Academic literature on the topic 'Anak Punk'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the lists of relevant articles, books, theses, conference reports, and other scholarly sources on the topic 'Anak Punk.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Journal articles on the topic "Anak Punk"

1

Karisma, Ersalya Firdha, and Rakhmaditya Dewi Noorrizki. "Agresivitas Anak Punk Ditinjau dari Lingkungannya." Flourishing Journal 2, no. 5 (2022): 361–67. http://dx.doi.org/10.17977/um070v2i52022p361-367.

Full text
Abstract:
Abstract
 The punk community is one that is frequently encountered on the streets. Punks, as members of this community, have distinct and uniform appearances, such as wearing all-black clothing and a variety of body decorations. The presence of these punk kids is frequently regarded as upsetting by the larger population. Punk kids' behavior almost seldom results in aggression. The majority of this community's members are teenagers. The researchers want to know what causes or encourages punk kids to act aggressively. The literature review method was used in this study by analyzing various articles, journals, and books obtained through the Google Scholar search system. The results of this study indicate that punk children's aggressive behavior tends to be caused by a living environment that has less support for their development. Environments with high levels of poverty also influence this aggressive behavior. The aggressiveness shown tends to be active physical aggressiveness that is carried out directly.
 Keywords: aggression; punk; environment
 Abstrak
 Komunitas punk merupakan sebuah komunitas yang sering ditemui di jalanan. Anak punk sebagai anggota dari komunitas tersebut memiliki penampilan yang mencolok dan identik, seperti menggunakan pakaian serba hitam dan beberapa aksesoris di tubuhnya. Keberadaan anak punk ini sering dianggap mengganggu bagi masyarakat luas. Perilaku yang ditunjukkan oleh anak punk tidak jarang mengarah pada suatu agresivitas. Remaja menjadi sebagian besar dari anggota komunitas ini. Peneliti bertujuan untuk mengidentifikasi apa yang menyebabkan atau menjadi motivasi anak punk berperilaku agresi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode literature review dengan menganalisis berbagai artikel, jurnal, dan buku, yang berhasil diperoleh melalui sistem pencarian Google Scholar. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa anak punk berperilaku agresi cenderung diakibatkan oleh adanya lingkungan tempat tinggal yang kurang mendukung bagi perkembangan mereka. Lingkungan dengan tingkat kemiskinan tinggi turut mempengaruhi perilaku agresi tersebut. Agresivitas yang ditunjukkan cenderung pada agresivitas fisik aktif yang dilakukan secara langsung.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Anggiprana, Mikael Rainer, and Suzy Azeharie. "Budaya Anak Punk di Yayasan Laskar Berani Hijrah (Studi Komunikasi Budaya Anak Punk di Depok)." Koneksi 4, no. 2 (2020): 258. http://dx.doi.org/10.24912/kn.v4i2.8119.

Full text
Abstract:
Punk community are a distinguished group with its own unique culture. One of the most striking uniqueness of this community is their appearances which causes discomfort to the public and thus isolates them. Laskar Berani Hijrah Foundation is an institution which seeks to foster this punk community. The method used is based on Islamic teachings and the Holy Quran and its verses in it as a basis for guidance. This action is affecting the culture that the distinguished punk community held in the way they are communicating. The writer conduct a research that related to the cultural communication of the punk community in Laskar Berani Hijrah Foundation. Theories that is used in this research are ethnography theory and cultural theory. This research use qualitative approach that featured phenomenology as its method. Researcher choose four informants, whom are the chairman of the foundation, ustadz that also act as a mentor and two punks in the institution. This research conclude that the punk community in the Laskar Berani Hijrah Foundation performs cultural communication in verbal and nonverbal means, inside and also outside the routine activity that held by the foundation, influenced by two major factors that are their surroundings pressure as well as spiritual values implantation.Anak punk merupakan kelompok yang memiliki budayanya sendiri. Salah satu budaya kelompok ini dapat dilihat dari cara mereka berpenampilan. Namun tampilan yang berbeda tersebut menimbulkan rasa kekhawatiran di masyarakat dan membuat kelompok anak punk menjadi semakin terasing. Yayasan Laskar Berani Hijrah membimbing anak punk untuk mengarahkan dan membimbing mereka menuju arah yang lebih baik dengan dasar agama Islam dan ayat-ayat Al Quran dalam berkomunikasi dalam binaan. Hal ini berdampak pada budaya dalam kelompok anak punk sendiri terutama dalam berkomunikasi. Penulis melakukan penelitian yang berkaitan dengan komunikasi budaya anak punk di Yayasan Laskar Berani Hijrah. Teori yang digunakan adalah teori etnografi komunikasi dan teori budaya. Penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi. Penulis memilih empat informan yang antara lain adalah ketua yayasan, ustad sekaligus pembimbing dan dua anak punk di yayasan tersebut. Kesimpulan dari penelitian ini adalah anak punk di Yayasan Laskar Berani Hijrah melakukan komunikasi budaya secara verbal dan nonverbal di dalam maupun di luar kegiatan rutin bersama yayasan yang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu tekanan lingkungan serta penanaman keimanan dan spiritualitas kepada anak punk.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Susanto, Andri, Ahdan Ahdan, and Salim Hasan. "Perilaku Komunikasi Komunitas Anak Punk Dalam Berinteraksi Di Masyarakat Kelurahan Tamamaung Kota Makassar." RESPON JURNAL ILMIAH MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI 4, no. 2 (2024): 1–7. https://doi.org/10.33096/respon.v4i2.225.

Full text
Abstract:
Penelitian ini berjudul perilaku komunikasi anak punk dalam berinteraksi di masyarakat Kelurahan Tamamaung Kota Makassar, studi Deskriptif tentang bagaimana perilaku komunikasi anak punk terhadap masyarakat dan dampak dari perilaku komunikasi anak punk terhadap Masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yaitu denan cara, pengumpulan sumber data, informan penelitian, Teknik pengumpulan data dan Teknik analisis data. Dari penemuan yang didapatkan selama penelitian pada umumnya masyarakat menilai positif dilihat dari cara berkomunikasi dengan Masyarakat dan jika dilihat dari cara berpenampilan anak punk masih kurang diterima. Penelitian ini dapat memberikan pandangan terhadap Masyarakat tentang anak punk dan membantu mengurangi prasangka dari cara berpenampilan anak punk.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Siti Nurul Hidayah and Bela Fariza. "KONSEP PENDIDIKAN DAN KEBEBASAN ANAK PUNK STREET." Ed-Humanistics : Jurnal Ilmu Pendidikan 5, no. 1 (2020): 645–51. http://dx.doi.org/10.33752/ed-humanistics.v5i1.705.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konsep diri anak punk street dalam mengintrepretasikan antara pendidikan dan kebebasan. Fokus dalam penelitian ini adalah mengetahui konsep diri anak punk street. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, dengan menggunakan paradigma interpretatif. Pemilihan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Adapun teknik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan catatan lapangan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa konsep diri anak punk street dalam segi pendidikan adalah hanya bayang-bayang, yang mana adanya keterbatasan ekonomi membuat mereka menghilangkan keinginan untuk melanjutkan pendidikan dan lebih memilih kebebasan hidup dijalan dengan mengamen dan mendapatkan uang. Sedangkan dalam segi kebebasan adalah merupakan kehidupan mereka, kebebasan bagi anak punk street merupakan ideologi mereka sebagai jalan untuk mengenalkan jati diri kepada masyarakat, dengan menggunakan style punk, hidup di jalan, dengan mengamen merupakan kebebasan bagi anak punk street.
 Kata kunci: Konsep Diri, Pendidikan, Kebebasan, Anak Punk Street
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Saragih, Hendra Maujana, Nella Agustiani, and Dewi Lestari. "Respon Anak Punk Terhadap Stigma Sosial Masyarakat Melalui Komunitas Tasawuf Underground." Himmah: Jurnal Kajian Islam Kontemporer 7, no. 2 (2023): 731–60. http://dx.doi.org/10.47313/jkik.v7i2.2970.

Full text
Abstract:
AbstrakRespon Anak Punk Stigma Sosial Masyarakat Melalui Komunitas Tasawuf Underground. Skripsi Program studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Nasional, Jakarta. Penelitian ini didasarkan atas sebuah maraknya fenomena sosial dimana adanya keberadaan punk yang semakin berkembang di masyarakat. Pandangan negatif sudah melekat pada diri punk terutama punk yang berada di jalanan yang biasa disebut punk street. Bagi masyarakat luas punk dianggap sebagai perilaku yang menyimpang yang identik dengan sebuah hidup bebas, seks bebas, narkoba, minum-minuman beralkohol yang mengakibatkan anak punk ini membuat kekacauan di lingkungan masyarakat pada kenyataannya juga punk tidak sepenuhnya dapat diterima masyarakat luas hal tersebut dipengaruhi oleh citra yang dibangun media dan yang mereka yang bergaya punk tetapi tidak mengetahui arti makna punk yang sebenarnya. Tujuan dari penelitian yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui bagaimana bentuk respon anak punk terhadap stigma sosial dari masyarakat dalam mengikuti kegiatan-kegiatan di komunitas Tasawuf Underground. Adapun hasil penelitian ini menggunakan metodologi penelitian metode kualitatif deskriptif untuk menjelaskan secara teliti dan dalam serta menggambarkan bagaimana bentuk respon anak punk terhadap stigma sosial dari masyarakat dalam mengikuti kegiatan-kegiatan di komunitas Tasawuf Underground, dari hasil penelitian ini dapat menjawab dari permasalahan yang ada mengacu pada teori Peter L Berger dan Thomas Luckman bahwa konstruksi sosial terbentuk melalui dialektika momen eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi maka dapat dianalisis bahwa konstruksi sosial pada masyarakat luas dibentuk oleh dialektika tersebut, bagi pihak-pihak komunitas punk terkhususnya anak punk jalanan, mereka mengalami proses eksternalisasi berupa perolehan kebudayaan dan norma sosial. Dengan hadirnya Komunitas Tasawuf Underground dengan tujuan untuk memberdayakan anak punk jalanan sendiri itu karena ingin mengikis stigma negatif yang terlanjur disematkan oleh masyarakat dengan memperdalam agama dan juga melakukan kegiatan-kegiatan positif lainya, dan memberikan inspirasi untuk masyarakat umum dan pemerintah untuk sama-sama memperbaiki permasalahan sosial ini dengan cara yang lebih manusiawi lagi, dengan menjadi kan mereka sahabat dan dibina dengan baik, yang sejatinya mereka ingin lagi kembali masuk kedalam kehidupan masyarakat.Kata Kunci: Respon; Anak Punk ; Stigma Sosial ; Masyarakat
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Hasanah, Hasanah, and Noor Bekti Negoro. "Pengaruh Bimbingan Agama Terhadap Motivasi Beribadah Mahdah Anak Punk di Yayasan Laskar Berani Hijrah Depok Jawa Barat." Jurnal Penyuluhan Agama (JPA) 8, no. 1 (2022): 49–56. http://dx.doi.org/10.15408/jpa.v8i1.24376.

Full text
Abstract:
Komunitas punk adalah sebuah fenomena sosial yang tengah mewabah di seluruh kota-kota besar di Indonesia salah satunya di Kota Depok Jawa Barat. Namun fenomena yang banyak menarik perhatian adalah adanya anak punk hijrah, anak punk yang tetap nge-punk tetapi tidak meninggalkan nilai-nilai agama dengan mengikuti pengajian serta belajar membaca al-Quran. Hal ini menjadi pembeda bagi anak-anak punk di Yayasan Laskar Berani Hijrah dengan anak punk lainya. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti Pengaruh Bimbingan Agama Terhadap Motivasi Beribadah Mahdah Anak Punk di Yayasan Laskar Berani Hijrah Depok Jawa Barat dengan menggunakan teori bimbingan agama menurut Samsul Munir dan teori motivasi beribadah menurut Muhamad Tholchah Hasan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui seberapa besar pengaruh bimbingan agama terhadap motivasi beribadah mahdah anak punk di Yayasan Laskar Berani Hijrah Depok Jawa Barat dengan menggunakan pendekatan kuantitatif melalui metode sensus. Dengan analisis data yang digunakan yaitu uji normalitas, uji linearitas, uji heteroskedastisitas, uji regresi linear sederhana, uji koefisien korelasi, uji koefisien determinasi, uji F, dan uji t. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa bimbingan agama berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap motivasi beribadah mahdah anak punk di Yayasan Laskar Berani Hijrah Depok Jawa Barat dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05. Serta terdapat hubungan sangat kuat antara Bimbingan agama dengan motivasi beribadah dengan didukung oleh nilai r square sebesar 0,829. Artinya sebesar 82,9% motivasi beribadah dipengaruhi oleh bimbingan agama sedangkan sisanya sebesar 17,1% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Rohman, Arif. "Fenomena Anak Punk : Sisi Lain Mengenai Ruwetnya Permasalahan Anak Jalanan di Indonesia." Warta Demografi 39, no. 3 (2009): 52–55. https://doi.org/10.13140/2.1.2049.6169.

Full text
Abstract:
Tulisan ini menyajikan anak punk yang keberadaannya semakin marak di jalanan serta usulan mengenai pola pendekatan dan penanganannya. Keberadaan komuniti ini di kota-kota besar, yang sering menghabiskan waktu di jalanan dengan mengamen di traffic light, gaya berpakaian dan aktifitas nongkrongnya, dirasakan mengganggu kenyamanan masyarakat karena kekhawatiran akan terjadinya tindak kriminalitas yang dilakukan oleh mereka. Anak-anak punk itu sendiri berpendapat bahwa apa yang menjadi gaya hidup mereka adalah suatu kewajaran hidup di daerah metropolis. Sejumlah pemerhati anak yakin bahwa anak-anak punk sebenarnya adalah anank-anak yang bermasalah. Mereka masih mencari jati dirinya dalam tahapan menuju kedewasaan, keluarga mereka umumnya kurang harmonis dan kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua dan keluarga, namun sebenarnya memiliki kreatifitas tinggi. Mereka memerlukan penanganan secara persuasif baik oleh pemerintah, masyarakat maupun organisasi non pemerintah. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari anggapan bahwa jalanan adalah school of crime (sekolah kajahatan), mau tidak mau, ini adalah tugas kita semua untuk memenuhi dan melindungi hak-hak anak.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Kurniawan, Iqbal, and Dani Sartika. "Eksistensi, Aktivitas serta Tinjauan Sosio Psikologis Komunitas Punk Kota Jambi." JIGC (Journal of Islamic Guidance and Counseling) 2, no. 1 (2018): 1–21. http://dx.doi.org/10.30631/jigc.v2i1.12.

Full text
Abstract:
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena anak punk yang semakin meningkat jumlahnya tiap tahun. Anak punk dianggap sebagai anak muda yang berpenampilan aneh, ngeri, mengganggu pemandangan, makhluk luar angkasa, anak salah gaul, pemakai narkoba, tak bermoral, sampah masyarakat, biang keonaran, dan perusuh di mata masyarakat dan pemerintah. Anak punk memilih hidup di jalan terkadang bukan hanya faktor kondisi kesulitan ekonomi namun juga karena mereka menikmati kondisi lingkungan di jalan serta kurangnya pengetahuan agama pendidikan.
 Pengumpulan data dalam penelitian ini diakukan dengan melakukan survey, wawancara, serta dokumentasi pada saat penelitian di lapangan. Untuk mempermudah pengumpulan informasi maka digunakan teknik random sampling, dimana peneliti memilih responden dari beberapa tempat dan kelompok-kelompok Punk tersebut, yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data hasil penelitian ini.
 Berdasarkan temuan peneliti dilapangan bahwa skripsi ini berisi tentang keseharian komunitas punk, bagaimana mereka berkumpul membagi waktu antara keluarga dan komunitas. Serta aktivitas yang mereka lakukan didalam komunitas tersebut seperti mengadakan even atau acara yang berbasis punk. Aktivitas mengamen dan yang lainnya. Dalam melakukan penelitian peneliti banyak menemukan anak punk yang masih bersekolah dan memiliki keluarga. Dan sebagian besar diantara mereka tidak selalu memaknai komunitas punk dengan hal yang negatif banyak dari mereka yang menjadikan komunitas ini sebagai wadah dan tempat mereka berproses mengembangkan diri.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Miftahuddin, Miftahuddin, Suhaimi Suhaimi, Darmawati Darmawati, Habibis Saleh, and M. Fahli Zatrahadi. "Memanusiakan Komunitas Anak Punk Melalui Pendampingan Dan Pemberdayaan di Kelurahan Labuh Baru Barat Kota Pekanbaru." Suluah Bendang: Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat 21, no. 3 (2021): 206. http://dx.doi.org/10.24036/sb.01510.

Full text
Abstract:
Anak Punk di Pekanbaru muncul dari beberapa kelas sosial di masyarakat. mulai kelas bawah sampai yang hanya sebagai gaya, anak punk yang berada di Pekanbaruanak-anak jalanan yang hidup dipinggir jalan, tidur di trotoar, nongkrong di pom bensin. Kerjaan sehari-hari mereka biasanya mengamen, jualan koran, atau aktivitas lain yang bisa menghasilkan uang recehan disetiap persimpangan traffic light biasanya mereka terlihat di depan Mall SKA Pekanbaru Riau. Mereka (anak punk-red) yang di kelas sosial ini adalah orang yang sangat miskin hidupnya. Peserta kegiatan program pendampingan terdiri atas 10 orang anak punk yang mengikuti 3 bentuk kegiatan. Peserta dikumpulkan melalui kerjasama antara kepolisian dengan tim pengabdian di sektor tempat kegiatan dilakukan yakni di tanah masyarakat di daerah Kelurahan Labuh Baru Barat Kecamatan Payung Sekaki. Dari hasil kegiatan pendampingan kepada anak punk dapat diantaranya Tim pengabdian memberikan penyuluhan dan pelatihan tentang pembuatan kompos dan manfaat kompos bagi tanaman. Tim juga memperkenalkan juga komoditas tanaman yang di pilih ialah sawi, bayam dan jagung yang menjadi dasar pemilihan ini dikarenakan kemudahan dalam menanam dan cepat dalam hasil produksi panen sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama dalam pembelajaran dan praktek, serta memberikan pelatihan pembuatan pupuk kompos kepada komunitas anak punk. Berikutnya Tim pengabdian dan pemberdayaan mengambil sampel kripik bayam dari hasil tanam yang akan menjadi nilai ekonomis yang lebih tinggi dari bahan mentah bayam yang bisa layu. hasil pelatihan literasi media dalam hal ini pembuatan blog, anak punk memiliki kesulitan yakni sebagian anak punk tidak memiliki e-mail dan kesulitan dalam mengoperasikan media komputer, namun ada juga yang mampu mengikuti karena sudah mampu mengoperasikan komputer namun belum maksimal karena hasil akhir belum tercapai.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Satriyo, Teguh, Fayi Lutfiyani, and Mundriyah Mundriyah. "SISTEM INFORMASI PENGADUAN MASYARAKAT TERHADAP PENGEMIS, GELANDANGAN DAN ANAK PUNK PADA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA (SATPOL PP) KABUPATEN PEKALONGAN BERBASIS ANDROID." Jurnal Surya Informatika 12, no. 1 (2022): 57–65. http://dx.doi.org/10.48144/suryainformatika.v12i1.1478.

Full text
Abstract:
Pengaduan masyarakat merupakan keluhan masyarakat biasanya terjadi karena adanya suatu masalah pada lingkungan sekitar baik di bidang fasilitas umum dan layanan (lalu lintas, sekolah, kesehatan, jalan umum dan sebagainya), infastruktur, sosial dan lingkungan. Semua keluhan tersebut biasanya yang sering dilaporkan masyarakat kepada instansi terkait. Tidak adanya alur yang jelas untuk pengaduan masyarakat merupakan alasan lain yang membuat masyarakat bingung untuk menyampaikan semua keluhan. Perkembangan pengemis, gelandangan dan anak punk kurang terpantau oleh SATPOL PP Kabupaten Pekalongan karena kurangnya partisipasi masyarakat mengenai adanya pengemis, gelandangan dan anak punk akibatnya SATPOL PP Kabupaten Pekalongan sulit untuk menanggulangi pengemis, gelandangan dan anak punk tersebut. Metode pengumpulan data yaitu dengan wawancara mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan sistem pengaduan pengemis, gelandangan dan anak punk, dengan cara observasi yaitu mengadakan pengamatan secara langsung ke Satpol PP Kabupaten Pekalongan, dalam penelitian ini metodelogi pengembangan sistem yang digunakan yaitu waterfall dengan perangkat lunak pendukung yang digunakan adalah PHP dan MySQL. Melihat realita diatas, maka dibutuhkan sistem informasi berbasis android yang berguna untuk memudahkan SATPOL PP Kabupaten Pekalongan dalam mencari informasi mengenai pengemis, gelandangan dan anak punk juga sebagai sistem informasi masyarakat dan layanan pengaduan pengemis, gelandangan dan anak punk yang meresahkan masyarakat di wilayah Kabupaten Pekalongan, selain itu sistem informasi ini dilengkapi dengan fitur berita yang mana fitur ini menampilkan informasi mengenai pengemis, gelandangan dan anak punk
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
More sources

Dissertations / Theses on the topic "Anak Punk"

1

Powell, Gary Botts. "Heavy Metal Humor: Reconsidering Carnival in Heavy Metal Culture." Thesis, 2013. http://hdl.handle.net/1969.1/151037.

Full text
Abstract:
What can 15th century France and heavy metal have in common? In Heavy Metal Humor, Gary Powell explores metal culture through the work of Mikael Bakhtin‘s “carnivalesque theory.” Describing the practice of inverting commonly understood notions of respectability and the increasing attempts to normalize them, Bakhtin argues that carnivals in Francois Rabelais’ work illustrate a sacrilegious uprising by the peasant classes during carnival days against dogmatic aristocrats. Powell asserts that Rabelais’ work describes cartoonish carnivals that continue in as exaggerated themes and tropes into other literary styles, such as comedy and horror that ultimately inform modern-day metal culture. To highlight the similarities of Bakhtin’s interpretation of Rabelais’ work to modern-day metal culture, Powell draw parallels to between Bakhtin’s carnivalesque theory and metal culture with two different, exemplary “humorous” metal performances, GWAR and Anal Cunt. Powell chooses “humorous” metal groups because, to achieve their humor, they exaggerate tropes, and behaviors in metal culture. To this end, Powell explores metal culture through GWAR, a costumed band who sprays their audience with fake body fluids as they decapitate effigies. He points out examples of Rabelais’ work which Bakhtin uses to describe carnivalesque tropes, and threads them to modern-day metal culture. Powell then indicates how carnivalesque performances amplify with Anal Cunt, a “satirical” hateful, grindcore group. In the band’s performance which is both serious and humorous at once, Anal Cunt draws on several carnivalesque behaviors. To dissect this band’s performance, Powell augments Bakhtin’s carnivalesque theory with Richard Schechner’s theory of “dark play” and Johan Huizinga’s “play communities” to more describe and illustrate why some aspects of modern-day metal culture do not match Bakhtin’s theory based on medieval French literature. However, carnivalesque humor becomes ambiguous and social and political problems arise as it escalates. As disrespectability is promoted, social and political tensions surface. Countering Bakhtin’s utopian notion of carnivalesque uprising, Powell highlights how socio-political turmoil presents itself in carnivalesque performance by referring to examples of confusion and concern regarding racism and sexism, something left unexplored in Bakhtin’s work. Powell suggests expanding and modernizing Bakhtin’s carnival could open pathways toward solutions to carnival culture’s socio-political ills.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles

Books on the topic "Anak Punk"

1

Ogg, Alex. No more heroes: A complete history of UK punk from 1976 to 1980 : from the Anal Fleas to Zyklon B. Cherry Red, 2006.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Ogg, Alex. No more heroes: A complete history of UK punk from 1976 to 1980 : from the Anal Fleas to Zyklon B. Cherry Red Books, 2006.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

National Art Gallery (N.Z.) and National Museum of New Zealand., eds. Kohia Ko Taikaka Anake: A Nga Puna Waihanga, Te Waka Toi, National Art Gallery exhibition ; New Zealand's largest exhibition of contemporary Maori art ; National Art Gallery, December 1, 1990--March 17, 1991. Museum of New Zealand, 1993.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Nurhajati, Lestari, Yolanda Stellarosa, Dewi Rachmawati, Lamria Raya Fitriyani, and Xenia Angelica Wijayanto. Mengenal Hak Identitas Digital Anak. Edited by Nadira Khalishah. LSPR Publishing, 2023. http://dx.doi.org/10.37535/201202401mhida.

Full text
Abstract:
Pada era serba digital kini, siapa pun dapat dengan mudah berinteraksi dan membagikan momen-momen keseharian melalui unggahan di dunia maya. Tanpa sadar kita terbiasa ‘menyumbangkan’ identitas diri demi mendaftarkan akun media sosial kita. Bahkan jarang pula kita menyaring apa yang hendak kita tampilkan di dunia maya sekalipun rekam jejak itu nyata adanya. Hal ini bisa menjadi isu berbahaya bagi anak-anak yang belum masuk usia dewasa. Anak-anak bisa menjadi lalai, karena tidak memahami batasan-batasan dalam penggunaan platform digital. Maka dari itu, pengawasan ketat dari orang tua terhadap aktivitas digital anak menjadi suatu hal yang wajib dilakukan oleh orang dewasa. Buku ini hadir untuk mengatasi isu atas kecemasan tersebut. Dengan ilustrasi yang interaktif dan narasi yang mudah dipahami oleh anak-anak, buku ini memuat tentang; Apa saja identitas yang dimiliki seorang anak, mengapa identitas diri anak harus menjadi sebuah privasi, sekaligus bagaimana cara menjaga identitas diri anak agar tidak bocor ke dunia digital dan menghindari risiko penyalahgunaan identitas oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Ameen, Fendi. Lambaian Goodwill Bridge: Sebuah kisah cinta keluarga di Tanah Ratu. UUM Press, 2016. http://dx.doi.org/10.32890/9789670876368.

Full text
Abstract:
Perjalanan menuntut ilmu di bumi asing dalam suasana baharu yang penuh cabaran boleh menjadikan seseorang itu gagal atau berjaya, bergantung kepada kemampuan masing-masing. Ramai yang pulang dengan tangan kosong atau menghabiskan pengajian separuh jalan dan ramai juga yang pulang dengan kejayaan.Novel ini mengisahkan Malik, seorang tutor dari Universiti Teknologi Malaysia (UTM) yang mengikuti pengajian PhD dalam bidang computer security di Queensland University of Technology (QUT), Brisbane, Australia.Setelah dua tahun berada di bumi Queensland (Tanah Ratu), Malik bersua dengan seorang pelajar perempuan di universiti yang sama, pada suatu musim dingin di atas jambatan pejalan kaki yang sibuk, merentangi South Bank ke kampus QUT yang terletak di Gardens Point.Pertemuan itu telah menarik Malik kepada soal cinta, ketika beliau sedang memberi tumpuan kepada pengajiannya yang masih berbaki kira-kira dua tahun. Pelbagai cabaran muncul dalam hidup Malik, antara cintanya kepada Maiza dan pengajian yang sedang diikutinya. Pun begitu, Malik dapat menempuhi dengan jayanya. Sementelah, kedua-dua ibu-bapa mereka merestui hubungan cinta yang terjalin.Dugaan demi dugaan dihadapi oleh kedua-duanya.Cinta bidadari Inggeris yang fasih berbahasa Melayu turut mengocakkan riak Sungai Brisbane menjadi gelombang ganas, seganas hempasan badai di pantai Coral dalam perhubungan mereka. Akhirnya Malik dan Maiza berjaya disatukan di bawah ikatan perkahwinan.Mereka hidup bahagia dan berjaya dalam pelajaran.Sekembalinya ke tanah air, Malik terperangkap dalam gelora janda muda dan cinta dari seorang pelajar menelusuri keindahan Jambatan Bestari di Putrajaya.Gelora belum reda dalam rumah tangga mereka.Maiza tabah untuk kekal bersama Malik demi mengenangkan nasib Mia, anak perempuan mereka yang menghidapi autisme dan amat memerlukan kasih Malik.Malik menerima pengajaran dari perbuatannya, apabila diserang sejenis penyakit saraf.Apakah kesudahannya?
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!