To see the other types of publications on this topic, follow the link: ULAT.

Journal articles on the topic 'ULAT'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'ULAT.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Wahyu Trisnawati, Dina, and Ihsan Nurkomar. "PELATIHAN PEMBUATAN PAKAN BUATAN UNTUK ULAT SUTERA Samia cynthia Riccini." BERNAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat 1, no. 4 (October 12, 2020): 633–39. http://dx.doi.org/10.31949/jb.v1i4.533.

Full text
Abstract:
Ulat sutera merupakan serangga bernilai ekonomi tinggi. Kepompong ulat sutera dapat dijadikan bahan dasar pembuatan kain sutera dengan harga jual yang tinggi. Kelompok Usaha Jantra Mas Sejahtera (JAMTRA) merupakan kelompok usaha kain sutera yang melakukan usaha dari hulu ke hilir secara mandiri mulai dari pemeliharaan ulat sutera, pengolahan benang dan kain sutera, serta desain produk kain sutera. Dalam hal pemeliharaan ulat sutera, kelompok usaha JAMTRA mengahadapi permasalahan seperti kurangnya pemahaman mengenai cara memperbanyak serangga dengan baik, dan kurangnya pengetahuan mengenai pakan buatan untuk perbanyakan serangga. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan peternak ulat sutera dalam memperbanyak serangga berdasar sifat ekologi serangga dan melatih peternak ulat sutera dalam membuat pakan buatan. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa pakan berhasil digunakan bagi ulat sutera. Namun demikian, tidak ada kepompong yang terbentuk. Sehingga, kegiatan lanjutan diperlukan untuk memodifikasi komposisi pakan agar dapat digunakan dalam perbanyak ulat sutera secara maksimal.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Manullang, Deasy Vidya Carolina, Nismah Nukmal, and Suratman Umar. "KEMAMPUAN BERBAGAI TINGKATAN STADIUM LARVA KUMBANG Tenebrio molitor L. (COLEOPTERA : TENEBRIONIDAE) DALAM MENGKONSUMSI STYROFOAM (POLYSTYRENE)." Jurnal Ilmiah Biologi Eksperimen dan Keanekaragaman Hayati 5, no. 1 (July 1, 2018): 83–88. http://dx.doi.org/10.23960/jbekh.v5i1.56.

Full text
Abstract:
Kumbang Tenebrio molitor atau yang lebih dikenal sebagai ulat hongkong, memiliki nilai ekonomis karena dapat digunakan sebagai pakan ternak maupun obat bagi manusia dan mudah dibudidayakan. Ulat hongkong belum dimanfaatkan secara maksimal, sementara ulat hongkong secara alami memiliki manfaat yang besar sebagai pengurai senyawa organik dan anorganik di alam, dari penelitian terakhir diketahui dapat mengurai styrofoam. Penelitian ini dilaksanakan pada Juli-Agustus 2016 di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan berbagai tingkatan stadium larva ulat hongkong dalam mengkonsumsi styrofoam. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 10 instar larva ulat hongkong sebagai perlakuan dan 3 kali pengulangan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analisis Ragam (ANARA) dan dilanjutkan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf beda nyata 5% serta dilakukan analisis korelasi antara jumlah styrofoam yang dimakan dengan berat serta panjang ulat hongkong. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pakan styrofoam mempengaruhi berat dan panjang ulat hongkong, serta lama stadium ulat hongkong (p < 0,05). Hasil analisis korelasi antara berat ulat hongkong dan jumlah pakan yang dimakan menunjukan adanya hubungan positif yang sangat kuat (r = 0,96), dan pada korelasi antara panjang ulat hongkong dan jumlah pakan yang dimakan menunjukkan adanya hubungan postif yang kuat (r = 0,66).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Manullang, Deasy Vidya Carolina, Nismah Nukmal, and Suratman Suratman. "KEMAMPUAN BERBAGAI TINGKATAN STADIUM LARVA KUMBANG Tenebrio molitor L. (COLEOPTERA : TENEBRIONIDAE) DALAM MENGKONSUMSI STYROFOAM (POLYSTYRENE)." Jurnal Ilmiah Biologi Eksperimen dan Keanekaragaman Hayati 4, no. 2 (December 1, 2017): 37–42. http://dx.doi.org/10.23960/jbekh.v4i2.132.

Full text
Abstract:
Kumbang Tenebrio molitor atau yang lebih dikenal sebagai ulat hongkong, memiliki nilai ekonomis karena dapat digunakan sebagai pakan ternak maupun obat bagi manusia dan mudah dibudidayakan. Ulat hongkong belum dimanfaatkan secara maksimal, sementara ulat hongkong secara alami memiliki manfaat yang besar sebagai pengurai senyawa organik dan anorganik di alam, dari penelitian terakhir diketahui dapat mengurai styrofoam. Penelitian ini dilaksanakan pada Juli-Agustus 2016 di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan berbagai tingkatan stadium larva ulat hongkong dalam mengkonsumsi styrofoam. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 10 instar larva ulat hongkong sebagai perlakuan dan 3 kali pengulangan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analisis Ragam (ANARA) dan dilanjutkan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf beda nyata 5% serta dilakukan analisis korelasi antara jumlah styrofoam yang dimakan dengan berat serta panjang ulat hongkong. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pakan styrofoam mempengaruhi berat dan panjang ulat hongkong, serta lama stadium ulat hongkong (p < 0,05). Hasil analisis korelasi antara berat ulat hongkong dan jumlah pakan yang dimakan menunjukan adanya hubungan positif yang sangat kuat (r = 0,96), dan pada korelasi antara panjang ulat hongkong dan jumlah pakan yang dimakan menunjukkan adanya hubungan postif yang kuat (r = 0,66).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Nur Ariyani Agutina. "TINGKAT SERANGAN HAMA ULAT API Setothoseaasigna DAN HAMA ULAT KANTUNG Metisaplana PADA PERKEBUNANKELAPASAWIT(Elaeis guineensis Jacq) DI PTPN IV UNIT USAHA BAH BIRUNG ULU." Jurnal Rhizobia 3, no. 1 (February 15, 2021): 50–57. http://dx.doi.org/10.36985/rhizobia.v10i1.464.

Full text
Abstract:
Penelitianini bertujuanuntuk mengetahui Tingkat Serangan Hama ulat ApiSetothosea asigna dan hama Ulat kantung Metisa planapada perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensisJacq) di PTPN IV unit Usaha Bah Birung Ulu. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Juli 2018. Metode penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif dengan pengambilan sampel secara purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh tingkat serangan hama ulat api Setothosea asigna dan hama ulat kantung Metisa plana. Tingkat serangan hama ulat api Setothosea asigna 19,17% dengan skor 1,7 kategori sangat ringan, sedangkan serangan hama ulat kantung Metisa plana 2 : 22 dengan skor 1 kategori sangat ringan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Andikarya, Oke. "AGRIBISNIS PERSUTERAAN ALAM DI DESA PASIR SARONGGE KECAMATAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR." Composite: Jurnal Ilmu Pertanian 1, no. 1 (April 4, 2019): 1–12. http://dx.doi.org/10.37577/composite.v1i1.89.

Full text
Abstract:
Tujuan penelitian untuk mengetahui agribisnis Sutera alam di Cianjur Jawa Barat dan mengetahui usahatani dan penyedian bibit ulat sutera. Penelitian telah dilaksanakan bulan Januari 2018 sampai April 2018 di Desa Pasir Sarongge Kecamatan Ciherang Kabupaten Cianjur dengan ketinggian tempat 1.250 meter di atas permukaan laut. Agribisnis persuteraan alam di Indonesia perkembangannya dilakukan Perum Perhutani yangselalu mengembangkan bibit telur ulat sutera, maupun bibit murbei. Selain upaya pengembangan bibit ulat sutera dan bibit murbei, pembinaan teknis/pendampingan merupakan penentu keberhasilan produksi usaha persuteraan alam. Memberi kesempatan pelatihan dan magang konsumen telur/petani sutera mengenai pemeliharaan kebun murbei, pemeliharaan ulat dengan maksud agar para konsumen betul-betul mampu membudidayakan ulat sutera.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Widakdo, Danang Sudarso Widya Prakoso Joyo, and Shinta Setiadevi. "Respon Hama Ulat Buah Melon terhadap Aplikasi Pestisida Nabati Buah Bintaro (Cerbera manghas L.) pada Berbagai Konsentrasi." Agrotechnology Research Journal 1, no. 2 (December 14, 2017): 48. http://dx.doi.org/10.20961/agrotechresj.v1i2.18894.

Full text
Abstract:
<p>Hama ulat buah yang sering dijumpai petani melon yaitu serangan hama ulat serta residu pestisida kimiawi yang tinggi. Pemakaian pestisida kimia dengan biaya tinggi, tidak ramah lingkungan sehingga sulit mendapatkan buah melon organik. Pengendalian hama ulat buah dengan menggunakan pestisida nabati menjadi salah satu alternatif, yaitu buah bintaro (<em>Cerbera manghas</em>) yang mengandung senyawa golongan alkaloid yang bersifat toksik, repellent<em>. </em>Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro mampu mengendalikan populasi hama ulat buah melon. Hal ini dibuktikan dengan semakin menurunnya populasi hama ulat buah melon dengan semakin tingginya konsentrasi pestisida nabati ekstrak buah bintaro.</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Kurniawan, Andi, Muhfahroyin Muhfahroyin, and Agus Sutanto. "EFEKTIVITAS VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAGING BUAH BINTARO SEBAGAI INSEKTISIDA LEPIDOPTERA PADA BAWANG DAUN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PENCEMARAN LINGKUNGAN." BIOLOVA 2, no. 1 (February 25, 2021): 54–63. http://dx.doi.org/10.24127/biolova.v2i1.323.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas variasi konsentrasi ekstrak daging buah bintaro (Carberra odollam) sebagai insektisida ulat grayak (Lepidoptera) pada tanaman bawang daun (Allium fistulosum L) Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian ini jenis eksperimen yang menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Dalam rancangan penelitian ini menggunakan 4 taraf yaitu perlakuan dengan,konsentrasi ekstrak 1%, 1,5%, 2% dan kontrol menggunakan insektisida berbahan aktif Tenano, tiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali sehingga jumlah percobaan yang akan dilakukan sebanyak 12 kali. Hasil analisis menunjukkan: (1) Pemberian variasi ekstrak buah bintaro berpengaruh tehadap pertumbuhan mortalias ulat grayak. Berdasarkan hasil analisi nilai sig. 0,000< 0,05 yang berarti pemberian variasi ekstrak buah bintaro dengan dosis berbeda berpengaruh terhadap mortalitas ulat grayak. (2) Variasi penambahan ekstrak buah bintaro menyebabkan mortalitas yang berbeda-beda. Mortalitas terbaik pada perlakuan P0V3 dengan pemberian variasi ekstrak sebanyak 2% dan terendah pada perlakuan P0V1 pemberian ekstrak 1%. (3) Aktivitas bioinsektisida ekstrak metanol buah bintaro terhadap mortalitas ulat grayak rendah. Semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka semakin tinggi pula mortalitas ulat grayak. Aktivitas bioinsektisida ekstrak metanol buah bintaro terhadap mortalitas ulat grayak rendah. Semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka semakin tinggi pula mortalitas ulat grayak.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Purnamasari, Vita. "Kualitas Protein Ulat Sagu (Rhynchophorus bilineatus)." JURNAL BIOLOGI PAPUA 2, no. 1 (October 20, 2018): 12–18. http://dx.doi.org/10.31957/jbp.556.

Full text
Abstract:
Protein merupakan salah satu makronutrien penting bagi tubuh. Fungsinya sebagai zat pembangun dan memelihara sel-sel dan jaringan tubuh, menyebabkan kekurangan protein akan berakibat serius bagi kesehatan. Salah satu alternatif pemenuhan kebutuhan protein adalah dengan pemanfaatan bahan pangan lokal. Ulat sagu (Rhynchophorus papuanus) telah lama dikonsumsi oleh masyarakat asli Papua dan Maluku sebagai pelengkap (lauk) bubur sagu (papeda) dan diketahui dari kandungan zat gizinya dapat berperan sebagai sumber protein. Penelitian ini bertujuan mengetahui kualitas protein ulat sagu (Rhynchophorus papuanus). Ulat sagu dikembangbiakkan pada media batang sagu dengan tiga varietas sagu masing-masing adalah Debet Embyam, Kutu blup, dan Kutu Mamakutu (berdasarkan pengetahuan indigineus etnik Moy). Dilakukan analisis kimiawi untuk mengetahui kadar protein, lemak, air, dan abu. Sedangkan kualitas protein ulat sagu ditentukan dengan penentuan NPR (net protein ratio) dan penentuan nilai kimia asam amino. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ulat sagu mengadung protein dengan kualitas cukup baik, yang diperlihatkan dengan nilai kimia asam amino ulat sagu, masing-masing yang dikembangbiakkan pada Debet Embyam = 97,54%; Kutu blup = 80,77%; dan Kutu Mamakutu = 77,53% dengan asam amino pembatas metionin. Sedangkan nilai NPRnya masing-masing 3,31; 3,16; dan 3,17. Tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap nilai NPR ketiga perlakuan tersebut.Key words: Kualitas protein, ulat sagu, Maribu, Jayapura.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Ngapiyatun, Sri, N. Hidayat, and F. Mulyadi. "PENGENDALIAN PALATABILITAS ULAT API PADA TANAMAN SAWIT DENGAN APLIKASI BEBERAPA PESTISIDA NABATI DI LABORATORIUM." Jurnal Hutan Tropis 5, no. 2 (January 11, 2018): 166. http://dx.doi.org/10.20527/jht.v5i2.4371.

Full text
Abstract:
One of the factors that cause the minus of palm oil is caterpillar pest attack. This study is conducted to make vegetable pesticides from seeds and soursop leaves, lemon grass, pepper and tobacco to overcome the palatability of the caterpillar. This study aims to determine the best extraction of vegetable pesticide and their effect in reducing the palatability of the caterpillar. The research was carried out in the laboratory and in palm fruit garden of MuaraBadak. The duration of research is 2 months covering preparation of tools and materials, making and application of vegetable pesticide and data retrieval. This study used a complete randomized design consisting of 6 treatments, namely control, soursop seeds, soursop leaves, lemongrass, peppercorn, and tobacco that are repeated 3 times. The leaves are dipped in pesticides according to the treatment and then the leaves are applied to the caterpillars for 7 days in which the leaves and the caterpillar are inserted into a jar being covered with gauze. The observed parameters are the activity of the caterpillar, the day of the caterpillar, and the caterpillar palatability. The results show that the best vegetable pesticides that could decrease the palatability of the caterpillars are tobacco extract treatment, which reaches 100%, where the caterpillars do not want to eat the application leaves and the caterpillars die on the 1st day after application.Keywords : Biological pesticide; palatability; fire caterpillar; palm oil.Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil buah sawit adalah serangan hama ulat api. Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan pestisida nabati dari biji dan daun sirsak, serai, biji lada dan tembakau untuk mengatasi palatabilitas ulat api. Penelitian ini bertujuan menentukan ekstraksi pestisida nabati yang terbaik dan pengaruhnya dalam menurunkan palatabilitas ulat api. Penelitian dilaksanakan di laboratorium dan di kebun sawit Muara Badak, lama waktu penelitian 2 bulan meliputi persiapan alat dan bahan, pembuatan dan aplikasi pestisida nabati serta pengambilan data. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri 6 perlakuan yaitu kontrol, biji sirsak, daun sirsak, serai, biji lada, dan tembakau yang diulang sebanyak 3 kali. Daun dicelupkan ke dalam pestisida sesuai dengan perlakuan kemudian daun diaplikasikan ke ulat selama 7 hari dengan cara daun dan ulat di masukkan ke dalam toples yang ditutup dengan kain kasa. Parameter yang diamati yaitu, aktifitas ulat, hari keberapa ulat mati, dan palatabilitas ulat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pestisida nabati terbaik yang dapat menurunkan palatabilitas ulat api adalah perlakuan ekstrak tembakau yaitu mencapai 100%, dimana ulat tidak mau memakan daun aplikasi dan ulat mati pada hari ke-1 setelah aplikasi.Kata Kunci : Pestisida Nabati; Palatabilitas; Ulat Api; Kelapa Sawit
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Turhadi, Turhadi, Bedjo Bedjo, and Suharjono Suharjono. "PENGARUH EKSTRAK DAUN BINTARO (Cerbera odollam) TERHADAP WAKTU BERHENTI MAKAN DAN MORTALITAS LARVA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura)." Agro Bali: Agricultural Journal 3, no. 2 (December 24, 2020): 136–43. http://dx.doi.org/10.37637/ab.v3i2.572.

Full text
Abstract:
Efek negatif yang ditimbulkan oleh pestisida kimia terhadap ekosistem dan lingkungan mendorong usaha untuk menekan penggunaannya, salah satunya melalui penggunaan biopestisida nabati. Sebagai salah satu hama penting tanaman pertanian, ulat grayak (Spodoptera litura) perlu untuk ditekan populasinya untuk meminimalisir kehilangan hasil panen. Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai biopestisida nabati untuk mengendalikan hama ulat grayak yaitu Cerbera odollam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi biopestisida nabati daun bintaro terhadap waktu berhenti makan (stop feeding) dan mortalitas larva ulat grayak. Penelitian ini didesain menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri dari enam taraf perlakuan (0 (kontrol), 10, 15, 20, 25, dan 30 g/L) dan masing-masing perlakuan diulang tiga kali. Ekstrak diaplikasikan ke larva ulat grayak dengan menggunakan metode leaf dipping methods. Efektivitas pengaruh ekstrak daun bintaro terhadap ulat grayak dilakukan dengan mengamati waktu berhenti makan (time of stop feeding) dan mortalitas (tingkat kematian larva). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun bintaro berpotensi digunakan sebagai biopestisida nabati untuk larva S. litura. Mortalitas larva S. litura semakin meningkat sejalan dengan semakin lamanya waktu aplikasi ekstrak. Selain itu, mortalitas larva ulat grayak tertinggi terjadi pada perlakuan 20, 25, dan 30 g/L yaitu sebesar 40% pada 168 jam setelah aplikasi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Katu, Umar, Rosmilawaty Rosmilawaty, and Anri Iswanto. "PERANCANGAN ALAT SISTEM PENGONTROLAN SUHU DAN KELEMBAPAN RUANG BUDIDAYA ULAT SUTERA BERBASIS WIRELESS." VERTEX ELEKTRO 1, no. 2 (August 28, 2019): 28–39. http://dx.doi.org/10.26618/jte.v1i2.2382.

Full text
Abstract:
Budidaya ulat sutra merupakan salah satu usaha budidaya yang sering di jumpai di beberapa sentra produksi kain sutera. Ulat sutera (Bombyx mori L.) merupakan salah satu jenis serangga yang mempunyai nilai ekonomis tinggi bagi manusia. Serangga tersebut adalah produsen serat sutera yang merupakan bahan baku sutera dibidang pertekstilan, benang bedah, dan parasut dengan kulitas tinggi, belum bisa dikalahkan oleh serat sutera buatan. Siklus Hidup ulat sutera dapat tumbuh optimal pada suhu lingkungan 23-28 ºC dan kelembaban 80-90% RH. Apabila dipelihara dalam lingkungan bersuhu lebih panas maka produktivitas akan menurun karena ulat sutera adalah hewan berdarah dingin (poikilotherm). Berdasarkan hal tersebut, tugas akhir ini bertujuan untuk mengoptimalkan produktivitas ulat sutera dengan merancang sebuah sistem pengontrolan berbasis wireless yang dapat mengontrol suhu dan kelembaban ruang budidaya ulat sutera sesuai dengan kebutuhan yaitu 23-28 ºC dan kelembaban 80-90%. System pengontrol suhu dan kelembaban dengan mnggunakan Radio Frequency module (RF module) yang akan ditampilkan pada monitor berupa Personal Computer (PC). Jika suhu tidak sesuai berdasarkan pembacaan sensor dengan range yaitu 23-28ºC, kipas angin akan aktif dan apabila kelembaban tidak sesuai berdasarkan pembacaan sensor dengan range yaitu 80-90 % RH, sprayer akan aktif.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Turhadi, Turhadi, Bedjo Bedjo, and Suharjono Suharjono. "PENGARUH EKSTRAK DAUN BINTARO (Cerbera odollam) TERHADAP WAKTU BERHENTI MAKAN DAN MORTALITAS LARVA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura)." Agro Bali: Agricultural Journal 3, no. 2 (December 24, 2020): 136–43. http://dx.doi.org/10.37637/ab.v3i2.572.

Full text
Abstract:
Efek negatif yang ditimbulkan oleh pestisida kimia terhadap ekosistem dan lingkungan mendorong usaha untuk menekan penggunaannya, salah satunya melalui penggunaan biopestisida nabati. Sebagai salah satu hama penting tanaman pertanian, ulat grayak (Spodoptera litura) perlu untuk ditekan populasinya untuk meminimalisir kehilangan hasil panen. Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai biopestisida nabati untuk mengendalikan hama ulat grayak yaitu Cerbera odollam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi biopestisida nabati daun bintaro terhadap waktu berhenti makan (stop feeding) dan mortalitas larva ulat grayak. Penelitian ini didesain menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri dari enam taraf perlakuan (0 (kontrol), 10, 15, 20, 25, dan 30 g/L) dan masing-masing perlakuan diulang tiga kali. Ekstrak diaplikasikan ke larva ulat grayak dengan menggunakan metode leaf dipping methods. Efektivitas pengaruh ekstrak daun bintaro terhadap ulat grayak dilakukan dengan mengamati waktu berhenti makan (time of stop feeding) dan mortalitas (tingkat kematian larva). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun bintaro berpotensi digunakan sebagai biopestisida nabati untuk larva S. litura. Mortalitas larva S. litura semakin meningkat sejalan dengan semakin lamanya waktu aplikasi ekstrak. Selain itu, mortalitas larva ulat grayak tertinggi terjadi pada perlakuan 20, 25, dan 30 g/L yaitu sebesar 40% pada 168 jam setelah aplikasi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Priwiratama, Hari, Tjut Ahmad Perdana Rozziansha, and Agus Eko Prasetyo. "EFEKTIVITAS FLUBENDIAMIDA DALAM PENGENDALIAN ULAT API Setothosea asigna Van Eecke, ULAT KANTUNG Metisa plana Walker, DAN PENGGEREK TANDAN Tirathaba rufivena Walker SERTA PENGARUHNYA TERHADAP AKTIVITAS KUMBANG PENYERBUK Elaeidobius kamerunicus Faust.EFEKTI." Jurnal Penelitian Kelapa Sawit 26, no. 3 (December 1, 2018): 129–40. http://dx.doi.org/10.22302/iopri.jur.jpks.v26i3.63.

Full text
Abstract:
Flubendiamida merupakan insektisida baru yang memiliki selektivitas tinggi terhadap serangga dari kelompok Lepidoptera. Penelitian dilakukan untuk melihat pengaruh aplikasi flubendiamida terhadap tingkat mortalitas ulat api S. asigna, ulat kantung M. plana, dan penggerek tandan T. rufivena pada tanaman kelapa sawit menghasilkan. Dampak aplikasi flubendiamida terhadap aktivitas serangga penyerbuk E. kamerunicus juga turut diamati pada penelitian ini. Aplikasi flubendiamida dilakukan secara langsung pada tajuk atau tandan buah yang terserang hama dengan dosis 0, 50, 100, 150, dan 200 mL/ha. Sementara itu, untuk melihat pengaruhnya terhadap kunjungan serangga penyerbuk, flubendiamida diaplikasikan secara langsung pada tandan bunga jantan yang sedang mekar dengan dosis 150 mL. Hasil pengujian menunjukkan bahwa tingkat mortalitas ketiga ulat meningkat seiring dengan pertambahan dosis aplikasi. Flubendiamida pada dosis aplikasi 150-200 mL/ha efektif untuk mengendalikan ulat api dan ulat kantong, sedangkan untuk penggerek tandan pada dosis 200 mL/ha. Aplikasi flubendiamida tidak menyebabkan efek negatif terhadap kunjungan dan perkembangbiakan kumbang E. kamerunicus pada bunga jantan kelapa sawit.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Paembonan, Rosa, Nurul Salama, and Al Gazali. "PEMANFAATAN LIMBAH KOKON ULAT SUTRA (Bombyx mori.L) SEBAGAI SERUM ANTI-AGING." Jurnal Ilmiah Ecosystem 21, no. 1 (April 30, 2021): 01–07. http://dx.doi.org/10.35965/eco.v21i1.695.

Full text
Abstract:
Kokon merupakan produk yang dihasilkan oleh ulat sutera (Bombyx mori), banyak mengandung serisin yang membungkus filamen pada serat fibroin pada kokon, bobotnya 20-30% dari bobot total kokon. Serisin ini merupakan salah satu antioksidan yang bermanfaat mengurangi proses aging yang disebabkan radikal bebas. Serisin didapatkan dari kokon bekualitas baik maupun kokon cacat, diharapkan dapat diformulasi menjadi sediaan serum limbah kokon sebagi anti-aging (anti penuaan kulit). Serum adalah salah satu sediaan kosmetik berbentuk gel atau cair yang digunakan untuk produk anti-aging, maka dilakukan penelitian pemanfaatan limbah kokon ulat sutera (bombyx mori) sebagai serum anti-aging.. Hasil yang diharapkan yaitu diperoleh sediaan serum yang berpotensi menjadi serum anti-aging. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah literatur review didapatkan bahwa Kokon ulat sutera memiliki kandungan senyawa serisin yang cukup tinggi yang belum diolah menjadi sebuah produk, Senyawa serisin ini biasanya dibuat sebagai sediaan antioksidan, pemutih, tabir surya, antiagent, antibakteri dan penyembuh. Kurangnya pemanfaatan limbah kokon ulat sutra merupakan masalah yang harus dikaji dan perlu dicarikan solusi dengan memanfaatkan limbah kokon ulat sutra menjadi serum anti-aging.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Dzulhia, Yuni, F. X. Susilo, Agus M. Hariri, and Yuyun Fitriana. "PENGUJIAN EFIKASI CENDAWAN Metarhizium anisopliae s.l. PADA HAMA ULAT API (Setothosea asigna) DI LABORATORIUM." Jurnal Agrotek Tropika 7, no. 1 (January 28, 2019): 239. http://dx.doi.org/10.23960/jat.v7i1.2988.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan M.anisopliae s.l.dan efikasi cendawan M.anisopliae s.l. terhadap ulat api. Penelitian dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Metode penelitian meliputi uji pertumbuhan dan perkembangan M. anisopliae s.l. secara in vitro dan uji efikasi M. anisopliae s.l. pada ulat api. Percobaan uji pertumbuhan dan perkembangan M.anisopliae s.l. secara in vitromenggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan diulang 4 kali. Uji efikasiM. anisopliae s.l. pada ulat api menggunakan analisis probit untuk menentukan nilai LC 50 dan LT 50 dari isolat Myf 51 dan Myf B. Perlakuan terdiri dari M.anisopliae s.l. B (wildtype), M.anisopliae s.l.1 (mutan), M.anisopliae s.l.42 (mutan), dan M.anisopliae s.l. 51 (mutan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat mutan Myf 51, Myf 42, dan Myf 1 mampu tumbuh dan berkembang normal sebagaimana isolat Myf B (wildtype). Isolat Myf 51 (mutan) dan Myf B (wildtype) efektif mengendalikan 50% ulat api dengan nilai LC 50 Myf 51 sebesar 1,06 x 10 5 konidia/ml dan LC 50 Myf B sebesar 2,92 x 10 5 konidia/ml. LT 50 Myf 51 dan Myf B terhadap ulat api relatif sama, yaitu pada kisaran 4,6 - 6,6 hari setelah aplikasi (hsa).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

BATUBARA, RIDWANTI, and AFIFUDDIN DALIMUNTE. "Control of Spodoptera litura pests on Deli tobacco plants (Nicotiana tabaccum) with natural pesticides from Melia azedarach bark extract." Biofarmasi Journal of Natural Product Biochemistry 14, no. 1 (December 6, 2017): 33–37. http://dx.doi.org/10.13057/biofar/f140105.

Full text
Abstract:
Batubara R, Dalimunte A. 2016. Control of Spodoptera litura pests on Deli tobacco plants (Nicotiana tabaccum) with natural pesticides from Melia azedarach bark extract. Biofarmasi 14: 33-37. The objective of this study was to assay the potential of mindi bark extract (Melia azedarach L.) as a natural pesticide on ulat grayak (Spodoptera litura Fab.) in Deli tobacco pest (Nicotiana tabaccum L.) in various solvents and concentrations. In this study, mindi bark was powdered and extracted using various solvents, i.e. methanol, acetone, and akuadest. Five concentration levels of 0%, 1%, 2%, 3% and 4% were prepared, then tested in the laboratory for the ability to eradicate ulat grayak and phytochemically tested for extractive chemical (or secondary metabolite) content. The difference of mindi bark extract from different solvents significantly affect on ulat grayak mortality; on the other hand, the concentration and interaction between solvent type and concentration did not significantly affect on ulat grayak mortality. The mindi bark extract contains alkaloids and little saponins in acetone extract.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Darmawahyuni, Aidilla, and Narwen . "BILANGAN KROMATIK LOKASI DARI GRAF ULAT." Jurnal Matematika UNAND 5, no. 1 (March 1, 2016): 1. http://dx.doi.org/10.25077/jmu.5.1.1-6.2016.

Full text
Abstract:
Abstrak. Bilangan kromatik lokasi dari G adalah minimum dari banyaknya warna yangdigunakan pada pewarnaan lokasi dari graf G. Misalkan G = (V; E) adalah graf terhubungdan c suatu pewarnaan dari G. Untuk 1 i k, kita defenisikan Smerupakanhimpunan dari titik yang diberi warna i. Kode warna c(v) dari titik V merupakanvektor dengan banyak unsur k yaitu (d(v; S1); d(v; S2); ; d(v; Ski)), dimana d(v; S)adalah jarak dari v ke S. Jika setiap titik yang berbeda di G memiliki kode warna yangberbeda untuk suatu , maka c disebut pewarnaan lokasi dari G. Graf Ulat adalah grafyang jika semua titik ujungnya dihilangkan akan menghasilkan lintasan [6]. Graf ulatdidapatkan dengan menghubungkan titik pusat c dari subgraf bintang secara berurutan.Lintasan yang menghubungkan titik-titik daun dari barisan graf bintang disebut titikbackbone dari graf ulat. Jika banyaknya titik daun sama maka graf tersebut merupakangraf ulat teratur, dinotasikan dengan Cidengan m adalah jumlah titik simpul dann adalah jumlah titik daun. Pada tulisan ini, akan dikaji kembali disertasi [1] tentangbilangan kromatik lokasi dari graf ulat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Yoman, Melody, Tri Ida Wahyu Kustyorini, and Aju Tjatur Nugroho Krisnaningsih. "Substitusi limbah ulat hongkong (Tenebrio molitor) sebagai pengganti konsentrat terhadap konsumsi protein dan protein efisiensi rasio (per) pada daging kelinci pedaging." Jurnal Sains Peternakan 5, no. 1 (June 1, 2017): 1–9. http://dx.doi.org/10.21067/jsp.v5i1.3132.

Full text
Abstract:
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui subtitusi limbah ulat hongkong sebagai pengganti konsentrat terhadap konsumsi protein dan protein efisiensi rasio (PER) pada ternak kelinci. Materi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi ternak kelinci sebanyak 12 ekor, kandang, peralatan dan pakan ternak yaitu limbah ulat hongkong, konsentrat, hijauan. Metode yang digunakan adalah percobaan laboratorium dengan mengunakan 4 perlakuan dan 3 ulangan, meliputi, P0 : Kontrol (Konsentrat 60% + Hijauan 40%), P1 : Limbah Ulat 20% + Konsentrat 40% + Hijauan 40%. P2 : Limbah Ulat 40% + Konsetrat 20% + Hijauan 40%. P3: Limbah Ulat 60% + Hijauan 40%. Adapun variabel penelitian meliputi konsumsi protein dan protein efisiensi rasio (PER). Data yang di dapat pada penelitian ini dianalisis, dengan menggunakan RAL, jika terdapat pengaruh dilanjutkan dengan uji BNT. Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa penambahan limbah ulat pada pakan kelinci memberikan pengaruh yang nyata(P<0,05) terhadap protein efisiensi rasio (PER) dan tidak memberikan pengaruh(P>0,05) terhadap Konsumsi protein. Konsumi protein tertinggi pada P0 (18,81 gr), dan PER tertinggi dicapai pada P1 (1,19). Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa substitusi limbah ulat hongkong sebanyak 20% memberikan nilai terbaik terhadap protein efisiensi rasio (PER). ABSTRACT The purpose of this study was to determine the substitution mealworm waste at concentrate substitusi To the consumption of protein and protein efficiency ratio (PER) in the rabbit.the interial of this research were rabbit, melworn waste, concentrat, forage. The method of this research were. Fleeld experiment,with 4 treatments and 3 replications. Such us P0. Concentrat 60%+ forageP1: waste silkworn 20% + concentrate 40% + forage 40%, P2: waste silkworn 20% + concentrate 40% forage 40% P3: waste mealworm 60% + 40% forage, while The date was analyzed using analysis of variance RAL, if there is the influence followed by LSD test. The result of research were, the substitution of melworn waste on concentrate gave significant effect (P<0.05) to protein eficienci ratio (PER) and did’t gave effect (P>0.05) to protein consumtion. The highest consumtion of protein P0 (18.89) and the highest PER in P1 91,19). Based on the results of the discussion can be concluded that the feed control provides the best value. But economically and based on the use of waste as much as 20%melwormhongkong provide the best value.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Turrahmah, Fadhila, and Budi Rudianto. "DIMENSI PARTISI DARI GRAF ULAT." Jurnal Matematika UNAND 5, no. 3 (August 30, 2016): 1. http://dx.doi.org/10.25077/jmu.5.3.1-6.2016.

Full text
Abstract:
Misalkan terdapat suatu graf sebarang G = (V;E), dimana V adalah him-punan titik dan E adalah himpunan sisi. Misalkan terdapat suatu titik v 2 V (G) dansuatu himpunan S V (G). Jarak antara titik v dan himpunan S, dinotasikan d(v; S),didenisikan sebagai d(v; S) = minfd(v; x) j x 2 Sg, dimana d(v; x) adalah jarak an-tara dua titik v dan x di G. Denisikan = fS1; S2; ; Skg sebagai himpunan yangberisikan k-partisi tersebut. Suatu representasi titik v 2 V (G) terhadap himpunan dapat ditulis dalam bentuk k-vektor:r(v j ) = (d(v; S1); d(v; S2); ; d(v; Sk)):Jika untuk setiap dua titik berbeda u; v 2 V (G) berlaku r(u j ) 6= r(v j ), maka disebut partisi pembeda dari V (G). Partisi pembeda dengan kardinalitas minimumdisebut partisi pembeda minimum dari G. Dimensi partisi dari graf G, dinotasikan pd(G),adalah kardinalitas dari partisi pembeda minimum dari G. Pada tulisan ini akan dibahaskembali salah satu bagian dari disertasi [5] tentang penentuan dimensi partisi dari suatugraf ulat.Kata Kunci: Representasi titik, dimensi partisi, graf ulat
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Prabaningrum, Laksminiwati, and Tonny Koestoni Moekasan. "Budidaya Kubis di Dalam Rumah Kasa Dalam Upaya Menekan Serangan Hama." Jurnal Hortikultura 27, no. 1 (June 22, 2017): 87. http://dx.doi.org/10.21082/jhort.v27n1.2017.p87-94.

Full text
Abstract:
Salah satu kendala dalam budidaya kubis ialah serangan hama utama yaitu ulat daun kubis <em>Plutella xylostella </em>dan ulat krop kubis <em>Crocidolomia binotalis. </em>Penggunaan penghadang fisik atau rumah kasa sedang dikembangkan sebagai alternatif cara pengendalian selain menggunakan insektisida. Informasi mengenai sejauh mana pengaruh penggunaan rumah kasa terhadap serangan hama-hama tersebut pada budidaya kubis di Indonesia masih terbatas. Oleh karena itu penelitian untuk menguji kemampuan rumah kasa dalam mencegah serangan hama kubis dilakukan di Kebun Percobaan Margahayu (1250 m dpl.), Balai Penelitian Tanaman Sayuran di Lembang, dari bulan Desember 2014 sampai April 2015. Penelitian disusun menggunakan petak berpasangan dengan dua macam perlakuan, yaitu budidaya kubis di dalam rumah kasa (A) dan budidaya kubis di lahan terbuka (B). Tiap perlakuan diulang sebanyak empat kali. Aplikasi insektisida dilakukan jika populasi hama telah mencapai ambang pengendalian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan rumah kasa mampu menekan populasi ulat daun kubis dan kerusakan tanaman oleh serangan ulat krop kubis, sehingga dapat mengurangi jumlah aplikasi insektisida sebesar 62,50%, dengan hasil panen lebih tinggi sebesar 13,75% dan kualitas krop kubis tetap tinggi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Iding, Iding, Bachtar Bakrie, and Maria Aditia Wahyuningrum. "Pertambahan Bobot Badan Larva Ulat Hongkong (Tenebrio Molitor L.) dengan Penambahan Styrofoam Di Dalam Pakan." Jurnal Ilmiah Respati 11, no. 2 (December 31, 2020): 103–13. http://dx.doi.org/10.52643/jir.v11i2.1105.

Full text
Abstract:
Taman Margasatwa Ragunan salah satu tempat rekreasi di Jakarta yang ramai dikunjungi. Permasalahan sampah yang ditinggalkan oleh pengunjung seperti styrofoam dikarenakan pengelolaan sampah yang belum optimal. Larva ulat Hongkong diketahui dapat mengurai sampah anorganik seperti Styrofoam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertambahan bobot badan larva ulat Hongkong (Tenebrio molitor L.) dengan penambahan styrofoam secara ad libitum di dalam pakan. Larva ulat Hongkong yang digunakan berumur 35 hari setelah menetas sebanyak 2.000 ekor. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor (pakan dan styrofoam), terdiri atas 4 perlakuan dan 5 ulangan sehingga berjumlah 20 wadah pemeliharaan dengan masing-masing wadah pemeliharaan berisi 100 ekor. Pakan perlakuan terdiri dari 4 level terdiri dari P1 (100 % pakan ayam komersil bentuk pellet) tanpa pemberian styrofoam, P2 (75% pakan ayam komersil bentuk pellet + styrofoam), P3 (50% pakan ayam komersil bentuk pellet + styrofoam), P4 (25% pakan ayam komersil bentuk pellet + styrofoam). Variabel penelitian yaitu pertambahan bobot badan dan konversi pakan. Pengamatan jumlah konsumsi dan sisa pakan dilakukan per 10 hari dari awal penelitian dan 10 hari terakhir dilakukan setiap hari sampai akhir penelitian, pengamatan konsumsi dan sisa styrofoam dilakukan pada 10 hari terakhir, sedangkan pengamatan pertambahan bobot badan larva ulat Hongkong dilakukan per 10 hari dari awal sampai dengan akhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan penambahan styrofoam di dalam pakan berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan, konsumsi pakan dan konversi pakan. Perlakuan 2 dengan persentase pemberian pakan 75 % dari kebutuhan pokoknya, memberikan hasil terbesar pada pertambahan bobot badan larva ulat Hongkong yaitu 0,82 gram/100 ekor/hari atau 0,0082 gram/ekor/hari dan konsumsi pakan 3,25
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Kustyorini, Tri Ida Wahyu, and Dyah Lestari Yulianti. "Subtitusi limbah ulat hongkong (tenebrio molitor) sebagai pengganti konsentrat terhadap kecernaan bahan kering (kcbk), bahan organik (kcbo) dan protein kasar (kcpk) ternak kelinci." Jurnal Sains Peternakan 5, no. 1 (June 1, 2017): 20–28. http://dx.doi.org/10.21067/jsp.v5i1.3134.

Full text
Abstract:
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui subtitusi limbah ulat hongkong sebagai pengganti konsentrat terhadap kecernaan bahan kering (KcBK), bahan organik (KcBO) dan protein kasar (KcPK) pada ternak kelinciMateri yang digunakan dalam penelitian ini meliputi ternak kelinci, limbah ulat hongkong, konsentrat, hijauan. Metode penelitian ini menggunakan 4 perlakuan dan 3 ulangan, percobaan laboratorium, dan air minum diberikan secara ad bilitum, pakan basal ditambahkan limbah ulat P0 : Kontrol + (Konsentrat 60% + Hijauan 40%), P1 : Limbah Ulat 20% + Konsentrat 40% + Hijauan 40%, P2 : Limbah Ulat 40% + Konsentrat 20% + Hijauan 40%, P3: Limbah Ulat 60% + Hijauan 40%, adapun data yang didapat pada penelitian ini dianalisis sidik ragam menggunakan RAL, jika terdapat pengaruh dilanjutkan dengan uji BNT. Hasil penelitian menunjukan bahwa ransum yang menggunakan substitusi limbah ulat hongkong memberikan pengaruh yang sangat nyata (P0<0,01) terhadap kecernaan bahan kering, berpengaruh yang nyata (P0<0,05) terhadap kecernaan bahan organic dan kecernaan protein kasar pada ternak kelinci. Kecernaan BK tertinggi pada P0 sebesar 95,85%, Kecernaan Bahan organik tertinggi pada P0 sebesar 96,95% dan kecernaan protein tertinggi pada P0 sebesar 91,21%. Berdasarkan hasil dapat disimpulkan bahwa pakan kontrol memberikan nilai KcBK,KcBO,dan KcPK terbaik ABSTRACT The purpose of this study was to determine the substitution of mealworm waste as a substitute for concentrates on dry matter digestibility, organic matter and crude protein of rabbits The material used in this study included rabbits, mealworm waste, concentrates, forage. This research method used 4 treatments and 3 replications, laboratory experiments, and drinking water was given in ad bilitum, basal feed was added to mealworm waste, P0: Control + (Concentrate 60% + Green 40%), P1: mealworm waste 20% + Concentrate 40% + Forage 40%, P2: 40% mealworm waste + 20% Concentrate + 40% Forage, P3: 60% mealworm waste + 40% Forage, while the data obtained in this study analyzed variance using RAL, if there is an effect followed by a test BNT. The results showed that rations using mealworm waste substitution had a very significant effect (P0 <0.01) on dry matter digestibility, having a significant effect (P0 <0.05) on digestibility of organic matter and crude protein digestibility in rabbits. The highest DM digestibility at P0 was 95.85%, the highest organic matter digestibility at P0 was 96.95% and the highest protein digestibility at P0 was 91.21%. Based on the results it can be concluded that the control feed provides the best dry matter digestibility, organic matter and crude protein .
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Bilafa, T. Antonia, and I. A. K. Pramushinta. "Efektivitas Bioinsektisida Daun Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) Terhadap Kematian Ulat Grayak (Spodoptera litura) Dan Biomassa Bayam Merah (Alternanthera amoena Voss)." STIGMA: Jurnal Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unipa 13, no. 02 (November 30, 2020): 35–39. http://dx.doi.org/10.36456/stigma.13.02.2861.35-39.

Full text
Abstract:
Pemberian insektisida nabati berasal dari ekstrak daun enceng gondok untuk melihat tingkat kematian pada ulat grayak pada tanaman bayam merah. Analisis yang diamati dari jumlah daun dan produksi tanaman bayam merah, Perlakuan insektida alami menggunakan konsentrasi P0 (0%), P1 (5%), P2 (10%) dan P3 (15%). Analisis penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 6 kali ulangan, data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji ANNOVA dan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mempersembahkan insektisida nabati pada ektrak daun eceng gondok memberikan pengaruh nyata (P <0,05) pada jumlah kematian ulat grayak, pertumbuhan tanaman bayam merah (jumlah daun) dan hasil produksi tanaman bayam merah. Hasil analisis uji Duncan bahwa pada perlakuan P3 (15%) berbeda nyata dengan analisis lainnya. Kata kunci: bioinsektisida, eceng gondok, ulat grayak, pertumbuhan, produksi, tanaman sawi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

INDRAYANI, IGAA, HERI PRABOWO, and TITIEK YULIANTI. "PATOGENISITAS Achaea janata GRANULOSIS VIRUS (AjGV) TERHADAP ULAT PEMAKAN DAUN TANAMAN JARAK KEPYAR." Jurnal Penelitian Tanaman Industri 20, no. 2 (June 19, 2020): 57. http://dx.doi.org/10.21082/jlittri.v20n2.2014.57-64.

Full text
Abstract:
<p>ABSTRAK<br />Achaea janata L. adalah hama penting tanaman jarak kepyar<br />(Ricinus communis) yang hingga kini pengendaliannya masih<br />menggunakan insektisida kimia secara intensif. Selain tidak efisien,<br />insektisida kimia juga menimbulkan pencemaran lingkungan. Untuk<br />mengatasi masalah tersebut, maka perlu cara pengendalian alternatif yang<br />selain efektif dan efisien, juga ramah lingkungan, seperti virus yang<br />diisolasi dari ulat A. janata (A. janata Granulosis Virus/AjGV). Penelitian<br />patogenisitas AjGV pada A. janata dilakukan di Laboratorium Patologi<br />Serangga Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas) mulai<br />Januari - Desember 2012. Perlakuan terdiri atas enam konsentrasi AjGV,<br />yaitu 10 3 , 10 4 , 10 5 , 10 6 , 10 7 , 10 8 occlusion bodies (OB), dan satu kontrol.<br />Perlakuan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok dengan empat kali<br />ulangan. Ulat A. janata yang digunakan adalah instar II, III, IV, dan V<br />masing-masing 90 ekor/perlakuan. Parameter yang diamati adalah<br />mortalitas dan bobot ulat, konsentrasi untuk membunuh 50% ulat (LC 50 ),<br />dan waktu untuk membunuh 50% ulat (LT 50 ). Hasil penelitian<br />menunjukkan bahwa AjGV patogenik terhadap A. janata, terutama ulat<br />instar II dan III dengan mortalitas berturut-turut 90 dan 86,7%. LC 50 AjGV<br />pada ulat instar II dan III masing-masing mencapai 1,0 x 10 3 dan 1,2 x 10 3<br />OB/ml, dengan LT 50 kedua instar sekitar 3,4-4,2 hari. Pengaruh infeksi<br />AjGV pada ulat A. janata efektif menurunkan bobot ulat hidup 57,9 dan<br />57,4% masing-masing pada ulat instar II dan III. Hasil penelitian ini<br />mengindikasikan bahwa sasaran yang tepat untuk pengendalian ulat A.<br />janata dengan AjGV di lapangan adalah pada saat instar II dan III.<br />Kata kunci: Achaea janata L, patogenisitas, instar, mortalitas</p><p>ABSTRACT<br />Achaea janata L. is an important insect pest of castor plant (Ricinus<br />communis L.) that was intensively controlled by chemical insecticide<br />caused inefficiency and an environmental polution. To solve the problems<br />it needs an effective, efficient and environmental friendly of alternative<br />control, especially using Granulosis Virus isolated from A. janata larvae<br />(AjGV). Study on pathogenicity of A. janata virus isolate against castor<br />leaf-eater, A. janata L. was conducted at Insect Pathology Laboratory of<br />Indonesia Sweetener and Fibre Crops Research Institute in Malang from<br />January to December 2012. The objective of study is to test the<br />pathogenicity of AjGV against A. janata larvae. Treatment consists of six<br />concentrations of AjGV, viz. 10 3 , 10 4 , 10 5 , 10 6 , 10 7 , 10 8 OBs/ml and one<br />control. Four instars of larvae, e.g. second, third, fourth, and fifth were<br />used in this study. Each treatments was arranged in Randomized Block<br />Design with four replications. Parameter recorded were mortality and<br />weight of larvae, LC 50 , and LT 50 . Result showed that AjGV was pathogenic<br />to A. janata larvae, mainly on second and third instar in resulting of 90%<br />and 86.7% of mortality, respectively. The LC 50 of AjGV on the second and<br />third instar was 1.0 x 10 3 and 1.2 x 10 3 OB/ml, respectively and the LT 50<br />was 3.4 and 4.2 days, respectively. Infection of A. janata virus reduced<br />the weight of both instar up to 57.9% and 57.4%, respectively. This result<br />indicated that the second and third was the suitable instars of A. janata<br />larvae for better control of AjGV in field.<br />Key word: Achaea janata L, pathogenicity, instar, mortality</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Hosang, Meldy L. A., Jelfina C. Alouw, and Fadjry Djufry. "Ulat Bulu Orgyia sp. (Lepidoptera: Erebidae), Hama Potensial pada Tanaman Kelapa Sawit [Hairy Caterpillar, Orgyia sp. (Lepidoptera: Erebidae), Potential Pest on Oil Palm]." Buletin Palma 18, no. 1 (October 28, 2017): 33. http://dx.doi.org/10.21082/bp.v18n1.2017.33-42.

Full text
Abstract:
<p>The outbreaks of hairy caterpillar pests on oil palm plants that are quite severe in one of the estate oil palm plantations in West Papua occurred in 2016. Species of hairy caterpillar and the level of its damage are not known yet for certain. The purposes of this research were to identify the pest causing oil palm damage and to determine the level of palm damage, pest population and their natural enemies. Three locations were selected on the Marmare Sub District, Manokwari, West Papua. In each location, 30 plants were selected randomly in the area of the pest attack and the leaf damage was estimated. Identification result of the pest that attack young oil palm trees in PT Yongjing Investindo, West Papua was the hairy caterpillar called tusock moth, Orgyia sp. The pest caused low (5-20%) and moderate (30-40%) level of foliar damage found in 81.1% (73 plants) and 18.9% (17 plants) palm population respectively. Since palm damage potentially reduced oil palm production, regularly monitoring pest populations are needed to prevent pest outbreak.</p><p>ABSTRAK</p><p>Ledakan serangan hama ulat bulu pada tanaman kelapa sawit, cukup parah di salah satu perkebunan sawit swasta di Papua Barat terjadi pada tahun 2016. Jenis ulat bulu dan tingkat kerusakannya belum diketahui secara pasti. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis hama ulat bulu, tingkat kerusakan, populasi hama, dan musuh alaminya. Survei hama dilakukan di tiga lokasi di Distrik Marmare, Kabupaten Manokwari, Papua Barat. Pada masing-masing lokasi dipilih 30 pohon contoh secara acak pada lokasi serangan hama kemudian diestimasi tingkat kerusakan. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa jenis ulat yang menyerang tanaman kelapa sawit muda di PT Yongjing Investindo, Papua Barat adalah ulat bulu Orgyia sp. Dari 90 tanaman contoh, kerusakan ringan (5-20%) akibat serangan Orgyia sp. dapat mencapai 81,1% (73 tanaman) dan sebanyak 18,9% (17 tanaman), termasuk tingkat serangan sedang (30-40%). Serangan ulat bulu Orgyia sp. pada perkebunan sawit masih terbatas di Distrik Marmare, tetapi berpotensi meluas ke areal pertanaman sawit lainnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan monitoring dan pengendalian di lapangan untuk mencegah kerusakan lebih parah.</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Lolodatu, Yunita, Wibowo Nugroho Jati, and Felicia Zahida. "Pemanfaatan Ekstrak Daun Tembelekan Dan Daun Pepaya Sebagai Pengendali Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Pada Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L. )." Journal of Biota 4, no. 2 (September 17, 2019): 70. http://dx.doi.org/10.24002/biota.v4i2.2473.

Full text
Abstract:
Ulat grayak (Spodoptera litura F.) merupakan salah satu hama pada tanaman cabai merah (Capsicum annum L.). Daun tembelekan (Lantana camara L.) dan Daun pepaya (Carica papaya L.) memiliki kemampuan sebagai pestisida nabati. Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun tembelekan, esktrak daun pepaya dan kombinasi kedua daun terhadap mortalitas ulat grayak pada tanaman cabai merah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat potensi dari ekstrak daun tembelekan, ekstrak daun pepaya dan kombinasi kedua tanaman.Pelaksanaan Rangcangan percobaan yang dilakukan ialah Rangcangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan diantaranya 3 kombinasi. Perlakuan yang dilakukan ialah Kontrol, tembelekan, pepaya, kombinasi daun tembelekan (25) : daun pepaya (75), kombinasi daun tembelekan (50) : daun pepaya (50) dan kombinasi daun tembelekan (75) : daun pepaya (25). Analisa data dievaluasi secara statistik dengan program SPSS 23 dan analisa data ANOVA. Perlakuan terbaik dalam membunuh ulat grayak ialah kombinasi daun tembelekan (25) : daun pepaya (75) dengan persentasi mortalitas ialah 96,7%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Asikin, Syaiful, and Izhar Khairullah. "Efektivitas Ekstrak Gulma Rawa terhadap Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)." Agrikultura 32, no. 2 (August 12, 2021): 85. http://dx.doi.org/10.24198/agrikultura.v32i2.27526.

Full text
Abstract:
Serangga hama ulat grayak merupakan jenis hama yang sangat sulit dikendalikan. Hama ini dapat menyerang beberapa jenis tanaman terutama jenis tanaman sayuran. Pada umumnya dalam mengendalikan hama ini, petani selalu bertumpu dengan pestisida kimiawi. Akibat penggunaannya yang kurang bijak, pestisida kimiawi dapat berdampak negatif bagi lingkungan dan bagi pengguna dan hewan peliharaan. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dicari alternatif pengendalian yang ramah lingkungan yaitu dengan menggunakan tanaman sebagai pestisida/insektisida nabati. Tanaman gulma pada umumnya selalu dianggap bersifat negatif karena dapat menjadi sairangan dalam pengambilan hara dan dapat menggganggu proses fotosintesa karena persaingan dalam mendapatkan sinar matahari. Namun, di lain pihak ada juga gulma yang dapat dijadikan bahan insektisida botani/nabati. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis gulma tegari, babadotan, kirinyuh, peletekan dan anting-anting pada konsentrasi …% dapat digunakan sebagai insektisida nabati dalam mengendalikan ulat grayak dengan mortalitas larva masing-masing sekitar 81,33%, 80,0%, 82,66%, 80,00% dan 81,33%. Dengan demikian tanaman gulma tersebut perlu dilestarikan untuk bahan penggunaan insektisida nabati dalam mengendalikan hama ulat grayak.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Wahyu Setyawan, Candra, Wahyuni Wahyuni, and Dyanovita Al-Kurnia. "Pengaruh Pemberian Tepung Ulat Kandang (Alphitobius Diaperinus) Pada Pakan Terhadap Performa Produksi Puyuh Petelur (Coturnix Coturnix Japonica)." International Journal of Animal Science 3, no. 02 (March 1, 2020): 41–48. http://dx.doi.org/10.30736/ijasc.v3i02.15.

Full text
Abstract:
Penelitian bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian tepung ulat kandang Alphitobius diaperinus) pada pakan terhadap performa produksi puyuh petelur (Coturnix coturnix japonica). Riset memakai metode rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas 4 perlakuan, 3 ulangan serta setiap ulangan memakai 10 ekor puyuh dengan jenis kelamin betina. Perlakuan P0 = 0%, P1 = 1%, P2 = 2%, dan P3 = 3% tepung ulat kandang dalam ransum pakan puyuh petelur. Parameter yang diamati pada penelitian ini yakni performa produksi (konsumsi pakan, produksi telur harian (HDP), konversi pakan serta income over feed cost). Hasil penelitian menunjukan bahwa rataan konsumsi pakan puyuh saat penelitian pada perlakuan P0 (21,07±0,33 g/ekor/hari), P1 (21,01±0,58 g/ekor/hari) P2 (21,60±0,47 g/ekor/hari), P3 (21,93±0,04 g/ekor/hari). Rataan produksi telur P0 (82,77±3,375), P1 (82,00±9,02%), P2 (81,00±2,19%), dan P3 (88,44±9,53%). Rataan konversi pakan P0 (2,57±0,11) P1 (2,56±0,18) P2 (2,56±0,13) P3 (2,42±0,31). Rataan Income over feed cost P0 (Rp. 23,001±2,626) P1 (Rp. 21.854 ± 3.678) P2 (Rp. 22.762 ± 4.015) P3 (Rp. 25.793 ±7.003) Kesimpulan dari penelitian ini adalah Pemberian tepung ulat kandang (Alphitobius diaperinus) dengan taraf 1-3% pada pakan terhadap performa produksi (konsumsi pakan, konversi pakan, produksi telur harian (HDP) dan income ofer feed cost (IOFC)) burung puyuh petelur (Coturnix coturnix japonica) secara statistik tidak berpengaruh nyata (P>0.05) pada setiap perlakuanya akan tetapi secara numerik hasil penelitian cenderung naik seiring dengan penambahan taraf tepung ulat kandang 1-3%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Herlinah, Herlinah, Andi Tenriulo, and Emma Suryati. "HORMON ECDYSTERON DARI EKSTRAK DAUN MURBEI, Morus spp. SEBAGAI MOULTING STIMULAN PADA KEPITING BAKAU." Jurnal Riset Akuakultur 9, no. 3 (December 30, 2014): 387. http://dx.doi.org/10.15578/jra.9.3.2014.387-397.

Full text
Abstract:
Murbei terbukti mampu mempercepat moulting pada insekta (ulat sutera). Persamaan filum (Arthropoda) antara kepiting dan ulat sutra memungkinkan efek mekanisme kerja ecdysteron (ECD) daun murbei pada fase moulting ulat sutra juga bekerja pada fase moulting kepiting bakau. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan isolasi dan identifikasi kandungan ECD pada tanaman murbei. Selanjutnya pemanfaatan ekstrak daun murbei sebagai moulting stimulan pada kepiting bakau. ECD dari daun murbei diperoleh melalui isolasi, pemurnian, serta identifikasi secara spektroskopi antara lain pengukuran panjang gelombang sinar ultra violet dan spektrum infra merah untuk menentukan gugus fungsi. Kandungan ECD pada kepiting dari setiap fase moulting dilakukan melalui ekstraksi pada hemolimp menggunakan pelarut diethyl ether kemudian diukur menggunakan High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Hasil penelitian memperlihatkan kandungan ECD pada tanaman murbei Morus spp. diperoleh pada fraksi kedua (1.058,62 mg/L) dan ketiga (1.088,4 mg/L). Sedangkan kandungan ecdysteron pada haemolimp yang paling tinggi pada fase sebelum moulting (4,53 mg/L) dan sesudah moulting (2,52 mg/L). Aplikasi ecdysteron pada kepiting bakau melalui penyuntikan memperlihatkan dosis yang paling optimal pada 100 mg/L ECD.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Bambang Supeno. "STRATEGI PENGENDALIAN INVASI HAMA BARU ULAT GERAYAK JAGUNG DI DAERAH SENTRA PRODUKSI KABUPATEN LOMBOK BARAT." Jurnal SIAR ILMUWAN TANI 2, no. 1 (June 22, 2021): 19–25. http://dx.doi.org/10.29303/jsit.v2i1.26.

Full text
Abstract:
Tanaman jagung pada musim tanam tahun lalu hingga sekarang terancam oleh datangnya Hama Baru dari benua Amerika, yaitu hama ulat grayak jagung. Hama ulat grayak jagung, Spodoptera frugiperda di Indonesia dilaporkan keberadaannya pertama kali pada bulan Maret 2019 di daerah Pariaman Sumatera Barat. Pemantauan dilanjutkan hingga dilaporkan telah menyebar di seluruh pulau Sumatera mulai dari Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Lampung. Kurang dari enam bulan telah menyebar di seluruh wilayah Indonesia, termasuk Provinsi NTB. Di Pulau Lombok Keberadaannya dilaporkan pada Bulan November 2019 dan telah menyebar di seluruh Kabupaten dan Kota. Kedatangan hama ini merupakan acaman baru dalam swasembada jagung di NTB, seperti telah dilaporkan kegagalan panen jagung oleh sebagian besar petani di pulau Lombok. Penanggulangan darurat telah dilakukan dengan melakukan eradikasi memakai pestisida namun belum membuahkan hasil yang memuaskan. Salah satu alternatif yang ditawarkan adalah melakukan strategis pengendalian yang efektif dan ramah lingkungan. Kegiatan pengabdian meliputi dua kegiatan pokok yaitu Pelatihan praktek langsung lapangan dan diskusi dan pembuatan demplot tanman jagung pada bulan Juni-Oktober 2020. Demplot dilaksanakan di sawah milik salah satu anggota Kelompok Tani “Rahayu” di desa Jatisela, Kecamatan Gunungsari. Hasil kegiatan pengabdian seperti berikut: (a) Strategi teknik pengendalian hama invasi baru ulat gerayak jagung dapat dianjurkan untuk menggunakan tanaman refusia dan monitoring. (b) Penerapan teknik pengendalian tanam refusia dan monitoring dapat menekan serangan hama ulat gerayak hingga 80% (c). Teknik pengendalian dapat menghemat biaya pembelian pestisida hingga 100%. (d) Kualitas hasil jagung pipil lebih bagus daripada teknik pengendalian cara petani.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Yew, Wen Shan, and John A. Gerlt. "Utilization of l-Ascorbate by Escherichia coli K-12: Assignments of Functions to Products of the yjf-sga and yia-sgb Operons." Journal of Bacteriology 184, no. 1 (January 1, 2002): 302–6. http://dx.doi.org/10.1128/jb.184.1.302-306.2002.

Full text
Abstract:
ABSTRACT Escherichia coli K-12 can ferment l-ascorbate. The operon encoding catabolic enzymes in the utilization of l-ascorbate (ula) has been identified; this operon of previously unknown function had been designated the yif-sga operon. Three enzymes in the pathway that produce d-xylulose 5-phosphate have been functionally characterized: 3-keto-l-gulonate 6-phosphate decarboxylase (UlaD), l-xylulose 5-phosphate 3-epimerase (UlaE), and l-ribulose 5-phosphate 4-epimerase (UlaF). Several products of the yia-sgb operon were also functionally characterized, although the substrate and physiological function of the operon remain unknown: 2,3-diketo-l-gulonate reductase (YiaK), 3-keto-l-gulonate kinase (LyxK), 3-keto-l-gulonate 6-phosphate decarboxylase (SgbH), and l-ribulose 5-phosphate 4-epimerase (SgbE).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Hapsari, D. G. P. L., A. M. Fuah, and Y. C. Endrawati. "Produktifitas Ulat Hongkong (Tenebrio molitor) pada Media Pakan yang Berbeda." Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan 6, no. 2 (June 29, 2018): 53–59. http://dx.doi.org/10.29244/jipthp.6.2.53-59.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Mangisah, Istna, Supadmo (Supadmo), and Zuprizal (Zuprizal). "Evaluasi Nilai Nutritif Tepung Pupa Ulat Sutra." Buletin Peternakan 26, no. 1 (December 18, 2012): 20. http://dx.doi.org/10.21059/buletinpeternak.v26i1.1456.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Anggraeni, Illa, and Agus Ismanto. "KEANEKARAGAMAN JENIS ULAT KANTONG YANG MENYERANG DI BERBAGAI PERTANAMANAN SENGON (Paraserianthes falcataria(L). Nielsen) DI PULAU JAWA." Jurnal Sains Natural 3, no. 2 (December 1, 2017): 184. http://dx.doi.org/10.31938/jsn.v3i2.68.

Full text
Abstract:
Diversity of Bag Worm that Attack Various Plantation of Sengon (Paraserianthes falcatariac (L). Nielsen) in Java Many sengon plants are cultivated in plantations forests plantation and in the people's gardens (people forest) in Java. In sengon cultivation, pest and diseaseproblems is one of the limiting factors and one of the pests that became the limiting factor is the bag worm. This study aimed to obtain information on the diversity of bag worm that attack sengon plants in Java. The method used in this study was a survey method and direct observations of sengon plantation in Banten, West Java, Central Java and East Java province. The results showed that the diversity of bag worms that attack the sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) plantation at various locations on the island of Java, there were four species, namely, Pteroma sp., Clania sp., Cryptothelea sp. and Amatissa sp. who entered the order Lepidoptera-Psychidea..Keywords: bag wormsdiversity, sengon plantation, variouslocations, Java ABSTRAK Sengon banyak diusahakan di kawasan hutan tanaman, perkebunan maupun di kebun-kebun milik rakyat (hutan rakyat) di Pulau Jawa. Dalam budidaya sengon, masalah hama dan penyakit merupakan salah satu faktor pembatas dan salah satu hama yang menjadi faktor pembatas adalah ulat kantong. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai jenis-jenis ulat kantong yang menyerang tanaman sengon di Pulau Jawa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dan pengamatan langsung pada pertanaman sengon di Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis-jenis ulat kantong yang menyerang pertanaman sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) di berbagai lokasi di Pulau Jawa ada 4 jenis yaitu, Pteroma sp., Clania sp., Cryptothelea sp. dan Amatissa sp. yang masuk kelompok ordo Lepidoptera - famili Psychidae.Kata kunci : keanekaragaman ulat kantong, pertanaman sengon, berbagai lokasi, Pulau Jawa
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

M, Nurhaedah, Harry Budi Santoso, and Wahyudi lsnan. "PENGARUH MURBEI (Morus spp.) DAN ULAT SUTERA PERSILANGAN (Bombyx mori Linn.) TERHADAP KUALITAS ULAT, KOKON, DAN SERAT SUTERA." Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 3, no. 1 (2006): 65–73. http://dx.doi.org/10.20886/jphka.2006.3.1.65-73.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Asikin, Syaiful, and Ni’matuljannah Akhsan. "Efektivitas Ekstrak Daun Tumbuhan Bintaro (Cerbera odollam), Bayam Jepang (Amaranthus viridis) dan Paku Perak (Niprolepis hirsutula) Terhadap Ulat Krop Kubis (Crocidolomia pavartata)." Jurnal Agroekoteknologi Tropika Lembab 2, no. 2 (November 7, 2019): 111. http://dx.doi.org/10.35941/jatl.2.2.2020.2805.111-117.

Full text
Abstract:
Hama krop kubis (Crocidolomia pavartata) merupakan salah satu kendala budidaya sayuran sawi dan kubis di lahan rawa pasang surut. Salah satu alternatif pengendalian hama adalah dengan menggunakan bahan tumbuhan di lahan rawa pasang surut sebagai pestisida nabati. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas aplikasi ekstrak daun bintaro, bayam japang dan paku merah pada hamakropkubis. Hasil penelitian menunjukkan hanya ekstrak daun bintaro yang efektif mengendalikan hama ulat krop kubis. Ekstrak daun bintaro mempunyai zat antifedan dan dalam waktu 60 jam setelah aplikasi, menyebabkan mortalitas ulat krop kubis sebesar 84,00%. Ekstrak daun bintaro mampu menghambat pertumbuhan pupa dan imago. Kesimpulannya yaitu ekstrak daun bintaro (Cerbera odollam), dapat digunakan sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan hama krop kubis pada tanaman sayuran sawi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Isa, Ishak, Wenny J. A. Musa, and Sity Wirid Rahma. "Pemanfaatan Asap Cair Tempurung Kelapa Sebagai Pestisida Organik Terhadap Mortalitas Ulat Grayak (Spodoptera Litura F.)." Jambura Journal of Chemistry 1, no. 1 (March 20, 2019): 15–20. http://dx.doi.org/10.34312/jambchem.v1i1.2102.

Full text
Abstract:
This study aims to determine the effect of the concentration of liquid smoke coconut shell on mortality against armyworm. Research conducted at the Chemical Laboratory of the State University of Gorontalo. Liquid smoke is obtained through the pyrolysis process is a heating process at a given temperature of a coconut shell with a limited amount of oxygen. To find out the components contained in the liquid smoke coconut shell, then analyzed using GCMS, then in assay acid, phenol content test, test the pH of liquid smoke and liquid smoke test results influence coconut shell can be mortality in armyworm. The results obtained pyrolysis liquid smoke grade 3 is used as an organic pesticide on armyworms with a variant of the concentrations used are 1, 3, 5 and 7%. GCMS analysis finds that there are 7 compound, methyl ester of oxalic acid 31.41%, 2,3-butanadion 0.29%, 48.75% acetic acid, 2-propanone 1-hydroxy 7.25%, propanoic acid 4,01%, 2- furankarboksaldehid 5.09%, and 3.19% phenol. Values acid test of 13.9356 mg/mL, the test value phenol content of 6.53710-01%, has a pH of 3. The results showed that liquid smoke coconut shell with a concentration of 7% have a presentation armyworm mortality of 88.89%.Keywords: Shell Oil, Liquid Smoke, Pesticides Organic, armywormPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi asap cair tempurung kelapa terhadap mortalitas terhadap ulat grayak. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Universitas Negeri Gorontalo. Asap cair diperoleh melalui proses pirolisis merupakan proses pemanasan pada temperatur tertentu dari tempurung kelapa dengan jumlah oksigen yang terbatas. Untuk mengetahui komponen yang terdapat pada asap cair tempurung kelapa, maka dianalisis menggunakan GCMS, selanjutnya di uji kadar asam, uji kadar fenol, uji pH asap cair dan uji pengaruh hasil asap cair tempurung kelapa dapat bersifat mortalitas pada ulat grayak. Hasil pirolisis yang didapatkan asap cair grade 3 yang digunakan sebagai pestisida organik pada ulat grayak dengan varian konsentrasi yang digunakan yaitu 1, 3, 5 dan 7%. Hasil analisis GCMS diketahui terdapat 7 senyawa, metil ester asam oksalat 31,41%, 2,3-butanadion 0,29%, asam asetat 48,75 %, 1-hidroksi- 2-propanon 7,25 %, asam propanoat 4,01%, 2-furan karboksaldehid 5,09%, dan fenol 3,19%. Nilai uji kadar asam sebesar 13,9356 mg/mL, nilai uji kadar fenol sebesar 6,53710-01%, memiliki pH sebesar 3. Hasil penelitian menunjukan bahwa asap cair tempurung kelapa dengan konsentrasi 7% memiliki presentasi mortalitas ulat grayak sebesar 88,89%.Kata Kunci : Tempurung kelapa, asap cair, pestisida organik, ulat grayak
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Campos, Evangelina, Laura Baldoma, Juan Aguilar, and Josefa Badia. "Regulation of Expression of the Divergent ulaG and ulaABCDEF Operons Involved in l-Ascorbate Dissimilation in Escherichia coli." Journal of Bacteriology 186, no. 6 (March 15, 2004): 1720–28. http://dx.doi.org/10.1128/jb.186.6.1720-1728.2004.

Full text
Abstract:
ABSTRACT The ula regulon, responsible for the utilization of l-ascorbate in Escherichia coli, is formed by two divergently transcribed operons, ulaG and ulaABCDEF. The regulon is negatively regulated by a repressor of the DeoR family which is encoded by the constitutive gene ulaR located downstream of ulaG. Full repression of the ula regulon requires simultaneous interaction of the repressor with both divergent promoters and seems to be dependent on repressor-mediated DNA loop formation, which is helped by the action of integration host factor. Two operator sites have been identified in each promoter. Lack of either of the two sets of operators partially relieved the repression of the other operon; thus, each promoter is dependent on the UlaR operator sites of the other promoter to enhance repression. Electrophoretic mobility shift assays with purified UlaR protein and promoter deletion analyses revealed a conserved sequence, present in each of the four operators, acting as a UlaR binding site. Glucose represses the ula regulon via at least two mechanisms, one dependent on cyclic AMP (cAMP)-cAMP receptor protein (CRP) and the other (possibly inducer exclusion) independent of it. Glucose effects mediated by other global regulators cannot be ruled out with the present information. Changes in cAMP-CRP levels affected only the expression of the ulaABCDEF operon.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Rosni, Rosni, and Tamsil Tamsil. "Analisis Nutrisi daun Murbei (Morus alba L) Sebagai Bahan Substitusi Pakan Kepiting Bakau (Scylla serrata) untuk Produksi Kepiting Soka." Buletin Teknik Litkayasa Akuakultur 12, no. 1 (November 16, 2016): 37. http://dx.doi.org/10.15578/blta.12.1.2014.37-41.

Full text
Abstract:
Abstrak lengkap dapat dilihat pada full. PDFDaun murbei tergolomg dalam tanaman tingkat tinggi, tumbuh dengan baik pada ketinggian 100 m diatas permukaan air laut, daun murbei umumnya digunakan untuk makanan ulat sutra.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Bagus Wijayanto, Ilham, Wahyuni Wahyuni, and Qabilah Cita K. N. Soemarsono. "Pengaruh Penambahan Tepung Ulat Kandang (Alphitobius diaperinus) pada Ransum Terhadap Kualitas Telur Burung Puyuh (Cortunix cortunix japonica)." International Journal of Animal Science 3, no. 03 (July 1, 2020): 86–91. http://dx.doi.org/10.30736/ijasc.v3i03.22.

Full text
Abstract:
Burung puyuh menjadi salah satu komoditas usaha ternak unggas sebagai penghasil telur serta daging yang memiliki potensi besar di Indonesia. Pakan merupakan salah satu faktor dari 70% dari total biaya pemeliharaan yang utama dalam pemeliharaan puyuh. Biasanya para peternak puyuh memakai pakan komersial sebagai pakan namun harga pakan komersial relatif mahal. Oleh karena untuk mengatasihal tersebut pemberian salah satu bahan pakan alternatif sumber protein untuk mengurangi biaya pakan. Ulat kandang mempunyai kandungan protein kasar 48%, kadar abu 3%, lemak kasar 40% serta kandungan ekstrak non nitrogen 8%, sedangkan kandungan airnya mencapai 57%. Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan yaitu selama bulan Maret – April 2019. Pemeliharaan dilakukan di kandang UPT Agri Science Tehnopark Universitas Islam Lamongan yang beralamatkan Jl. Veteran No. 53 A Lamongan. Tujuan penelitiann ini ialah untuk menlihat adakah pengaruh penambahan tepung ulat kandang pada ransum terhadap kualitas telur (indeks telur, warna kuning telur, dan tebal kerabang) puyuh petelur. Metode penelitian memakai rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan, 3 pengulangan dan setiap pengulangan menggunakan 10 ekor puyuh dengan jenis kelamin betina. Adapun perlakuan P0: 0%, P1: 1%, P2: 2%, dan P3: 3% dalam ransum pakan puyuh petelur. Hasil penelitian menunjukan bahwa rataan indeks telur puyuh selama penelitian pada perlakuan P0 (78,59±0,80 mm), P1 (78,68±0,51 mm) P2 (78,29±0,73 mm), dan P3 (77,91±0,24 mm). Rataan tebal kerabang telur P0 (0,20±0,00 mm), P1 (0,21±0,01 mm), P2 (0,20±0,00 mm), dan P3 (0,20±0,00 mm). Rataan warna kuning P0 (6,19±0,34) P1 (6,00±0,17) P2 (6,39±0,46) dan P3 (6,33±0,44). Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengaruh penambahan tepung ulat kandang (Alphitobius diaperinus) dengan taraf 1%, 2%, 3% pada ransum terhadap kualitas telur (indeks telur, warna kuning telur, dan tebal kerabang) burung puyuh petelur (Coturnix coturnix japonica) secara statistik tidak berpengaruh nyata (P>0.05) pada setiap perlakuanya akan tetapi secara numerik hasil penelitian cenderung naik seirin dengan penambahan taraf tepung ulat kandang 1-3%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Dharmawan, Agus, Nurul Hikmah, and Mita Larasati. "Perbedaan Pertumbuhan Artemia salina Pada Perlakuan Variasi Dosis Pakan Jus Pupa Ulat Sutra (Samia cynthia)." BIOSAINTROPIS (BIOSCIENCE-TROPIC) 6, no. 1 (August 25, 2020): 10–20. http://dx.doi.org/10.33474/e-jbst.v6i1.329.

Full text
Abstract:
High protein feed are very necessary in the cultivation industry of Artemia salina. One of the proteins sources that can be used is silk worm pupae (Samia cynthia). The aim of this study was to determine the differences in growth of Artemia salina with the treatment of silkworm pupa juice feeding at various doses. This study uses 4 levels of treatment, namely 0.16 ml; 0.33 ml; 0.50 ml and 0.67 ml per liter with 6 replications, which are given daily for 21 days. Abiotic factors of culture media (salinity, temperature, pH, and DO) are controlled and in accordance with the needs of Artemia salina's life. Observation results on the 15th day, 17th day, and 19th day showed that there were differences in the number of Artemia salina due to the treatment of variations in the feed dose of silkworm pupae juice (Samia cynthia) with 0.67 ml feed dosage treatment having the highest average number and significantly different from other dosage treatments. Observations on the 13th day, 15th day and 21st day showed differences in the growth length of Artemia salina due to the variation of the dosage treatment of silkworm pupa juice (Samia cynthia) with 0.50 ml dose treatment having the highest average length and significantly different from other treatments. Keywords: Artemia salina, growth, feed, silkworm pupae ABSTRAK Pakan yang mengandung protein tinggi sangat diperlukan dalam budidaya Artemia salina. Salah satu sumber protein yang dapat digunakan adalah pupa ulat sutra (Samia cynthia). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan Artemia salina dengan perlakuan pemberian pakan jus pupa ulat sutra pada berbagai dosis. Penelitian ini menggunakan 4 taraf perlakuan yaitu dosis 0,16 ml; 0,33 ml; 0,50 ml dan 0,67 ml per liter dengan 6 ulangan, yang diberikan setiap hari selama 21 hari. Faktor abiotik media kultur (salinitas, suhu, pH, dan DO) terkontrol dan sesuai dengan kebutuhan hidup Artemia salina. Hasil pengamatan hari ke-15, hari ke-17, dan hari ke-19 menunjukkan adanya perbedaan jumlah Artemia salina akibat pemberian perlakuan variasi dosis pakan jus pupa ulat sutra (Samia chyntia) dengan perlakuan dosisi pakan 0,67 ml memiliki retata jumlah tertinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan dosis lainnya. Hasil pengamatan pada hari ke-13, hari ke-15 dan hari ke-21 menunjukkan adanya perbedaan pertumbuhan panjang Artemia salina akibat pemberian perlakuan variasi dosis pakan jus pupa ulat sutra (Samia chyntia) dengan perlakuan dosis 0,50 ml memiliki rerata panjang tertinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan yang lain. Kata kunci: Artemia salina, pertumbuhan, pakan, pupa ulat sutra
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Mas'ud, Emban Ibnurusyd, Muh Ichwan Kadir, Hasanuddin Molo, Muh Tahnur, Hardiyanti Hardiyanti, and Selamet Riyadi. "Potensi Pengembangan Budidaya Ulat Sutera di Areal KPHP Model Awota." Jurnal Hutan dan Masyarakat 9, no. 1 (July 30, 2017): 17. http://dx.doi.org/10.24259/jhm.v9i1.2015.

Full text
Abstract:
Dialektika kepentingan pemerintah daerah dan kepentingan pemerintah pusat dalam sektor kehutanan menjadi topik utama kehutanan saat ini. Pengelolaan sutera alam yang merupakan kepentingan pemerintah daerah telah diasimilasikan kedalam sistem pengelolaan KPH dalam bentuk KPHP Model Awota. Hingga saat ini belum ada kajian ilmiah mengenai potensi pengembangan budidaya sutera alam di ruang lingkup areal KPHP Model Awota. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi pengembangan sutera alam. Potensi yang dimaksud adalah sistem kelembagaan, potensi biofisik, potensi lingkungan, potensi pasar dan nilai finansial.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan budidaya ulat sutera di areal KPHP Model Awota memiliki keunggulan potensi biofisik, potensi lingkungan, potensi pemasaran dan nilai finansial. Namun, kegiatan ini memliki hambatan berupa persoalan kelembagaan utamanya sistem yang mengatur pengelolaan budidaya ulat sutera dari sektor hulu ke sektor hilir
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Djabar, Murni, and Nurnaningsih Utiarahman. "KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA ULAT SUTERA (BOMBIX MORI L.) BERDASARKAN ASPEK FINANSIAL KABUPATEN BOALEMO PROVINSI GORONTALO." Gorontalo Journal of Forestry Research 3, no. 1 (April 1, 2020): 31. http://dx.doi.org/10.32662/gjfr.v3i1.937.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usaha berdasarkan aspek finansial dan tingkat sensivitas usaha budidaya ulat sutera. Data berupa arus kas tunai dianalisis menggunakan kriteria kelayakan investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate or Return (IRR), Gross Benefit-Cost Ratio (gross B/C), dan Payback Period. Hasil dari penelitian ini NPV pada skala usaha I menghasilkan nilai sebesar Rp 78,342,373 dan nilai NPV pada skala usaha II menghasilkan nilai sebesar Rp 432,249,449. Sedangkan nilai NPV pada skala usaha II sebesar Rp984,209,943. Berdasarkan kriteria kelayakan NPV, budidaya ulat sutera skala usaha I, II dan II layak dilaksanakan karena nilai NPV > 0. Nilai IRR pada skala usaha I, II dan III masing-masing 19.73%, 23.74%dan 26.95% lebih tinggi dari tingkat diskonto 12.50%. Dengan demikian, usaha ini dianggap layak berdasarkan kriteria IRR. Skala usaha I, II dan III memiliki nilai gross B/C1.11, 1.14 dan 1.16. Hal ini menunjukkan bahwa usaha budidaya ulat sutera layak dilakukan karena nilai Gross B/C> 1. Nilai Pay back Period (PBP) skala usaha I adalah 4.8 tahun, skala usaha II adalah 4.0 tahun dan skala usaha III adalah 3.54 tahun. Ketiga skala usaha dikatakan layak karena waktu pengembalian modal kurang dari umur proyek 25 tahun.Penurunan harga jual kokon sebesar 10% lebih berpengaruh pada kondisi usaha daripada peningkatan biaya operasional sebesar 10%. Usaha yang dijalankan hanya skala usaha III layak dijalankan pada penurunan harga jual kokon sebesar 10%. Dan pada peningkatan biaya operasional 10%, skala usaha II dan III layak dijalankan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Haryanta, Dwi, and Elika Joeniarti. "UJI POTENSI EKSTRAK DAUN BINTARO (Cerbera manghas) SEBAGAI INSEKTISIDA BOTANI TERHADAP HAMA Spodoptera litura F." Agrin 25, no. 1 (July 3, 2021): 10. http://dx.doi.org/10.20884/1.agrin.2021.25.1.567.

Full text
Abstract:
Tanaman bintaro berpotensi sebagai bahan insektisida botani. Kajian tentang pemanfaatan daun bintaro untuk pengendalian hama belum banyak dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun bintaro terhadap biologi serangga Spodoptera litura, sehingga dapat diketahui peluang pemanfaatannya untuk mengendalikan populasi hama tersebut di lapangan. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan tunggal berupa konsentrasi ekstrak daun bintaro yaitu, 0% (kontrol); 2,5%; 5,0%; 7,5%; 10%; dan 12,5%. Penelitian dilakukan melalui beberapa tahap di antaranya pembuatan ekstrak daun bintaro, pemeliharaan ulat grayak, dan uji kemanjuran ekstrak daun bintaro. Parameter pengamatan meliputi mortalitas hama, umur stadia, dan jumlah konsumsi pakan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun bintaroberpengaruh terhadap mortalitas serangga S. lituraF., memperpanjang masa stadia larva, mempersingkat masa stadia pupa, menurunkan persentase keberhasilan larva menjadi pupa, menurunkan kualitas imago, dan tidak berpengaruh terhadap selera makan.Kata kunci: biologi serangga, daun bintaro, insektisida botani, ulat grayak
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Shi, Rong, Marco Pineda, Eunice Ajamian, Qizhi Cui, Allan Matte, and Miroslaw Cygler. "Structure of l-Xylulose-5-Phosphate 3-Epimerase (UlaE) from the Anaerobic l-Ascorbate Utilization Pathway of Escherichia coli: Identification of a Novel Phosphate Binding Motif within a TIM Barrel Fold." Journal of Bacteriology 190, no. 24 (October 10, 2008): 8137–44. http://dx.doi.org/10.1128/jb.01049-08.

Full text
Abstract:
ABSTRACT Three catabolic enzymes, UlaD, UlaE, and UlaF, are involved in a pathway leading to fermentation of l-ascorbate under anaerobic conditions. UlaD catalyzes a β-keto acid decarboxylation reaction to produce l-xylulose-5-phosphate, which undergoes successive epimerization reactions with UlaE (l-xylulose-5-phosphate 3-epimerase) and UlaF (l-ribulose-5-phosphate 4-epimerase), yielding d-xylulose-5-phosphate, an intermediate in the pentose phosphate pathway. We describe here crystallographic studies of UlaE from Escherichia coli O157:H7 that complete the structural characterization of this pathway. UlaE has a triosephosphate isomerase (TIM) barrel fold and forms dimers. The active site is located at the C-terminal ends of the parallel β-strands. The enzyme binds Zn2+, which is coordinated by Glu155, Asp185, His211, and Glu251. We identified a phosphate-binding site formed by residues from the β1/α1 loop and α3′ helix in the N-terminal region. This site differs from the well-characterized phosphate-binding motif found in several TIM barrel superfamilies that is located at strands β7 and β8. The intrinsic flexibility of the active site region is reflected by two different conformations of loops forming part of the substrate-binding site. Based on computational docking of the l-xylulose 5-phosphate substrate to UlaE and structural similarities of the active site of this enzyme to the active sites of other epimerases, a metal-dependent epimerization mechanism for UlaE is proposed, and Glu155 and Glu251 are implicated as catalytic residues. Mutation and activity measurements for structurally equivalent residues in related epimerases supported this mechanistic proposal.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Estetika, Y., and Y. C. Endrawati. "Produktivitas Ulat Sutera (Bombyx mori L.) Ras BS-09 di Daerah Tropis." Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan 6, no. 3 (October 31, 2018): 104–12. http://dx.doi.org/10.29244/jipthp.6.3.104-112.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Lestariningsih, Sri Nur W., Edy Sofyadi, and Toni Gunawan. "EFEKTIVITAS INSEKTISIDA EMAMEKTIN BENZOAT TERHADAP HAMA Plutella xylostella L. DAN HASIL TANAMAN SAWI PUTIH (Brassica pekinensis) DI LAPANGAN." AGROSCIENCE (AGSCI) 10, no. 2 (December 23, 2020): 169. http://dx.doi.org/10.35194/agsci.v10i2.1159.

Full text
Abstract:
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendaptkan konsentrasi yang efektif dari insektisida dengan bahan aktif Emamektin benzoate dalam mengendalikan ulat Plutella xylostella dan menghasilkan tanaman sawi putih yang tinggi.Percobaan dilakukan di desa Wangunharja, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat yang berlangsung dari bulan Oktober sampai Desember 2018. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan konsentrasi insektisida yang diaplikasikan yaitu A = 0 ml/ l , B = Bestfast 250 EC dengan konsentrasi2 ml/ l, C = Siklon 5,7 WG dengan konsentrasi 0,1 g/l, D = Siklon 5,7 WG dengan konsentrasi 0,3 g/l, dan E = Siklon 5,7 WG dengan konsentrasi 0,5 g/l. Pengamatan yang diukur adalah intensitas serangan dan bobot bersih sawi putih.Hasil penelitian menunjukkan insektisida dengan bahan aktif Emamektin benzoat dengan dengan konsentrasi 0,3 g/l (D) dan 0,5 g/l (E) efektif untuk pengendalian hama ulat Plutella xylostella dan menghasilkan sawi putih yang tinggi di lapangan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Darmawan, Ujang W., and Agus Ismanto. "IDENTIFIKASI DAN UJI PENGENDALIAN HAMA DAUN JABON SECARA INVITRO." Jurnal Sains Natural 4, no. 1 (December 1, 2017): 51. http://dx.doi.org/10.31938/jsn.v4i1.75.

Full text
Abstract:
Identification and Control Test of Jabon Leaf Pest by Invitro One of problem in jabon (Neolamarckia cadamba [Roxb.] F. Bosser) plantation is defoliator. Identification and control effort are needed to counter this problem. This research was intended to identify pest species attacking plant and do efficacy test of several chemical and biological pesticides against the defoliator. The statistical method of efficacy was Completely Randomized Design (CRD). Two pesticides prophenophos (0,1%) and dimethoate (0,1%) as chemical based organic pesticides and Bacillus thuringiensis(0,5 g/l) as biological pesticide were tested against the defoliator. Data was analyzed using Anova and Tukey test at 95% confidence level. The result showed that pest was identified as Dysarthria quadricaudata. Chemical and biological pesticides were effective to control the pest.Keywords: Neolamarckia cadamba, Dysarthria quadricaudata, prophenophos, dimethoate, pest. ABSTRAK Salah satu persoalan pada hutan tanaman jabon (Neolamarckia cadamba [Roxb.] F. Bosser) adalah serangan hama perusak daun. Pengendalian diperlukan untuk mengatasi persoalan ini. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi spesies hama dan melakukan efikasi beberapa jenis pestisida kimia dan organik terhadap hama ulat daun jabon (N. cadamba). Metode yang digunakan adalah rancangan acak lengkap. Dua jenis pestisida kimia berbahan profenofos (0,1%), dan dimetoat (0,1%) serta pestisida organik berbahan dasar Bacillus thuringiensis (0,5 gr/lt) diuji terhadap hama ulat daun. Data dianalisis menggunakan Anova dan uji Tukey (CI = 95%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa spesies hama yang menyerang tanaman jabon adalah Dysarthria quadricaudata. Jenis pestisida tersebut efektif mengendalikan hama ulat daun jabon.Kata kunci: Neolamarckia cadamba, Dysarthria quadricaudata, profenofos. dimetoat, hama
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

MULYATI, SRI. "EFEKTIVITAS PESTISIDA ALAMI KULIT BAWANG MERAH TERHADAP PENGENDALIAN HAMA ULAT TRITIP (PLUTELLA XYLOSTELLA) PADA TANAMAN SAYUR SAWI HIJAU." Journal of Nursing and Public Health 8, no. 2 (November 7, 2020): 79–86. http://dx.doi.org/10.37676/jnph.v8i2.1190.

Full text
Abstract:
Permasalahan yang mengakibatkan penurunan produktifitas hasil panen tanaman sayuran salah satunya akan adanya keberadaan hama. Pemasalakan keberadaan hama masih terus terjadi dilahan pertanian, salah satunya pada lahan sayuran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pestisida alami kulit bawang merah terhadap pengendalian hama ulat tritip pada tanaman sayur sawi hijau. Jenis penelitian ini digunakan ekperimen murni dengan desain “Post test control group design” pecobaan terdiri dari 3 perlakuan konsentrasi pestisida alami kulit bawang merah (40%, 60% dan 90%), dan 1 perlakuan tanpa pestisida alami kulit bawang merah sebagai kontrol. Semua pelakuan disiapkan 3 pengulangan. Pengamatan hama pada tumbunhan sayur sawi hijau pada saat 13, 19 dan 25 hari setelah tanam. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pestisida alami kulit bawang merah efektif terhadap pengendalian hama ulat tritip pada tanaman sayur sawi hijau. Kulit bawang merah dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pestisida alami baru dalam pembutaan pestisida alami karna tiding mengandung bahan kimia dan jauh lebih aman bagi lingkungan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Wantika, Restu Ria. "DIMENSI METRIK DAN DIAMETER DARI GRAF ULAT Cm,n." Buana Matematika : Jurnal Ilmiah Matematika dan Pendidikan Matematika 6, no. 1: (June 26, 2017): 57–62. http://dx.doi.org/10.36456/buanamatematika.v6i1:.456.

Full text
Abstract:
Graf is a pair (V,E) where V set of vertices is not empty and E set side. Let u and v are the vertices in a connected graph G, then the distance d (u, v) is the length of the shortest path between u and v in G. The diameter of graph G is the maximum distance of d (u, v) .For the set of ordered of vertices in a connected graph G and vertex , the representation of v to W is . If r (v│W) for each node v∈V (G) are different, then W is called the set of variants from G and the minimum cardinality of the set differentiator is referred to as the metric dimensions. Based on the characteristics of the vertices and sides of the graph have many types of them are caterpillars and graph graph fireworks, which both have in common at the center of the graph shaped trajectory and earring star-shaped graph. In this paper will prove that Graf caterpillar with has diameter and metric dimensions . Keywords: dimensional graph, graph diameter, star graph, graph caterpillar ..
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography