi tari caci mampu menciptakan masyarakat yang harmonis di tengah pluralitasnya masyarakat Manggarai dan tradisi tari caci sudah mengakar pada kehidupan masyarakat Manggarai sebagai kebudayaan khas Manggarai.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Fatmala, Rahma. "ANALISIS KOREOGRAFI TARI MELINTING LABUHAN MARINGGAI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR." Joged 13, no. 1 (July 23, 2019): 91–101. http://dx.doi.org/10.24821/joged.v13i1.2810.

Full text
Abstract:
Tari Melinting adalah tari tradisional Lampung yang diciptakan oleh Ratu Melinting di Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur pada abad ke-16. Tari ini ditarikan oleh delapan orang penari yang terdiri dari empat orang penari putra dan empat orang penari putri dengan pola lantai yang unik. Keunikan lainnya adalah kostum yang dipakai, yakni siger Melinting yang menutupi sebagian wajah penari perempuan, musik iringan, dan properti yang dipakai yaitu kipas, Cara menggerakkan kipas, serta henjutan kaki penari menjadikan penulis tertarik untuk menganalisis koreografi tari ini. Untuk menjawab permasalahan tersebut digunakan pendekatan koreografi dengan menganalisis teks koreografi melalui aspek bentuk, teknik dan isi, serta digunakan pendokumentasian motif gerak melalui notasi Laban. Aspek bentuk Tari Melinting terbagi menjadi empat bagian, bagian ini dapat ditandai dengan perubahan musik iringan, pola lantai, dan motif geraknya. Tari Melinting memiliki dua belas motif gerak. Gerak tersebut meliputi gerak babar kipas lapah tebeng, jong sumbah, balik palau, kenui melayang, mapang randu, ngiyau bias nginjak lado, sughung sekapan, salaman, timbangan, babar kipas suali, ngiyau bias nginjak tahi manuk, dan luncat kijang. Gerak Tari Melinting memiliki makna tentang kegagahan dan kelembutan putra putri Lampung. Gerak pada penari putra yang gagah dan lincah merupakan bentuk tanggung jawab lakilaki untuk menyejahterakan dan melindungi keluarga. Gerak pada penari putri yang lembut dan halus melambangkan kelembutan wanita Lampung. Serta gerak Tari Melinting memiliki ciri khas dalam geraknya yaitu terdapat efek enjutan ketika melakukan gerak Tari Melinting. Melinting Dance is a traditional dance created by Lampung Ratu Melinting in Labuhan Maringgai East Lampung Regency in the 16th century. Melinting dance is categorized as a group dance composition, because it can be seen from the form of performances that are danced by eight dancers. Melinting Dance uses the fan property held by the dancers. Melinting Dance describes the valor of Lampung princess. Along with its development, Melinting Dance has changed the function of dance ceremony to dance entertainment. From the change of the function Melinging Labuhan Maringgai Dance undergoes choreography changes but does not eliminate the basic movements that have been there since the first. Clothing on Melinting Dance wearing traditional clothes Lampung with corrective makeup. The accompaniment of Melinting Dance uses three types of percussion / Lampung accompaniment. In this case the main problem is the choreography analysis Dance Melinting Labuhan Maringgai East Lampung regency. To answer the problem then used a choreography approach by analyzing choreographic texts through aspects of form, technique and content, and used documentation motion motion through Laban notation. Aspects of the form Melinting Dance is divided into four parts, this section can be marked by changes in music accompaniment, floor patterns and motion motifs. Melinting Dance has twelve motive motifs. The motion includes babar kipas lapah tebeng, jong sumbah, balik palau, kenui melayang, mapang randu, ngiyau bias nginjak lado, sughung sekapan, salaman, timbangan, babar kipas suali, ngiyau bias nginjak tahi manuk, lompat kijang. On the motion of Melinting Dance has a meaning about the valor of Lampung daughter. The motion of a handsome and agile male dancer is a form of male responsibility for the welfare and protection of the family. The motion of the soft and delicate female dancer symbolizes the softness of the Lampung woman. As well as the motion of Melinting Dance has a characteristic in motion that there are effects of driving when doing motion Dance Melinting.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Fatmala, Rahma. "ANALISIS KOREOGRAFI TARI MELINTING LABUHAN MARINGGAI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR." Joged 10, no. 1 (July 23, 2019): 91–101. http://dx.doi.org/10.24821/joged.v10i1.2810.

Full text
Abstract:
Tari Melinting adalah tari tradisional Lampung yang diciptakan oleh Ratu Melinting di Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur pada abad ke-16. Tari ini ditarikan oleh delapan orang penari yang terdiri dari empat orang penari putra dan empat orang penari putri dengan pola lantai yang unik. Keunikan lainnya adalah kostum yang dipakai, yakni siger Melinting yang menutupi sebagian wajah penari perempuan, musik iringan, dan properti yang dipakai yaitu kipas, Cara menggerakkan kipas, serta henjutan kaki penari menjadikan penulis tertarik untuk menganalisis koreografi tari ini. Untuk menjawab permasalahan tersebut digunakan pendekatan koreografi dengan menganalisis teks koreografi melalui aspek bentuk, teknik dan isi, serta digunakan pendokumentasian motif gerak melalui notasi Laban. Aspek bentuk Tari Melinting terbagi menjadi empat bagian, bagian ini dapat ditandai dengan perubahan musik iringan, pola lantai, dan motif geraknya. Tari Melinting memiliki dua belas motif gerak. Gerak tersebut meliputi gerak babar kipas lapah tebeng, jong sumbah, balik palau, kenui melayang, mapang randu, ngiyau bias nginjak lado, sughung sekapan, salaman, timbangan, babar kipas suali, ngiyau bias nginjak tahi manuk, dan luncat kijang. Gerak Tari Melinting memiliki makna tentang kegagahan dan kelembutan putra putri Lampung. Gerak pada penari putra yang gagah dan lincah merupakan bentuk tanggung jawab lakilaki untuk menyejahterakan dan melindungi keluarga. Gerak pada penari putri yang lembut dan halus melambangkan kelembutan wanita Lampung. Serta gerak Tari Melinting memiliki ciri khas dalam geraknya yaitu terdapat efek enjutan ketika melakukan gerak Tari Melinting. Melinting Dance is a traditional dance created by Lampung Ratu Melinting in Labuhan Maringgai East Lampung Regency in the 16th century. Melinting dance is categorized as a group dance composition, because it can be seen from the form of performances that are danced by eight dancers. Melinting Dance uses the fan property held by the dancers. Melinting Dance describes the valor of Lampung princess. Along with its development, Melinting Dance has changed the function of dance ceremony to dance entertainment. From the change of the function Melinging Labuhan Maringgai Dance undergoes choreography changes but does not eliminate the basic movements that have been there since the first. Clothing on Melinting Dance wearing traditional clothes Lampung with corrective makeup. The accompaniment of Melinting Dance uses three types of percussion / Lampung accompaniment. In this case the main problem is the choreography analysis Dance Melinting Labuhan Maringgai East Lampung regency. To answer the problem then used a choreography approach by analyzing choreographic texts through aspects of form, technique and content, and used documentation motion motion through Laban notation. Aspects of the form Melinting Dance is divided into four parts, this section can be marked by changes in music accompaniment, floor patterns and motion motifs. Melinting Dance has twelve motive motifs. The motion includes babar kipas lapah tebeng, jong sumbah, balik palau, kenui melayang, mapang randu, ngiyau bias nginjak lado, sughung sekapan, salaman, timbangan, babar kipas suali, ngiyau bias nginjak tahi manuk, lompat kijang. On the motion of Melinting Dance has a meaning about the valor of Lampung daughter. The motion of a handsome and agile male dancer is a form of male responsibility for the welfare and protection of the family. The motion of the soft and delicate female dancer symbolizes the softness of the Lampung woman. As well as the motion of Melinting Dance has a characteristic in motion that there are effects of driving when doing motion Dance Melinting.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Joharlinda, Joharlinda. "PENGEMBANGAN TARI SALONRENG DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT GOWA." JURNAL PAKARENA 1, no. 1 (January 30, 2019): 18. http://dx.doi.org/10.26858/p.v1i1.8080.

Full text
Abstract:
Penelitian yang berjudul Pengembangan Tari Salonreng dalam Kehidupan Masyarakat Gowa merupakan usaha untuk menyusuri keberadaan tari Salonreng baik sebagai tari ritual, maupun sebagai tari tontonan. Tari Salonreng sebagai tari ritual, mengandung nilai-nilai estetika, dan nilai-nilai filosofi, yang dapat dijadikan sebagai dasar pijakan dalam kehidupan bermasyarakat. Sementara itu, tari Salonreng sebagai tontonan prosesnya dapat menunjukkan sebuah gejala pengembangan yang bersifat ganda, yaitu; evolutif dan revolutif.Metode penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan yang berpayung pada etnokoreologi. Pendekatan dengan menggunakan multidisiplin, diharapkan dapat mengungkap lebih dalam tentang pengembangan tari Salonreng dalam kehidupan masyarakat Gowa. Pengembangan gerak tari Salonreng, dari ritual menjadi tontonan disebabkan karena adanya pemanfaatan aset oleh pihak pariwisata. Tari Salonreng dalam ritual, sekarang ini ditarikan oleh seorang perempuan dewasa, gerak, musik iringan, menggunakan selendang panjang, kostum yang sederhana, dan pola lantai melingkar. Pertunjukan tari Salonreng sebagai tontonan, ditarikan oleh empat orang atau lebih (kelompok) gadis remaja. Penari kadang-kadang memakai selendang, kadang-kadang tidak menggunakan selendang, gerak dan musik iringan yang lebih variatif, kostum yang dikenakan lebih lengkap dengan aksesoris, dan pola lantai yang lebih beragam.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Noviana, Nana. "MAKNA SIMBOLIK TARI ASMARADANA KARYA PRAGINA GONG YOGYAKARTA." Joged 12, no. 2 (April 23, 2019): 823–33. http://dx.doi.org/10.24821/joged.v12i2.2548.

Full text
Abstract:
Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna simbolik tari Asmaradana karya Pragina Gong Yogyakarta. Pragina Gong adalah sebuah komunitas tari yang dibentuk sejak 3 Desember 2005 oleh mahasiswa Jurusan Tari Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta angkatan tahun 2004. Grup ini lahir dari peserta grand finaslis ajang pencarian bakat Indonesia’s got Talent yang diadakan oleh salah satu stasiun TV swasta Indonesia.Karya tari Praginagong berangkat dari unsur tradisional hingga kontemporer. Karya-karya tari yang diciptakan semua berangkat dari ide kreatif yang berpijak pada unsur tradisi, namun telah dikemas menjadi suatu sajian yang lebih inovatif dan bersifat entertainment (seni sebagai hiburan). Salah satu karya terbaiknya adalah tari Asmaradana.Teori yang digunakan adalah teori semiotika dari Ferdinad de Saussure. Data yang digunakan dikumpulkan dengan teknik observasi non partisipan melalui melihat pertunjukan, mengamati anggota grup Pragina Gong berlatih serta dengan wawancara. Berdasarkan pengamatan tersebut dapat disimpulkan tari Asmaradana merupakan tari kreasi yang seringkali ditampilkan oleh grup pragina Gong. Tari tersebut selau dikembangkan sesuai dengan kebutuhannya. Konten dalam tari Asmaradana ini memiliki konsep yang menggambarkan tentang cinta kasih, keberagaman antar sesama manusia, bangsa dan tanah air yang diwujudkan dalam bentuk gerak, properti tari, iringan musik dan kostum.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Noviana, Nana. "MAKNA SIMBOLIK TARI ASMARADANA KARYA PRAGINA GONG YOGYAKARTA." Joged 9, no. 2 (April 23, 2019): 823–33. http://dx.doi.org/10.24821/joged.v9i2.2548.

Full text
Abstract:
Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna simbolik tari Asmaradana karya Pragina Gong Yogyakarta. Pragina Gong adalah sebuah komunitas tari yang dibentuk sejak 3 Desember 2005 oleh mahasiswa Jurusan Tari Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta angkatan tahun 2004. Grup ini lahir dari peserta grand finaslis ajang pencarian bakat Indonesia’s got Talent yang diadakan oleh salah satu stasiun TV swasta Indonesia.Karya tari Praginagong berangkat dari unsur tradisional hingga kontemporer. Karya-karya tari yang diciptakan semua berangkat dari ide kreatif yang berpijak pada unsur tradisi, namun telah dikemas menjadi suatu sajian yang lebih inovatif dan bersifat entertainment (seni sebagai hiburan). Salah satu karya terbaiknya adalah tari Asmaradana.Teori yang digunakan adalah teori semiotika dari Ferdinad de Saussure. Data yang digunakan dikumpulkan dengan teknik observasi non partisipan melalui melihat pertunjukan, mengamati anggota grup Pragina Gong berlatih serta dengan wawancara. Berdasarkan pengamatan tersebut dapat disimpulkan tari Asmaradana merupakan tari kreasi yang seringkali ditampilkan oleh grup pragina Gong. Tari tersebut selau dikembangkan sesuai dengan kebutuhannya. Konten dalam tari Asmaradana ini memiliki konsep yang menggambarkan tentang cinta kasih, keberagaman antar sesama manusia, bangsa dan tanah air yang diwujudkan dalam bentuk gerak, properti tari, iringan musik dan kostum.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Nurshanti, Kes, and Veronica Eny Iryanti. "Nilai Estetis Tari Lawet di Kabupaten Kebumen." Jurnal Seni Tari 8, no. 2 (November 27, 2019): 132–40. http://dx.doi.org/10.15294/jst.v8i2.34750.

Full text
Abstract:
Tari Lawet merupakan tari identitas Kabupaten Kebumen yang menggambarkan aktifitas burung lawet dalam kesehariannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai estetis yang terkandung pada tari Lawet di Kabupaten Kebumen. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis data deskriptif kualitatif yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan display data. Uji keabsahan data menggunakan metode triangulasi sumber. Hasil penelitian menyebutkan bahwa tari Lawet mempunyai nilai estetis yang terlihat dari aspek bentuk, bobot/isi, dan penampilan. Aspek bentuk meliputi gerak yang dinamis dan lincah, penggunaan warna pada kostum tari Lawet yang memiliki makna tersendiri, dan syair lagu yang menggambarkan keseharian burung lawet. Aspek bobot (suasana, ide, pesan) meliputi suasana tari Lawet yang gembira, ide tari Lawet yang muncul ketika Kabupaten Kebumen menginginkan adanya tari identitas dan pesan yang disampaikan lewat ungkapan-ungkapan simbolik. Aspek penampilan (bakat, ketrampilan, sarana) meliputi bakat yang harus dikuasai oleh setiap penari Lawet yaitu bisa menari, ketrampilan penari yaitu dapat menari tari Lawet dengan luwes, serta sarana pada tari Lawet yaitu seluruh aspek penunjang pementasan seperti busana, tata rias, tempat pertunjukan yang erat hubungannya untuk mendukung penampilan tari
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Wibowo, Anjar Mukti, and Shoffikha Cahyanul Janah. "Sejarah Perkembangan Kesenian Tari Gaplik Di Desa Kendung Kecamatan Kwadungan Kabupaten Ngawi Tahun 1966-2014." AGASTYA: JURNAL SEJARAH DAN PEMBELAJARANNYA 5, no. 01 (January 10, 2015): 139. http://dx.doi.org/10.25273/ajsp.v5i01.899.

Full text
Abstract:
Keberadaan tari gaplik diperkirakan sudah ada sejak Indonesia belum merdeka. Gaplik ini merupakan singkatan dari gambaran petunjuk liwat kesenian. latar belakang ditarikannya tari ini karena desa Kendung mengalami bencana pagebluk dan huru hara, dan setelah diadakan tari gaplik keadaan menjadi lebih baik. Tari Gaplik di desa Kendung ditarikan pada hari Jumat Wage. Orang yang menarikannya saat ini adalah saudara Hartono, yang menjadi penerus ayahnya yaitu saudara Kasno. Pada tahun 1966 tari gaplik mulai ditampilkan dalam acara-acara Nyadran di desa-desa yang lain. Diantaranya adalah desa Mbayem, desa Kincang kabupaten Magetan, desa Suratmajan Maospati, dan desa Kinandang kabupaten Magetan. Pada tahun 2005 tari gaplik mulai mewakili kota Ngawi dalam festival kesenian tradisional di Surabaya. Pada bulan januari 2006 tari gaplik kembali mengikuti festival kesenian tradisional se jawa timur di Surabaya. Setelah itu pada tahun 2008 tari gaplik dipercaya kembali dan diikut sertakan dalam lomba kesenian tradisional se Jawa Timur di Bojonegoro, dan untuk ke empat kalinya tari gaplik kembali diikutkan dalam lomba pada Agustus 2010 di Kediri. Setelah dikenal luas oleh masyarakat dan menjadi tari tradisional yang menghibur serta menarik banyak penonton, pada bulan Juni 2013 tari gaplik ditampilkan dalam hari jadi Ngawi di Benteng Pendem kota Ngawi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Kuswarsantyo, Mr. "PELAJARAN TARI : IMAGE DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK." JOGED 3, no. 1 (January 9, 2013): 17. http://dx.doi.org/10.24821/joged.v3i1.54.

Full text
Abstract:
Tari adalah salah satu cabang seni yang dalam ungkapannya menggunakan bahasa gerak tubuh. Untukmencapai kualitas kepenarian yang bagus, seorang penari dituntut penguasaan aspek wiraga, wirama danwirasa. Namun ternyata tidak hanya cukup penguasaan tiga aspek tersebut agar pemahaman tari secara utuhdipahami. Aspek di luar teknis sebenarnya lebih banyak manfaat yang bisa kita peroleh jika kita mempelajaritari secara kontekstual. Permasalahan seputar pelajaran tari di sekolah umum (baca : SD, SMP, dan SMA) sebenarnya berkutatpada masalah image orang terhadap pelajaran tari yang dipandang sebelah mata. Pertanyaan yang pantas kitaajukan kepada para pelaku dan pendidik seni tari adalah : mampukah kita merubah image tari daripemahaman tekstual menjadi kontekstual? Manfaat yang dapat kita peroleh dari pemahaman secara konteksualitas tentang tari sebenarnya akanmemberikan kontribusi yang signifikas terhadap pembetukan karakter siswa yang mempelajari. Kedalamanisi dan makna di balik pelajaran tari inilah yang selama ini belum banyak dikupas pendidik seni tari disekolah umum. Dengan pemahaman kontekstualitas itu maka anggapan tari sebagai pelajaran praktik ansichakan terkikis. Tari adalah pelajaran yang memiliki kompleksitas permasalahan terkait dengan masalah sosial,budaya, antropologi, politik hingga permasalahan global. Untuk itulah belajar tari yang benar adalah belajarsecara kontekstual dengan mempertimbangkan apa yang ada dalam tari itu secara utuh, sehingga kita tidakhanya terpancang pada aspek teknik dalam olah wiraga saja. Pemahaman nilai-nilai filosofi joged matarammenjadi penting artinya, karena akan memberikan manfaat untuk pembentukan karakter bagi anak yangmempelajarinya Konsep sawiji, greget, sengguh dan ora mingkuh dapat diterapkan dalam kehidupan seharihari,karena prinsip tersebut merupakan dasar untuk melaksanakan kehidupan yang oleh Suryobrongtodisebut dengan way of life.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

ARMAN, DEDI. "PERKEMBANGAN TARI MERAWAI DI PULAU LIPAN KABUPATEN LINGGA." JURNAL PENELITIAN SEJARAH DAN BUDAYA 6, no. 1 (May 30, 2020): 99–119. http://dx.doi.org/10.36424/jpsb.v6i1.163.

Full text
Abstract:
Tari merawai merupakan tarian yang hampir punah milik Orang Laut yang ada di Pulau Lipan, Desa Penuba, Kecamatan Selayar, Kabupaten Lingga. Tarian ini seakan hilang di Pulau Lipan dan baru kembali ditampilkan tahun 2018 lalu. Fokus tulisan ini dua hal, yakni perkembangan tari merawai di Pulau Lipan, Lingga dan faktor-faktor yang menyebabkan tari merawai terancam punah. Penelitian ini adalah penelitian sejarah. Teknik pengumpulan data adalah studi pustaka, observasi dan wawancara. Temuan tulisan ini menunjukkan tarian merawai berasal dari Pulau Lipan dan tidak ditemukan di daerah lainnya di Kabupaten Lingga. Pada periode tahun 1950-an sampai periode tahun 1990-an, tari merawai sering ditampilkan Orang Laut dalam acara keramaian. Setelah era reformasi, tari merawai makin jarang ditampilkan Orang Laut. Dalam perkembangannya, tari merawai ditampilkan sanggar-sanggar seni yang ada di Kabupaten Lingga dalam event kesenian, tetapi personilnya bukan Orang Laut. Tari merawai yang ditampikan juga sudah tari kreasi. Sejumlah pelaku tari merawai di Pulau Lipan masih ada namun pewarisan tari merawai juga tidak berjalan. Generasi muda Orang Laut lebih tertarik dengan kesenian modern.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Wardani, Deantika Puspita, Muhammad Jazuli, and Eny Kusumastuti. "Tari Dayak Grasak: Pembelajaran Seni Berbasis Masyarakat Pada Grup Bangun Budaya Di Dusun Sumber Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang." Jurnal Seni Tari 10, no. 2 (November 30, 2021): 197–206. http://dx.doi.org/10.15294/jst.v10i2.47747.

Full text
Abstract:
Tari Dayak Grasak adalah salah satu bentuk seni pertunjukan tari tradisi kerakyatan yang ada diGrup Bangun Budaya, Dusun Sumber. Ciri-ciri tari tradisi kerakyatan melekat pada bentuk tariDayak Grasak meliputi elemen dasar tari dan elemen pendukung tari. Tari Dayak Grasak menjadimateri pembelajaran pada Grup Bangun Budaya dengan menggunakan model pembelajaranberbasis masyarakat. Tujuan penelitian ini, mendiskripsikan bentuk tari Dayak Grasak di grupBangun Budaya, dan proses pembelajaran tari Dayak Grasak pada Grup Bangun Budaya. Penelitianini menggunakan pendekatan pendidikan berbasis masyarakat dengan metode kualitatif. Teknikpengumpulan data meliputi observasi, dokumentasi, dan wawancara. Teknik keabsahan datamenggunakan metode triangulasi sumber, teknik, dan waktu. Teknik analisis data melalui reduksidata, penyajian data dan simpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk tari Dayak Grasakmemiliki pengulangan gerak atau repetisi, rampak, bentuk gerak yang sederhana, dilakukan secaraberulang-ulang, dan tidak semua ragam geraknya memiliki patokan penamaan (istilah).Pembelajaran tari Dayak Grasak yang dilaksanakan pada grup Bangun Budaya berakar dari inisiatifmasyarakat, dikelola oleh masyarakat, dan untuk kepentingan masyarakat di lingkungannya.Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan konvensional, dimana peserta didik melihat,mendengar, menirukan atau praktik. Saran, diperlukan kurikulum untuk pedoman pelaksanaanpembelajaran berbasis masyarakat di Grup Bangun Budaya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Wibowo, Denny Eko, Mega Lestari Silalahi, and Jayanti M. Sagala. "Studi Laban Tari Jogi." Jurnal Seni Tari 8, no. 2 (November 29, 2019): 227–37. http://dx.doi.org/10.15294/jst.v8i2.32230.

Full text
Abstract:
Bentuk penyajian tari umumnya dipahami sebagai hal praktis yang dilakukan secara fisikal, sehingga penyajiannya dalam bentuk tertulis tak banyak dilakukan. Bentuk pencatatan yang lazim digunakan dalam bidang tari yakni notasi Laban yang dilengkapi dengan metode analisis Laban. Notasi Laban dalam bidang tari berguna sebagai metode pendokumentasian yang universal. Tari Jogi di Batam pada mulanya disajikan hanya oleh penari perempuan, sedangkan kini perkembangannya dilakukan dengan menambahkan penari laki-laki dalam pola tari berpasangan. Gerak pokok tari Jogi terdiri dari tujuh motif gerak, yang dilakukan dalam pola lantai maju, mundur, bergerak naik dan turun dalam posisi tidak berpindah tempat. Ketujuh motif gerak dasar tersebut menjadi dasar dari tari Jogi yang berkembang di Batam hingga saat ini. Tujuan penelitian ini ialah mendokumentasikan motif gerak pokok tari Jogi dengan notasi Laban dan mengkaji kualitas geraknya melalui aspek tenaga (effort) dan wujud (shape). Metode penelitian yang digunakan ialah kualitatif, dengan cara mengumpulkan data terkait koreografi tari Jogi di Batam. Hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi tentang tari Jogi di Batam dalam bentuk notasi gerak dan analisis kualitas geraknya melalui studi Laban.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography